Anda di halaman 1dari 23

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Kapuskesad


PUSAT KESEHATAN Nomor Kep / 839 / XII / 2019
Tanggal 20 Desember 2019

PENGETAHUAN OBAT

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Fungsi utama kesehatan TNI AD dalam mendukung tugas pokok TNI AD


yaitu melaksanakan dukungan kesehatan (Dukkes) dan pelayanan kesehatan
(Yankes). Dukkes merupakan penyelenggaraan bantuan administrasi yang
ditujukan secara langsung untuk mendukung penggunaan kekuatan TNI AD baik
dalam operasi militer, pendidikan maupun latihan, sedangkan Yankes merupakan
penyelenggaraan bantuan administrasi kesehatan yang ditujukan secara langsung
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dalam rangka pembinaan
kekuatan TNI AD serta pembinaan kesehatan bagi prajurit, PNS, dan keluarganya.

b. Tugas pokok kesehatan TNI AD dapat tercapai secara optimal apabila


terdapat dukungan materiil kesehatan yang cukup dan memadai. Obat-obatan
sebagai salah satu bagian matkes, merupakan unsur yang sangat dominan
dalam mendukung tupok Kesad. Setiap prajurit Kesad mulai dari Tamtama, Bintara
dan Perwira harus mengetahui dan memahami dengan baik pengetahuan tentang
obat sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawab yang diemban masing-
masing baik dalam Dukkes maupun Yankes.

c. Beberapa kelompok obat meskipun Ba Kes tidak mempunyai kewenangan


dalam memberikan kepada pasien/ prajurit akan tetap diuraikan sekilas untuk
memberikan pengetahuan dasar tentang obat, sedangkan untuk obat tertentu yang
biasa dipakai dalam tugas-tugas Ba Kes akan diuraikan secara lebih rinci agar
Bintara siswa dapat memahami dengan baik.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Sekolah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan


salah satu bahan ajaran bagi Pendidikan Bintara TNI AD.

b. Tujuan. Agar Bintara Siswa mengetahui tentang pengetahuan obat-


obatan dan cara penggunaannya sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas di
satuan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Pendahuluan.
b. Macam-macam Obat dan Cara Penggunaannya.
c. Klasifikasi Obat
d. Cara Pemberian Obat
e. Cara Penyimpanan Obat.
f. Penutup.

RAHASIA
2

4. Pengertian. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi


yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, pengurangan, penghilangan,
penyembuhan, pemulihan dari penyakit, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk
manusia. 

BAB II
MACAM-MACAM OBAT DAN PENGGUNAANNYA

5. Umum. Obat dapat digolongkan menjadi beberapa golongan/ kelompok, yaitu


golongan kelas terapi atau farmakologi/ khasiat obat, bentuk sediaan, sifat sediaan obat
dan lain-lain. Penggolongan obat berdasarkan efek farmakologi/ khasiat obat, dapat
dipelajari dalam buku-buku referensi tentang obat, farmakologi, farmakoterapi dan lain-
lain.

6. Macam dan Penggolongan Obat serta Kegunaannya.

a. Berdasarkan Khasiat/ Efek Farmakologinya.


1) Obat Analgetik. Obat yang berkhasiat mengurangi,
menekan dan menghilangkan rasa sakit atau nyeri. Dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :

a) Analgetik Narkotik, yaitu obat analgetik yang dapat


menimbulkan efek hipnotik, sedatif maupun ketergantungan bagi
pemakainya. Contoh : Morfin, Petidin, Codein, dll.

b) Analgetik Non Narkotik/Perifer, yaitu obat analgetik yang tidak


menimbulkan efek hipnotik, sedatif maupun ketergantungan bagi
pemakainya. Golongan obat ini biasanya juga berkhasiat Antipiretik.

(1) Metampiron (Antalgin).

(a) Kegunaan :

i. Mengurangi rasa sakit/ nyeri, misalnya


sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, demam
Hodgkin, sakit kepala dan lain-lain.

ii. Menurunkan demam.

(b) Aturan pakai / dosis.

i. Dewasa : oral/ injeksi 250 mg – 1 g


sekali pakai maksimum 3 g / hari.

ii. Anak-anak : (6 – 12 tahun) 250 mg –


500 mg sekali pakai maksimum 2 g / hari.

(c) Nama Sediaan/Produk.

i. Generik : Metampyron 500 mg Tablet.


3

ii. Paten : Antalgin, Novalgin, dll

iii. Lafiad : Neuralgad Tablet (kombinasi


dengan Vitamin Neurotropik dan
penenang)

(2) Parasetamol (lihat antipiretik)


(3) Asetosal (lihat antipiretik)
(4) Ibuprofen.

(a) Kegunaan: Mengurangi rasa sakit/nyeri ringan


sampai sedang, misalnya sakit kepala, sakit gigi, nyeri
haid, gejala nyeri pada tulang, sendi pegal linu dan
terkilir.

(b) Aturan pakai :

i. Dewasa : 3-4 x sehari 200 mg (satu


tablet), diminum setelah makan.

ii. Anak-anak :
a. 1 – 2 tahun 3-4 x sehari 50 mg.
b. 3 – 7 tahun 3-4 x sehari 100 mg.
c. > 8 tahun = dewasa

(c) Nama sediaan/produk :

i. Generik : Ibuprofen Tablet.


ii. Paten : Brufen, Dolofen, dll.
iii. Lafiad : Ibuprofen 400 mg Tablet

2) Antipiretik. Yaitu obat yang dapat menurunkan panas/suhu tubuh


yang meningkat. Golongan obat ini biasanya juga berkhasiat analgetik,
demikian juga sebaliknya.

a) Parasetamol (Asetaminofen).

(1) Kegunaan :

(a) Mengurangi rasa sakit, misalnya sakit kepala,


sakit gigi, nyeri haid.

(b) Menurunkan demam, misalnya demam setelah


imunisasi atau terkena infeksi seperti radang
tenggorokan.

(2) Aturan pakai/dosis.

(a) Dewasa : 325 mg atau 500 mg – 600 mg


setiap 4 atau 6 jam atau 1000 mg setiap 6-8 jam.
4

(b) Anak-anak :
i. 1 – 5 tahun 60 mg -120 mg tiap 4 atau 6
jam.
ii. 6 – 12 tahun 250 mg – 500 mg tiap 4 atau
6 jam.

(3) Nama sediaan/produk.

(a) Generik : Parasetamol Tablet/ Sirup.


