KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DIABETES MELITUS + GANGREN”.
Dalam mengerjakan makalah ini, kami menemukan beberapa kesulitan. Tapi
berkat bantuan dari rekan-rekan sekalian, kami bisa menyelesaikan makalah ini
tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Solok,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................
1. Latar Belakang..................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
3. Tujuan.................................................................................................................. 2
A. Kesimpulan......................................................................................................... 47
B. Saran................................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes militus adalah penyakit metabolik yang mana seseorang memiliki kadar
gula darah tinggi, baik karena pancreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau
insulin yang dihasilkan tidak direspon oleh sel. Tingginya gula darah menimbulkan gejala
sering buang air kecil, rasa haus dan lapar jadi meningkat.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit diabetes melitus dengan gangren untuk memudahkan kita sebagai
calon perawat dalam merawat pasien dengan penyakit diabetes melitus .
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini di buat bertujuan untuk :
a. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa 2.
b. Memberikan informasi kepada para pembaca mengenai Asuhan
Keperawatan diabetes mellitus .
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Landasan Teori pada penderit diabetes mellitus
b. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien diabetes
mellitus
c. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien
diabetes mellitus
d. Mampu menentukan intervensi untuk mengatasi masalah keperawatan yang
timbul pada klien diabetes mellitus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Dan Fisiologi Pankreas
Anatomi
Fisiologi
Pengertian pancreas
Kelenjar pankreas terletak pada bagian belakang lambung dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari).
1. Kepala pancreas
Terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum yang
melingkarnya.
2. Badan pancreas
Merupakan bagian utama dari organ ini. Letaknya di belakang lambung dan di depan
vertebrae umbalis pertama.
3. Ekor pankreas
Bagian runcing di sebelah kiri yang sebenarnya menyentuh limfa.
Fungsi pankreas:
1. Fungsi endokrin
Yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit.
2. Fungsi endokrin
Sekelompok kecil sel epithelium yang berbentuk pulau-pulau kecil atau
Langerhans yang bersama-sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan
insulin.
3. Fungsi sekresi eksternal
Yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke duodenum yang berguna untuk proses
pencernaan makanan di intestinum.
4. Fungsi sekresi internal
Yakni sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau Langerhans sendiri langsung
dialirkan ke dalam peredaran darah.
1. Hormone insulin
Ini langsung dialirkan dalam darah tanpa melewati duktus.kumpulan dari sel-sel ini
berbentuk seperti pulau-pulau yang disebut pulau langerhans.
2. Getah pankreas
Sel-sel yang memproduksi setelah pankreas ini termasuk kelenjar ensokrin. Getah
pankreas dikirim ke dalam duodenum melalui duktus pankreatik. Duktus ini bermara
pada papilla vateri yang terletak pada dinding duodenum.
.
Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda.
Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m,
terbanyak adalah yang besarnya 100 – 225 m. Jumlah semua pulau langerhans di
pankreas diperkirakan antara 1 – 2 juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
(1). Sel – sel A ( alpha )
Jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi glikagon yang manjadi faktor
hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like activity “.
(2). Sel – sel B ( betha )
Jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.
(3). Sel – sel D ( delta )
Jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat somatostatin.
Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat
pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan
banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel betha sering ada
tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi
pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan
mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang
disebabkanoleh infeksi. ( Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman
danberbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar
ditungkai. ( Askandar, 2001).
Gangren adalah kematian jaringan, biasanya berhubungan dengan berhentinya
aliran darah ke daerah yang terkena.
Ganggren adalah akibat dari kematian sel dalam jumlah besar, ganggren dapat
diklasifikasikan sebagai kering atau basah. Ganggren kering meluas secara lambat
dengan hanya sedikit gejala, ganggren kering sering dijumpai di ekstremitas
umumnya terjadi akibat hipoksia lama. Gangren basah adalah suatu daerah dimana
terdapat jaringan mati yang cepat peluasannya, sering ditemukan di oragan-organ
dalam, dan berkaitan dengan infasi bakteri kedalam jaringan yang mati tersebut.
Ganggren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai oleh manifestasi
sistemik.Ganggren basah dapat timbul dari ganggren kering.
Ganggren gas adalah jenis ganggren khusus yang terjadi sebagai respon
terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri aerob yang di sebut klostridium
ganggren jenis ini paling sering terjadi setelah trauma, ganggren gas cepat meluas ke
jaringan di sekitarnya sebagai akibat di keluarkan nya toksin-toksin oleh bakteri yang
membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel ototsangat rentan terhadap toksin ini dan
apabila terkena akan mengeluarkan gas hydrogen sulfide yang khas, ganggren jenis
ini dapat mematikan.
