Anda di halaman 1dari 6

INDONESIAN JOURNAL OF LABORATORY

Vol 2 (1) 2019, 8-13

Aplikasi Dimmer Switch pada Rak Kultur Sebagai Pengatur Kebutuhan


Intesitas Cahaya Optimum Bagi Tanaman In Vitro

Fifit Yuniardi1

1Politeknik Negeri Lampung,Bandar Lampung,35142,E-mail : Putragemini86@gmail.com

Submisi : 14 Agustus 2019; Penerimaan : 12 September 2019

ABSTRAK

Kultur jaringan tanaman adalah salah satu cara menumbuhkan organ tanaman dalam
suatu wadah/botol yang berisi media dalam keadaan steril. Tujuannya untuk
mendapatkan tanaman dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Faktor-faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
dalam proses pertumbuhan dalam kultur in vitro, antara lain adalah cahaya. Kualitas,
intensitas, dan lamanya radiasi yang mengenai tumbuhan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap berbagai proses fisiologi tumbuhan.
Untuk mendapatkan hasil pertumbuhan yang optimal metode cahaya sangat
dibutuhkann, namun yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan cahaya dalam proses
kultur Jaringan berbeda-beda dimana dalam proses inisiasi pembelahan sel pada
eksplan dan pertumbuhan jaringan kalus terkadang mengalami hambatan dengan
adanya cahaya sedangkan dalam pertumbuhan pemanjangan bagian tanaman dan
pengakaran kebutuhan cahaya lebih meningkat. Intensitas cahaya yang optimum
untuk tanaman pada tahap kultur inisiasi 1-1.000 lux, tahap multiplikasi 1.000-10.000
lux, tahap pengakaran 10.000 – 30.000 lux dan tahap aklimatisasi sebesar 30.000 lux.
Adanya aplikasi pada rak kultur diharapkan dapat mengatur cahaya sesuai kebutuhan
tanaman dalam kegiatan kultur in vitro.

Kata kunci : kultur jaringan; cahaya; aplikasi dimmer switch.

PENDAHULUAN
konvensional perbanyakan tanaman
Latar Belakang secara kultur jaringan banyak
Kultur jaringan Tanaman adalah mempunyai kelebihan seperti
salah satu cara menumbuhkan organ perbanyakan secara kultur jaringan
tanaman dalam suatu wadah/botol yang menawarkan peluang besar untuk
berisi media dalam keadaan steril. menghasilkan jumlah bibit tanaman yang
Tujuannya untuk mendapatkan tanaman banyak dalam relative singkat, tidak
dalam jumlah besar dalam waktu yang membutuhkan tempat yang luas, tidak
singkat. Selain itu diperoleh tanaman tergantung oleh musim, bibit yang
yang bebas virus, membantu pemulian dihasilkan lebih sehat dan dapat
tanaman untuk mempercepat memungkinkan dilakukannya manipulasi
pencapaian tujuan penelitian pada genetik.
tanaman yang biasa diperbanyak secara Faktor-faktor lingkungan yang
vegetatif. dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
Kultur jaringan memiliki pengertian perkembangan tumbuhan dalam proses
yang luas mengenai kultur in vitro pertumbuhan dalam kultur in vitro, antara
berbagai bagian tanaman pada kondisi lain adalah cahaya. Kualitas, intensitas,
nutrisi dan lingkungan yang aseptic dan dan lamanya radiasi yang mengenai
terkendali. Dibandingkan dengan tumbuhan mempunyai pengaruh yang
perbanyakan tanaman secara

ISSN 2655 4887 (Print),ISSN 2655 1624 (Online) 8


INDONESIAN JOURNAL OF LABORATORY
F. Yuniardi/ Vol 2 (1) 2019, 8-13

besar terhadap berbagai proses fisiologi Intensitas cahaya yang optimum


tumbuhan. untuk tanaman pada tahap kultur inisiasi
Cahaya mempengaruhi 1-1.000 lux, tahap multiplikasi 1.000-
pembentukan klorofil, fotosintesis, 10.000 lux, tahap pengakaran 10.000 –
fototropisme, dan fotoperiodisme. Efek 30.000 lux dan tahap aklimatisasi
cahaya meningkatkan kerja enzim untuk sebesar 30.000 lux. Kultur yang kurang
memproduksi zat metabolik untuk cahaya biasanya menunjukan gejala
pembentukan klorofil. Sedangkan, pada etiolasi dan vitrifikasi. Etiolasi dengan ciri
proses fotosintesis, intensitas cahaya panjangnya ruas tanaman yang
mempengaruhi laju fotosintesis saat terbentuk, vitrifikasi ditandai dengan
berlangsung reaksi terang. Jadi cahaya sukulensi, batang bening, dan lemas,
secara tidak langsung mengendalikan karena banyak mengandung air (Sandra,
pertumbuhan dan perkembangan 2018).
tanaman, karena hasil fotosintesis Permasalahan yang timbul
berupa karbohidrat digunakan untuk adalah cukup tidaknya lampu flourescent
pembentukan organ-organ tumbuhan. (TL) yang menyala sesuai dengan
Seperti halnya kebutuhan tanaman dalam proses
pertumbuhan tanaman dalam kondisi in- pertumbuhannya. Dimana proses
vivo, kuantitas dan kualitas cahaya, yaitu pertumbuhan tanaman in vitro dimulai
intensitas, lama penyinaran dan panjang dari inisiasi, pertumbuhan kalus,
gelombang cahaya mempengaruhi pertumbuhan tunas, multiplikasi serta
pertumbuhan eksplan dalam kultur in- pengakaran membutuhkan itensitas
vitro. Pertumbuhan organ atau jaringan cahaya yang berbeda-beda. Oleh
tanaman dalam kultur in-vitro umumnya karena itu perlu adanya cara untuk
tidak dihambat oleh cahaya, namun mengecek tingkat itensitas cahaya dan
pertumbuhan kalus umumnya dihambat bagaimana mengatur agar itensitas
oleh cahaya. cahaya yang diterima oleh tanaman
Dalam teknik kultur jaringan sesuai dengan kebutuhan tanaman
tanaman (in vitro) cahaya dinyatakan dalam kegiatan in vitro.
dengan dimensi lama penyinaran, Untuk mendapatkan hasil
intensitas dan kualitasnya. Prof. pertumbuhan yang optimal tetap cahaya
Murashige menyarankan untuk sangat dibutuhkann namun yang perlu
mengasumsikan kebutuhan lama diperhatikan adalah kebutuhan cahaya
penyinaran dalam kultur jaringan dalam proses kultur in vitro berbeda-
tanaman merupakan pencerminan dari beda dimana dalam proses inisiasi
kebutuhan periodisitas tanaman yang pembelahan sel pada eksplan dan
bersangkutan dilapangan. Kualitas pertumbuhan jaringan kalus terkadang
cahaya mempengaruhi arah diferensiasi mengalami hambatan dengan adanya
jaringan. Energy radiasi dekat dengan cahaya sedangkan dalam pertumbuhan
spectrum ultraviolet dan biru merupakan pemanjangan bagian tanaman dan
kualitas cahaya yang paling efektif untuk pengakaran kebutuhan cahaya lebih
merangsang pertumbuhan tunas, meningkat. Oleh Karena itu perlu adanya
sedangkan pembentukan akar terobosan dalam pembuatan alat yang
dirangsang oleh cahaya merah dan dapat mengatur cahaya sesuai
sedikit cahaya biru. Untuk itu tahap kebutuhan tanaman dalam kegiatan
inisiasi dan multiplikasi tunas digunakan kultur in vitro.
pencahayaan dengan lampu fluorescent Berdasarkan permasalahan
atau TL (Yusnita, 2004). yang telah disebutkan, penulis selaku

