Bab-7 - Sarpras2010093012323327727 20110128112920 2926 7
Bab-7 - Sarpras2010093012323327727 20110128112920 2926 7
7-2
pendayagunaan air untuk berbagai kebutuhan, pengendalian daya
rusak air, pemberdayaan masyarakat serta pengelolaan sistem data
dan informasi sumber daya air, yang ditujukan untuk mewujudkan
kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan demi tercapainya
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Namun, pelaksanaan,
pengembangan, dan pengelolaan sumber daya air tersebut mengalami
beberapa kendala/permasalahan yang sangat kompleks. Secara
umum permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah terkait
dengan pemenuhan standar pelayanan minimal dan dukungan
terhadap daya saing sektor riil.
7-3
keberlanjutan pola pengelolaan sumber daya air karena masih
terbatasnya kesempatan dan kemampuan.
7-4
7.1.2 Transportasi
Pembangunan di bidang transportasi yang meliputi prasarana
jalan, transportasi sungai, danau penyeberangan, laut, dan udara
dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat
sampai saat ini masih menghadapi permasalahan, antara lain 1)
belum tertatanya sistem transportasi yang terkoneksi secara
intermoda/multimoda yang mampu menurunkan biaya transportasi
baik untuk angkutan domestik maupun ekspor-impor; 2) belum
memadainya sarana dan prasarana transportasi perkotaan yang
berakibat pada peningkatan penggunaan kendaraan pribadi; 3) belum
optimalnya penyelenggaraan transportasi keperintisan untuk
memenuhi aksesibilitas bagi masyarakat di perdesaan, terutama di
wilayah perdesaan, wilayah terpencil, dan pulau-pulau terluar dan
terdepan; serta 4) belum optimalnya pemanfaatan alternatif sumber
pendanaan terutama dari perbankan nasional maupun swasta.
7-5
kerja sama pemerintah swasta dalam pembangunan perumahan dan
permukiman. Untuk sarana dan prasarana dasar permukiman
permasalahannya adalah rendahnya kualitas pengelolaan pelayanan
yang terlihat antara lain pada pengelolaan perusahaan daerah air
minum (PDAM) yang kurang profesional, kelembagaan pengelola
instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT) yang belum beroperasi
dengan baik sehingga IPLT yang telah terbangun belum berfungsi
secara optimal, kelembagaan pengelola rusunawa yang belum
terbentuk/berfungsi, serta rencana induk penyediaan air minum dan
pengelolaan sanitasi yang belum tersedia.
7-6
7.1.5 Komunikasi dan Informatika
7-7
pemanfaatan sumber daya baik pembiayaan, infrastruktur maupun
sumber daya yang terbatas. Di sisi lain, kondisi regulasi saat ini
belum mampu sepenuhnya mengakomodasi konvergensi sehingga
berpotensi menimbulkan tumpang tindih dan ketidakpastian yang
dapat berdampak kepada pembebanan biaya tinggi kepada
penyelenggara dan masyarakat. Dalam rangka optimalisasi
pengelolaan sumber daya terbatas dan pengembangan aplikasi
informatika, serta efisiensi penyelenggaraan komunikasi dan
informatika, proses restrukturisasi Kementerian Komunikasi dan
Informatika yang sejalan dengan konvergensi dijadwalkan selesai
pada tahun 2010. Selanjutnya, perlu dilakukan tinjauan dan
penyesuaian terhadap kebijakan dan peraturan perundang-undangan.
7-8
yang beragam, keterbatasan kemampuan unit fasilitasi dalam
mendukung permintaan daerah, dan terbatasnya jumlah tenaga ahli
KPS di bidang infrastruktur.