Gangren
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat 0 :
Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I :
Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II :
Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III :
Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV :
Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat V :
Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi 2 (dua)
golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati
( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah
betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Etiologi
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a. Faktor genetic
Riwayat keluarga dengan diabetes :
1.)Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi
genetic terhadap diabetes mellitus.
2.)Nutrisi
a.)Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.)Malnutrisi protein
c.)Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3.)Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.
Diabetes tipe 1
Dipercaya sebagai penyakit autoimun, di mana sistem imun tubuh sendiri secara
spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin yang terdapat pada
pankreas. faktor genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu berperan
dalam proses memicu terjadinya kejadian autoimun ini. Walaupun diabetes tipe 1
berhubungan dengan faktor genetik, namun faktor genetik lebih banyak berperan pada
kejadian diabetes tipe 2.
Diabetes tipe 2
Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak atau
adik)
Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)
Dislipidemia
kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi (>150mg/dl) atau kadar
kolesterol HDL <40mg/dl
Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT)
Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan
berat lahir lebih dari 4.500 gram
Makanan tinggi lemak, tinggi kalori
Gaya hidup tidak aktif (sedentary)
Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan ideal)
Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun
Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga
resistensi insulin
Diabetes gestasional
Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang lebih banyak
(sampai 3x jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang terjadi. Namun,
jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah akan
meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional. Kebanyakan wanita yang
menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar gula darah normal setelah
melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
menderita diabetes gestasional pada saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita
diabetes tipe 2 di kemudian hari.
3. Patofisiologi/Pathways
a. Diabetes Mellitus
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek
utama kekurangan insulin sebagai berikut :
1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada
dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes
mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes
mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus
meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang
ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka
luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme
telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak,
kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat
dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter
Diabetes militus tipe II
Dikarenakan sel-sel peifer tidak peka terhadap insulin, insulin di gunakan sebagai
mediator masuk nya glukosa ke dalam sel
4. Manifestasi Klinis
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana
gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak
kencing.
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya
akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan
tetap kurus
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
f. Sering kesemutan
gejala ini disebut neuropati. Hal ini karena kandungan gula dalam darah yang
tinggi dapat menyebabkan kerusakan system saraf. Dapat juga terjadi penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang dialami oleh penderita diabetes dapat diketahui melalui
pemeriksaan di laboratorium. Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan kadar gula
darah. Pada prosesnya pengambilan darah untuk pengecekan ini dilakukan dua kali
atau dalam dua kondisi yaitu setelah puasa (8 jam tidak menerima asupan gula baik
melalui makanan atau minuman) dan kondisi biasa (tidak puasa atau minimal 2 jam
setelah makan). Pada kedua pemeriksaan ini apabila, kadar gula biasa ≥ 120 mg/dl
atau kadar gula puasanya ≥ 126 mg/dl, berarti Anda positif (+) menderita Diabetes.
Jadi, segeralah periksa gula darah Anda. Penanganan yang cepat dan tepat akan
memberikan hasil yang lebih baik.
Pemeriksaan diagnostik
Fosfor : menurun
Diagnosis diabetes mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya gejala khas diabetes
mellitus berupa poliuria, polidipsi, poliphagia, lemas dan berat badan menurun. Jika
keluhan dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang
lebih 216 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnose
Untuk menentukan diet kita harus diketahui terlebih kebutuhan energi dari
penderita diabetes mellitus. Kebutuhan itu dapat kita tentukan sebagai berikut:
9. Menentukan presentase RBW (Relatif Body Weight) atau BBR (Berat Badan
Relatif)
BBR = BB x 100%
TB-100
Selain itu juga ada cara lain untuk menentukan kebutuhan kalori yang sesuai untuk
mencapai dan mepertahankan berat badan ideal komposisi energi adalah 60 – 70%
dari karbohidrat, 10 - 15% dari protein dan 20 – 25% dari lemak.
1. Prinsip diet yang digunakan pasien DM dengan menggunakan prinsip Tepat 3J.
yaitu
a. Tepat jumlah bahan makanan
b. Tepat jadwal makan
c. Tepat jenis bahan makanan
2. Karbohidrat kompleks (serat dan tepung) yang dikonsumsi penderita diabetes
mellitus harus ditekankan adanya serat. Sumber serat yang baik adalah buah-
buahan dan sayur-sayuran.