(b) Paten : Panadol, Paramex, dll.
(c) Lafiad : Parasetamol Tablet/ Sirup

3) Anti Malaria. Yaitu obat dapat mencegah atau menyembuhkan


penyakit malaria. Contoh : Tablet Kina, Fansidar/Doxidar/Lafidoxin,
Kloroquin, Primaquin, Kinin-Antipyrin.

a) Kloroquin Difosfat.

(1) Kegunaan : pencegahan dan pengobatan malaria

(2) Aturan pakai/dosis :

(a) Pencegahan.

i. Untuk perorangan dan yang tinggal


sementara, obat diminum mulai 1-2 minggu
sebelum berangkat dan selama berada di daerah
endemis, kemudian diteruskan sampai dengan 4
minggu setelah meninggalkan daerah tersebut
sesuai dosis pada label dibawah ini.

ii. Untuk yang menetap (menjadi organik),


obat diminum mulai satu minggu sebelum
berangkat dan setelah sampai di daerah
endemis, obat hanya diminum selama 12 minggu
(3 bulan) sesuai dosis pada tabel dibawah ini.

Tabel dosis untuk pemakaian 1 minggu sekali :

Umur ( tahun ) Jumlah Tablet Kloroquin 150


mg / hari.
0–4 1/4
1–4 1/2
5–9 1
10 – 14 1½
> 15 2

(3) Nama Sediaan/Produk.


(a) Generik : Chloroquine 150 mg Tablet.
(b) Paten : Malarex, Mexaquin, dll.
5

(c) Lafiad : -
Untuk pemakaian obat Malaria lain selain Kloroquin
seperti Fansidar/Doksidar/Lafidoksin dan Primaquin
harus atas anjuran/ijin Dokter.

b) Prinsip terapi malaria lain selain


pemakaian kloroquin.

Tabel Pengobatan Lini Pertama Untuk Malaria :

Hari Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok


umur
2-11 1-4 5-9 10-14 ≥ 15
bulan tahun tahun tahun tahun
1 Artesunate ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ½ 1 2 3 3-4
2 Artesunate ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ½ 1 2 3 3-4
3 Artesunate ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 1½ 2
Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3

 Komposisi obat : Artesunate: 50 mg/tablet, Amodiakuin: 200


mg/tablet, Primakuin: 15 mg/tablet; tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan
anak usia kurang dari 1 tahun

 Dosis yang direkomendasikan sesuai berat badan : Artesunate: 4


mg/kgBB/hari, Amodiakuin: 25 mg/kgBB/hari, Primakuin: 0,75 mg/kgBB/hari

 Cara pemakaian: Artesunate: dosis tunggal per hari, diberikan pada


hari I, II, dan III, Amodiakuin: dosis tunggal per hari, diberikan pada hari I, II,
dan III, jika dengan dosis sesuai berat badan: 10 mg/kgBB/hari pada hari I
dan II serta 5 mg/kgBB/hari pada hari ke III, Primakuin : dosis tunggal per
hari, diberikan pada hari I

 Kombinasi menggunakan artesunate disebut juga Artemisin Base


Combination Therapy (ACT).

Sumber : dr. Ferdinand Lihad, Ditjen P2M-PL, Depkes RI.


Penanggulangan/Penanganan Malaria di Daerah Bencana, 2012.

Tabel Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria :

Hari Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
2-11 1-4 5-9 10-14 ≥ 15
bulan tahun tahun tahun tahun
1 Kina * 3x½ 3x1 3 x 1½ 3x2
Tetrasiklin/ - - - - 4 x 1/
Doksisiklin 1x1
Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3
2-7 Kina * 3x½ 3x1 3 x 1½ 3x2
6

Tetrasiklin/ - - - - 4 x 1/
Doksisiklin 1 x1

Keterangan :

 Kina: pada anak usia kurang dari 1 tahun harus berdasarkan berat
badan. Dosis kina: 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis pemberian.

 Tetrasiklin: 250 mg/tablet; tidak boleh diberikan pada anak usia kurang
dari 12 tahun dan ibu hamil.

 Doksisiklin: 100 mg/tablet; tidak boleh diberikan pada anak kurang dari 8
tahun dan ibu hamil.

Sumber: dr. Ferdinand Lihad, Ditjen P2M-PL, Depkes RI.


Penanggulangan/Penanganan Malaria di Daerah Bencana, 2012.

c) Pengobatan Malaria Berat dengan Artemeter dan Kina Injeksi :

Lini pertama: Artemether diberikan secara intramuskuler


selama 5 hari. Dosis inisial 160 mg (2 ampul) pada hari I,
diikuti 80 mg (1 ampul) pada hari berikutnya

Lini kedua: Kina per infus/drip. Kina HCl 25% 10mg/kgBB (1


ampul isi 2 ml = 500 mg kina HCl 25%) yang dilarutkan dalam
500 ml dekstrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 8 jam,
diulang dengan cairan yang sama setiap 8 jam terus-menerus
sampai penderita dapat minum obat

d) Pencegahan Malaria selain


menggunakan Klorokuin :
Doksisiklin : 1 x 100 mg/tablet, untuk usia lebih dari 8 tahun
dengan cara pemakaian sejak 1 minggu sebelum masuk ke
daerah endemis malaria sampai dengan 1 bulan setelah
kembali dari daerah endemis.

Fansidar (Sulfadoksin dan Pirimetamin): berisi 500 mg


sulfadoksin dan 25 mg pirimetamin. Diberikan 1 atau 2 hari
sebelum masuk ke daerah endemis sampai dengan 4-6
minggu setelah kembali dari daerah endemis. Dapat diberikan
1 tablet per minggu atau 2 tablet setiap 2 minggu.

4) Obat Batuk. Sesuai dengan jenisnya, maka obat batuk dibagi


menjadi dua golongan, yaitu pengencer dahak ( Ekspektoran ) dan penekan
batuk ( Antitusif ).

a) Obat Batuk Tidak Berdahak (batuk kering)/ Antitusif. Obat


golongan ini bekerja menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang
terletak di sumsum sambungan (medulla oblongata) dan mungkin juga
bekerja terhadap pusat saraf di otak dengan efek tranquilizer. Dibagi
menjadi dua :
7

(1) Zat-zat adiktif: Codein, Dionin, Pulvis Doveri, Pulvis


Opii.
(2) Zat-zat Non adiktif : Noskapin, Dextrometorfan HBr.
dan Difenhidramin. Yang harus diketahui adalah golongan Non
adiktif, golongan adiktif kewenangan pemberian mutlak oleh
dokter.

(a) Dekstrometorfan HBr

i. Kegunaan : Terapi batuk kering/tidak


berdahak.

ii. Aturan pakai/dosis.


