Oleh :
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
POLITEKNIK KELAPA SAWIT
CITRA WIDYA EDUKASI
BEKASI
2020
PEMANFAATAN LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) SEBAGAI BAHAN UTAMA PAKAN IKAN
LELE (Clarias Sp.)
Oleh:
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
POLITEKNIK KELAPA SAWIT
CITRA WIDYA EDUKASI
BEKASI
2020
PERNYATAAN
(Clarias Sp.)
Nama : Ghozi Naufal Chaniago
NIM : 201711057
Program Studi : Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit
Disetujui:
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui:
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan yang
berjudul “Pemanfaatan Limbah Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Sebagai Bahan Utama Pakan Ikan Lele (Clarias Sp.)”. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah
membantu dalam penyususnan laporan ini yaitu kepada:
1. Ibu Vira Irma Sari, S.P., M.Si. dan Bapak Ir. Rufinusta Sinuara, M.M.. selaku
dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang senantiasa membimbing
dalam pelaksanaan dan penulisan laporan
2. Bapak Sylvia Madusari, S.Si., M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan
pengarahan kepada penulis.
3. Orang tua yaitu Bapak Arwan Chaniago dan Ibu Nurhabzia Batubara dan Adik
yaitu Farid Hadid Chaniago, Fetry Annes Tasya yang telah mendukung baik doa
maupun materi.
4. Teman-teman satu program studi Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit angkatan
2017, dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung namum tidak
dapat disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan
ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan Praktik Kerja
Lapangan ini. Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan
v
RIWAYAT HIDUP
vi
D AFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian......................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ...................................................................... 2
1.4 Hipotesis Penelitian..................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah.......................................................................... 3
vii
3.5. Parameter Pengamatan................................................................ 14
3.5.1 Bobot Ikan Lele ................................................................ 14
3.5.2 Panjang Ikan Lele ............................................................ 15
3.5.3 Daya Apung Pakan .......................................................... 16
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan.................................................................................. 21
5.2. Saran............................................................................................ 21
viii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Pemberian pelet ikan lele dari limbah batang kelapa sawit terhadap berat
bibit ikan lele................................................................................................ 16
2. Pengaruh pemberian pelet ikan lele dari limbah batang kelapa sawit
terhadap panjang bibit ikan lele.................................................................... 17
3. Rataan daya apung berbagai jenis pakan ..................................................... 26
4. Kandungan nutirisi pakan pelet ikan berbahan dasar batang kelapa sawit +
tepung ikan + terigu + molase .................................................................... 18
5. Kandungan nutrisi pakan pelet ikan berbahan dasar batang kelapa sawit +
tepung ikan + terigu + molase ..................................................................... 19
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Batang Kelapa Sawit 5
2. Tepung Terigu 6
3. Tepung Tapioka 7
4. Tepung Ikan 7
5. Molase Tebu 8
6. Pakan Organik 9
7. Pemotongan dan Pencacahan Batang Kelapa Sawit 10
8. Pencetakan Pakan Ikan Lele 10
9. Pengaplikasian Pakan Ikan Lele 11
10. Pengukuran Bobot Ikan Lele 14
11. Pengukuran Panjang Ikan Lele 14
12. Daya Apung Pakan Ikan Lele 15
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
dari batang kelapa sawit perlu penambahan bahan campuran seperti tepung ikan,
tepung terigu, tepung tapioka, dan molase.
Penggunaan tepung ikan sebagai campuran bahan baku pakan dikarenakan
tepung ikan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga dapat
menyeimbangkan nutrisi pakan berbahan baku batang kelapa sawit. Pemberian
tepung terigu dan tepung tapioka sebagai campuran pakan ikan hanya untuk
merekatkan adonan pakan, begitu juga dengan molase tebu. Susilawati et al.,
(2012) menyatakan bahwa bahan-bahan yang dapat menjadi perekat misalnya
tepung terigu, tepung tapioka, dan molase.
Keuntungan menggunakan pakan berbahan baku batang kelapa sawit
adalah pembuatannya yang sederhana, bahannya mudah diperoleh di industri
perkebunan kelapa sawit, maka penambahan melalui tepung diharapkan dapat
menjadi bahan pakan ternak yang mampu meningkatkan pertumbuhan ikan lele.
Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan penelitian mengenai pembuatan
pakan berbahan baku batang kelapa sawit pada pertumbuhan ikan lele.
2
3. Menambah informasi tentang pembuatan pakan pelet ikan lele dari limbah
batang kelapa sawit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Sifat-sifat dasar dari batang kelapa sawit yaitu kadar airnya sangat
bervariasi pada berbagai posisinya dalam batang. Kadar air batang dapat mencapai
100-500%. Sifat lain adalah berat jenis yang juga berbeda pada setiap bagian
batang. Secara rata-rata berat jenis batang kelapa sawit termasuk kelas kuat pada
bagian tepi dan kelas kuat pada bagian tengah dan pusat batang (Bakar, 2003).
Komponen utama yang terkandung pada batang kelapa sawit adalah
selulosa, lignin, air, pati dan abu. Kadar air dan pati yang tinggi menyebabkan
kestabilan dimensi kayu, sifat fisik, sifat mekanik rendah sehingga mudah patah,
retak dan berjamur (Bakar, 2003).
Kandungan dalam batang kelapa sawit sebesar 55.5%, protein, sebesar
1.6%, serat kasar 36%, dan lemak sebesar 0.6% pada ketinggian 0-1 meter dari
puncak batang (Sinurat et al. 2012). Pengolahan secara fisik untuk mengubah
ukuran dan bentuknya melalui proses pencacahan dan penggilingan pelepah
kelapa sawit dan menambahkan bahan campuran lain dalam proses pembuatan
pakan yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan bobot dan panjang ikan
lele (Clarias sp). Hal ini sejalan dengan penelitian Shilvia (2016) Pemanfaatan
limbah batang kelapa sawit sebagai pakan sapi. Batang kelapa sawit terdapat pada
Gambar 1.
5
dalam bentuk gluten yang berperan dalam menentukan kekenyalan makanan yang
terbuat dari bahan terigu (Aptindo, 2012).
Hasil ekstraksi dari proses penggilingan gandum yang tersusun oleh 67-
70% karbohidrat, 10-14% protein, dan 1-3% lemak (Damodaran, 1997).
Keunggulan mutu protein terigu adalah kemampuan membentuk gluten yang
diperlukan untuk berbagai produk pangan, salah satunya adalah pakan ternak
(Bogasari, 2011). Ketika tepung dibasahi saat prsiapan adonan, gluten mengikat
sebagian air dan membentuk struktur seperti kisi-kisi. Struktur ini yang
dimanfaatkan untuk menerangkap udara guna meningkatkan volume adonan pada
pembuatan makanan (Kompas, 2010). Tepung terigu terdapat pada Gambar 2.
6
Gambar 3. Tepung tafipoka
7
Molase tebu telah dimanfaatkan secara meluas digabungkan dengan pakan
lain dinegara-negara industri, dimana molase dapat berfungsi sebagai perekat
pakan pelet sehingga mengurangi perdebuan (Akhadiarto, S. 2008). Molase
terdapat pada Gamabar 5.
Gamabar 5. Molase
8
keseimbangan cairan tubuhnya, ikan air tawar berosmoregulasi dengan cara
minum sedikit atau tidak minum sama sekali. Sedangkan pada kondisi hipotonik
menyebabkan air akan mengalir dari dalam tubuh ikan air laut ke lingkungannya
secara osmose melewati ginjal, insang, dan juga kulit. Sebaliknya, garam-garam
akan masuk ke dalam tubuh melalui proses difusi. Untuk mempertahankan
konsentrasi garam dan air dalam tubuh ikan air laut memperbanyak minum air
laut dan melakukan osmoregulasi (Affandi dan Tang , 2002).
Proses osmoregulasi ikan membutuhkan energi yang cukup besar untuk
menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuh maupun lingkungan sehingga
energi yang digunakan untuk pertumbuhan akan berkurang. Menurut Affandi dan
Tang (2002) penggunaan energi yang berasal dari pakan dapat ditekan apabila
ikan yang dibudidaya dipelihara pada media yang isoosmotik, sehingga pakan
yang diberikan menjadi efisien serta kelangsungan hidup dan pertumbuhan
menjadi optimal. Kondisi isoosmotik terjadi apabila konsentrasi cairan tubuh
sama dengan konsentrasi media. Nilai osmolaritas cairan tubuh ikan biasanya
diukur dengan menggunakan alat Knauer Semimicro Osmometer (Anggoro et al.,
2013). Namun dalam penelitian ini alat ukur alternatif yang digunakan yaitu
menggunakan indikator daya hantar listrik (DHL) (Hidayah, 2013).