3. Lemak karena prevalemsi penyakit jantung koroner pada diabetes mellitus.
Lemak jenuh harus dibatasi sampai sepertiga atau kurang dan kalori lemak yang
dianjurkan, dan lemak jenuh harus memenuhi sepertiga dari total kalori lemak.
4. Alkohol mempunyai banyak hal yang tidak menguntungkan untuk penderita
diabetes mellitus. Alkohol dapat memperburuk hiperlipidemia, dam dapat
mencetuskan hipoglikemia terutama jika tidak makan.
5. Natrium individu dengan diabetes mellitus dianjurkan tidak makan lebih dari 43
gram natrium setiap harinya. Konsumsi yang berlebihan cenderung akan timbul
hipertensi.
Penyuluhan diet
Pemantauan
Pemantauan dilakukan terhadap kadar glukosa dan keton berupa pemeriksaan
mandiri, hemoglobin glikosilasi dan pemeriksaan urin.
Pendidikan
Pasien diajarkan untuk merawat diri sendiri setiap hari dan memiliki perilaku
preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik jangka
panjang. Pendidikan juga diarahkan kepada pemberian informasi dan
keterampilan dasar seperti keterampilan untuk bertahan hidup, serta informasi
tingkat lanjut seperti tindakan preventif berupa perawatan kaki, mata, higyene
umum dan penanganan faktor resiko.
b. Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih ½
jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rythmiccal Intensify Progressive
Endurance). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi
dan relaksasi secara teratur. Latihan CRIPE minimal dilakukan selama 3 hari dalam
seminggu, sedangkan 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olahraga
kesenangannya. Adanya kontraksi otot yang teratur akan merangsang peningkatan
aliran darah dan penarikan glukosa kedalam sel.
Hal yang perlu diingat dalam latihan jasmani adalah jangan memulai olahraga
sebelum makan, memakai sepatu yang sesuai ukuran dan harus didampingi orang
yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia. Penderita diabetes mellitus yang
memulai olahraga tanpa makan akan beresiko terjadinya stravasi sel dengan cepat
dan akan berdampak pada nekrosis sel.
Sebaiknya jenis aerobik seperti berjalan, joging, bersepeda, berenang, dan senam.
Frekuensi 6 kali seminggu dengan intensitas 50-70%. Denyut Nadi Maksimal selama
30-45 menit per yang dilakukan secara bertahap dan teratur sangat baik untuk
penderita DM. Jika penderita DM tidak pernah berolahraga dimulai dengan berjalan
lambat selama 5 menit dan dinaikkan secara bertahap. Pada setiap sesi latihan,
disarankan memulai olahraga dengan pemanasan, peregangan, serta mengakhiri
dengan pendinginan selama 5-10 menit. Sebagai pelengkap, angkat beban dapat
dilakukan dengan menggunakan beban yang ringan 2 sampai 3 kali per minggu
dengan pengulangan 12 sampai 15 kali. Setiap pengulanganan angkat beban per satu
setnya 1 sampai 2 set yang dilakukan secara bertahap. Penderita DM dianjurkan
berolahraga pada pagi hari dan 1 sampai 2 jam setelah makan. Kadar Gula Darah
(KGD) sebaiknya diperiksa sebelum dan setelah berolahraga pada setiap 20-30 menit
jika olahraga berlangsung lama.
c. Obat
1. Golongan sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah: merangsang sel beta pankreas untuk
mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila sel-sel beta
utuh, menghalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekatan jaringan
terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon. Indikasi pemberian obat
golongan sulfoniluria adalah: bila berat badan sekitar ideal kurang lebih 10%
dari berat badan ideal, bila kebutuhan insulin kurang dari 40 u/hari, bila tidak
ada stress akut, seperti infeksi berat/perasi.
2. Golongan biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan biguanid
dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya tidak
pernah menyebabkan hipoglikemi. Efek samping penggunaan obat ini
(metformin) menyebabkan anoreksia, nausea, nyeri abdomen dan diare.
Metformin telah digunakan pada klien dengan gangguan hati dan ginjal,
penyalahgunaan alkohol, kehamilan atau insufisiensi cardiorespiratory.
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase didalam saluran
cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hipoglikemi dan tidak berpengaruh pada kadar insulin. Alfa
glukosidase inhibitor dapat menghambat bioavailabilitas metformin. Jika
dibiarkan bersamaan pada orang normal.
d. Insulin
Dari sekian banyak jenis insulin, untuk praktisnya hanya 3 jenis yang penting
menurut cara kerjanya yakni menurut Junadi, 1982, diantaranya adalah:
1. Yang kerjanya cepat: RI (Regular insulin) dengan masa kerja 2-4jam contoh
obatnya: Actrapid.