Dewasa : 10 mg – 20 mg, 3 x sehari.
Anak-anak : 5 mg – 10 mg, 3 x sehari.

(b) Nama sediaan/produk.

i. Generik : Dextromethorpan HBr 15 mg


atau 10 mg Tablet/Sirup 10 mg/5 cc.

ii. Paten : Bufamed, Camidex, dll.

iii. Lafiad : Dextromethorpan HBr 15 mg


Tablet.

b) Obat batuk berdahak – Ekspektoran. Obat batuk ini bekerja


meningkatkan sekresi cairan saluran napas, dengan demikian
mengurangi kekentalannya sehingga mempermudah pengeluaran
dahak.Beberapa obat yang termasuk golongan ini adalah :

(1) Gliseril Guaiakolat, biasa disingkat GG.


(2) Ammonium Klorida, biasa disingkat NH4Cl
(3) Bromheksin HCl
(4) Succus Liquiriti, biasanya dipakai dalam OBH (obat
batuk hitam).

5) Obat Pilek. Pilek adalah suatu gejala adanya cairan encer atau
kental dari hidung yang disebut ingus, yang disebabkan oleh reaksi alergi
atau infeksi bakteri atau virus misalnya influenza. Obat pilek biasanya
mengandung campuran/ kombinasi antihistamin dan dekongestan hidung.

a) Anti Histamin. Yaitu obat yang dapat berkompetisi melawan


histamine, merupakan salah satu mediator dalam tubuh yang
dilepaskan pada saat terjadi reaksi alergi atau influenza
(1) Klorfenon/ Chlorpheniramine Maleat (CTM)
(2) Tripolidin.
(3) Prometazin.
Efek samping obat ini mengantuk, mual, muntah gangguan
koordinasi, hindari menjalankan kendaraan bermotor selama
memakai obat ini.
8

b) Dekongestan. Digunakan untuk membuka saluran hidung


yang tersumbat dengan jalan mengurangi pengembangan mukosa.

(1) Fenilpropanolamin.
(2) Efedrin.
(3) Pseudoefedrin.
(4) Fenilefrin.

c) Obat Pilek.

(1) Nama generik : -


(2) Nama paten : Actifed, Nasafed, dll.
(3) Nama Lafiad : -

6) Obat Flu. Flu atau influenza adalah infeksi virus dengan gejala :
demam, nyeri kepala, nyeri otot, pilek, hidung tersumbat, batuk, rasa kering
di tengorokan dan kadang-kadang disertai diare. Dapat ditanggulangi
dengan terapi non obat dan obat.

a) Terapi Non Obat. Flu dapat sembuh sendiri oleh daya tahan
tubuh, beberapa tindakan yang dianjurkan untuk meringankan gejala
flu antara lain :

(1) Istirahat 2 -3 hari dan mengurangi kegiatan fisik secara


berlebihan.
(2) Mengkonsumsi makanan bergizi, protein tinggi, serta
mengonsumsi vitamin.
(3) Banyak minum air, teh, sari buah.
(4) Sering berkumur air garam untuk mengurangi rasa nyeri
ditenggorokan.
(5) Bila gejala/ keluhan flu terlalu mengganggu, gunakan
obat flu untuk meringankannya.

b) Terapi dengan Obat. Obat Flu yang dijual bebas di pasaran


merupakan kombinasi dari beberapa zat berkhasiat antara lain:

(1) Analgetik/antipiretik (Parasetamol, Asetosal)


(2) Antihistamin (CTM, Difenhidramin, Prometazin)
(3) Ekspektoran (GG, NH4 Cl, Bromheksin)
(4) Antitusif (Dekstrometorfan HBr)
(5) Dekongestan (Fenilpropanolamin, Efedrin, Fenilefrin,
Pseudoefedrin).

c) Nama Obat Flu.

(1) Nama Generik :-


(2) Nama dagang : Sanaflu, Mixagrip, dll
(3) Nama Lafiad : Stop Fluad, Stop Fluad Plus.
(4) Dosis : Lihat brosur/leaflet.
9

Catatan : Sebagian besar obat yang dibuat atau dijual


dipasaran, berisi obat kombinasi antara obat batuk, pilek,
demam/panas dan hidung tersumbat, untuk itu sebelum
memakai atau memberikan kepada pasien harus dibaca
dengan baik “isi/ komposisi“ obat dan kegunaan masing-
masing komponen agar pengobatan bisa berhasil dengan baik.

5) Antihelmintik. Obat yang dapat membasmi cacing baik untuk


manusia maupun hewan. Contoh: Pyrantel Pamoat, Piperazin Citrat,
Mebendazol dll

6) Antihistamin/ Anti Alergi. Obat yang bekerja menghambat


pengaruh histamin berlebihan dalam tubuh dengan jalan memblok reseptor-
reseptor histamin. Reaksi alergi yang biasa timbul adalah gatal-gatal sampai
yang paling parah yaitu anafilaktik syok yang dapat menyebabkan kematian.
Reaksi alergi dapat disebabkan oleh faktor makanan (ikan laut, telur dll) dan
faktor lain debu, udara, dan pemakaian obat oleh orang tertentu. Untuk
pemakaian obat terutama perhatikan pemakaian Antibiotik atau obat lain,
jika terjadi reaksi alergi tindakan pertama hentikan pemakaian dan segera
konsultasi ke dokter. Obat Anti alergi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

a) Golongan H1-bloker :Ketotifen, Siproheptadin


b) Golongan H2-bloker :Difenhidramin HCl, Chlorpheniramin
Maleat (CTM).

7) Kemoterapi. Yaitu obat penyakit infeksi yang diakibatkan parasit


(bakteri, virus, fungi, protozoa, cacing).

a) Antibiotik. Zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme hidup


terutama fungi dan bakteri tanah yang memiliki khasiat mematikan
atau menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan toksisitasnya
relatif kecil.

(1) Golongan Penicillin: Penisilin, Ampisilin, Amoksisilin,


Sefalosforin.
(2) Golongan Aminoglikosida: Streptomisin, Kanamisin,
Neomisin, gentamisin, dll
(3) Golongan Tetrasiklin: Tetrasiklin, Klortetrasiklin,
Oksitetrasiklin.
(4) Golongan Kloramfenikol: Kloramfenikol, Thiamfenikol.
(5) Makrolida: Eritromisin, Spiramisin, Lincomicin
(6) Polipeptida: Polimiksin B, Basitasin, Kolistin, Gramisidin.

b) Fungistatik: adalah obat penghambat/pembunuh jamur.


