19
Abstrak
Penelitian ini menggambarkan kehidupan masyarakat sekitar kawasan desa
penyangga Taman Nasional Alas Purwo, khususnya Dusun Kutorejo Desa Kalipait yang
memiliki kearifan lokal berupa sejumlah tradisi, berupa aturan atau pantangan yang masih
berlaku secara turun temurun. Kearifan lokal ini memiliki nilai kecerdasan ekologis yang
dipelihara dan dikembangkan dan dipelajarinya tentang hubungan aktivitas manusia
dengan ekosistemnya. Kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat digunakan sebagai
acuan dalam pengelolaan kawasan hutan dan perairan pantai, baik berupa mitos maupun
pantangan. Pusat perhatian dari kajian ekologi menurut Julian Steward adalah proses
adaptasi kultural terhadap lingkungan. Proses ini dipandang sebagai suatu bentuk
hubungan dialektika dalam konteks hubungan saling ketergantungan dengan yang lain.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil
penelitian menunjukkan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Alas Purwo memiliki
kearifan lokal berupa sejumlah tradisi, aturan atau pantangan yang masih berlaku secara
turun temurun yang kemudian dipelihara dan ditaati sampai sekarang. Pantangan tersebut
berupa larangan membunuh burung merak serta pantangan dalam sistem payang.
Kata Kunci: Konservasi, Taman Nasional Alas Purwo, Kearifan Lokal.
Abstract
This research describes the life of the community around the buffer village area of
Alas Purwo National Park, especially Kutorejo Village Kalipait hamlet which has local
wisdom in the form of a number of traditions, in the form of rules or restrictions that are still
valid for generations. This local wisdom has the value of ecological intelligence that is
maintained and developed and studied about the relationship of human activities with their
ecosystems. Local wisdom owned by the community is used as a reference in the
management of forest areas and coastal waters, both in the form of myths and abstinence.
The center of attention from ecological studies according to Julian Steward is the process
of cultural adaptation to the environment. This process is seen as a form of dialectical
relationship in the context of interdependent relationships with others. The type of research
used is descriptive qualitative with case study design. The results showed that the
community around Alas Purwo National Park area has local wisdom in the form of a number
of traditions, rules or restrictions that are still valid for generations that are then maintained
and obeyed until now. The restrictions are in the form of a ban on killing peacocks and
abstinence in the payang system.
Keywords: Conservation, Alas Purwo National Park, Local Wisdom.
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas
Purwo Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
20
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas
Purwo Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
21
nasional terdapat ikatan sangat erat yang telah berlangsung sejak ratusan tahun
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas
Purwo Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
23
turun temurun. Kearifan lokal dapat bertujuan untuk mengetahui kondisi hutan
diterjemahkan sebagai akal budi, tabiat, mangrove dan kontribusinya terhadap
perasaan mendalam dan anjuran untuk pendapatan rumah tangga masyarakat
kemuliaan manusia. Penguasaan atas dari nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar
kearifan lokal akan mengusung jiwa kawasan Taman Nasional Alas Purwo.