2. Yang kerjanya sedang: NPN, dengan masa kerja 6-12jam.
3. Yang kerjanya lambat: PZI (protamme Zinc Insulin) masa kerjanya 18-
24jam.
Untuk pasien yang pertama kali akan dapat insulin, sebaiknya selalu
dimulai dengan dosis rendah (8-20 unit) disesuaikan dengan reduksi urine dan
glukosa darah.
Selalu dimulai dengan RI, diberikan 3 kali (misalnya 3 x 8 unit) yang disuntikkan
subkutan ½ jam sebelum makan. Jika masih kurang dosis dinaikkan sebanyak 4
unit per tiap suntikan. Setelah keadaan stabil RI dapat diganti dengan insulin kerja
sedang atau lama PZI mempunyai efek maksimum setelah penyuntikan.
PZI disuntik 1/4 jam sebelum makan pagi dengan dosis 2/3 dari dosis total RI
sehari. Dapat pula diberikan kombinasi RI dengan PZI diberikan sekali sehari.
Misalnya semula diberikan RI 3 x 20 unit dapat diganti dengan pemberian RI 20
unit dan PZI 30 unit.
6. Kompikasi
- Hipoglikemia.
Merupakan komplikasi dari terapi insulin. Terjadi akibat pelepasan epinefrin
(gejala berupa berkeringat, gemetaran, sakit kepala dan palpitasi) dan karena
kekurangan glukosa dapat otak ( tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul
dan koma)
- Nefropati
Manifestasi klinis berupa proteinuria dan hipertensi. Pasien juga
dapatmenderita insufisiensi ginjal dan uremia jika kehilangan fungsi nefron
terus menerus.
- Arterosklerosis
Merupakan gabungan dari gangguan biokimia brupa penimbunan sorbitol
dalam intima vaskular, hiperlipoproteinemia dan kelainan pembekuan darah.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh arterosklerosis adalah arteri koroner,
serebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer.
- Gangguan kehamilan
Berupa terjadinya abortus spontan, kematian janin intrauterin, ukuran janin
besar, bayi prematur dengan sindrom distres pernafasan yang tinggi serta
malformasi janin.
7. WOC (Terlampir)
Manajemen
nutrisi
Defenisi: Pengelolaan
makanan dan cairan untuk
mendukung proses
metabolisme pada pasien
yang mengalami malnutrisi
atau tingginya resiko
mendapatkan malnutrisi
Aktivitas:
1. Mengontrol
penyerapan
makanan/cairan dan
menghitung intake
kalori harian, jika
diperlukan
2. Memantau
ketepatan urutan
makanan untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
harian
3. Menentukan jumlah
kalori dan jenis zat
makanan yang
diperlukan untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi,
ketika berkolaborasi
dengan ahli
makanan, jika
diperlukan
4. Menentukan
makanan pilihan
dengan
mempertimbangkan
budaya dan agama
5. Menentukan
kebutuhan makanan
saluran nasogastric
6. Memilih makanan
gandum, minuman
kocok, dan es krim
sebagai suplemen
nutrisi
7. Anjurkan pasien
untuk memilih
makanan ringan,
jika kekurangan air
liur mengganggu
proses menelan
Atur posisi
klien
Defenisi : Memindahkan
pasien atau
bagian tubuh
dengan nyaman
untuk
menghindari
resiko
kerusakan kulit
dan
peningkatan
integritas kulit
atau
peningkatan
pemulihan
AKTIFITAS :
Menyediakan
tempat tidur
yang terapeutik
Memelihara
kenyamanan
tempat tidur
Menempatkan
dalam posisi
yang terapeutik
Posisi dalam
mempersiapkan
kesajajaran
tubuh
Intake mendapatkan
lemak : malnutrisi
adekuat Aktivitas :
Intake
1. Memantau
Intake memenuhi
adekuat harian
2. Menentukan nutrisi,
ketika berkolaborasi
dengan ahli
makanan, jika
diperlukan
3. Menetukan
makanan pilihan
dengan
mempertimbangkan
budaya dan agama
4. Menetukan
kebutuhan makanan
saluran nasogastric
5. Memilih makanan
gandum, minuman
kocok, dan es krim
sebagai suplemen
nutrisi
6. Anjurkan pasien
untuk memilih
makanan ringan,
jika kekurangan air
liur mengganggu
proses menelan
7. Anjurkan intake
makanan yang