Contoh : Nistatin, Mikonazol, Ketokonazol dll.

c) Virustatik: adalah obat penghambat/pembunuh virus. Contoh :


Asiklovir, Interferon, dll.

d) Golongan Sulfonamida. Contoh: Sulfadiazin, Sulfanilamid,


Krotrimoxazol (Baktrim), dll.
10

Catatan : Kewenangan Bintara kesehatan dalam memberikan


obat golongan kemoterapi hanya sebatas yang ada dalam Kat
Pembantu Perawat, itupun sebelumnya berkonsultasi/minta
petunjuk kepada dokter terlebih dahulu.

8) Anti Spasmodik. Yaitu obat yang berkhasiat mengobati atau


meredakan kejang jaringan otot polos. Contoh : Papaverin HCl, Spasminal

9) Diuretik. Yaitu obat yang dapat memperbanyak pengeluaran cairan


melalui air seni (diuresis). Obat ini bekerja langsung terhadap ginjal. Contoh:
Furosemid HCl (Lasix)

10) Sedativa. Yaitu obat yang berfungsi menurunkan aktivitas,


mengurangi ketegangan dan menenangkan penggunanya serta umumnya
dipakai untuk terapi kejang/ sakit kejiwaan. Contoh: Klorpromazin HCl
(Largactil), Luminal/ Phenobarbital, dll.

11) Anti Anemia. Merupakan obat yang berkhasiat membantu


meningkatkan kadar hemoglobin dan atau jumlah sel darah merah. Contoh:
Hemobion

12) Anti Diare. Diare adalah penderita yang mengalami buang air besar
dengan bentuk dan konsistensi tinja lembek sampai cair dan bertambah
frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 x atau lebih dalam 24 jam).
Diare dibagi menjadi Diare Akut (berlangsung kurang dari 2 minggu) dan
diare kronik (lebih dari 2 minggu bahkan beberapa bulan) dan Disentri. Yang
harus diwaspadai adalah keluarnya cairan tubuh secara berlebihan akibat
diare sehingga cairan dalam tubuh berkurang atau sering disebut dehidrasi.
Keadaan ini jika tidak ditanggulangi segera akan dapat menyebabkan
kematian. Penanggulangan atau hal-hal yang harus diperhatikan adalah
mencegah terjadinya dehidrasi terutama pada anak/ bayi dengan cara
sebagai berikut :

a) Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga seperti air


putih, air tajin, kuah sayur, pada bayi teruskan pemberian ASI dan
makanan tambahan bayi.
b) Berikan Oralit atau larutan gula-garam paling kurang selama 4
jam pertama.
c) Selama diare utamakan makan lunak dan tidak merangsang
(pedas dan asam), buah yang dianjurkan pisang atau apel.
d) Makan ekstra setelah Diare.
e) Obat Diare.
(1) Oralit. Obat ini tidak menghentikan diare akan tetapi
mengganti elektrolit dan cairan tubuh yang hilang bersama
tinja. Takaran/Dosis.

(a) Tidak ada Dehidrasi : Beri Oralit tiap kali BAB


(b) Mencegah Dehirasi : < 11 bln 100 cc (½ gelas)
1-4 th 200 cc (1 gelas )
> 5 th 300 cc (1 ½ gelas)
(c) Dengan Dehidrasi,
Tiga jam pertama : < 11 bln 300 cc (1 ½ gelas)
11

1-4 th 600 cc ( 3 gelas )


> 5 th 1,2 liter ( 6 gelas) /
2,4 liter ( 12 gelas )
Selanjutnya setiap BAB beri Oralit seperti tindakan mencegah
dehidrasi. Nama Sediaan/Produk
- Generik : Oralit
- Paten/dagang: Pharolit, Oramex, dll.
- Nama Lafiad : -

f) Obat Diare Lain.

(1) Obat penekan peristaltik. Obat dapat mengurangi/


mencegah diare dengan jalan menekan peristaltik usus, yang
tercantum dalam Kat Pembantu Perawat adalah Tablet
Loperamid HCL 2 mg/Imodium/Imodiad. Dosis :

i. Dewasa : Diare akut dan Kronis Permulaan 2


Tablet, lalu setiap 2 jam 1 Tablet sampai maksimal 8
Tablet sehari.

ii. Anak-anak : < 8 th 2-3 x sehari 0,1 mg / kg BB

(2) Spasmolitik. Yaitu zat yang dapat melepaskan kejang-


kejang otot yang sering mengakibatkan nyeri perut pada diare,
zat ini antara lain Papaverin dan Atropine. Obat yang ada
dalam Kat Pembantu Perawat adalah Tablet Papaverin HCl 40
mg.Dosis : Dewasa 3-4 x sehari 1 Tablet.

Pemberian oleh Bintara kesehatan harus atas


pengawasan Dokter.

13) Anti Emetik. Yaitu obat yang berkhasiat untuk menekan/


menghilangkan rasa mual/ muntah.Contoh: Dimenhidrinat (Dramamin,
Antimo)

14) Anti Hipertensi. Yaitu obat yang berkhasiat menurunkan tekanan


darah. Contoh: Captopril (Capoten)

15) Roboransia. Yaitu obat yang berkhasiat menyegarkan badan atau


menambah energi. Contoh : Multivitamin.

b. Berdasarkan Nama sediaan/Produknya.

1) Obat Generik: obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam


Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Contoh :
Paracetamol Tablet, Asam Mefenamat Tablet, Metampiron Tablet dll.

2) Obat Generik Berlogo: obat dengan nama generik yg diedarkan


dengan mencantumkan logo khusus pada penandaannya. Contoh : sama
dengan obat generik namun dalam kemasannya terdapat logo khusus “
Generik “ dalam lingkaran bergaris-garis.
12

3) Obat Paten: obat dengan nama dagang dan menggunakan nama


yang merupakan milik produsen obat yg bersangkutan.Contoh : Bactrim,
Viagra, dan lain-lain.
4) Obat Tradisional: bahan atau ramuan bahan yg berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.Contoh:Jamu racikan, jamu
gendong.

5) Obat Herbal Terstandar: sediaan obat dan obat tradisional dengan


bahan baku terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah
distandardisasi. Contoh : Tolak angin.

6) Obat Fitofarmaka: sediaan obat dan obat tradisional yang telah


dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia
atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku.
Contoh : Batugin Elixir.

Logo Jamu, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka

Perhatian :
1) Dalam memilih obat agar diprioritaskan “Kandungan Zat Berkhasiat “
dalam sediaan obat, jangan terpengaruh dengan “ Merek/Nama Produk “.

