Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus + Gangren

Disusun Oleh : Maizanora,S.Kep

PUSLKESMAS TANJUNG PAKU


DINAS KESEHATAN KOTA SOLOK
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DIABETES MELITUS + GANGREN”.
Dalam mengerjakan makalah ini, kami menemukan beberapa kesulitan. Tapi
berkat bantuan dari rekan-rekan sekalian, kami bisa menyelesaikan makalah ini
tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Solok,

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................

1. Latar Belakang..................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
3. Tujuan.................................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................

A. Anatomi Fisiologi Sistem ................................................................................... 3


B. Landasan Teoritis Penyakit Diabetes Melitus ..................................................... 4
b.1 Defenisi....................................................................................................... 4
.....................................................................................................................
b.2 Etiologi........................................................................................................ 9
b.3 Patofisiologi / Pathway............................................................................... 11
b.4 Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala........................................................ 12
b.5 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik..................................................... 14
b.6 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.................................................. 15
b.7 Komplikasi.................................................................................................. 20
b.8 WOC........................................................................................................... 21
C. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan ............................................................
c.1 Pengkajian................................................................................................... 22
1. Data Klinis............................................................................................ 22
2. Keluhan Utama..................................................................................... 22
3. Riwayat Kesehatan................................................................................ 22
4. Pemeriksaan fisik.................................................................................. 22
5. Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 23
6. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon................................................ 23
c.2 Perumusan Diagnosa (NANDA)................................................................. 26
c.3 Perumusan Kriteria Hasil (NOC)................................................................ 26
c.4 Perumusan Intervensi Keperawatan (NIC)................................................. 26
D. Aplikasi Kasus..................................................................................................... 36

BAB III PENUTUP.........................................................................................................

A. Kesimpulan......................................................................................................... 47
B. Saran................................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diabetes militus adalah penyakit metabolik yang mana seseorang memiliki kadar
gula darah tinggi, baik karena pancreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau
insulin yang dihasilkan tidak direspon oleh sel. Tingginya gula darah menimbulkan gejala
sering buang air kecil, rasa haus dan lapar jadi meningkat.

Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan metabolik dengan etiologi


multifaktorial. Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia kronis dan mempengaruhi
metabolisme protein, karbohidrat, serta lemak. Diabetes melitus dalam jangka waktu yang
lama akan menimbulkan rangkaian gangguan metabolik yang menyebabkan kelainan
patologis makrovaskular dan mikrovaskular.

Diabetes diklasifikasikan sebagai diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes


gestasional, dan toleransi glukosa yang terganggu. Sindrom metabolik atau sindrom X
yang berkaitan erat dengan diabetes melitus.

Patogisiologi DM berpusat pada gangguan sekresi insulin dan gangguan kerja


insulin. Penyandang DM akan ditemukan dengan berbagai gejala seperti poliuria (banyak
berkemih), polidipsia (banyak minum) dan polifagi (banyak makan) dengan penurunan
berat badan. Hiperglikemia dapattidak terdeteksi karena penyakit DM tidak menimbulkan
gejala (asimtomatik) dan menyebabkan kerusakan vaskuler sebelum penyakit ini
terdeteksi.

Komplikasi mikrovaskuler yang berkaitan dengan DM meliputi retinopati,


nefropati, dan neuropati. Penyandang DM menghadapi peningkatan risiko untuk
menderita penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan penyakit vaskular perifer.

Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit diabetes melitus dengan gangren untuk memudahkan kita sebagai
calon perawat dalam merawat pasien dengan penyakit diabetes melitus .

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Anatomi dan fisiologi kelenjar endokrin?


2. Apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus ?
3. Bagaimana etiologi terjadi diabetes mellitus ?
4. Apa manifestasi / tanda dan gejala dari diabetes mellitus ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dan diagnostik pada diabetes mellitus ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan diabetes mellitus ?
7. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada kasus diabetes mellitus ?
8. Bagaimana patofisiologi diabetes mellitus ( WOC ) ?
9. Bagaimana pengkajian pada pasien dengan diabetes mellitus ?
10. Apa diagnosa keperawatan (NANDA) yang akan muncul pada diabetes
mellitus ?
11. Bagaimana NOC dan NIC penyakit diabetes mellitus ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Makalah ini di buat bertujuan untuk :
a. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa 2.
b. Memberikan informasi kepada para pembaca mengenai Asuhan
Keperawatan diabetes mellitus .
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Landasan Teori pada penderit diabetes mellitus
b. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien diabetes
mellitus
c. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien
diabetes mellitus
d. Mampu menentukan intervensi untuk mengatasi masalah keperawatan yang
timbul pada klien diabetes mellitus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Dan Fisiologi Pankreas

Anatomi
Fisiologi

Pengertian pancreas

Pankreas merupakan kumpulan kelenjar yang melepaskan enzim pencernaan


kedalam usus dan mengeluarkan hormon insulin dan glucagon kedalam aliran darah. Dua
hormon ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat (gula). Pankreas menempel
pada duodenum (usus 12 jari), bagian atas dari usus halus.

Kelenjar pankreas terletak pada bagian belakang lambung dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari).