7-9
7.1.7 Penanganan Luapan Lumpur Sidoarjo
7 - 10
wilayah tidak layak huni sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden RI No. 40 Tahun 2009; 4) masih adanya tuntutan
kompensasi gagal panen dan permohonan jual beli dari warga yang
wilayahnya berbatasan dengan tanggul penahan lumpur; 5) semakin
sulitnya upaya pengaliran lumpur ke Kali Porong karena: a)
tenggelamnya tanggul cincin yang dibangun untuk mengalihkan arah
aliran luapan lumpur; b) kecenderungan terjadinya amblasan di sisi
barat dan utara pusat semburan, menjauh dari Kali Porong yang
berada di selatan pusat semburan; c) tingginya perbedaan elevasi sisi
utara dan sisi selatan yang menyebabkan lumpur sulit mengalir
secara gravitasi sehingga membutuhkan bantuan sistem mekanisasi;
6) ancaman semburan air dan gas (bubble) sebagai akibat dari
deformasi geologi yang dapat merusak infrastruktur pengaman
luapan lumpur dan infrastruktur di luar tanggul penahan lumpur; 7)
masih seringnya terjadi amblasan dan penurunan tanggul akibat
deformasi geologi yang dikhawatirkan dapat menyebabkan luapan
lumpur melimpas dan meluas mengancam infrastruktur daerah
sekitarnya, seperti jalan kereta api dan jalan arteri Porong; 8) masih
sering terjadinya gangguan berupa aksi demo, blokade, atau larangan
oleh warga terhadap kegiatan pekerjaan tanggul; 9) belum tuntasnya
pembebasan tanah untuk relokasi infrastruktur; 10) terhambatnya
pelaksanaan pembangunan relokasi infrastruktur akibat masih
terbatasnya lahan yang bisa dikerjakan.
7 - 12
jaringan irigasi seluas 611,50 ribu hektare; 3) operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi seluas 2,10 juta hektare per tahun; 4)
peningkatan/rehabilitasi jaringan rawa seluas 102,97 ribu hektare; 5)
operasi dan pemeliharaan jaringan rawa seluas 376,32 ribu hektare ;
6) pembangunan jaringan irigasi air tanah seluas 2,55 ribu hektare; 7)
rehabilitasi jaringan irigasi air tanah seluas 3,00 ribu hektare; dan 8)
operasi serta pemeliharaan jaringan irigasi air tanah dengan luas total
3,00 ribu hektare.
7 - 13
baku rumah tangga, perkotaan dan industri, antara lain adalah berupa
1) pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembawa air
baku dengan kapasitas layanan sebesar 4,00 m3/det; 2) rehabilitasi
prasarana air baku sebanyak 10 buah; dan 3) pembangunan 34 buah
embung serta rehabilitasi 10 buah embung (tampungan air baku).
7 - 14
seluas 3,50 ribu hektare; dan 4) pemasangan dan pengoperasian flood
forecasting & warning system di 3 wilayah sungai.
7 - 15
7.2.2 Transportasi
1 Transportasi Darat
7 - 16
besar untuk pengembangan angkutan massal perkotaan serta
subsidi bus dan trayek perintis di 22 provinsi.
2 Prasarana Jalan
7 - 17
Pembangunan jalan tol sebagai bagian dari upaya Pemerintah
untuk mewujudkan jaringan jalan bebas hambatan dilaksanakan
terutama pada daerah yang sudah berkembang dan/atau wilayah
yang membutuhkan percepatan pertumbuhan ekonomi dan
pengembangan wilayah. Pembangunan jalan tol dilakukan
dengan melibatkan peran serta sektor swasta melalui penerapan
pola-pola kerjasama pemerintah dan swasta (KPS). Sampai
dengan pertengahan tahun 2010, total panjang jalan tol yang
telah beroperasi 741,97 km yang terdiri atas 24 ruas. Sementara
itu, status/kondisi rencana pembangunan jalan tol lainnya dapat
diuraikan sebagai berikut. 1) jalan tol dalam tahap pembebasan
tanah dan konstruksi sepanjang 808,10 km yang terdiri atas 23
ruas termasuk 1 ruas yang dibangun Pemerintah, yaitu Akses
Tanjung Priok dan 2 ruas yang sebagian dibangun oleh
Pemerintah, yaitu Solo-Ngawi dan Ngawi-Kertosono; 2) jalan
dalam persiapan penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan
Tol sebanyak 4 ruas sepanjang 154,24 km; 3) jalan tol dalam
persiapan pengusahaan sebanyak 31 ruas sepanjang 1.302,16
km termasuk 6 ruas jalan tol dalam kota Jakarta.
3 Transportasi Perkeretaapian
7 - 18
api lintas Sidoarjo-Tarik Tulangan-Tarik tahap II (pemasangan
rel) sepanjang 15,00 km; 9) lanjutan pembangunan jalur ganda
Serpong-Maja (tubuh baan) sepanjang 18,85 km antara
Serpong-Tenjo; 10) pembangunan jalur ganda kereta api lintas
Duri-Tangerang (tubuh baan) sepanjang 7,18 km; 11) persiapan
pembangunan jalur ganda kereta api antara Kutoarjo-Kroya
(pengadaan tanah); 12) persiapan pembangunan jalur kereta api
baru Tulangan-Gununggangsir (pengadaan tanah); 13)
peningkatan jalur kereta api sepanjang 260,81 km di lintas
utama Jawa dan Sumatera; 14) rehabilitasi jalur kereta api
sepanjang 10,76 km pada lokasi yang terkena PLH
(longsor/banjir); 15) peningkatan jembatan kereta api sebanyak
67 buah di lintas utama Jawa dan Sumatera; 16) rehabilitasi,
peningkatan dan pembangunan peralatan persinyalan,
telekomunikasi dan perlistrikan (sintelis) sebanyak 29 paket di
lintas utama Jawa dan Sumatera; 17) pengadaan material rel
sebanyak 18.198,09 ton (167 km’sp) dan material wesel
sebanyak 163 unit; 18) lanjutan modifikasi Stasiun Cirebon; 19)
lanjutan pembangunan jalur ganda kereta api lintas selatan Jawa
tahap III Kroya-Kutoarjo; 20) pengadaan substation, OHC dan
suku cadang persinyalan; 21) lanjutan pembangunan depo
Depok; 21) pekerjaan konstruksi paket B pembangunan DDT
termasuk consulting services; 22) review design dan supervisi
pembangunan jalur ganda segment III lintas Cikampek-Cirebon;
23) engineering services railway DT on Java South Line III
Kutoarjo-Kroya; 24) engineering services Jakarta MRT project;
25) engineering services Bandung Urban Railway Transport
Development; 26) pembangunan jalur ganda Cirebon-Kroya
segmen I dan III; 27) track maintenance improvement
programme serta track benchmarking and surveying; serta 28)
pengadaan peralatan balai yasa.
4 Transportasi Laut
7 - 19
rehabilitasi 42 pelabuhan; 3) pembangunan sarana bantu
navigasi pelayaran (SBNP) dan sistem telekomunikasi pelayaran
tahap 4 yang tersebar di seluruh Indonesia, pembangunan Vessel
Traffic Services (VTS) di wilayah Selat Malaka, dan persiapan
pembangunan Indonesia Ship Reporting System (INDOSREP)
di Selat Sunda dan Selat Lombok; 4) penyelesaian
pembangunan kapal navigasi 7 unit; 5) Peningkatan sistem
pengamanan pelabuhan (Port Security System Improvement) di
9 Pelabuhan; 6) pemasangan dan pengintegrasian Indonesia
Port Net (INAPORTNET) di pelabuhan Belawan, Tanjung
Perak, Tanjung Emas; 7) terbitnya PP No. 61 Tahun 2009
tentang Kepelabuhanan. Pencapaian yang telah dilakukan pada
tahun 2009 dalam pengembangan angkutan laut perintis adalah
pembangunan 5 unit kapal perintis dan 9 unit kapal marine
surveyor.
7 - 20
unit beserta subsidi angkutan laut perintis untuk 58 trayek dan
dana PSO melalui PT PELNI.
5 Transportasi Udara
7 - 21
penunjang operasional lainnya; 2) pendidikan dan pelatihan
transportasi, serta 3) penelitian dan pengembangan transportasi.
7 - 22
subsidi pembiayaan melalui Fasilitas Likuiditas tersebut. Pada saat
ini sedang disusun peraturan pendukung (Rencana Strategi Bisnis
serta Rencana Bisnis dan Anggaran) agar operasionalisasi BLU
Pembiayaan segera efektif; 2) Fasilitasi dan stimulasi pembangunan
baru/perbaikan perumahan dilakukan secara swadaya dengan sasaran
sebesar 22.000 unit. Pemberian bantuan kepada masyarakat
disalurkan melalui LKM/LKNB (Lembaga Keuangan
Mikro/Lembaga Keuangan Nonbank) yang ditetapkan oleh
bupati/walikota. Saat ini sedang dilakukan seleksi calon penerima
bantuan yang akan ditetapkan oleh bupati/walikota; 3) Pembangunan
77 twin block (TB) Rusunawa, tersedia sebanyak 40 TB untuk
TNI/POLRI, pekerja industri, dan pondok pesantren, dan 37 TB di
kawasan kumuh serta penyelesaian pembangunan 3 TB rusunawa (2
TB di Padang dan 1 TB di Kupang). Hingga saat ini, untuk rusunawa
di kawasan kumuh kemajuan pembangunannya mencapai 40 persen
(di 22 lokasi), sedangkan di lokasi lainnya baru memasuki tahap
desain dan rancang bangun untuk persiapan pelelangan. Untuk
rusunawa di Padang, kemajuan fisiknya mencapai 27 persen,
sedangkan 1 TB lainnya di Kupang masih berada dalam proses
negosiasi; 4) Sasaran pembangunan Rusunami Bersubsidi di tahun
2010 adalah sebesar 60 tower atau setara dengan 30.000 unit.
Pemerintah memberikan subsidi bagi MBM untuk kepemilikan
satuan rusunami bersubsidi melalui fasilitas likuiditas serta insentif
berupa kemudahan/keringanan perizinan dan insentif fiskal bagi
pihak swasta; 5) Pembangunan rumah khusus dengan sasaran sebesar
800 unit dialokasikan untuk a) pembangunan rumah bagi
TNI/POLRI di daerah perbatasan sebesar 115 unit; b) pembangunan
rumah nelayan sebesar 520 unit; c) pembangunan rumah masyarakat
miskin di daerah tertinggal sebesar 125 unit; d) pembangunan rumah
cagar budaya sebesar 40 unit; e) pembangunan rumah sosial/rumah
singgah sebesar 200 unit; 6) Fasilitasi dan bantuan stimulan
pengembangan Kasiba/Lisiba BS, fasilitasi dan bantuan stimulan
pengembangan kawasan khusus, dan fasilitasi dan bantuan
penanganan kawasan kumuh disiapkan; 7) pengembangan kebijakan
pembangunan perumahan dilakukan yang meliputi a) revisi Undang-
Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan
Revisi Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;
b) revisi Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan
7 - 23
Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Orang Asing; c) revisi
Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2007 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2001 tentang
Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang
Bersifat Strategis Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai
7 - 24
infrastruktur tersebut disesuaikan juga dengan Rencana Induk
Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional (RIJTDGBN);
2) Program konversi (diversifikasi) energi, dilanjutkan melalui
pengalihan pemanfaatan minyak tanah (mitan) ke LPG termasuk
upaya percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW
tahap dua dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi baru
terbarukan termasuk panas bumi; 3) Koordinasi lintas sektor dalam
pengelolaan energi, meliputi penyediaan energi dari sumber energi
terbarukan dan penerapan konservasi di sisi ditingkatkan dengan
pengguna (demand side management); 4) Efektifitas pelaksanaan dan
pengendalian usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan
niaga migas serta hasil olahan lainnya dijamin guna meningkatan
pelayanan kebutuhan masyarakat. Pemerintah wajib menjamin
ketersediaan dan kelancaran pendistribusian BBM ke seluruh
wilayah sesuai dengan standar dan mutu yang telah ditetapkan; 5)
Pelaksanaan kebijaksanaan harga tidak mengurangi tanggung jawab
sosial Pemerintah terhadap golongan masyarakat tertentu.
7 - 25
kegiatan penggalian dan penggelaran pipa distribusi sepanjang 1.631
meter; f) Bekasi, 1 kelurahan dengan 1.800 sambungan rumah
tangga, yang saat ini telah dilakukan proses pelelangan umum dan
akan dilakukan pembahasan DIPA APBNP 2010; 5) penghematan
energi dari sisi pengguna atau demand side management (DSM)
merupakan program yang dilakukan guna memengaruhi pola
konsumsi energi di sisi konsumen, terutama pada saat beban puncak;
6) pelaksanaan program konservasi energi, antara lain melalui
sosialisasi dan kerja sama lintas sektor, Demand Side Management
(DSM), Progam Kemitraan Konservasi Energi, Standardisasi dan
Labelisasi Tingkat Hemat Energi, promosi manajemen energi dengan
penunjukan manajer energi, dan pengembangan information clearing
house mengenai konservasi energi; 7) pengembangan desa mandiri
energi (DME) sebanyak 633 desa; 8) penyusunan Kebijakan Energi
Nasional oleh Dewan Energi Nasional (DEN) dengan melibatkan
seluruh pemangku kepentingan dan telah ditetapkan pokok-pokok
kebijakan, antara lain, a) perubahan paradigma dalam memandang
sumber daya energi sebagai komoditas menjadi sumber daya energi
sebagai modal pembangunan; b) peningkatan peran sumber daya
energi baru dan terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional; c)
pengamanan pasokan energi, khususnya listrik serta minyak dan gas
nasional baik itu untuk jangka pendek maupun jangka menengah dan
jangka panjang.