2) Obat dengan kandungan zat berkhasiat yang sama akan mempunyai


“ Efek Farmakologi/Khasiat “yang sama meskipun Merek/Nama Dagangnya
dan harganya jauh berbeda.

3) Jika kandungan obat sama, maka yang harus diperhatikan adalah


pabrik pembuat obat harus telah memenuhi persyaratan “CPOB/Cara
Pembuatan Obat Yang Baik“, dari Kemenkes RI atau BPOM RI (Badan
Pengawasan Obat dan Makanan), 100 % obat generik telah diproduksi oleh
pabrik yang memenuhi syarat CPOB termasuk obat-obat produksi Lafiad
dan Labiomed Puskesad.

4) Usahakan membeli obat pada jalur resmi sesuai ketentuan Undang-


undang untuk menghindari obat “Sub Standar” atau obat palsu, yaitu untuk
obat Bebas dan Bebas Terbatas dapat dibeli di “Toko Obat Berijin“
sedangkan golongan obat lain hanya dapat dibeli di “ Apotek “ atau “PBF
(Pedagang Besar Farmasi)”.

c. Berdasarkan Bentuk Sediaan.

1) Obat Cair.
13

a) Larutan obat suntik/injeksi. Obat ini bersifat steril yang


berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan
atau disuspensikan dulu sebelum diadministrasikan dengan cara
disuntikkan ke jaringan kulit atau selaput lendir.

b) Lotion adalah sediaan obat cair berupa suspensi atau


disperse yang digunakan sebagai obat luar. Lotion dapat berbentuk
suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan
pensuspensi yang cocok. Bahan aktif obat juga dapat dilarutkan
dalam emulsi tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang cocok.
Pada penyimpanan mungkin terjadi pemisahan, sehingga perlu
dikocok lebih dahulu sebelum dipakai. Sediaan lotion dapat ditambah
zat warna, zat pengawet, dan zat pewangi yang cocok.

c) Obat tetes (Mata, Telinga, Hidung, Minum) adalah obat


berbentuk cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi.
Penggunaannya dengan cara meneteskan dengan menggunakan alat
penetes, baik untuk obat dalam maupun obat luar.

d) Obat kumur (Gargle). Sediaan obat berupa larutan, umumnya


pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan, atau sering
disebut dengan “gargle”.

e) Solution/larutan adalah sediaan cair yang mengandung


bahan kimia aktif obat terlarut. Konsumsi solusio memberikan efek
obat yang maksimal yang biasanya dikonsumsi anak atau lanjut usia.

f) Infus. Obat cair hipotonis yang administrasinya dilakukan


secara pareneteral. Sediaan cair ini dibuat dengan mengekstraksi
simplisia nabati pada air bersuhu 90oC selama 15 menit.

g) Obat Cuci Mulut (Collutorium). Obat cuci mulut biasanya


merupakan larutan pekat dalam air yang mengadung antiseptika,
analgtika lokal, atau astringen. Sebelum digunakan biasanya perlu
pengenceran.

h) Eliksir adalah obat berbentuk larutan yang mempunyai rasa


dan bau yang sedap. Selain mengandung obat, juga mengandung zat
tambahan seperti gula dan atau zat pemanis, zat warna, zat pewangi,
dan zat pengawet. Eliksir digunakan sebagai obat dalam. Sebagai
pelarut utama, etanol digunakan untuk meningkatan kelarutan obat.

i) Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan aktif obat


yang tidak larut dalam air, yang dilarutkan dalam agen emulsifier
menjadi sediaan cair. Sediaan emulsi ini distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok dengan mendispersikan obat
yang tidak larut air tersebut menjadi partikel halus atau goblet di
dalam air dengan membentuk lapisan film mengelilingi partikel obat.
Emulsi terdiri dari dua tipe, yakni W/O (air dalam minyak) dan O/W
(minyak dalam air).
14

j) Suspensi. Obat sediaan cair ini mengandung bahan obat


padat dalam bentuk halus dan tidak larut, yang didispersikan dalam
cairan pembawa.

k) Sirup adalah sediaan cair yang berupa larutan yang


mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa
minimal 64,0% dan maksimal dari 66,0%.

l) Tingtur adalah solusio alcohol atau hidroalkohol dari bahan


nabati atau substansi kimiawi. Tingtur dibuat dengan cara maserasi
atau perkolasi. Tingtur dapat dibuat pula dengan cara melarutkan
senyawa kimia dalam pelarut yang tertera dalam masing-masing
monografi. Komposisi obat dalam tingtur bervariasi, tergantung
standar obat masing-masing. Biasanya, tingtur mengandung zat
khasiat 20% atau zat khasiat keras 10%.

m) Vaksin Cair adalah obat yang mengandung antigen berupa


kuman mati, kuman inaktif, atau kuman hidup yang telah dilumpuhkan
factor virulensinya tanpa merusak potensi antigennya. Vaksin cair
dimaksudkan untuk menimbulkan kekebalan aktif dan khas terhadap
infeksi kuman atau toksinnya.

n) Ekstrak Cair adalah obat yang diperoleh dari hasil mencairkan


bahan nabati (tumbuh-tumbuhan) atau hewani. Bisa berbentuk padat
kering, kental, atau cair.

2) Obat Padat (Tablet, Kapsul, Kaplet dll).

a) Tablet adalah sediaan obat padat kompak yang dicetak dalam


bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, yang mengandung satu jenis kandungan obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan. Bentuk tablet paling sering
ditemukan di pasaran karena ekonomis, mudah dibawa, dan mudah
diknsumsi pasien. Sediaan ini tersedia dalam bentuk terlapis film atu
gula. Sering kali disebut “pil” padahal ini bukan pil. Bentuk obat ini
tidak dianjurkan untuk anak-anak di bawah umur 6 tahun. Jika
dikehendaki untuk dikonsumsi anak di bawah umur 6 tahun, tablet
dihancurkan menjadi serbuk terlebih dahulu.

b) Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung


satu atau lebih bahan obat, diameter umumnya 3-8 mm, bobot tidak
lebih dari 300 mg. Pemakaian obat bentuk ini tidak dianjurkan untuk
anak berumur di bawah 6 tahun.

c) Kaplet adalah tablet yang bentuknya menyerupai kapsul baik


disalut maupun tidak.

d) Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang


kapsul, keras, atau lunak. Sediaan ini mirip tablet dalam
administrasinya. Sediaan kapsul memiliki dua lapisan gelatin yang di
dalam lapisannya mengandung kandungan aktif obat. Sediaan kapsul
juga sering digunakan, namun lebih mahal biaya produksinya.
15

Keuntungan sediaan kapsul adalah kandungan aktif obat dapat


berbentuk cair yang dibungkus cangkang kapsul.

e) Boli adalah bentuk sediaan seperti pil, tetapi dengan ukuran


yang lebih besar, baik diameter maupun bobotnya.

f) Granula adalah bentuk sediaan bulat seperti pil atau butiran-


butiran kecil tablet umumnya diameter tidak lebih dari 2 mm dengan
bobot lebih kurang 50 mg. Ketika dituang dalam air, granula
mengalami reaksi kimiawi membentuk gas karbondioksida. Ketika
dikunyah, akan menghilangkan gas lambung.

g) Tablet (Salut, Bukal, Sublingual, Hipodermik, Implantasi,


Vagina, Lozenges, Repreat Action, Prolong Action)

h) Ovula adalah sediaan padat yang diadministrasikan melalui


vagina, umumnya berbentuk telur, dapat melarut, melunak, dan
meleleh pada suhu tubuh.

i) Suppositoria adalah obat padat yang digunakan melalui anus,


umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak, atau meleleh
pada suhu tubuh. Zat aktif obat suppositoria ini dilepas perlahan dan
memiliki efek lokal yang baik.

j) Tablet dikunyah adalah sediaan obat bentuk tablet, berbentuk


lebih besar, disertai wangi dan rasa yang manis, serta tampilan warna
yang bagus. Obat ini perlu dikunyah supaya kandungan aktif obat
menghasilkan efek.

3) Obat Setengah Padat (Salep, Krim dll)

a) Salep adalah obat berbentuk setengah padat yang mudah


dioleskan dan digunakan sebagai obat luar (kulit dan permukaan
lain). Salep dapat berupa solusio, suspensi, atau emulsi dengan
viskositas yang tinggi. Bahan obat harus larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep mudah digunakan
dan memiliki efek samping minimal.

b) Cream adalah bentuk obat setengah padat berupa emulsi


mengandung air tidak kurang dari 60% dalam bentuk emulsi. Obat
untuk pemakaian luar.

c) Salep Mata adalah salep steril untuk pengobatan


matamenggunakan dasar salep yang cocok.

d) Pasta adalah obat berupa massa lembek yang dimaksudkan


untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan
bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dalam bentuk
vaselin atau paraffin cairatau dengan bahan dasar tidak berlemak
yang dibuat dengan gliserol, musilago atau sabun. Jumlah zat padat
umumnya tidak kurang dari 60%.
16

4) Gas Medik (Gas Anestesi, Oksigen dll)


a) Gas anaestesi
b) Gas Oksigen, dll

5) Serbuk
Serbuk merupakan bentuk sediaan padat yang berbentuk bubuk untuk
pemakaian eksternal.
a) Bedak (Herocin)
b) Powder (Sulfanilamid), dll

6) Aerosol
Formula yang disemprotkan ini mengandung bahan aktif padat
maupun cair dimana formula ini dilepas sebagai disperse gas sehingga
mampu mencapai lokasi saluran pernapasan yang dalam.

BAB III
KLASIFIKASI OBAT

7. Umum. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, obat


diklasifikasikan/digolongkan menjadi 6 (enam) golongan. Hal ini dimaksudkan untuk
keamanan sediaan, keamanan pemakaian, dan keamanan distribusi obat di pasaran/
masyarakat.

8. Klasifikasi Obat.
a. Obat Bebas.

1) Obat dijual bebas yang disebut juga OTC (Over The Counter)
2) Dalam kemasan terdapat tanda “Lingkaran Hijau“ bergaris tepi hitam.
3) Dapat diperoleh atau dibeli tanpa menggunakan resep dokter.
4) Dapat dibeli bebas baik di warung, toko obat maupun apotek-apotek.
5) Zat aktif obat relative aman dengan efek samping yang rendah
selama obat dikonsumsi sesuai petunjuk dan dosis yang dicantumkan dalam
kemasan.
6) Obat bebas biasanya digunakan untuk mengobati penyakit bersifat
ringan.
6) Contoh sediaan, antara lain Tablet Vitamin C, Vitacimin, dan minyak
kayu putih, Paracetamol.

b. Obat Bebas Terbatas. Disebut juga obat daftar “W“ (Waarchuing =


Peringatan)

1) Dalam kemasan terdapat tanda “ Lingkaran Biru “, dengan “ Tanda


Peringatan P1 s / d P6.

a) P. No 1: Awas obat keras, bacalah aturan memakainya.


17

b) P. No 2 Awas obat keras, hanya untuk kumur, jangan di


telan.
c) P. No 3 Awas obat keras, hanya untuk bagian luar
badan.
d) P. No 4 Awas obat keras, hanya untuk dibakar.
e) P. No. 5 Awas obat keras, tidak boleh di telan.
f) P. No 6 Awas obat keras, obat wasir, jangan ditelan.

2) Dapat diperoleh/dibeli tanpa menggunakan resep dokter.


3) Dapat dibeli baik di toko obat maupun di apotek-apotek, disebut pula
OTC (walaupun obat keras, namun dapat dibeli dengan jumlah tertentu di
apotek tanpa resep dokter).
4) Hanya boleh dijual dengan bungkus asli dari pabrik pembuatnya.
5) Digunakan untuk mengobati penyakit ringan hingga serius.
6) Contoh sediaan, antara lain: Tablet Mixagrip, Betadin Solutio,
Benadryl Expectoran Sirup, Antimo, dan CTM.

c. Obat Wajib Apotek.

1) Merupakan golongan obat “Keras“ yang menurut peraturan


perundangan dapat diserahkan oleh “Apoteker Pengelola Apotek (APA)“ di
apotek-apotek tanpa menggunakan resep dokter.
2) Dalam kemasan terdapat tanda “ Lingkaran Merah “ dengan huruf “K“
ditengahnya
3) Dapat diperoleh/dibeli tanpa menggunakan resep dokter di apotek-
apotek melalui Apotekernya..
4) Contoh : Tablet Asam Mefenamat/Postan, Kontrasepsi Oral, Salep
Antibiotik dan lain- lain ( lihat Kep Menkes No. 347/Menkes/SK/VII/1990
tentang Obat Wajib Apotek No 1 dan Kep Menkes No 924 / Menkes / Per/X/
1993 tentang Obat Wajib Apotek 2 ).

d. Obat Keras. Biasa disebut obat daftar “G“ (Gevaarlijk = Berbahaya) atau
daftar obat keras.