Bagian dari pancreas:

1. Kepala pancreas
Terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum yang
melingkarnya.
2. Badan pancreas
Merupakan bagian utama dari organ ini. Letaknya di belakang lambung dan di depan
vertebrae umbalis pertama.
3. Ekor pankreas
Bagian runcing di sebelah kiri yang sebenarnya menyentuh limfa.

Fungsi pankreas:
1. Fungsi endokrin
Yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit.
2. Fungsi endokrin
Sekelompok kecil sel epithelium yang berbentuk pulau-pulau kecil atau
Langerhans yang bersama-sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan
insulin.
3. Fungsi sekresi eksternal
Yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke duodenum yang berguna untuk proses
pencernaan makanan di intestinum.
4. Fungsi sekresi internal
Yakni sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau Langerhans sendiri langsung
dialirkan ke dalam peredaran darah.

Hasil sekresi berupa:

1. Hormone insulin
Ini langsung dialirkan dalam darah tanpa melewati duktus.kumpulan dari sel-sel ini
berbentuk seperti pulau-pulau yang disebut pulau langerhans.
2. Getah pankreas
Sel-sel yang memproduksi setelah pankreas ini termasuk kelenjar ensokrin. Getah
pankreas dikirim ke dalam duodenum melalui duktus pankreatik. Duktus ini bermara
pada papilla vateri yang terletak pada dinding duodenum.
.
Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda.
Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m,
terbanyak adalah yang besarnya 100 – 225 m. Jumlah semua pulau langerhans di
pankreas diperkirakan antara 1 – 2 juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
(1). Sel – sel A ( alpha )
Jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi glikagon yang manjadi faktor
hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like activity “.
(2). Sel – sel B ( betha )
Jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.
(3). Sel – sel D ( delta )
Jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat somatostatin.
Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat
pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan
banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel betha sering ada
tetapi berbeda dengan sel beta yang  normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi
pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.

B. Landasan Teoritis Penyakit


1. Definisi
Diabetes militus adalah sekelompok penyakit metabolik dimana seseorang
memiliki gula darah tinggi, baik karena pancreas tidak memproduksi insulin yang cukup
atau insulin yang dihasilkan tidak direspon oleh sel. Tingginya gula darah menghasilkan
gejala sering buang air kecil, haus meningkat dan kelaparan meningkat.

 Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan


gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)
 Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan
multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)
 Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh
faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (WHO).
 Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).

Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan
mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang
disebabkanoleh infeksi. ( Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman
danberbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar
ditungkai. ( Askandar, 2001).
Gangren adalah kematian jaringan, biasanya berhubungan dengan berhentinya
aliran darah ke daerah yang terkena.
Ganggren adalah akibat dari kematian sel dalam jumlah besar, ganggren dapat
diklasifikasikan sebagai kering atau basah. Ganggren kering meluas secara lambat
dengan hanya sedikit gejala, ganggren kering sering dijumpai di ekstremitas
umumnya terjadi akibat hipoksia lama. Gangren basah adalah suatu daerah dimana
terdapat jaringan mati yang cepat peluasannya, sering ditemukan di oragan-organ
dalam, dan berkaitan dengan infasi bakteri kedalam jaringan yang mati tersebut.
Ganggren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai oleh manifestasi
sistemik.Ganggren basah dapat timbul dari ganggren kering.
Ganggren gas adalah jenis ganggren khusus yang terjadi sebagai respon
terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri aerob yang di sebut klostridium
ganggren jenis ini paling sering terjadi setelah trauma, ganggren gas cepat meluas ke
jaringan di sekitarnya sebagai akibat di keluarkan nya toksin-toksin oleh bakteri yang
membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel ototsangat rentan terhadap toksin ini dan
apabila terkena akan mengeluarkan gas hydrogen sulfide yang khas, ganggren jenis
ini dapat mematikan.

Tipe-tipe diabetes militus:

1. Diabetes melitus tipe 1


yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh
pankreas. Tipe 1 ini banyak diderita oleh orang-orang umur dibawah 30 tahun, dan
paling sering dimulai pada usia remaja 10-13 tahun. Tipe ini biasanya diterapi dengan
pemberian suntikan insulin.

2. Diabetes melitus tipe 2,


yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan insulin oleh
tubuh menjadi tidak efektif. Pada umumnya tipe ini dimulai pada usia dewasa di atas
40 tahun dengan kejadian lebih besar pada orang gemuk (overweight). Tipe 2 ini
dimulai dengan keluhan ringan yang sering kali tidak dikenali sampai timbul gejala
stadium lanjut, bahkan sampai terjadi komplikasi. Oleh karena itu jika terdapat gejala
penyakit diabetes, segeralah berkonsultasi dengan dokter.
3. Diabetes gestasional
adalah hiperglikemia yang pertama kali ditemukan saat kehamilan.

Gangren

Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :

 Derajat 0 :
Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
 Derajat I :
Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
 Derajat II :
Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
 Derajat III :
Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
 Derajat IV :
Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
 Derajat V :
Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi 2 (dua)
golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati
( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah
betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.

2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )


Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan
dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa,
oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.

2. Etiologi

Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :

a. Faktor genetic
Riwayat keluarga dengan diabetes :

Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes


mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang
menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan
keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.

b. Faktor non genetic

1.)Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi
genetic terhadap diabetes mellitus.