mereka yang berbudi luhur (Yuliati, 2013). Satyasari (2010) kegiatan ekowisata
Senada dengan ungkapan Liliweri (2014), mangrove di Taman Nasional Alas Purwo
bahwa kearifan lokal dapat diartikan memberikan keuntungan ekonomi bagi
sebagai pandangan hidup yang masyarakat lokal, oleh karena itu
berkembang dalam suatu komunitas pengembangan ekowisata mangrove di
sosial dan etnik tertentu yang dibatasi Bedul cenderung memenuhi prinsip
oleh unsur kedaerahan, letak geografis keuntungan bagi masyarakat lokal. Azmi
dan pengalaman sejarah yang unik. (2015) dalam penelitiannya, menilai
Upaya kajian keterkaitan interaksi penggunaan dan nilai spesies bagi
masyarakat sebenarnya telah dilakukan, masyarakat Desa Kalipahit di sekitar
namun masih belum memberikan hasil Taman Nasional Alas Purwo. Spesies
komprehensif. Van Assendelf (1991) telah memiliki peran dan nilai simbolik untuk
melakukan penelitian tentang dampak stabilitas kelompok budaya dari waktu ke
manusia terhadap kawasan Taman waktu didefinisikan sebagai spesies kunci
Nasional Alas Purwo, namun penelitian ini budaya. Fiddarain (2016) kajian
hanya mendeskripsikan berbagai aktivitas penelitiannya hanya di kawasan blok
manusia di sepanjang garis pantai, tidak Patuk sebagai strategi problem solving
secara spesifik mengidentifikasi pengaruh yang bersifat solusi integratif demi
aktivitas manusia. Kajian yang lebih terwujudnya kesepakatan bersama untuk
mengerucut pada interaksi manusia meningkatkan kepedulian terhadap
dengan kawasan taman nasional pelestarian kawasan Taman Nasional
sebenarnya pernah dilakukan oleh Alas Purwo. Beberapa kasus kegagalan
Pramusanti (2001) tapi hanya sebatas dalam konservasi di atas seperti yang di
berinteraksi dengan masyarakat dalam sampaikan oleh Iswandono (2016) dalam
pemungutan sumberdaya alam. penelitian ini belum adanya titik temu
Febriyanti (2007) dalam penelitiannya dalam pengelolaan bersama antara
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
24
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
25
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
26
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
27
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
28
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
29
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
30
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
31
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
32
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
33
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
34
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
35
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
36
Pelampung berfungsi untuk payang biasanya terdiri tali ris atas dan tali
membantu bukaan mulut jaring, serta ris bawah digunakan pada bagian sayap
untuk mempertahankan bentuk jaring serta mulut jaring. Tali ris tidak diikat pada
sesuai yang diinginkan. Pelampung yang jaring, namun hanya dimasukan kedalam
digunakan pada payang, biasanya ada mata jaring yang terluar dari sayap atau
dua macam yaitu pelampung utama (caka bagian pinggir luar sayap. Kondisi ini
atas) dan pelampung (kulu) pada sayap. menyebabkan pembukaan mata jaring
Semua pelampung tidak dipasang secara menjadi tidak beraturan, pada saat
permanen pada jaring, hanya dipasang dilakukan penarikan jaring, mata jaring
pada saat pengoperasian jaring, setelah cenderung tertutup sehingga
itu dilepas kembali. Hal ini dilakukan memungkinkan ikan-ikan kecil tidak lolos
bertujuan untuk mempermudah melalui mata jaring.
penanganan jaring supaya volumenya Untuk menunjang operasional
tidak terlalu besar. penangkapan ikan menggunakan payang,
Pemberat berfungsi agar bagian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
bawah mulut jaring terendam dengan diantaranya pemeriksaan mesin pada
sempurna sehingga membentuk bukaan perahu, penyediaan BBM, serta mengatur
mulut jaring secara menganga maksimal. posisi alat tangkap. Payang biasanya
Pemberat berfungsi agar bagian bawah dioperasikan di daerah permukaan,
jaring terendam dengan baik sehingga karena target tangkapannya ikan yang
membentuk bukaan mulut jaring yang bergerombol. Pengoperasian payang di
maksimal (Boesono, 2014). Semua perairan berada pada kedalaman 250-
pemberat kecuali caka bawah tidak 350m dengan kedalaman jaring berkisar
dipasang secara permanen. Pemasangan 20-30m sehingga tidak berdampak pada
pemberat dilakukan pada saat kerusakan ekosistem laut. Proses
pengoperasian jaring, kemudian setelah penurunan jaring biasanya ditandai ketika
selesai hauling pemberat dilepas. nelayan sudah bersiap-siap untuk
Tali-temali sangat mendukung menurunkan rakit dari kapal dan
dalam konstruksi payang, terdiri dari tali memisahkan atraktor dengan sebuah
ris berfungsi untuk memperkuat jaring dan pelampung besar tempat dimana kapal
sekaligus tempat mengikat jaring. Pada ditambatkan. Dimana 1 Anak Buah Kapal
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
37
(ABK) akan turun ke rumpon untuk sayap disisi lain serta penurunan tali
diikatkan pada sebuah tali panjang yang selambar.
dipegang oleh seorang ABK yang berada Selanjutnya dalam proses
dikapal (punggawa) untuk mengulur dan penarikan jaring dilakukan setelah jaring
menarik rumpon pada saat payang melingkari rumpon dan kedua tali
pengoperasian berlangsung. selambar bertemu, setelah tali selambar
Setelah penentuan arah untuk sudah berada di atas kapal maka akan
operasi penangkapan, kapal akan dilkukan penarikan tali selambar. Proses
bergerak mengelilingi rumpon. Proses penarikan jaring harus dilakukan dengan
melingkari rumpon dilakukan berlawanan cepat, dengan harapan untuk menutup
dengan arah jarum jam, dimana posisi alat peluang ikan untuk meloloskan diri. Waktu
tangkap berada pada buritan sebelah kiri yang dibutuhkan untuk penarikan jaring
kapal. Pada saat kapal sedang hingga semua bagian jaring naik kekapal
mengelilingi rumpon, maka hal pertama sekitar 8-15 menit, mesin tetap dinyalakan
yang dilakukan adalah melempar dengan kecepatan rendah hingga hasil
pelampung bola yang sudah diikat pada tangkapan pada jaring berada di atas
tali pada salah satu bagian sayap. kapal. Setelah kantong berada di atas
Selanjutnya penurunan tali selambar kapal dan sudah aman dari resiko
dilakukan, maka setelah tali selambar lolosnya hasil tangkapan, maka tali
turun, selanjutnya penurunan bagian pengikat pada ujung kantong dibuka dan
sayap jaring. Kemudian penurunan hasil tangkapan ditempatkan pada
pelampung dan pemberat pada sayap, sebuah box. Proses setting dan hauling
penurunan pelampung dan pemberat yang dilakukan di daerah rumpon pada
dilakukan secara bergantian, dimana kedalaman sekitar 30 m, letaknya sangat
penurunan pelampung terlebih dahulu jauh dari dasar perairan, sehingga tidak
dilanjutkan dengan pemberat, kemudian mengganggu dasar perairan. Dari segi
pelampung yang berbentuk bola yang pengoperasian payang, tidak
terletak pada mulut jaring bagian atas menunjukkan kondisi yang dapat merusak
serta pemberat. Setelah bagian sayap lingkungan maupun sumberdaya ikan.
diturunkan, maka dilanjutkan dengan Penangkapan dengan
penurunan badan kantong dan bagian menggunakan jaring payang dapat
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
38
dilakukan baik pada malam maupun siang lebih dalam lagi akan berdampak positif
hari. Untuk malam hari, terutama pada bagi lingkungan, yaitu dengan adanya
hari-hari gelap atau tidak dalam keadaan rumpon ini maka sebagai rumah bagi ikan
terang bulan dengan menggunakan alat sebagai tempat berlindung dari predator,
bantu berupa lampu petromaks. Sedang disamping itu terjadi rantai makanan
penangkapan yang dilakukan pada waktu sebagai wujud keseimbangan alam akan
siang hari menggunakan alat bantu terjadi disekitar rumpon. Hal ini saja
rumpon atau hanya dengan cara sebagai salah satu wujud kepedulian
menduga-duga di tempat yang dikira masyarakat nelayan terhadap lingkungan,
banyak ikan. Biasanya pada bulan april, dengan diterapkannya kearifan lokal
mei, juni, para nelayan sering rumpon ini, diharapkan masa mendatang
menggunakan alat tangkap payang dapat ditumbuh kembangkan dengan
dengan alat bantu lampu dan teknologi yang lebih baik, berupa
penangkapan dilakukan pada saat malam pembangunan terumbu karang buatan.
hari. Sedangkan jika sudah memasuki Nelayan di Pantai Plengkung
bulan september, oktober, para nelayan mengenal tiga musim penangkapan ikan,
menggunakan alat bantu rumpon dan yaitu musim paceklik, sedang dan puncak.