1) Dalam kemasan terdapat tanda “Lingkaran Merah“ dengan huruf “K“


ditengahnya
2) Diperoleh/dibeli “Harus“ dengan resep dokter.
3) Pada penggunaannya harus atas pengawasan dokter.
4) Tidak dapat dibeli di toko obat dan hanya dapat dibeli di apotek-
apotek sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5) Contoh : Obat bentuk Injeksi, Antibiotik oral, Obat Jantung dan lain-
lain.

e. Obat Psikotropika.

1) Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupusn sintetis


bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Dalam kemasan terdapat tanda “Lingkaran Merah“
dengan huruf “K“ ditengahnya, dengan garis tepi hitam.
2) Diperoleh/dibeli “ Harus “ dengan resep dokter..
3) Pada penggunaannya harus atas pengawasan dokter.
18

4) Tidak dapat dibeli di toko obat /tempat lain yang sejenis dan hanya
dapat dibeli di apotek-apotek sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
5) Pembelian oleh apotek atau Rumah sakit kepada PBF (Pedagang
Farmasi) tertentu, harus ditanda tangani oleh Apoteker atau APA (Apoteker
Pengelola Apotek)
6) Diatur secara Khusus dalam Undang-undang No 5 tahun 1997
tentang Psikotropika dan beberapa peraturan lain tentang OKT (Obat Keras
Tertentu ).
7) Dibagi dalam 4 (empat golongan), berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, yaitu :

a) Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya


dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi (pengobatan), serta mempunyai potensi
sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Obat yang
termasuk golongan ini, antara lain MDMA (ekstasi), Psilosibina,
psilosina, dan lain-lain.

b) Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang bekhasiat


pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Yang termasuk golongan ini antara lain :

(1) Amfetamin
(2) Methamfetamina

c) Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat


pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Yang termasuk golongan
ini antara lain :

(1) Amobarbital
(2) Flunitrazepam

d) Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat


pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Yang termasuk golongan
ini antara lain :

(1) Diazepam
(2) Fenobarbital
(3) Nitrazepam.

f. Obat Narkotika.

1) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
19

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam


Undang-Undang. Dalam kemasan terdapat tanda “Palang Medali berwarna
Merah“ dalam lingkaran.

2) Cara memperoleh atau membeli harus dengan resep dokter dan


penggunaannya diawasi secara ketat oleh dokter.

3) Tidak dapat dibeli di toko obat / tempat lain yang sejenis dan hanya
dapat dibeli di apotek-apotek sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

4) Pembelian oleh apotek atau Rumah sakit kepada PBF (Pedagang


Farmasi) tertentu (sampai saat ini hanya Kimia Farma) , harus ditanda
tangani oleh Apoteker atau APA (Apoteker Pengelola Apotek)

5) Diatur secara Khusus dalam Undang-undang No 35 tahun 2009


tentang Narkotika dan peraturan lainnya tentang Narkotika.

6) Dibagi dalam 3 ( tiga golongan ), yaitu :

a) Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat


digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Jenis-jenis narkotika
golongan I antara lain : Heroin, Kokain, Opium dan lain-lain.

b) Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkasiat


pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Jenis-jenis narkotika golongan II, antara lain :
Morfina, Fentanil dan Petidina

c) Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat


pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Jenis-jenis narkotika yang
termasuk golongan III, antara lain : Kodeina, Etil Morfina (Dionina).

Catatan : Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab Bintara Kesehatan di


lapangan, kewenangan Bintara kesehatan dalam memberikan obat kepada
pasien/prajurit lain adalah sebatas pada golongan Bebas, Obat Bebas
Terbatas, dan sebagian kecil golongan Obat Keras yang tercantum dalam
Kat Perawat, Kat Pembantu Perawat, dan Kat Prapas. Kelompok obat diluar
itu terutama obat golongan Narkotika, Psikotropika dan Obat Keras diluar
Kat Perawat, Kat Pembantu Perawat, dan Kat Prapas, seorang Bintara
sama sekali tidak diberi kewenangan untuk memberikannya kepada pasien
kecuali atas ijin/anjuran atau perintah “Dokter“.
20

BAB IV
CARA PEMBERIAN OBAT

9. Umum. Cara pemberian obat atau administrasi obat memegang peran sangat
penting dalam keberhasilan tujuan pengobatan, sebagai seorang prajurit kesehatan
harus memahami dengan benar cara pemberian obat, hal ini disamping sangat
bermanfaat bagi diri sendiri juga dapat dipakai dasar untuk memberikan penyuluhan
kepada prajurit lain tentang bagaimana cara pemberian obat yang benar.

10. Cara Pemberian Obat yang Benar.

a. Minumlah obat sesuai anjuran/dosis yang ditetapkan, pada waktu yang tepat
dan sesuai jangka waktu pengobatan yang telah ditentukan. Pemberian obat tanpa
petunjuk langsung dari Dokter hanya boleh untuk pemberian obat Bebas dan obat
Bebas Terbatas serta untuk keadaan atau masalah kesehatan ringan. Pemakaian
obat Bebas atau obat Bebas Terbatas mengikuti aturan yang tercantum dalam
kemasan, kecuali disarankan lain oleh dokter / tenaga kesehatan.

b. Pemberian obat Bebas atau obat Bebas Terbatas tersebut tidak secara
terus menerus. Jika dalam 2-3 hari tidak ada perubahan atau tanda-tanda
penyembuhan atau kondisi pasien malah semakin parah atau pemakaian obat
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, segera konsultasi ke Dokter.

c. Berbagai obat-obatan jangan dicampur dalam satu wadah.

d. Untuk menghindari kesalahan, hindari minum obat di tempat gelap.

e. Bacalah Etiket atau leflet/brosur sebelum meminum obat karena pada etiket
tersebut tertera informasi-informasi yang penting.