ISSN 2655 4887 (Print),ISSN 2655 1624 (Online) 9


INDONESIAN JOURNAL OF LABORATORY
F. Yuniardi/ Vol 2 (1) 2019, 8-13

tenaga pendidik di lingkungan Politeknik kultur dan perakitan lampu serta


Negeri Lampung berinisiatif untuk peralatan yang mendukung lalu uji coba
merancang sebuah penelitian berupa alat yang dibuat dan terakhir
pembuatan rak kultur yang diberikan alat pengamatan hasil dari peralatan.
dimmer switch yang digunakan untuk
meletakan tanaman dalam ruang Pelaksanaan Penelitian:
inkubasi. 1. Persiapan
Mengifentaris dan
Tujuan Penelitian mengumpulkan semua peralatan dan
Tujuan Penelitian Aplikasi Dimmer bahan yang akan digunakan dalam
Switch Pada Rak Kultur Sebagai penelitian, membuat rak kultur yang akan
Pengatur Kebutuhan Intesitas Cahaya digunakan untuk meletakan botol-botol
Optimum Bagi Tanaman In Vitro adalah kultur yang berisi tanaman, menyiapkan
untuk meningkatkan dan tanaman dalam botol kultur dari fase
mengoptimalkan pelayanan praktikum kalus, propagul/protocorm dan platet.
dengan Inovasi pembuatan alat tepat 2. Pembuatan rak kultur
guna baru yang mendukung dalam a. Mengukur kebutuhan bahan
kegiatan praktikum kultur Jaringan, Serta alumunium dan tripleks melamin
Mata kuliah lain yang terkait dengan yang dibutuhkan untuk membuat
pemakaiana laboratorium kultur jaringan. rak kultur 4 tingkat.
b. Merangkai bagian bagian yang
METODE PENELITIAN telah diukur hingga terbentuk rak
kultur.
Waktu dan Tempat Penelitian c. Pemasangan instalansi listrik dan
Penelitian akan dilakukan di alat dimmer switch pada rak kultur
laboratorium kultur jaringan Politeknik dan diletakan di ruang inkubasi.
Negeri Lampung. Penelitian dilakukan 3. Uji coba Alat.
mulai bulan April sampai September Setelah kegiatan perakitan rak
2019. kultur yang telah dipasang instalansi
listrik, lampu TL dan dimmer switch
Bahan dan alat selesai, Alat tersebut siap dilakukan uji
Bahan yang digunakan dalam coba alat di laboratorium kultur jaringan
penelitian ini adalah batang alumunium Politeknik Negeri Lampung. Adapun uji
15 mm, tripleks melamin 9 mm, baut, lem coba yang dilaksanakan adalah :
kayu, lampu TL 40 watt full body, kabel a. Menghidupkan lampu TL yang
nym 0,75 mm, saklar, steker, stop dirakit pada rak kultur pada ruang
kontak. Sedangkan alat yang digunakan inkubasi
dalam pelaksanaan penelitian ini antara b. Mengukur kerapatan lux dengan
lain lux meter, bor listrik, Tool kit, Pensil menggunakan lux meter pada rak
2B, multi tester, Soldier, dimmer switch. kultur dengan mengarahkan
sensor keruangan inkubasi.
Rancangan Penelitian c. Mengatur kerapatan lux dengan
Penelitian ini dilakukan dengan dimmer switch sesuai dengan
beberapa tahapan yaitu dengan yang diinginkan. Bila terlalu tinggi
persiapan pembuatan dan inventarisasi kerapatan lux dapat diturunkan
alat dan bahan yang di butuhkan, lalu dengan mengecilkan dimmer
merancang bentuk dan sistem kerja switch dan bila kerapatan lux
peralatan, kemudian pembuatan rak

ISSN 2655 4887 (Print),ISSN 2655 1624 (Online) 10


INDONESIAN JOURNAL OF LABORATORY
F. Yuniardi/ Vol 2 (1) 2019, 8-13

kurang dapat dilakukan dengan Tinggi cahaya yang diperlukan


penambahan lampu TL. pada proses inisiasi sekitar 1- 1.000 lux,
d. Meletakan botol kultur yang berisi dimana dalam proses inisiasi cahaya
eksplan atau platet sesuai dengan dibutuhkan dalam proses
kebutuhan tanaman akan fotomorfogenesis. Hal ini berbeda
kerapatan lux pada rak kultur. dengan perkecambahan yang terjadi
e. Mengamati akan pertumbuhan dalam prosesnya (generative), dimana
tanaman dan menganalisis kecambah akan lebih cepat tumbuh pada
kesesuaian pertumbuhan eksplan keadaan yang pencahayaannya kurang
atau platet dengan hasil yang namun dalam proses kultur jaringan
diharapkan. pencahayaan dibutuhkan untuk
4. Pengamatan Perkembangan struktur tumbuhan. Jenis
Pengamatan meliputi: tanaman yang berbeda memungkinkan
a. Kesesuaian kerapatan lux sesuai terjadi perbedaan kebutuhan tinggi
yang diharapkan dengan lux meter cahaya yang berbeda-beda pula. Akan
b. Melihat pertumbuhan eksplan tetapi pemberian cahaya yang sangat
ataupun plantet pada botol-botol terlalu tinggi dapat menghambat dalam
kultur. pemanjangan tunas akibat terhambatnya
hormone auksin dalam proses
HASIL DAN PEMBAHASAN pertumbuhan tunas.

Hasil pengamatan pertumbuhan


tunas menunjukan perbedaan yang
nyata, dimana pertumbuhan dengan lux
yang tinggi menghasilkan pertumbuhan
yang lebih baik dibandingkan dengan lux
yang remdah. Namun dari hasil
pengukuran yang didapatkan, tidak
semua titik pengukuran memenuhi batas
minimumdan maksimum pencahayaan.
Hal tersebut di karenakan adanya
beberapa titik ruangan rak yang jauh dari
sumber cahaya dari lampu. Faktor lain a
yang dapat menyebabkan pencahayaan
tersebut kurang terang adalah adanya
kemungkinan tertutup / terhalang oleh
benda-benda sehingga menghalangi
cahaya. Pada beberapa titik pengukuran
menunjukkan hasil pengukuran yang
cukup tinggi yaitu mencapai 1246 dan
1519 lux. Untuk tahap inisiasi pada
tanaman pisang dari hasil pengamatan
dengan lux mencapai 973 lux tunas mulai
muncul dari proses inisiasi tersebut
sedangkan denga tingkat pencahayaan b
030 lux terjadi penghambatan dalam Gambar 1. a) tingkat pencahayaan 30
proses inisiasi pisang tersebut. lux, b) tingkat pencahayaan 973 lux

ISSN 2655 4887 (Print),ISSN 2655 1624 (Online) 11


INDONESIAN JOURNAL OF LABORATORY
F. Yuniardi/ Vol 2 (1) 2019, 8-13

Dalam gambar 2 tingkat jaringan berbeda-beda inilah maka


kebutuhan cahaya dalam proses inisiasi kebutuhan tanaman terhadap cahaya
tunas aksilar aglonema juga menunjukan juga akan berbeda. Walaupun dalam
lux yang lebih tinggi menghasilkan kultur jaringan zat pengatur tumbuh
kecepatan pertumbuhan tunas. sangat mempengaruhi pertumbuhan
namun dengan diimbangi dengan
pencahayaan yang optimum maka
proses perbanyakan tanaman (tunas)
akan lebih menghasilkan jumlah tunas
yang lebih banyak karena cahaya dapat
menghambat dominasi pertumbuhan
apikal.

b
Gambar 2. Tanaman Aglonema dengan
a) tingkat pencahayaan 20 lux, b) tingkat
pencahayaan 950 lux
b
Dengan itensitas cahaya yang Gambar 3. Tahap multifikasi tanaman
kurang diterima oleh tanaman akan pisang pada a) tingkat pencahayaan
menyebabkab kerusakan auksin yang 1248 lux, b) tingkat pencahayaan 582 lux
berperan dalam kegiatan pemanjangan
tunas dari eksplan tanaman. Hasil Dalam proses perbanyakan atau
pengamatan juga menunjukan tanaman tahap multiplikasi dari kegiatan yang
yang kurang mendapatkan cahaya telah dilaksanakan menunjukan
sebagian besar plantet mengalami kebutuhan cahaya semakin tinggi karena
kematian. efek cahaya dapat meningkatkan kerja
Dalam kegiatan kultur jaringan enzim untuk memproduksi zat metabolik
terdapat tahapan-tahapan yang harus untuk pembentukan klorofil. Multiplikasi
dilakukan sebelum eksplan menjadi adalah kegiatan eksplan dalam
tanaman yang siap untuk di tanam di memperbanyak jumlah bagian tanaman,
lingkungan luar. tahap atau proses kultur untuk kultur in vitro sendiri kegiatan

ISSN 2655 4887 (Print),ISSN 2655 1624 (Online) 12


INDONESIAN JOURNAL OF LABORATORY
F. Yuniardi/ Vol 2 (1) 2019, 8-13

multiplikasi sebagian besar ditujukan kegiatan yang telah dilaksanakan ini


untuk perbanyakan tunas. masih banyak sekali kekurangan dimana
tidak adanya pengujian terhadap lebih
PENUTUP banyak tanaman sebagai sample.
Keterbatasan waktu dan tempat juga
Kesimpulan mempengaruhi kurangnya data
Berdasarkan hasil pembahasan pengamatan untuk menentapkan
maka dapat disimpulkan tingkat kebutuhan cahaya. Diharapkan akan
kebutuhan cahaya yang disebut lux ada masa dimana pengoptimalisasi
sangat perlu diperhatikan dalam kegiatan cahaya dapat membantu para peneliti
kultur in vitro. Hal ini dapat dilihat dari dalam pengambilan keputusan dan pihak
pembahasan diatas dimana tingkat pengembang dapat mengurangi out put
kebutuhan cahaya pada saat inisiasi dan dalam membiayai produksi tanaman
multiplikasi sangat jelas. Dari uraian secara kultur in vitro.
tersebut tahapan inisiasi membutuhkan
tingkat cahaya rendah dan pada tahap DAFTAR PUSTAKA
multiplikasi kebutuhan cahaya akan lebih
meningkat, disamping tanaman akan Sandra, E. 2018 . Buku Pelatihan Kultur
mengalami kematian bila tidak Jaringan Esha Flora. Esha Flora .
mendapatkan cahaya yang sesuai engan Bogor. 105 hal.
kebutuhannya. Hal ini akan bertolak Sulistiani, E dkk. 2018. Produksi Bibit
belakang bila saja perbanyakan tanaman Tanaman Dengan Menggunakan
dilaksanakan secara organogenesis Teknik Kultur jaringan. Seameo
tidak langsung atau melewati tahap Biotrop. Bogor
pengkalusan dimana tanaman lebih Yusnita. 2004. Kultur Jaringan: Cara
membutuhkan fase gelap dibandingkan Memperbanyak Tanaman Secara
fase terang. Efisien. Agromedia Pustaka.
Tanggerang. 105 hal.
Saran Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan
Perlu dilakukan penelitian lebih Tanaman: Solusi Perbanyakan
lanjut mengenai kebutuhan cahaya Tanaman Budidaya. Bumi Aksara.
terhadap tanaman in vitro. Karena Jakarta. 250 hal.

ISSN 2655 4887 (Print),ISSN 2655 1624 (Online) 13

Anda mungkin juga menyukai