2.)Nutrisi
a.)Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.)Malnutrisi protein
c.)Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.

3.)Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.

4.)Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,


akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin
meningkat

Diabetes tipe 1

Dipercaya sebagai penyakit autoimun, di mana sistem imun tubuh sendiri secara
spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin yang terdapat pada
pankreas. faktor genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu berperan
dalam proses memicu terjadinya kejadian autoimun ini. Walaupun diabetes tipe 1
berhubungan dengan faktor genetik, namun faktor genetik lebih banyak berperan pada
kejadian diabetes tipe 2.
Diabetes tipe 2

Faktor-faktor risiko mayor seseorang untuk menderita diabetes tipe 2.

 Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak atau
adik)
 Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)
 Dislipidemia
 kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi (>150mg/dl) atau kadar
kolesterol HDL <40mg/dl
 Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT)
 Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan
berat lahir lebih dari 4.500 gram
 Makanan tinggi lemak, tinggi kalori
 Gaya hidup tidak aktif (sedentary)
 Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan ideal)
 Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun
 Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga
resistensi insulin

Diabetes gestasional

Disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Peningkatan


kadar beberapa hormon yang dihasilkan plasenta membuat sel-sel tubuh menjadi
kurang responsif terhadap insulin (resistensi insulin). Karena plasenta terus
berkembang selama kehamilan, produksi hormonnya juga semakin banyak dan
memperberat resistensi insulin yang telah terjadi.

Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang lebih banyak
(sampai 3x jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang terjadi. Namun,
jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah akan
meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional. Kebanyakan wanita yang
menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar gula darah normal setelah
melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
menderita diabetes gestasional pada saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita
diabetes tipe 2 di kemudian hari.

Gangren Kaki Diabetik

Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik


dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen :
a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen :
a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat

3. Patofisiologi/Pathways

a. Diabetes Mellitus
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek
utama kekurangan insulin sebagai berikut :
1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada
dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes
mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes
mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus
meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang
ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka
luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme
telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak,
kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat
dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter
 Diabetes militus tipe II
Dikarenakan sel-sel peifer tidak peka terhadap insulin, insulin di gunakan sebagai
mediator masuk nya glukosa ke dalam sel

b. Gangren Kaki Diabetik


Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM
yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati,
baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan
distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermuda terjadinya ulkus.
Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi
infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah
rumitnya pengelolaan kaki diabetes.

4. Manifestasi Klinis

Tanda yang tampak pada orang diabetes militus adalah:

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana
gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak
kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.

c. Polipagi (banyak makan)


Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun
klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada
pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya
akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan
tetap kurus

e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

f. Sering kesemutan

gejala ini disebut neuropati. Hal ini karena kandungan gula dalam darah yang
tinggi dapat menyebabkan kerusakan system saraf. Dapat juga terjadi penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

Gejala Klinis

Gejala klinis yang dialami oleh penderita diabetes dapat diketahui melalui
pemeriksaan di laboratorium. Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan kadar gula
darah. Pada prosesnya pengambilan darah untuk pengecekan ini dilakukan dua kali
atau dalam dua kondisi yaitu setelah puasa (8 jam tidak menerima asupan gula baik
melalui makanan atau minuman) dan kondisi biasa (tidak puasa atau minimal 2 jam
setelah makan). Pada kedua pemeriksaan ini apabila, kadar gula biasa ≥ 120 mg/dl
atau kadar gula puasanya ≥ 126 mg/dl, berarti Anda positif (+) menderita Diabetes.
Jadi, segeralah periksa gula darah Anda. Penanganan yang cepat dan tepat akan
memberikan hasil yang lebih baik.

5. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik

 Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dL


 Aseton plasma ( keton ) : positif
 Asam lemak bebas : peningkatan lipid dan kolesterol
 Osmolalitas serum : peningkatan kurang dari 330 mOsm / L
 Elektrolit :
Natrium : normal, meningkat ataupun turun

Kalium : normal, peningkatan semu, kemudian menurun

Fosfor : menurun

 Hemoglobin glikosilat : meningkat 2 – 4 kali lipat


 Gas darah arteri : pH rendah dan penurunan HCO 3 ( asidosis metabolik ) dengan
kompensasi alkalosis respiratorik.
 Trombosit darah : peningkatan Ht, leukositosis, hemokonsentrasi.
 Ureum / kreatinin : dapat normal ataupun meningkat
 Amilase darah : meningkat.
 Insulin darah : menurun sampai tidak ada (pada tipe I) dan meninggi pada tipe II
 Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid
 Urine : gula dan aseton positif, peningkatan berat jenis dan osmoallitas.
 Kultur dan sensitifitas : ISK, infeksi pada sistem nafas dan infeksi pada luka.

Diagnosis diabetes mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya gejala khas diabetes
mellitus berupa poliuria, polidipsi, poliphagia, lemas dan berat badan menurun. Jika
keluhan dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang
lebih 216 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnose

6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a. Diet

Prinsip penatalaksanaan diet pada diabetes mellitus adalah:

1. Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah ke kadar normal.


2. Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
3. Mencegah komplikasi akut dan kronik.
4. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup.
5. Menyesuaikan berat badan ke berat badan normal
6. Menberikan modifikasi diet sesuai keadaaan
7. Menurunkan gula dalam urine menjadi negative
8. Penentuan jumlah kalori diet pasien DM

Untuk menentukan diet kita harus diketahui terlebih kebutuhan energi dari
penderita diabetes mellitus. Kebutuhan itu dapat kita tentukan sebagai berikut:

9. Menentukan presentase RBW (Relatif Body Weight) atau BBR (Berat Badan
Relatif)

BBR = BB x 100%

TB-100

10. Menentukan klasifikasi gizi penderita DM:

 Kurus (underweight): BBR < 90%


 Normal      : BBR < 90-100%
 Gemuk         : BBR >110%
 Obesitas        : BBR >120%
o Obesitas ringan    : BBR >120-130%
o Obesitas sedang    :BBR >130-140%
o Obesitas berat    : BBR > 140%

Menentukan kebutuhan kalori:

 Kurus         : BBx 40-60 kal/hari


 Normal     : BBx 30 kal/hari
 Gemuk     : BBx 20 kal/hari
 Obesitas    : BBx 10-15 kal/hari

Selain itu juga ada cara lain untuk menentukan kebutuhan kalori yang sesuai untuk
mencapai dan mepertahankan berat badan ideal komposisi energi adalah 60 – 70%
dari karbohidrat, 10 - 15% dari protein dan 20 – 25% dari lemak.

1. Prinsip diet yang digunakan pasien DM dengan menggunakan prinsip Tepat 3J.
yaitu
a. Tepat jumlah bahan makanan
b. Tepat jadwal makan
c. Tepat jenis bahan makanan
2. Karbohidrat kompleks (serat dan tepung) yang dikonsumsi penderita diabetes
mellitus harus ditekankan adanya serat. Sumber serat yang baik adalah buah-
buahan dan sayur-sayuran.
3. Lemak karena prevalemsi penyakit jantung koroner pada diabetes mellitus.
Lemak jenuh harus dibatasi sampai sepertiga atau kurang dan kalori lemak yang
dianjurkan, dan lemak jenuh harus memenuhi sepertiga dari total kalori lemak.
4. Alkohol mempunyai banyak hal yang tidak menguntungkan untuk penderita
diabetes mellitus. Alkohol dapat memperburuk hiperlipidemia, dam dapat
mencetuskan hipoglikemia terutama jika tidak makan.
5. Natrium individu dengan diabetes mellitus dianjurkan tidak makan lebih dari 43
gram natrium setiap harinya. Konsumsi yang berlebihan cenderung akan timbul
hipertensi.

Penyuluhan diet

Pendidikan ditujukan pada pentingnya konsistensi atau kontinuitas pada


kebiasaan, hubungan antara makanan dan insulin dan adanya rencanan makan
yang sesuai kebutuhan. Perawat memegang peranan penting dalam
mengkomunikasikan informasi yang tepat kepada ahli diet dan pemahaman
pasien.

 Aktivitas fisik / latihan


Latihan dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler, menurunkan berat badan, mengurangi rasa stres dan
memeprtahankan kesegaran tubuh, serta mengubah kadar lemak darah. Pasien
dianjurkan untuk melakukan latihan pada saat yang sama dan intensitas yang
sama setiap harinya.

 Pemantauan
Pemantauan dilakukan terhadap kadar glukosa dan keton berupa pemeriksaan
mandiri, hemoglobin glikosilasi dan pemeriksaan urin.

 Terapi jika diperlukan


Pada penderita Diabetes tipe I diperlukan pemberian insulin eksogeneus dalam
jumlah yang tidak terbatas. Sedangkan pada Diabetes tipe II, insulin diperlukan
untuk terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet
dan obat hipoglikemia oral tidak dapat memantaunya. Pada sebagian penderita
Diabetes tipe II insulin dibuthkan secara temporer selama mengalami infeksi ,
sakit, kehamilan, pembedahan dan kejadian stres lainnya.

 Pendidikan
Pasien diajarkan untuk merawat diri sendiri setiap hari dan memiliki perilaku
preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik jangka
panjang. Pendidikan juga diarahkan kepada pemberian informasi dan
keterampilan dasar seperti keterampilan untuk bertahan hidup, serta informasi
tingkat lanjut seperti tindakan preventif berupa perawatan kaki, mata, higyene
umum dan penanganan faktor resiko.

b. Olahraga

Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih ½
jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rythmiccal Intensify Progressive
Endurance). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi
dan relaksasi secara teratur. Latihan CRIPE minimal dilakukan selama 3 hari dalam
seminggu, sedangkan 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olahraga
kesenangannya. Adanya kontraksi otot yang teratur akan merangsang peningkatan
aliran darah dan penarikan glukosa kedalam sel.
Hal yang perlu diingat dalam latihan jasmani adalah jangan memulai olahraga
sebelum makan, memakai sepatu yang sesuai ukuran dan harus didampingi orang
yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia. Penderita diabetes mellitus yang
memulai olahraga tanpa makan akan beresiko terjadinya stravasi sel dengan cepat
dan akan berdampak pada nekrosis sel.