11. Pemberian Obat melalui Mulut (Oral).

a. Obat oral terdapat dalam beberapa bentuk sediaan seperti tablet, kaplet,
kapsul, dan cairan /larutan. Jika anda kesulitan menelan obat dalam bentuk
sediaan yang diberikan, mintalah sediaan yang sesuai atau hubungi tenaga
kesehatan lain yang kompeten.

b. Ikuti petuntuk Dokter atau Tenaga Kesehatan lain yang kompeten untuk
menghasilkan efek kerja obat yang optimal. Beberapa obat harus diminum sebelum
makan, pada waktu makan, atau sesudah makan.

c. Apabila meminum obat dalam bentuk cair, gunakanlah sendok takar, hindari
memakai sendok makan karena umumnya sendok makan tidak sesuai dengan
ukuran dosis.
21

12. Pemberian obat Tetes Mata dan Salep Mata.

a. Obat tetes mata dan obat salep mata


merupakan produk yang pembuatannya dilakukan secara steril (bebas kuman)
sehingga dalam pemberiannya harus diperhatikan agar tetap bebas kuman.

b. Untuk mencegah kontaminasi


(pencemaran), ujung wadah obat tetes mata jangan terkena permukaan benda lain
(termasuk mata) dan wadah harus tetap tertutup rapat setelah dipakai.

c. Cara pemakaian obat tetes mata, yaitu


mula-mula cucilah mata tangan anda. Tengadahkan kepala, tarik kelopak mata
bagian bawah. Teteskan/oleskan obat dan perlahan-lahan tutup mata anda.
Jangan berkedip. Biarkan mata tertutup selama 1 hingga 2 menit.

d. Setelah menggunakan tetes mata atau


salep mata, cucilah tangan anda kembali untuk membersikan sisa obat.

e. Obat tetes atau salep mata yang telah


terbuka dan dipakai, jangan disimpan lebih dari 30 hari untuk digunakan lagi
karena kemungkinan sudah tidak steril atau rusak.

f. Untuk menghindari infeksi, jangan


gunakan obat tetes/salep mata lebih dari satu orang.

13. Pemberian Obat Tetes Hidung.

a. Bersihkan hidung. Tengadahkan kepala, teteskan obat, dan tahan posisi


kepala selama beberapa menit agar obat masuk ke lubang hidung.

b. Setelah dipakai, bilas ujung hidung dengan air panas dan keringkan dengan
kertas tisu kering.

14. Pemberian Obat Tetes Telinga.

a. Untuk mencegah kontaminasi, ujung wadah obat tetes telinga jangan


terkena permukaan benda lain (termasuk telinga).

b. Cucilah tangan anda, miringkan kepala atau berbaring dengan posisi miring.

c. Cara meneteskan obat : Jari telunjuk diletakkan di depan tragus, telunjuk


tersebut mendorong ke depan sedangkan jari tengah dan ibu jari memegang atau
mengepit daun telinga kemudian ditarik kearah atas belakang (untuk dewasa) atau
ke arah bawah belakang (untuk anak-anak) sehingga liang telinga nampak jelas
dan lurus. Teteskan obat pada liang telinga, biarkan beberapa menit supaya obat
mencapai dasar liang telinga.
22

d. Ujung wadah jangan dibilas, keringkan dengan kertas tisu kering, dan tutup
wadah dengan baik.

15. Pemberian Suppositoria.

a. Cucilah tangan, buka bungkus aluminium foil dan lunakkan suppositoria


dengan air. Berbaringlah, kemudian suppositoria didorong ke dalam anus dengan
jari. Jika suppositoria terlalu lunak untuk dimasukkan, dinginkan obat dalam lemari
pendingin selama 30 menit atau air dingin sebelum membuka bungkus aluminium
foil.

b. Cucilah tangan sesudah pemberian suppositoria.

BAB V
CARA PENYIMPANAN OBAT

16. Umum.

a. Umumnya obat merupakan bahan kimia, baik sintetis maupun semi


sintetis, yang dapat rusak dalam jangka waktu tertentu atau selama penyimpanan.
Oleh karena itu, aturan penyimpanan obat harus dipatuhi sesuai dengan petunjuk
pabrik pembuat atau sifat-sifat fisika-kimia bahan obat.

b. Obat akan rusak dan atau ED (Expire Date) sesuai dengan yang
tercantum pada etiket, kemasan/wadah. Akan tetapi, penyimpanan yang tidak
sesuai aturan akan mempercepat kerusakan obat sebelum waktunya dan hal ini
sangat membahayakan bila obat di konsumsi.

17. Cara Penyimpanan Obat.

a. Simpan obat ditempat kering, sejuk, dan terlindung dari sinar matahari
langsung.

b. Jauhkan dari jangkauan anak-anak

c. Jangan menyimpan obat sediaan cair dalam freezer, kecuali atas petunjuk
dalam etiket atau pabrik.

d. Jangan simpan obat dalam kulkas, kecuali atas petunjuk dalam etiket atau
pabrik pembuat.

e. Obat tertentu harus disimpan dalam lemari es, misalnya Vaksin,


Suppositoria, Basilla, Ovula, dan lain-lain.

f. Jika selama penyimpanan tejadi perubahan fisik obat, seperti warna


berubah, bintik coklat meskipun terlihat masih utuh, pecah dan lain-lain, obat tidak
dapat dipakai lagi.
23

RAHASIA

g. Jangan menyimpan Kapsul dan Tablet ditempat panas atau lembab karena
dapat menyebabkan obat tersebut rusak.

h. Jangan tinggalkan obat dalam mobil terlalu lama kerena perubahan suhu
pada mobil akan merusak obat.

i. Sisihkan dan keluarkan obat yang sudah mencapai ED (Expire Date) atau
tanggal kadaluwarsa dari tempat penyimpanan. Obat jangan dipakai lagi.

18. Cara penyimpanan obat dalam Katkeslap.

a. Obat dengan batas masa pakai (kadaluarsa). Obat-obat yang telah


mendekati tanggal/bulan batas masa pakaiannya yaitu yang usia pakainya tinggal
kurang lebih 6 bulan, harus dikeluarkan dari perangkat dan dipakai untuk keperluan
rutin, tapi harus segera diganti dengan obat yang sama yang batas masa
pakaiannya masih lama (lebih dari satu tahun).

b. Perubahan warna atau kekeruhan. Jika terjadi perubahan warna/kekeruhan,


baik obat tablet maupun cair, harus segera dikeluarkan dari dalam perangkat dan
diganti dengan yang baru.

c. Cairan yang mudah menguap :

1) Yang termasuk dalam penggolongan ini antara lain adalah :


a) Alkohol
b) Chloraethyl
c) Spiritus bakar.

2) Setiap kali diadakan pemeriksaan, cairan tersebut dilihat apakah


masih ada atau tidak ada. Jika isi atau volume berkurang, kemungkinan
terdapat kebocoran dan harus segera diganti.

BAB VI
PENUTUP

19. Penutup. Demikian Naskah Sekolah ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman Gadik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar Pengetahuan Obat
untuk Pendidikan Bintara TNI AD.

Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat,

Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H.


Mayor Jenderal TNI

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai