Abortus Dan Menstrual Regulation
Abortus Dan Menstrual Regulation
Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Fikih kontemporer
Oleh:
GALANG BIMA PERMANA ( E95217027)
M. FAHMI AZHAR ( E95217028)
ROFI FIRMANSYAH ( E95217029)
DosenPengampu:
Dr. Khotib M.Ag
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah kami.
Terlepas dari semua itu, kami haturkan kepada dosen kami yaitu Bapak
Khotib yang telah membimbing kami dalam mata kuliah fikih kontemporer, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala bentuk saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini bermanfaat untuk para
pembaca dan memberi inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan masalah 1
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam Negara Indonesia, lagi trending akan masalah pengguguran anak
yang belum waktunya lahir yang dilakukan oleh ibu yang tidak bertanggung
jawab atas kelahiran anaknya tersebut atau dinamakan dengan aborsi.
Pengguguran tersebut diakibatkan oleh dua orang atau lebih yang telah melakukan
perzinaan, melakukan sex secara bebas. Hal ini sudah menjadi persoalan
sebenarnya didalam arab pra islam yaitu tindakan minum-minuman keras, sex
bebas, dll. Dalam pembahasan kita, kita memaparkan bagaimana hukum
pengguguran terhadap bayi di Hukum Pemerintah Indonesia maupun Hukum
Islam. Paham sendiri bahwa bagaimana tercelanya seorang ibu yang rela
menggugurkan bayi yang tidak bersalah tersebut.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari abortus dan menstrual regulation?
2. Bagaimana hukum abortus dan menstrual regulation menurut hukum di
Indonesia?
3. Bagaimana hukum abortus dan menstrual regulation dalam agama islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian abortus dan menstrual regulation.
2. Untuk mengetahui hukum abortus dan menstrual regulation di Indonesia.
3. Untuk mengetahui hukum abortus dan menstrual regulation dalam agama
islam.
BAB II
ABORTUS DAN MENSTRUAL REGULATION
َح َّد َحَثَح ِ َح: َح َّد َحَثَح َح َمْح َح ُد َمْح ُد ُد وُد َح َح َمْح ُدزَح َمْح َح َحا- 331
ش ُدم َمْح ُد عُد َمْحرَحو َحة َحع َمْح عُد َمْحرَحو َحة َحع َمْح
اصالَح َحة َحوإِ َحذ ض ُد فَح َح ِعي َّد «إِ َحذ َح َمْحَثبَحَث َح ِ حلَحَمْح َح: َح َحا اَّدِ َح َّد ُد َحع َحَمْح ِ َحو َح َّد َح: ش َح َح اَح َمْح َحع اِ َح
4 ِ ِ ت فَح َمْحغ ِس ِي َحع َمْح
»ك ا َّد َحم َحو َح ي َمْحَحد َحَث َحر َمْح
Apabila darah haid berhenti keluar dalam satu atau dua hari maka dia
berkewajiban mandi, apabila darah haidnya masih keluar dan telah melewati batas
lima belas hari maka dia dihukumi istihadhah. Kemudian wanita yang sudah
terbiasa menjalani haid adalah wanita yang sudah mengetahui hari-hari keluarnya
darah haid. Dan wanita tersebut melihat darah berwarna kekuningan atau keruh
setelah masa-masa haidnya, maka itu bukan darah haid seperti yang diucapkan
ummu athiyah yang berbunyi
2
Moh Saifullah, Aborsi dan Resikonya bagi Perempuan, ( Jurnal Sosial Humaniora : Surabaya,
2011 ), vol 4 no 1. 15.
3
Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita, ter Abdul Ghoffar, ( Pustaka Al-Kautsar ) 71.
4
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, al-Jami’ al-Musnad al-Sahih al-mukhtasar min Imu>ri
Rasulillah wa Sunanihi wa Ayyamihi, kitab Adab, Bab man basatha. Juz 4 (Kairo:Maktabah
Salafiyah) 89.
ك ال وع اصفرة و اك رة ع اطه رة ش ئ
“ kami tidak memperhitungkan sama sekali darah yang berwarna
kekuning-kuningan atau yang berwarna keruh setelah lewat masa bersuci ”.
kategori terakhir yaitu wanita yang mengalami istihadhah. Istihadhah merupakan
darah yang keluar terus menerus melebihi masa haidnya. Pada awalnya wanita
akan mengalami haid seperti biasanya dimana dia tahu akan masa haidnya dan
mengetahui kapan berhentinya haid, akan tetapi suatu kali dia mengalami
istihadhah maka terdapat berbagai hukum-hukumnya. Yaitu apabila dia tidak
mengetahui jumlah hari setelah melewati masa haidnya dan darah yang keluar
berwarna hitam maka tidak diperkenankan untuk mandi, sholat, puasa, dan
berhubungan badan sampai berhentinya darah hitam tersebut yaitu kurang dari
lima belas hari. Kemudian apabila darah yang keluar itu berbeda-beda maka sama
keadaanya dengan yang tadi yaitu tidak diperbolehkan melakukan ibadah, setelah
itu diwajibkan baginya untuk mandi dan mengganti sholat. Wanita yang
mengalami istihadhah harus berwudhu setiap kali akan melakukan sholat,
kemudian memakai cawat atau pembalut wanita walaupun darah masih tetap
mengalir. Dan juga tidak diperbolehkan untuk berhubungan badan, kecuali dalam
kondisi terdesak.5
5
Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita..., 73-74.
6
https://www.guttmacher.org/sites/default/files/report_pdf/aborsi_di_indonesia.pdf di unduh 04
September 2019.
faktornya yaitu factor social, yaitu terjadinya perubahan social dalam masyarakat.
Walaupun Negara Indonesia adalah masyarakat yang religious dan menjunjung
moralitas namun penurunan moral, sangat mudahnya lawan jenis berinteraksi,
pornografi tanpa pendidikan seks, pergaulan bebas, secara tidak langsung
perubahan social tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangnya praktek aborsi. Seperti kasus ketika anak-anak muda pacaran
tanpa pengawasan berakibat seorang wanita hamil dan laki-lakinya tidak mau
bertanggung jawab alhasil karena menahan malu akhirnya melakukan praktek
aborsi.
Beberapa factor yang mendorong sehingga seorang dokter dapat melakukan
pengguran kandungan pda seorang ibu; yaitu antara lain:7
1. Indikasi medis; yaitu seorang dokter menggugurkan kandungan seorang
ibu, karena dipandangnya bahwa nyawa wanita yang bersangkutan, tidak
dapat tertolong bila kandunganya dipertahankan, karena diindapi penyakit
yang berbahaya; anatara lain:
a. Penyakit jantung;
b. Penyakit paru-paru;
c. Penyakit ginjal;
d. Penyakit hypertensi dan sebagainya.
2. Indikasi social; yaitu dilakukanya pengguran kandungan, karena didorong
oleh factor social; misalnya:
a. Karena wanita yang hamil itu, disebabkan oleh hasil pemerkosaan
seorang pria yang tidak mau bertenggung jawab.
b. Karena malu dikatakan dihamili oleh pria yang bukan suaminya, dan
sebagainya.
Mengenai tindakan medis seorang dokter secara dijelaskan dalam undang-
undang pemintah tentang kesehatan reproduksi.
Indonesia sebagai Negara yang menjunjung hukum memiliki perundangan-
undangan yang mengatur tentang aborsi. Di Indonesia ada dua perundang-
undangan yang mengatur aborsi:
7
Haji Mahyuddin, Masailul fiqhiyah, (Kalam Mulisa:Jakata, 2003), 85.
1. Kitab undang-undang hukum pidana (KUHP)
Pasal 346
seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun”.
Pasal 347
a) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.
b) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
a. Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan
b. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
“Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan
pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan”.8
2. Undang-undang republik Indonesia nomor 61 tahun 2014 tentang kesehatan
reproduksi:
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 31
1. Tindakan aborsi hanya dapat dilakukan berdasarkan:
8
Moeljatno, KUHP, (Bumi aksara:Jakarta, 2003), 124.
a) indikasi kedaruratan medis; atau
b) kehamilan akibat perkosaan.
2. Tindakan aborsi akibat perkosaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40
(empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir.
Bagian Kedua
Indikasi Kedaruratan Medis
Pasal 32
1. Indikasi kedaruratan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1)
huruf a meliputi:
a) kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan ibu; dan/atau
b) kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan janin, termasuk yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang
tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
kandungan.