9
diperlukan, mudah diolah dan diproses, mengandung zat gizi yang diperlukan oleh
ikan, dan berharga murah. Misalnya sludge adalah sisa akhir dari pengolahan
biogas yang masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan yang memiliki
kandungan nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh ikan.
Penambahan janggel jagung, tepung ikan dan bekatul yang kurang
bernilai ekonomis dapat dilakukan untuk menambah kandungan nutrisi pada pelet
yang dihasilkan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk
memanfaatkan sludge, janggel jagung, tepung ikan dan bekatul sebagai bahan
baku pembuatan pakan ikan dengan perbandingan tertentu sehingga diperoleh
pakan ikan yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi dengan harga yang relatif
murah (Emma, 2006). Untuk meningkatkan densitas pakan sehingga mengurangi
tempat penyimpanan, menekan biaya transportasi, dan memudahkan aplikasi
dalam penyajian pakan.
Pelet dikenal sebagai bentuk massa dari bahan baku pakan yang
didapatkan sedemikian rupa dengan cara menekan melalui dari lubang cetakan
pelet secara mekanis. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan destinasi pakan
sehingga mengurangi tempat penyimpanann, menekan biaya dan memudahkan
aplikasi dalam penyajian pakan. Berkaitan dengan heal tersebuut di atas penelitian
tertarik untuk memanfaatkan limbah batang kelapa sawit, tepung ikan dan tepung
perekat seperti, terigu, sagu dan tapioca sebagai bahan baku pembuatan pakan
ikan lele dengan bahan yang mudah ditemukan ( Hartadi et al, 2005 ). Pakan
organik terdapat pada gambar 6.
10
BAB III
METODOLOGI
11
3.4.2. Pemotongan dan Pencacahan Batang
Batang dipotong menggunakan alat gergaji mesin. batang yang sudah
dipotong dibersihkan dari pelepah dan anak daunnya kemudian dipotong-potong
menjadi beberapa bagian. Pelepah yang sudah dipotong kemudian dicacah sampai
halus menggunakan mesin pencacah. Pemotongan batang dan pencacahan batang
dapat dilihat pada Gambar 7.
12
a) pencampuran baha dasar pelet b) pencampuran molase
Gambar 8. Pembuatan pakan ikan lele (Clarias sp)
3.4.4 Pencetakan Pakan Ikan
Adonan pakan ikan lele (Clarias sp) yang sudah dikukus dengan autoklaf
dengan suhu 80̊ C selama 3 menit, kemudian dicetak menggunakan alat pencetak
manual, Adonan yang sudah dicetak dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3
hari. Adonan yang sudah dicetak dapat dilihat pada Gambar 9.
13
Gambar 9. Pengaplikasian pakan ikan lele
14
Gambar 11. Pengukuran panjang ikan lele
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
puncak batang (Sinurat et al. 2012). Selanjutnya, bila produk limbah kelapa sawit
dimanfaatkan untuk ternak dapat menyebabkan kekurangan sehingga menurunkan
produktivitas sehingga sebelum dimanfaatkan terlebih dahulu dilakukan perlakuan
untuk meningkatkan kualitas dan daya cernanya (Indraningsih, et al, 2006).
Protein merupakan makro nutrien penting yang berperan sebagai sumber energi
utama bagi ikan sehingga tingginya kandungan dan kecernaan protein pada pakan
dapat memengaruhi pertumbuhan ikan (Salamah et al., 2015).
17
al., (2013) menyatakan bahwa pakan yang mengandung karbohidrat yang banyak
digunakan sebagai energi untuk pertumbuhan benih ikan lele.