tinggi kalsium, jika
diperlukan
8. Anjurkan intake
makanan dan cairan
yang tinggi kalium,
jika diperlukan
9. Memastikan bahwa
makanan berupa
makanan yang
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
Manajemen
cairan
Aktivitas:
Monitor
keabnormalan
level untuk serum
Dapatkan specimen
lab untuk
memonitor level
cairan/ elektrolit
( seperti Ht,
BUN,sodium,
protein, potassium
)
Timbang berat
badan tiap hari
Beri cairan
Beri terapi
nasogastrik untuk
menggantikan
output
Beri serat pada
selang makan
pasien untuk
mengurangi
kehilangan cairan
dan elektrolit
selama diare
3. Kekurangan volume Keseimbangan Manajemen cairan
cairan b/d kelebihan elektrolit asam Definisi : Mengatur
output basa keseimbangan
Definisi: Keadaan Definisi : Keseimbangan cairan dan
individu elektrolit dan mencegah
yang non elektrolit komplikasi
mengalami dalam akibat jumlah
penurunan kompartemen cairan
cairan intraseluler dan abnormal
intravaskuler ekstraseluler
, interstisial, Aktivitas :
tubuh
dan atau 1.Kaji ketersediaan produk
indikator :
intrasel. darah untuk trsanfusi
Diagnosis ini Denyut jantung : 2.Persiapkan untuk
merujuk ke DBH*:sering administrasi produk darah
dehidrasi Irama jantung : DBH 3.Berikan terapi IV
yang : sering 4.Berikan cairan
merupakan Pernapasan : DBH : 5.Berikan diuretic
kehilangan sering 6.Berikan cairan IV
cairan saja Irama napas : Nasogastrik untuk
tanpa DBH :sering mengganti kehilangan
perubahan Sodium cairan
dalam serum :sering Pemantauan
natrium. Keseimbangan elektrolit
cairan Definisi : Mengumpulkan
Karakteristik :
Definisi : Keseimbangan dan
Penurunan
cairan intraseluler dan menganalisa
turgor kulit
ekstraseluler dalam tubuh data pasien
untuk mengatur
Indicator : keseimbangan
elektrolit
Tekanan darah :
DBH : sering Aktifitas:
Tekanan arteri rata-
Monitor jumlah
rata : DBN : sering
serum elektrolit
Tekanan vena
Monitor albumin
sentral : DBH :
serum dan total
sering
jumlah protein
Tekanan hambatan
sebagai indikasi
pulmonal : DBH :
Monitor untuk
sering
keseimbangan asam
dan basa
perorangan
Identifikasi
kemungkinan
penyebab dari
keseimbangan
elektrolit
Pemantauan
cairan
Definisi : pengumpulan
dan analisa data untuk
mengatur keseimbangan
cairan
Aktivitas :
Kaji tentang
riwayat jumlah
dan tipe intake
cairan dan pola
eliminasi
Kaji kemungkinan
factor resiko
terjadinya imbalan
cairan (seperti :
hipertermia, gagal
jantung,
diaforesis, diare,
muntah, infeksi,
disfungsi hati)
Monitor BB,
intake dan output
Monitor nilai
elektrolit urin dan
serum
Monitor
osmolalitas urin
dan serum
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus. Dengan manifestasi berupa dermopati, selulitis,
ulkus, osteomielitis dan gangrene. Faktor utama yang memegang peranan dalam
patogenesis kaki diabetik adalah adanya angiopati/iskemi dan neuropati. Menurut
Wagner kaki diabetik diklasifikasikan menjadi 5 derajat.
1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C. Long. Alih bahasa R.Karnaen dkk. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Herdman,T.Heather.2009.Nursing Diagnoses Defentions and Classification.Willey
Blackwell
Mccloskey,Joanne C and Gloria M.B. 2009.Nursing interventions classification (NIC).New
York:Mosby
Marion J,dkk. 2009. Nursing Outcomes Classification (NOC).New York:Mosby
Smeltzer SC, Bare B.G (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta :
EGC
Sylvia A. Price. Alih bahasa Adjh Dharma. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Proses
Penyakit. Jakarta : EGC
http://cutenurse-sakura-blogspot.com/2010/diabetes-militus.html
http://teguhsubianto.blogspot,com/2009/06/asuhankeperawatan-diabetes-militus.html