7 - 26
disediakan oleh perusahaan perseroan, PT Perusahaan Listrik
Negara; serta 5) pelaksanaan identifikasi kondisi ketenagalistrikan di
daerah
7 - 27
kpclk pada tahun 2010; 5) penyediaan jasa telekomunikasi di 25.995
desa (Desa Berdering) yang 101 di antaranya sudah dipasang fasilitas
internet (Desa Punya Internet) melalui program USO; 6) pemberian
izin penyelenggaraan akses nirkabel pita lebar (broadband wireless
access) secara kompetitif untuk 15 zona di Indonesia; 7) peresmian
pembangunan jaringan backbone serat optik Palapa Ring yang
dimulai dengan rute Mataram-Kupang sepanjang 1.237,8 km; 8)
dimulainya pembangunan community access point (CAP) di 62
kecamatan di Jawa Barat, 50 kecamatan di Banten, dan 110
kecamatan di Lampung, serta penyediaan mobile CAP sebanyak 5
unit; 9) peresmian transmisi TVRI di Panyandakan (Bandung), Patuk
(DIY) dan Makassar sebagai bagian dari proyek improvement of TV
Transmitting Stations Phase-I yang seluruhnya sudah beroperasi (on
air) pada 30 lokasi; 10) peresmian desa informasi yang dilengkapi
dengan akses telekomunikasi, internet, layanan televisi
berlangganan, dan radio komunitas di Kabupaten Sambas,
Kalimantan Barat; 11) pembahasan RPP Penyelenggaraan Sistem
Elektronik Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah (e-Government)
yang sudah memasuki tingkat antardepartemen. Melalui
pengembangan berbagai kebijakan di sektor telekomunikasi,
teledensitas total akses telekomunikasi hingga akhir tahun 2009
tumbuh sekitar 15 persen dari tahun 2008 atau mencapai 86,06
persen yang terdiri atas teledensitas akses kabel (PSTN) dan nirkabel
(FWA dan seluler) masing-masing sebesar 3,65 persen dan 82,41
persen. Teledensitas total akses telekomunikasi hingga kuartal
pertama tahun 2010 mencapai 89,78 persen.
7 - 28
tentang infrastruktur di Bulan Februari 2006, Pemerintah
menindaklanjuti dengan Inpres 61/2007 tentang Kebijakan
Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pemerintah juga telah
meluncurkan Paket Kebijakan Ekonomi 2008—2009 dalam Inpres
5/2008 di Bulan Mei 2008 sebagai kelanjutan dari berbagai
kebijakan sebelumnya (Inpres 31/2006 dan Inpres 61/2007).
7 - 29
akan dilampiri dengan pedoman teknis pelaksanaan KPS untuk
tingkat pusat dan daerah yang rancangannya sudah diselesaikan.
7 - 30
mendorong pembangunan infrastruktur di Asia Pasifik yang tertuang
dalam Jakarta Declaration.
7 - 31
pembayaran; 2) dilaksanakannya jual beli tanah dan bangunan warga
3 desa (Besuki, Kedungcangkring, dan Pejarakan) sesuai dengan
Peraturan Presiden RI No. 48 tahun 2008 berupa pembayaran
angsuran 20 persen terhadap 1.744 berkas dan dilanjutkan dengan
pembayaran angsuran 30 persen terhadap 1.738 berkas sehingga
jumlah angsuran telah mencapai 50 persen dari nilai jual beli tanah
dan bangunan warga; 3) disalurkannya bantuan sosial berupa bantuan
uang evakuasi, bantuan uang kontrak rumah, dan bantuan uang
jaminan hidup kepada 1.665 KK warga 3 desa (Besuki,
Kedungcangkring, dan Pejarakan) sesuai dengan Peraturan Presiden
RI No. 48 tahun 2008; 4) disalurkannya bantuan sosial berupa
bantuan uang evakuasi, bantuan uang kontrak rumah dan bantuan
uang jaminan hidup kepada 735 KK warga 9 RT di 3 desa (Siring
Barat, Jatirejo, dan Mindi) yang wilayahnya dinyatakan tidak layak
huni sesuai dengan Peraturan Presiden RI No. 40 tahun 2009; 5)
melaksanakan pemulihan sosial berupa pelatihan keterampilan
terhadap warga korban luapan lumpur; 6) menyalurkan bantuan air
bersih kepada warga 12 kelurahan di 3 kecamatan (Porong, Jabon,
dan Tanggulangin); 7) dikembangkannya sistem mekanisasi