Sebaiknya jenis aerobik seperti berjalan, joging, bersepeda, berenang, dan senam.
Frekuensi 6 kali seminggu dengan intensitas 50-70%. Denyut Nadi Maksimal selama
30-45 menit per yang dilakukan secara bertahap dan teratur sangat baik untuk
penderita DM. Jika penderita DM tidak pernah berolahraga dimulai dengan berjalan
lambat selama 5 menit dan dinaikkan secara bertahap. Pada setiap sesi latihan,
disarankan memulai olahraga dengan pemanasan, peregangan, serta mengakhiri
dengan pendinginan selama 5-10 menit. Sebagai pelengkap, angkat beban dapat
dilakukan dengan menggunakan beban yang ringan 2 sampai 3 kali per minggu
dengan pengulangan 12 sampai 15 kali. Setiap pengulanganan angkat beban per satu
setnya 1 sampai 2 set yang dilakukan secara bertahap. Penderita DM dianjurkan
berolahraga pada pagi hari dan 1 sampai 2 jam setelah makan. Kadar Gula Darah
(KGD) sebaiknya diperiksa sebelum dan setelah berolahraga pada setiap 20-30 menit
jika olahraga berlangsung lama.

c. Obat

Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)

1. Golongan sulfoniluria

Cara kerja golongan ini adalah: merangsang sel beta pankreas untuk
mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila sel-sel beta
utuh, menghalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekatan jaringan
terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon. Indikasi pemberian obat
golongan sulfoniluria adalah: bila berat badan sekitar ideal kurang lebih 10%
dari berat badan ideal, bila kebutuhan insulin kurang dari 40 u/hari, bila tidak
ada stress akut, seperti infeksi berat/perasi.

2. Golongan biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan biguanid
dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya tidak
pernah menyebabkan hipoglikemi. Efek samping penggunaan obat ini
(metformin) menyebabkan anoreksia, nausea, nyeri abdomen dan diare.
Metformin telah digunakan pada klien dengan gangguan hati dan ginjal,
penyalahgunaan alkohol, kehamilan atau insufisiensi cardiorespiratory.

3. Alfa Glukosidase Inhibitor

Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase didalam saluran
cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hipoglikemi dan tidak berpengaruh pada kadar insulin. Alfa
glukosidase inhibitor dapat menghambat bioavailabilitas metformin. Jika
dibiarkan bersamaan pada orang normal.

4. Insulin Sensitizing Agent

Obat ini mempunyai efek farmakolagi meningkatkan sensitifitas berbagai


masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabakan hipoglikemia.

d. Insulin

Dari sekian banyak jenis insulin, untuk praktisnya hanya 3 jenis yang penting
menurut cara kerjanya yakni menurut Junadi, 1982, diantaranya adalah:

1. Yang kerjanya cepat: RI (Regular insulin) dengan masa kerja 2-4jam contoh
obatnya: Actrapid.
2. Yang kerjanya sedang: NPN, dengan masa kerja 6-12jam.
3. Yang kerjanya lambat: PZI (protamme Zinc Insulin) masa kerjanya 18-
24jam. 

Untuk pasien yang pertama kali akan dapat insulin, sebaiknya selalu
dimulai dengan dosis rendah (8-20 unit) disesuaikan dengan reduksi urine dan
glukosa darah.
Selalu dimulai dengan RI, diberikan 3 kali (misalnya 3 x 8 unit) yang disuntikkan
subkutan ½ jam sebelum makan. Jika masih kurang dosis dinaikkan sebanyak 4
unit per tiap suntikan. Setelah keadaan stabil RI dapat diganti dengan insulin kerja
sedang atau lama PZI mempunyai efek maksimum setelah penyuntikan.

PZI disuntik 1/4 jam sebelum makan pagi dengan dosis 2/3 dari dosis total RI
sehari. Dapat pula diberikan kombinasi RI dengan PZI diberikan sekali sehari.
Misalnya semula diberikan RI 3 x 20 unit dapat diganti dengan pemberian RI 20
unit dan PZI 30 unit.

6. Kompikasi

Komplikasi Diabetes melitus dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu:

1. Komplikasi metabolik akut


- Ketoasidosis diabetik.
Bila kadar insulin sangat menurun akan terjadi hiperglikemia dan glukosuria
berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipofisis dan peningkatan oksidasi
asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton. Peningkatan keton
menyebabkan ketoasidosis, penigkatan beban ion hidrogen dan asidosis
metabolik. Glukosuria dan ketouria menyebakan diuresis osmotik, dehidrasi
dan kehilangan elektrolit. Dapat terjadi hipotensi dan syok, sehingga
menyebabkan hipoksisa otak sehingga pasien koma dan meninggal.

- Hipoglikemia.
Merupakan komplikasi dari terapi insulin. Terjadi akibat pelepasan epinefrin
(gejala berupa berkeringat, gemetaran, sakit kepala dan palpitasi) dan karena
kekurangan glukosa dapat otak ( tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul
dan koma)

2. Komplikasi vaskular jangka panjang


- Retinopai diabetik
Berupa mikroaneurisma ( pelebaran sakular yang kecil ) dari arteriola retina
sehingga terjadi perdarahan, neovaskularisasi dan jaringan parut retina yang
menyebabkan kebutaan.

- Nefropati
Manifestasi klinis berupa proteinuria dan hipertensi. Pasien juga
dapatmenderita insufisiensi ginjal dan uremia jika kehilangan fungsi nefron
terus menerus.