2. Penanganan indikasi kedaruratan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan standar.
Pasal 33
1. Penentuan adanya indikasi kedaruratan medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 dilakukan oleh tim kelayakan aborsi.
2. Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari 2 (dua)
orang tenaga kesehatan yang diketuai oleh dokter yang memiliki kompetensi
dan kewenangan.
3. Dalam menentukan indikasi kedaruratan medis, tim sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar.
4. Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tim
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat surat keterangan kelayakan
aborsi.
Bagian Ketiga
Indikasi Perkosaan
Pasal 34
1. Kehamilan akibat perkosaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1)
huruf b merupakan kehamilan hasil hubungan seksual tanpa adanya
persetujuan dari pihak perempuan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Kehamilan akibat perkosaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
dengan:
a) usia kehamilan sesuai dengan kejadian perkosaan, yang dinyatakan oleh surat
keterangan dokter; dan
b) keterangan penyidik, psikolog, dan/atau ahli lain mengenai adanya dugaan
perkosaan.
Bagian Keempat
Penyelenggaraan Aborsi
Pasal 35
1. Aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat
perkosaan harus dilakukan dengan aman, bermutu, dan bertanggung jawab.
2. Praktik aborsi yang aman, bermutu, dan bertanggung jawab sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) dilakukan oleh dokter sesuai dengan standar;
b) dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri;
c) atas permintaan atau persetujuan perempuan hamil yang bersangkutan;
d) dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
e) tidak diskriminatif; dan
f) tidak mengutamakan imbalan materi.
3. Dalam hal perempuan hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
tidak dapat memberikan persetujuan, persetujuan aborsi dapat diberikan oleh
keluarga yang bersangkutan.
4. Dalam hal suami tidak dapat dihubungi, izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d diberikan oleh keluarga yang bersangkutan.
Pasal 36
1. Dokter yang melakukan aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan
kehamilan akibat perkosaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2)
huruf a harus mendapatkan pelatihan oleh penyelenggara pelatihan yang
terakreditasi.
2. Dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan anggota tim
kelayakan aborsi atau dokter yang memberikan surat keterangan usia
kehamilan akibat perkosaan.
3. Dalam hal di daerah tertentu jumlah dokter tidak mencukupi, dokter
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari anggota tim
kelayakan aborsi.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 37
1. Tindakan aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan
akibat perkosaan hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling.
2. Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi konseling pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
konselor.
3. Konseling pra tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dengan tujuan:
4. menjajaki kebutuhan dari perempuan yang ingin melakukan aborsi;
a) menyampaikan dan menjelaskan kepada perempuan yang ingin melakukan
aborsi bahwa tindakan aborsi dapat atau tidak dapat dilakukan berdasarkan
hasil pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang;
b) menjelaskan tahapan tindakan aborsi yang akan dilakukan dan
kemungkinan efek samping atau komplikasinya;
c) membantu perempuan yang ingin melakukan aborsi untuk mengambil
keputusan sendiri untuk melakukan aborsi atau membatalkan keinginan
untuk melakukan aborsi setelah mendapatkan informasi mengenai aborsi;
dan
d) menilai kesiapan pasien untuk menjalani aborsi.
5. Konseling pasca tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dengan tujuan:
a) mengobservasi dan mengevaluasi kondisi pasien setelah tindakan aborsi;
b) membantu pasien memahami keadaan atau kondisi fisik setelah menjalani
aborsi;
c) menjelaskan perlunya kunjungan ulang untuk pemeriksaan dan konseling
lanjutan atau tindakan rujukan bila diperlukan; dan
d) menjelaskan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi untuk mencegah
terjadinya kehamilan.
Pasal 38
1. Dalam hal korban perkosaan memutuskan membatalkan keinginan untuk
melakukan aborsi setelah mendapatkan informasi mengenai aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (3) huruf d atau tidak memenuhi
ketentuan untuk dilakukan tindakan aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 ayat (2), korban perkosaan dapat diberikan pendampingan oleh konselor
selama masa kehamilan.
2. Anak yang dilahirkan dari ibu korban perkosaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diasuh oleh keluarga.
3. Dalam hal keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menolak untuk
mengasuh anak yang dilahirkan dari korban perkosaan, anak menjadi anak
asuh yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 39
1. Setiap pelaksanaan aborsi wajib dilaporkan kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota dengan tembusan kepala dinas kesehatan provinsi.
2. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan.
9
Ahmad Sulhan, Jurnal Penelitian Keislaman, vol.11, no.2, Juli 2015, 96
10
Anna Amaliyah, Studi Komparatif Menurut Imam Hambali dan Imam Malik Tentang Hukum
Aborsi, (Semarang, Juni 2017) 27
SAW, dijelaskan tentang tahap-tahap penciptaan manusia di dalam perut ibunya
dan membatasi masa dari masing-masing tahap tersebut. Serta peniupan roh di
dalam jasad manusia. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari
dan Muslim:
َِحع ِ ع ز ِ ِ و َمْح َح َحا عب ُد َّد
َح َّد َحَثَح َحر ُد ُدا:ا َح َمْح َح َمْح َحَمْح َمْح َح س ُد َمْح ُد َّدار ِِي َح َّد َحَثَح َحُد اَح َمْح َح ِ َحع ِ ا َمْح َح َح َّد َحَثَح حلَح َح
ِ ِِ ِ َّد ِ َّد َِّد
ني َحَث َمْح ً ُدُثَّد " إِ َّد َح َح َح ُدك َمْح ُدَمْح َح ُدي َح َمْح ُد ُد ِ َحطَمْح ِ ُد َمْحَحرَحع َح:وو َح َحا ص ُد ُد اص د ُدو اَح َمْح ُد َحع َحَمْح َحو َح َح َحو ُد َح
ا َح َّد
ِ ض َح ً ِ َمْح َح ذَحاِ َح
َمْحكتُد َمْح:ك ُدُثَّد َحَث َمْحبَث َحع ُد َّداُد َح َح ًك فَحَثُدَث َمْح َح ُدر ِ َمْحَحرَح ِي اَح َح ت َحوُدَث َح ُدا اَح ُد ك ُدُثَّد َح ُدك ُد ُد َمْح َح ُدك ُد َحع َح َح ً ِ َمْح َح ذَحاِ َح
َحع َح َح ُد َحوِرَمْحزَح ُد َحوَح َح َح ُد َحو َحش ِ ٌّيي َمْحَحو َح ِع ٌد
Kejadian seseorang itu dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh
hari. Setelah genap empat puluh hari kedua,terbentuklah segumpal darah beku.
Manakala genap empat puluh hari ketiga, berubahlah menjadi segumpal daging.
Kemudian Allah SWT mengutus seorang malaikat untuk meniupkan roh serta
memerintah supaya menulis empat perkara, yaitu ditentukan rezeki, waktu
kematian, amal serta nasabnya, baik kecelakaan maupun kebahagiaan”.
Maka dari dalil hadis tersebut bisa dikatakan bahwa aborsi setelah kandungan
berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti membunuh makhluk yang sudah
bernyawa. Diperkuat dengan Firman Allah SWT Surah Al-An‟am ayat 151 yaitu
yang berbunyi:11
ِ ِ ِ
س ًًن َحوَحال َحَث َمْح تُدَث ُد َمْحَحوَحال َحد ُدك َمْح ِ
إ َمْح َح ُد َمْح َحَث َحع اَح َمْح َحَمْح ُد َح َح َّدرَحم َحر ُدك َمْح َحع َحَمْح ُدك َمْح َّدَحال ُد َمْحش ِرُدك ِ َحش َمْحَثئً َحوِ اَمْح َح ا َح َمْح
ِ ِ ِ
ا َث َمْحَّدف َح َحطَح َح َحوَحال َحَث َمْح تُدَث ُد َمْح إِ َمْح َحالو َحَمْحَن ُد وَحَث َمْحرُدز ُد ُدك َمْح َحوإِ َّدَّي ُد َمْح َحوَحال َحَث َمْح َحرُد َحاَمْحف َح َح َح ظَح َحه َحر َمْحَث َحه َحوَح
اَّدِ َح َّدرَحم َّداُد إَِّدال ِ َمْححلَح ِ ذَحاِ ُدك َمْح َحو َّد ُدك َمْح ِ ِ اَح َحع َّدُدك َمْح َحَث َمْحع ِ ُد َح
“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu,
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan -perbuatan yang keji, baik yang
nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab)
11
Ibid., 32
yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya
kamu memahami (nya).”
Para ahli fikih sepakat bahwa pengguguran kandungan yang telah berusia
(120 hari) yaitu setelah ditiupkan roh, haram hukumnya. Akan tetapi mereka
berbeda pendapat tentang hukum menggugurkan kehamilan yang kurang dari
empat bulan. Apapun alasannya untuk melakukan aborsi adalah haram kecuali ada
suatu bahaya yang lebih.12
Hal keharaman apapun alasan tersebut diperkuat oleh firman Allah SWT Surah
Al-Isra‟:
ِ ِ ِ ِ ِ
ً َحوَحال َحَث َمْح تُدَث ُد َمْحَحوَحال َحد ُدك َمْح َح َمْحشَح َح إ َمْح َحالو َحَمْحَن ُد وَحَث َمْحرُدز ُدَث ُده َمْح َحوإ َّدَّي ُدك َمْح إ َّد َحَث َمْحتَث َح ُده َمْح َحك َح طَمْحئً َحكب
„‟Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.‟‟
Ketika umat islam dihadapkan kepada dua alternative yang sulit
dipecahkan karena mengandung larangan, maka ia harus melakukan salah satu
masalah yang lebih sedikit resikonya dari yang lainya.
Adapun dalil pengecualian atas hukum haramnya aborsi adalah yang
terdapat pada Kitab Qowaid Fiqih yaitu:13
12
Kutbuddin Aibik, Kajian Fiqh Kontemporer, (Kalimedia: Depok, 2017) 89.
13
Johari, Qowaidul Fiqhiyah, (MASS: Jombang, 2010) 22.
14
Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah, (Kalam Mulia: Jakarta, 2003) 86.
15
Anna Amaliyah, Studi Komparatif..., 33.
a. Menurut ulama hanafiyah diperbolehkan menggugurkan kandungan yang
belum memasuki usia 120 hari. Alasanya adalah karena janin itu belum
bernyawa.
b. Menurut kalangan Syafi‟iyah, aborsi sebelum peniupan roh hukumnya makruh.
c. Menurut Imam mazhab Maliki, aborsi hukumnya haram sejak terjadinya
konsepsi. Akan tetapi sebagai ulama malikiah lainya menganggap makruh
apabila kehamilan sudah memasuki usia 40 hari dan haram apabila sudah
berusia 120 hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aborsi atau dalam istilah latin dan arabnya yaitu Abortus dan ط احل ل
adalah melakukan pengguguran baik secara sengaja maupun tidak sengaja
pengguguran kandungan yang masiih muda atau yang bisa diartikan oleh ahli
medis sebagai mengatur kelancaran masa menstruasi.
Indonesia sebagai Negara yang menjunjung hukum memiliki
perundangan-undangan yang mengatur tentang aborsi. Di Indonesia ada dua
perundang-undangan yang mengatur aborsi: pertama, dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP) dan dalam peraturan pemerintah Indonesai no 64
tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi.
Ajaran Islam membolehkan mencegah terjadinya kehamilan, tetapi
melarang mengadakan pengguguran kandungan, baik bersifat MR maupun
abortus. Kecuali tindakan pengguran kandungan, semata-mata bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa seorang ibu, atas anjuran dokter yang terpercaya maka hal
itu dibolehkan dalam islam.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini yang berjudul aborsi dan
menstrual regulation pembaca bisa mengambil intisari dan manfaatnya, bahwa
praktik aborsi dan MR adalah tindakan yang dilarang kecuali dengan beberapa
sebab yang khusus.
DAFTAR PUSTAKA
al-Qardhawi, Yusuf. Halal dan Haram dalam Islam, terj Mu‟ammal hamidy, ( PT
Bina Ilmu, 1993.
Amaliyah, Anna. Studi Komparatif Menurut Imam Hambali dan Imam Malik
Tentang Hukum Aborsi, (Semarang, Juni 2017).
https://www.guttmacher.org/sites/default/files/report_pdf/aborsi_di_indonesia.pdf
diunduh 04 September 2019.
Uwaidah, Kamil Muhammad Fiqih Wanita, ter Abdul Ghoffar, ( Pustaka Al-
Kautsar ).