penangkapan dilakukan pada pagi hingga Pada musim paceklik hasil tangkapannya
sore hari (Amry, Renta, & Nofridiansyah, sangat rendah, waktu musim sedang hasil
2017). Rumpon yang ada sangat tangkapannya sedang, sedangkan waktu
sederhana dan masih terbuat dengan musim puncak hasil tangkapannya tinggi.
cara tradisional. Bahan dari rumpon ini Sistem pelaksanaan penangkapan ikan
terdiri dari daun kelapa kering, ranting, dengan menggunakan metode payang,
ban bekas, tali tampar dan batu besar dilakukan pada lima hari sebelum bulan
yang berfungsi sebagai pemberat. purnama sampai lima hari setelah bulan
Rumpon merupakan wujud kearifan lokal purnama karena pada waktu itu terjadi air
yang memberikan pendidikan tentang pasang sehingga mengakibatkan ikan dan
pelestarian lingkungan, dimana udang terbawa arus hingga jatuh ke
memberikan tempat untuk menjadi rumah dalam muara. Sistem ini hanya bisa
bagi ikan dan bukan sebaliknya merusak dilaksanakan pada sekitar bulan
lingkungan. Bahkan jika kita lihat dan kaji purnama, sedangkan pada hari yang lain
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
39
tidak bisa dilakukan. Pelaksanaan sistem memiliki kearifan lokal berupa sejumlah
payang, terdapat beberapa pantangan tradisi, aturan atau pantangan yang masih
untuk tidak boleh melakukan kegiatan lain berlaku secara turun temurun yang
seperti menjala. Berdasarkan kemudian dipelihara dan ditaati sampai
kepercayaan jika melanggar pantangan saat ini. Kehidupan masyarakat sekitar
maka hasil yang didapat di dalam desa penyangga sangat erat kaitannya
payangan akan sedikit. Sesama pencari dengan upaya konservasi. Hal ini dapat
ikan yang memakai sistem payang akan dilihat dari bentuk kearifan lokal, seperti:
menasehati temannya jika melanggar (a) larangan mengambil atau membunuh
pantangan tersebut. Nilai-nilai konservasi burung merak. Pantangan tersebut
yang terdapat dalam sistem payang, menurut keyakinan masyarakat
maka pemanfaatan sumberdaya alam bahwa burung merak merupakan
dengan menggunakan peralatan binatang kesayangan para makhluk
sederhana dan ramah lingkungan halus penungggu Taman Nasional
mengakibatkan meminimalkan merusak Alas Purwo. Saat ini masih ditaati
ekosistem. Adanya beberapa pantangan oleh masyarakat sekitar kawasan
selama melakukan payang dengan taman nasional. Sebenarnya dengan
menggunakan alat lain untuk mengambil adanya pantangan tersebut mereka
sumberdaya alam, di situ terdapat telah menerapkan nilai-nilai
pendidikan moral bahwa pelaku payang konservasi yang ada masyarakat,
diajak untuk bijaksana dalam mengambil secara tidak langsung merupakan
sumberdaya alam seperlunya saja tidak upaya pengawetan keanekaragaman
berlebihan. hayati. Khususnya satwa burung
merak merupakan salah satu
Simpulan komponen dari ekosistem, sehingga
Taman Nasional Alas Purwo dengan terjaganya satwa tersebut
menjadi berpotensi sebagai penyangga mutu dan kualitas ekosistem secara
kehidupan dikarenakan dalam tidak langsung dapat dijaga
pengelolaannya masih menerapkan keutuhannya.
kearifan lokal. Masyarakat sekitar (b) Sistem payang termasuk alat
kawasan Taman Nasional Alas Purwo penangkap ikan atau udang yang
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
40
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
41
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
42
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi | Vol 13 No 1| pISSN: 1978 –192X eISSN: 2654-9344
43
Peran Masyarakat Sekitar Desa Penyangga dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berbasis Kearifan Lokal