Anda di halaman 1dari 14

Mencari Dasar Etis dan Spiritual Katolik John Sinartha Wolo

untuk Pertobatan Ekologis Global Ubaya, 24 Agustus 2021


"LAUDATO SI ', mi' Signore", -
"Terpujilah Engkau, Tuhanku“

• Dalam madah yang indah ini, Santo Fransiskus dari Assisi


mengingatkan kita bahwa rumah kita bersama adalah seperti
seorang saudari yang berbagi hidup dengan kita, dan seperti
seorang ibu rupawan yang menyambut kita dengan tangan terbuka.
"Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari kami, Ibu Pertiwi, yang
memelihara dan mengasuh kami, dan menumbuhkan aneka ragam
buah-buahan, beserta bunga warna-warni dan rumput-rumputan”.
• Saudari ini sekarang menjerit karena segala kerusakan yang telah
kita timpakan padanya, pada tanah, di dalam air, di udara dan pada
semua bentuk kehidupan.
• Kita telah melupakan bahwa kita sendiri berasal dari debu tanah
(Kejadian 2:7); tubuh kita sendiri tersusun dari unsur-unsur yang
sama dari bumi, dan udaranya memberi kita nafas serta airnya
menghidupkan dan menyegarkan kita.
Paus Paulus VI telah Kemajuan ilmiah yang
berbicara juga kepada sangat luar biasa,
Organisasi Pangan dan kemampuan teknis yang
Pertanian (FAO) Perserikatan sangat menakjubkan,
Bangsa-Bangsa tentang pertumbuhan ekonomi yang
kemungkinan bencana sangat mencengangkan, bila
ekologis nyata yang
diakibatkan oleh pengaruh tidak disertai dengan
peradaban industri dan perkembangan sosial dan
perubahan radikal dalam moral autentik, akhirnya
perilaku umat manusia, akan berbalik melawan
manusia.
• Paus Yohanes Paulus II menjadi semakin khawatir akan
masalah ini. Dalam ensikliknya yang pertama ia memberi
peringatan bahwa manusia tampaknya sering "tidak melihat
makna lain dalam lingkungan alam daripada apa yang berguna
untuk segera dipakai dan dikonsumsi”.
• Selanjutnya, ia menyerukan pertobatan ekologis global.
• Penghancuran lingkungan manusia merupakan perkara sangat
berat, tidak hanya karena Allah telah mempercayakan dunia
kepada manusia, tetapi karena hidup manusia itu sendiri
merupakan anugerah yang harus dilindungi dari berbagai
bentuk kemerosotan.
• Benediktus XVI mengingatkan kita bahwa
dunia tidak dapat dianalisis dengan
mengisolasi hanya satu aspeknya, karena
"buku alam adalah satu dan tak terpisahkan",
dan mencakup lingkungan, kehidupan,
seksualitas, keluarga, hubungan sosial, dan
sebagainya.
• Keyakinan bahwa segala sesuatu di dunia
terhubung
DASAR ETIS DAN SPIRITUAL
PERTOBATAN EKOLOGIS GLOBAL
KEJAHATAN TERHADAP ALAM ADALAH DOSA
TERHADAP DIRI KITA SENDIRI DAN DOSA TERHADAP ALLAH

“Bagi manusia yang menghancurkan keanekaragaman hayati


ciptaan; bagi manusia yang mengurangi keutuhan bumi dengan
menyebabkan perubahan iklim, dengan menggunduli tanah dari
hutan alamnya atau menghancurkan lahan-lahan basahnya; bagi
manusia yang mencemari perairan di bumi, tanahnya,
udaranya, dan hidupnya – semuanya ini adalah dosa”.

Ini adalah cara mencintai, bergerak Masalah lingkungan, solusi tidak


secara bertahap dari apa yang saya hanya dalam teknologi, tetapi
inginkan menuju apa yang dibutuhkan dalam perubahan manusia;
dunia dan Allah.

Misalnya mengganti konsumsi dengan pengorbanan,


keserakahan dengan kemurahan hati, pemborosan
dengan semangat berbagi, belajar untuk memberi,
dan tidak hanya berpantang.
SETIAP MAKHLUK ADALAH SEORANG SAUDARI YANG BERSATU
DENGAN KITA OLEH IKATAN KASIH SAYANG
Dia telah menunjukkan kepedulian
Contoh yang menarik dan mampu khusus terhadap ciptaan Allah dan Santo Fransiskus membantu kita
memotivasi kita dalam melindungi kaum miskin serta mereka yang melihat bahwa alam semesta
alam semesta santo Fransiskus tersisihkan, hidup dalam membutuhkan keterbukaan
pelindung semua orang yang kesederhanaan dan keselarasan terhadap kategori-kategori yang
mempelajari dan bekerja di bidang yang indah dengan Allah, dengan melampaui bahasa matematika
ekologi, dan ia juga sangat dicintai orang lain, dengan alam, dan dan biologi, dan membawa kita
oleh orang non-Kristiani. dengan dirinya sendiri. kepada hakikat manusia.

Setiap kali Fransiskus menatap


Dia berkomunikasi dengan semua
matahari, bulan, atau bahkan
ciptaan, bahkan berkhotbah
binatang terkecil, ia mulai
kepada bunga-bunga, mengajak
bernyanyi, sambil
mereka "untuk memuji Tuhan,
mengikutsertakan semua makhluk
seolah-olah mereka pun dikaruniai
lain dalam pujiannya.
akal budi”
Tanggapan St. Fransiskus terhadap dunia di
sekelilingnya jauh melebihi apresiasi intelektual
atau perhitungan ekonomi, karena baginya setiap
makhluk adalah seorang saudari yang bersatu
dengannya oleh ikatan kasih sayang. Itulah
sebabnya ia merasa terpanggil untuk melindungi
semua yang ada.

Kemiskinan dan kesederhanaan Santo Fransiskus


menunjukkan ini: ia menolak untuk mengubah
kenyataan menjadi objek yang hanya untuk dipakai
dan dikuasai.
Santo Fransiskus, yang setia kepada Alkitab,
mengajak kita untuk memandang alam sebagai
sebuah kitab yang sangat indah. Di dalamnya
Allah berbicara kepada kita dan memberi kita
sekilas pandangan tentang keindahan dan
kebaikan-Nya yang tanpa batas.

"Dari kebesaran dan keindahan benda-benda ciptaan,


tampaklah gambaran tentang Khalik mereka"
(Kebijaksanaan 13: 5);
Dan memang, "kekuatan-Nya yang kekal dan
keilahian-Nya dapat nampak dan dipahami dari
karya-Nya sejak dunia diciptakan" (Roma 1:20).
Itulah sebabnya, Fransiskus meminta
agar sebagian taman biara selalu
dibiarkan tidak diolah, sehingga bunga
dan tumbuhan liar bisa tumbuh di situ
dan orang yang melihatnya dapat
mengangkat budi mereka kepada
Allah, Pencipta keindahan itu.

Dunia, lebih daripada masalah yang


harus dipecahkan, merupakan misteri
yang menggembirakan untuk
direnungkan dengan sukacita dan
pujian.
MENAMPILKAN GAMBARAN TENTANG SOSOK BAPA,
PENCIPTA DAN SATU-SATUNYA PEMILIK DUNIA

Sebab jika demikian, kita akhirnya


akan menyembah kuasa-kuasa
dunia lainnya, atau kita sendiri
Kita tidak dapat menerima suatu akan mengambil tempat Tuhan,
spiritualitas yang melupakan Allah bahkan mengklaim hak untuk
sebagai Yang Mahakuasa dan menginjak-injak karya ciptaan-Nya
Pencipta. tanpa tahu batas.

Cara terbaik untuk menempatkan Jika tidak demikian, manusia


manusia pada tempatnya, dan akan selalu condong untuk
untuk mengakhiri klaimnya memaksakan aturan dan
sebagai penguasa absolut atas kepentingannya sendiri pada
bumi, adalah menampilkan realitas.
gambaran tentang sosok Bapa,
Pencipta dan satu-satunya pemilik
dunia.
KASIH ALLAH ADALAH ALASAN MENDASAR SEMUA CIPTAAN

Oleh karena itu, setiap makhluk Alam semesta tidak timbul sebagai hasil
adalah objek kelembutan hati Bapa kemahakuasaan yang sewenang-wenang,
yang memberinya tempat di dunia. pertunjukan kekuasaan atau keinginan
untuk menegaskan diri. Penciptaan
termasuk bagian tatanan kasih.

Kasih Allah adalah alasan mendasar semua ciptaan: “Engkau


mengasihi segala yang ada, dan Engkau tidak jijik dengan
apa pun yang telah Kauciptakan, sebab Engkau tidak akan
membentuk apa pun yang Engkau benci”
(Kebijaksanaan 11: 24).
PENUTUP

Sebagaimana telah dinyatakan uskup-uskup Afrika Selatan: "bakat dan keterlibatan


•1 •4
setiap orang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh manusia
yang menyalahgunakan ciptaan Allah”. Kita semua dapat bekerja sama sebagai sarana
Allah untuk melindungi keutuhan ciptaan, masing-masing sesuai dengan budayanya,
pengalamannya, prakarsanya, dan bakatnya sendiri.

Kita dipanggil untuk menjadi sarana Allah Bapa agar planet kita menjadi apa yang
•2 dikehendaki-Nya ketika Ia menciptakannya, dan agar bumi memenuhi rencana-Nya,
yakni perdamaian, keindahan dan keutuhan.

Umat Kristiani, khususnya, harus tahu bahwa tugas mereka dalam dunia ciptaan dan
•3 •6
tanggung jawab mereka terhadap alam dan Sang Pencipta merupakan bagian integral
dari iman mereka”

Anda mungkin juga menyukai