- Neuropati dan katarak


Timbul akibat gangguan jalur poliol ( glukosa  sorbitol  fruktosa ) akibat
kekurangan insulin. Kemudain timbul nyeri, parestesia, berkurangnya sensasi
getar dan proprioseptik, kelemahan otot dan atrofi.

- Arterosklerosis
Merupakan gabungan dari gangguan biokimia brupa penimbunan sorbitol
dalam intima vaskular, hiperlipoproteinemia dan kelainan pembekuan darah.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh arterosklerosis adalah arteri koroner,
serebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer.

- Gangguan kehamilan
Berupa terjadinya abortus spontan, kematian janin intrauterin, ukuran janin
besar, bayi prematur dengan sindrom distres pernafasan yang tinggi serta
malformasi janin.

7. WOC (Terlampir)

C. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku / bangsa :
Tanggal masuk :
Alamat :
b. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Umumnya klien sering merasakan lapar walaupun banyak makan dan klien
juga mengalami penurunan berat badan
- Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah menderita penyakit yang sama pada saat sekarang ini
dengan dahulu
- Riwayat kesehatan keluarga
Apakah klien memiliki anggota keluarga yang juga pernah menderita penyakit
yang sama dengan klien
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Biasanya klien mengalami peningkatan nafsu makan,
namun karena produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun
dan mudah lelah.
2. Tanda-tanda vital
3. TB/BB : Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
4. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a) Kepala : Inspeksi dan palpasi biasanya tidak ada kelainan.
b) Mata :
c) Hidung :
d) Wajah :
e) Telinga : Biasanya tidak ada kelainan.
f) Mulut :
g) Leher :
h) Dada/ Thorak
I :.
P:
P:
A:
i) Jantung
I:
P:
P:
A:
j) Abdomen :
k) Kulit :
l) Genitalia :
m) Ekstremitas :

5. Pengkajian 11 fungsional gordon


1. Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Pe
rsepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan
menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
Komponen:
 gambaran kesehatan secara umum dan saat ini
 alasan kunjungan
 gambaran terhadap sakit yang diderita dan penyebabnya dan
penanganan yang dilakukan,
 Penggunaan obat resep dan warung,
2. Nutrisi dan Metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, 
nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan,mual / muntah, kebutuhan julah zat gizi, masalah / penyembuhan
kulit, makanan kesukaan.
Komponen :
 Gambaran yang biasa dimakan (Pagi,siang,sore,snack)
 Tipe dan intake cairan
 Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang
mempengaruhi makan dan nafsu makan
3. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit.
Komponen :
 Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
 Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu
untuk miksi
 Gambaran pola BAB, karakteritik 
 Penggunaan alat bantu
 Bau badan, Keringat berlebih,lesi & pruritus
4. Aktivitas dan Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi.
Komponen :
 Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga
 Aktivitas saat senggang/waktu luang
 Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada,
palpitasi, nyeri pada tungkai,
5. Istirahat dan Tidur
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi.
Komponen :
 Berapa lama tidur dimalam hari
 Jam berapa tidur-bangun
 Apakah terasa efektif 
 Adakah kebiasaan sebelum tidur 
 Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
6. Kognitif dan Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil, penciuman
, persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan.
Komponen :
 Kemampuan berbahasa
 Kemampuan belajar 
 Kesulitan dalam mendengar 
 Penggunaan alat bantu mendengar/melihat
7. Persepsi Diri dan Konsep Diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,
harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri.
Komponen :
 Bagaimana menggambarkan diri sendiri
 Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran terhadap diri
 Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut, bagaimana
gambarannya
8. Peran dan Hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-
lainnya.
Komponen :
 Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup sendiri/bersama)
 Apakah mempunyai orang dekat?Bagaimana kualitas hubungan?Puas?
 Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling
keterikatan
 Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian konflik 
9. Seksualitas dan Reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi.
Komponen :
 Apakah kehidupan seksual aktif 
 Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks
10. Koping dan Toleransi Stress
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan
sistem pendukung.
Komponen :
 Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun
terakhir 
 Dalam menghadapi masalah apa yang dilakukan?efektif?
 Apakah selalu santai/tegang setiap saat
11. Nilai dan Keyakinan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan
dalam hidup.
Komponen :
 Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh
 Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup?

Diagnosa NANDA, NOC, NIC


NO. DIAGNOSA NOC NIC
1. Kerusakan integritas  Integritas Jaringan :  manajemen cairan
jaringan b.d. adanya Kulit & Membran Definisi : Mengatur
gangren pada Mucosa keseimbangan cairan dan
ekstrimitas. Defenisi:Kelengkapan struktur mencegah komplikasi
Defenisi : Suatu dan fungsi fisiologi normal
akibat jumlah cairan
kerusakan pada kulit dan membran mukosa.
abnormal.
membran mukosa,
Indicator : Aktivitas :
jaringan korneal,
Suhu jaringan : tanpa 1. Kaji lokasi dan
integumen, atau
kerusakan luas edema
subkutan seseorang
Sensasi : tanpa kerusakan 2. Hitung haluran
Karakteristik : Rusaknya 3. Pertahankan
Elastisitas : tanpa kerusakan
atau hancurnya jaringan intake yang akurat
integumen dan subkutan Hidrasi : tanpa kerusakan 4. Monitor hasil lab.
terkait retensi
 Penyembuhan luka :
cairan
tujuan primer
(peningkatan
Defenisi : tingkat regenerasi
sel dan jaringan secara alami BUN, Ht ↓)
5. Monitor
Indicator :
perubahan BB
Skin approximation : komplit
klien sebelum dan
Pengeringan Purulensi : sesudah dialisa
komplit 6. Monitor status

Pengeringan serosa dari nutrisi


luka:komplit 7. Monitor respon
pasien untuk
Pengurangan drainase dari
luka:komplit meresepkan terapi

 Manajemen
nutrisi

Defenisi: Pengelolaan
makanan dan cairan untuk
mendukung proses
metabolisme pada pasien
yang mengalami malnutrisi
atau tingginya resiko
mendapatkan malnutrisi

Aktivitas:
1. Mengontrol
penyerapan
makanan/cairan dan
menghitung intake
kalori harian, jika
diperlukan
2. Memantau
ketepatan urutan
makanan untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
harian
3. Menentukan jumlah
kalori dan jenis zat
makanan yang
diperlukan untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi,
ketika berkolaborasi
dengan ahli
makanan, jika
diperlukan
4. Menentukan
makanan pilihan
dengan
mempertimbangkan
budaya dan agama
5. Menentukan
kebutuhan makanan
saluran nasogastric
6. Memilih makanan
gandum, minuman
kocok, dan es krim
sebagai suplemen
nutrisi
7. Anjurkan pasien
untuk memilih
makanan ringan,
jika kekurangan air
liur mengganggu
proses menelan

 Atur posisi
klien
Defenisi : Memindahkan
pasien atau
bagian tubuh
dengan nyaman
untuk
menghindari
resiko
kerusakan kulit
dan
peningkatan
integritas kulit
atau
peningkatan
pemulihan

AKTIFITAS :

 Menyediakan
tempat tidur
yang terapeutik

 Memelihara
kenyamanan
tempat tidur

 Menempatkan
dalam posisi
yang terapeutik

 Posisi dalam
mempersiapkan
kesajajaran
tubuh

24 Ketidakseimbangan  Status nutrisi  Monitoring


nutrisi kurang dari Defenisi : Tingkat zat gizi nutrisi
kebutuhan tubuh b/d yang tersedia untuk memenuhi
Definisi : Koreksi dan analisa
peningkatan glukosa kebutuhan metabolic
data klien untuk mencegah
dalam darah
atau meminimalkan kejadian
Indicator : malnutrisi
Definisi: Asupan nutrisi
 Asupan zat gizi :
tidak mencukupi untuk Aktivitas :
mencukupi
memenuhi kebutuhan
 Asupan makanan dan 1. Timbang berat badan
metabolik
cairan :teratur klien
Karakteristik :  Energi :meningkat 2. Monitor kehilangan
 Penurunan BB  Status nutrisi : dan pertambahan
dengan intake asupan makanan dan berat badan
makanan yang cairan 3. Monitor tipe dan
adekuat Defenisi: Jumlah makanan kuantitas olah raga
dan cairan yang masuk ke 4. Monitor respon emosi
tubuh selama lebih dari 24 klien terhadap situasi
jam. dan tempat makan
5. Monitor turgor kulit
Indicator : 6. Monitor adanya mual
dan muntah
 Intake makanan
di mulut : 7. Monitor nilai
meningkat albumin, total protein,
 Intake di saluran hemoglobin dan
makanan : hematokrit.
meningkat
8. Monitor nilai limfosit
 Intake cairan di
mulut : dan elektrolit
meningkat 9. Monitor menu
 Intake cairan : makanan dan
meningkat pilihannya
 Terapi nutrisi
 Status nutrisi :
intake nutrien Defenisi :Pengelolaan
Defenisi: Kecukupan makanan dan
Nutrisi yang masuk ke cairan untuk
dalam tubuh mendukung
proses
Indicator :
 Intake kalori: metabolisme

adekuat pada pasien

 Intake yang mengalami

ptotein : malnutrisi atau

adekuat tingginya resiko

 Intake mendapatkan

lemak : malnutrisi

adekuat Aktivitas :

 Intake
1. Memantau

karbohidrat : ketepatan urutan

adekuat makanan untuk

 Intake memenuhi

vitamin kebutuhan nutrisi

adekuat harian
2. Menentukan nutrisi,
ketika berkolaborasi
dengan ahli
makanan, jika
diperlukan
3. Menetukan
makanan pilihan
dengan
mempertimbangkan
budaya dan agama
4. Menetukan
kebutuhan makanan
saluran nasogastric
5. Memilih makanan
gandum, minuman
kocok, dan es krim
sebagai suplemen
nutrisi
6. Anjurkan pasien
untuk memilih
makanan ringan,
jika kekurangan air
liur mengganggu
proses menelan
7. Anjurkan intake
makanan yang
tinggi kalsium, jika
diperlukan
8. Anjurkan intake
makanan dan cairan
yang tinggi kalium,
jika diperlukan
9. Memastikan bahwa
makanan berupa
makanan yang
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi

 Manajemen
cairan

Definisi : Regulasi dan


mencegah komplikasi
akibat kekurangan cairan/
elektrolit

Aktivitas:

 Monitor
keabnormalan
level untuk serum
 Dapatkan specimen
lab untuk
memonitor level
cairan/ elektrolit
( seperti Ht,
BUN,sodium,
protein, potassium
)
 Timbang berat
badan tiap hari
 Beri cairan
 Beri terapi
nasogastrik untuk
menggantikan
output
 Beri serat pada
selang makan
pasien untuk
mengurangi
kehilangan cairan
dan elektrolit
selama diare
3. Kekurangan volume  Keseimbangan  Manajemen cairan
cairan b/d kelebihan elektrolit asam Definisi : Mengatur
output basa keseimbangan
Definisi: Keadaan Definisi : Keseimbangan cairan dan
individu elektrolit dan mencegah
yang non elektrolit komplikasi
mengalami dalam akibat jumlah
penurunan kompartemen cairan
cairan intraseluler dan abnormal
intravaskuler ekstraseluler
, interstisial, Aktivitas :
tubuh
dan atau 1.Kaji ketersediaan produk
indikator :
intrasel. darah untuk trsanfusi
Diagnosis ini  Denyut jantung : 2.Persiapkan untuk
merujuk ke DBH*:sering administrasi produk darah
dehidrasi  Irama jantung : DBH 3.Berikan terapi IV
yang : sering 4.Berikan cairan
merupakan  Pernapasan : DBH : 5.Berikan diuretic
kehilangan sering 6.Berikan cairan IV
cairan saja  Irama napas : Nasogastrik untuk
tanpa DBH :sering mengganti kehilangan
perubahan  Sodium cairan
dalam serum :sering  Pemantauan
natrium.  Keseimbangan elektrolit
cairan Definisi : Mengumpulkan
 Karakteristik :
Definisi : Keseimbangan dan
Penurunan
cairan intraseluler dan menganalisa
turgor kulit
ekstraseluler dalam tubuh data pasien
untuk mengatur
Indicator : keseimbangan
elektrolit
 Tekanan darah :
DBH : sering Aktifitas:
 Tekanan arteri rata-
 Monitor jumlah
rata : DBN : sering
serum elektrolit
 Tekanan vena
 Monitor albumin
sentral : DBH :
serum dan total
sering
jumlah protein
 Tekanan hambatan
sebagai indikasi
pulmonal : DBH :
 Monitor untuk
sering
keseimbangan asam
dan basa
perorangan
 Identifikasi
kemungkinan
penyebab dari
keseimbangan
elektrolit
 Pemantauan
cairan
Definisi : pengumpulan
dan analisa data untuk
mengatur keseimbangan
cairan

Aktivitas :

 Kaji tentang
riwayat jumlah
dan tipe intake
cairan dan pola
eliminasi
 Kaji kemungkinan
factor resiko
terjadinya imbalan
cairan (seperti :
hipertermia, gagal
jantung,
diaforesis, diare,
muntah, infeksi,
disfungsi hati)
 Monitor BB,
intake dan output
 Monitor nilai
elektrolit urin dan
serum
 Monitor
osmolalitas urin
dan serum

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus. Dengan manifestasi berupa dermopati, selulitis,
ulkus, osteomielitis dan gangrene. Faktor utama yang memegang peranan dalam
patogenesis kaki diabetik adalah adanya angiopati/iskemi dan neuropati. Menurut
Wagner kaki diabetik diklasifikasikan menjadi 5 derajat.

Pencegahan kaki diabetes tidak terlepas dari pengendalian (pengontrolan)


penyakit secara umum mencakup pengendalian kadar gula darah, status gizi, tekanan
darah, kadar kolesterol, pola hidup sehat. Prinsip terapi bedah pada kaki diabetik
adalah mengeluarkan semua jaringan nekrotik untuk maskud eliminasi infeksi
sehingga luka dapat sembuh. Terdiri dari tindakan bedah kecil seperti insisi dan
penaliran abses, debridemen dan nekrotomi. Tindakan bedah dilakukan berdasarkan
indikasi yang tepat.

1.2 Saran

Sebagaimana telah dipaparkan diatas tentang segala yang berkaitan dengan


diabetes militus, maka kta lebih baik mencegah dari pada mengobati. Pencegahan
yang dapat kita lakukan adalah dengan rajin beroahraga, hindari makanan yang
banyak mengandung mukosa,dan jika perlu kita konsumsi makanan-makanan alami
pencegah diabetes tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long. Alih bahasa R.Karnaen dkk. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Herdman,T.Heather.2009.Nursing Diagnoses Defentions and Classification.Willey
Blackwell
Mccloskey,Joanne C and Gloria M.B. 2009.Nursing interventions classification (NIC).New
York:Mosby
Marion J,dkk. 2009. Nursing Outcomes Classification (NOC).New York:Mosby
Smeltzer SC, Bare B.G (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta :
EGC
Sylvia A. Price. Alih bahasa Adjh Dharma. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Proses
Penyakit. Jakarta : EGC
http://cutenurse-sakura-blogspot.com/2010/diabetes-militus.html
http://teguhsubianto.blogspot,com/2009/06/asuhankeperawatan-diabetes-militus.html

Anda mungkin juga menyukai