Pakan pelet batang + tepung ikan + tapioka + molase memiliki daya apung
paling lama dibandingkan dengan pakan pelet batang + tepung ikan + terigu +
molase, hal ini dikarenakan bahan perekat yang digunakan dalam pembuatan
pakan memiliki daya ikat yang kuat dan pakan memiliki kadar air yang rendah
yaitu 13,73%. Menurut Sahwan (2002), kadar air pakan sebaiknya lebih baik tidak
lebih besar dari 15%. Kadar air yang rendah mengakibatkan daya apung dari
pakan semakin lama dan kandungan dari bahan perekat yang bagus
mengakibatkan pakan tidak mudah hancur. Hal ini sejalan dengan pendapat
Soetanto (2008) menyatakan bahwa pencampuran tepung gaplek atau tepung
tapioka dalam proses pembuatan pakan ikan lele dapat membantu pakan tersebut
memiliki ikatan antar agregat yang kuat sehingga mengurangi pori-pori yang
terbentuk akibatnya memperlambat daya serap air dan akan meningkatkan daya
apungnya.
18
Protein Lemak Serat
Air Abu Karbohidrat
Kasar Kasar Kasar
-------------------- % -------------------
P1 14,50 12,09 18,39 2,52 8,82 35,03
Keterangan : Hasil pengujian pelet ikan di Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan.
Tabel 5. Kandungan nutrisi pakan ikan pelet berbahan dasar batang kelapa sawit +
tepung ikan + tapioka + molase.
Perlakuan Hasil Analisis
Protein Lemak Serat
Air Abu Karbohidrat
Kasar Kasar Kasar
-------------------- % -------------------
P2 15,71 8,76 15,64 1,03 7,00 45,43
Keterangan : Hasil pengujian pelet ikan di Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan
Kadar air pada pakan ini masih dalam batas kisaran ideal. Badan
standarisai nasional ( 2006 ) menyatakan kadar air yang baik dalam pakan
maksimal 14% ke atas. Tingkat kekeringan pakan ini sangat menentukan daya
tahan pakan karena apabila pakan buatan mengandung banyak air maka akan
menjadi lembab. Dalam kondisi ini apabila pakan disimpan terlalu lama akan
ditumbuhi jamur. Dengan demikian kualitas dari pakan akan menurun, bahkan
dapat berbahaya bagi ikan. Kadar air pada pakan buatan ini sudah relatif sedang
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama.
Kadar abu pada pakan menunjukkan indikator besarnya kandungan untuk
mineral yang terdapat dalam pakan tersebut (Jangkaru, 1974). Perbedaan kadar
abu pada pakan buatan, dikarenakan persentase bahan yang berlainan antara
perlakuan satu dengan perlakuan lainnya.
Lemak dalam makanan mempunyai peran yang penting sebagai sumber
tenaga, bahkan dibanding dengan protein dan karbohidrat, lemak dapat
menghasilkan tenaga yang besar. lemak dalam pakan berpengaruh terhadap rasa
dan tekstur pakan yang dibuat. Menurut Mudjiman (1989) kandungan lemak ideal
untuk makanan ikan berkisar 4-18%. Jadi, kadar lemak pada pakan buatan ini
berada dibawah batas kisaran kadar lemak ideal untuk pakan ikan.
Protein merupakan senyawa kimia yang sangat diperlukan oleh tubuh ikan
sebagai sumber energi dan diperlukan dalam pertumbuhan, pemeliharaan jaringan
tubuh, pembentukan enzim dan hormon steroid (Dharma dan Suhenda, 1986).
Bagi ikan, protein merupakan sumber tenaga yang paling utama. Pemberian
protein dengan kadar yang sesuai akan meningkatkan pertumbuhan ikan. Menurut
19
Mangalik (1986) dalam Lovell (1989) bahwa small channel catfish dapat tumbuh
baik dengan pakan yang mengandung protein 27% hingga 38%.
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi setelah protein dan
lemak yang didapat dari pakan. Kadar karbohidrat pada pakan P1 sebesar 35,44%
dan P2 sebesar 46,30%. Rukmana (1997) menyatakan bahwa kadar serat yang
optimal dalam menunjang pertumbuhan ikan adalah 4-8%. Jadi, kadar serat pada
pakan buatan ini berada pada batas kisaran kadar serat ideal untuk pakan ikan.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Limbah batang kelapa sawit dapat dijadikan sebagai alternatif pakan untuk ikan
lele.
2. Pembuatan pakan ikan lele berbahan baku batang kelapa sawit dilakukan dengan
cara mencampur dan menghomogenkan semua bahan, kemudian dikukus,
dilakukan pencetakan lalu dikeringkan.
3. Pakan batang + tepung ikan + tapioka + molase dengan dosis 5 gr menghasilkan
bobot rata - rata tertinggi 37,17 gram dengan rata - rata panjan tertinggi 17,92 cm
pada ikan lele.
4. Pakan batang + tepung ikan + terigu + molase memiliki daya apung 8 menit dan
kandungan nutrisi kadar air 14,50 %, kadar abu 12,90 %, protein kasar 18,39 %,
lemak kasar 2,52 %, serat kasar 8,82 %, dan karbohidrat 35,03 %.
Pakan batang + tepung ikan + tapioka + molase memiliki daya apung 7 menit dan
kandungan nutrisi kadar air 15,71 %, kadar abu 8,76 %, protein kasar 15,64 %,
lemak kasar 1,03 %. Serat kasar 7,00%, dan karbohidrat 45,43 %.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis dan bahan dasar tanaman
kelapa sawit yang berbeda.
21
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R dan Tang UM.2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press, Pekanbaru (ID).
Bakar, E. S. 2003.Kayu Sawit Sebagai Substitusi Kayu dari Hutan Alam Forum
Komunikasi dan Teknologi dan Industri Kayu, 2 : 5-6. Bogor.
Bogasari. 2011. Seputar Tepung Terigu. Jakarta( ID): PT ISM Bogasari Flour
Mills. 34 hal.
Damodaran, S. and A. Paraf. 1997. Food Proteins and Their Applications. Marcel
Dekker. New York (AS).
Dharma, L. dan N. Suhenda. 1986. Pengaruh pemberian pakan dengan tangan dan
alat self feeder terhadap pertumbuhan dan produksi ikan mas di kolam air
deras. Bulletin Penelitian Perikanan Darat 5 (1): 79-84.
Emma, Z. 2006. Studi Pembuatan Pakan Ikan dari Campuran Ampas Tahu,
Ampas Ikan, Darah Sapi Potong, dan Daun Keladi yang Disesuaikan dengan
Standar Mutu Pakan Ikan. Jurnal Sains Kimia. 10: 40-45.
22
Hidayah U.2013.Penentuan Kondisi Isoosmotik Benih Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) dan Patin (Pangasius sp.) Berdasarkan Gradien Daya Hantar
Listrik (DHL) Media dan TubuhIkan. [Skripsi]. InstitutPertanian Bogor,
Bogor.
Lovell, T. 1989. Nutrition and feeding of fish. New York (AS): Auburn
University.
Najiyati S., Lili, .M. 2015. Mengenal Tipe Lahan Rawa Gambut. Wetlands
International-Indonesia Programme, Bogor (ID).
Purnamasari, E. 2006. Potensi dan Pemanfaatan Bahan Baku Produk Tepung Ikan.
Jurnal Perikanan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Unmul Samarinda.
Rukmana, Rahmat. 1997. Ikan Nila, Budi Daya dan Aspek Agribisnis.Kanisius.
Yogyakarta
Salamah, Nur, B.P.U., Munti, Y., Widanarni. 2015. Kinerja pertumbuhan ikan lele
dumbo, Clarias gariepinus Burchel 1822, yang dikultur pada sistem
berbasis bioflok dengan penambahan sel bakteri heterotrofik. Jurnal
Iktiologi Indonesia. 15(2): 155-164.
23
Sahwan, M. 1999. Pakan Ikan dan Udang Formulasi, Pembuatan dan Analisis
Ekonomi. Jakarta (ID): . PT Penebar Swadaya. 65-75 hal.
Shilvia, S.M. 2016. Pemanfaatan limbah batang kelapa sawit sebagai pakan sapi
perah laktasi secara In Vitro. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sitompul, S. 2004. Analisis asam amino dalam tepung ikan dan bungkil keledai.
Buletin Teknik pertanian. 9(1): 33-34.
Soares T. 2011. Kajian Usaha Benih Ikan Lele Dumbo Di Desa Tulungrejo,
Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, [Skripsi]. Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya (ID).
Soediaoetomo AJ. 2004. Ilmu Gizi dan Profesi untuk Mahasiswa. Dian Rakyat.
Jakarta (ID).
Tjokroadikusumo PS. 1993. HFSdan Industri Ubi Kayu Lainnya. Jakarta (ID): PT.
Gramedia. 56-65 hal.
24