pengaliran lumpur ke Kali Porong; 8) dikembangkannya survei dan
inverstigasi meliputi pemantauan deformasi menggunakan Global
Positioning System (GPS), pengukuran elevasi TTG dan BM serta
pemantauan geofisika; 9) dikembangkannya pemantauan geohazard
meliputi pemantauan dan penanganan semburan air dan gas (bubble)
serta pemantauan muka lumpur dengan menggunakan pheilscale; 10)
dipertahankannya tanggul penahan lumpur di sekeliling Peta Area
Terdampak 22 Maret 2007 sehingga meluasnya area terdampak
berhasil dicegah; 11) diamankannya Kali Porong agar memperlancar
aliran lumpur ke laut melalui a) agitasi endapan lumpur menjelang
musim hujan, b) pengerukan sedimen di muara, dan c) perkuatan
tebing dan peninggian tanggul di muara Kali Porong; 12)
ditanganinya endapan lumpur di muara untuk memperlancar
pengaliran lumpur ke palung laut di Selat Madura melalui
pengerukan (membuat saluran dari muara sungai sampai dengan
bibir palung). Selain itu, hasil pengerukan dipergunakan untuk
reklamasi daerah pantai di sekitar muara Kali Porong; 13)
ditanganinya infrastruktur di sekitar semburan seperti perbaikan
sistem drainase, peninggian jalan arteri Porong dan pembangunan
7 - 32
relokasi jalan alternatif Sidoarjo-Ngoro; 14) dicapainya kesepakatan
dan pembayaran ganti rugi pembebasan tanah untuk relokasi
infrastruktur masing-masing sebesar 90,16 persen dan 71,70 persen;
dan 15) dicapainya progres pekerjaan fisik untuk paket 1 (Siring-
Porong 1), paket 2 (Siring-Porong 2), paket 3 (Porong-Siring 1) dan
paket 4 (Porong-Siring 2) masing-masing sebesar 40,05 persen,
61,04 persen, 61,36 persen dan 35,87 persen dengan realisasi
keuangan masing-masing paket sebesar 33,38 persen, 64,16 persen,
63,31 persen dan 31,21 persen.
7 - 34
luas layanan jaringan irigasi dan rawa masing-masing seluas 56,78
ribu hektare dan 67,85 ribu hektare; 2) terehabilitasinya jaringan
irigasi dan rawa masing-masing seluas 161,90 ribu hektare dan
171,34 ribu hektare; 3) beroperasi dan terpeliharanya jaringan irigasi
dan rawa masing-masing seluas 2,15 juta hektare dan 885,51 ribu
hektare; 4) peningkatan daerah layanan irigasi air tanah melalui
pembangunan 117 sumur air tanah, rehabilitasi 326 sumur air tanah,
dan operasi dan pemeliharaan 494 sumur air tanah; dan 5)
meningkatnya keandalan dan layanan jaringan tata air tambak seluas
15,82 ribu hektare melalui peningkatan dan rehabilitasi
7.3.2 Transportasi
1 Transportasi Darat
7 - 35
Sebagai tindak lanjut dalam mengatasi beberapa permasalahan
yang dihadapi dalam pembangunan angkutan jalan dilakukan
berdasarkan penerapan prinsip ekonomi dalam rangka
memaksimumkan manfaat dan meminimumkan biaya dengan
penggunaan asumsi yang rasional dan variabel-variabel
ekonomi yang signifikan sehingga dapat menghasilkan
pengembalian biaya (cost recovery), baik dalam jangka
pendek, menengah, maupun jangka panjang. Aspek politik,
sosial, budaya dan pertahanan perlu diperhatikan sehingga
hasil pembangunan perhubungan memiliki daya guna yang
tinggi bagi seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan
transportasi jalan difokuskan kepada segmen-segmen tertentu
dalam rangka menunjang kegiatan sektor-sektor lain yang
memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan memberdayakan daerah.
7 - 36
(DPR) di pusat dan di daerah. Penyiapan sumber daya manusia
yang memenuhi persyaratan juga sangat dibutuhkan sebagai
penanggung jawab pelaksana kegiatan di daerah.
2 Prasarana Jalan
7 - 37
di daerah tertinggal terdepan, terluar, dan pascakonflik; 5)
pembangunan dan preservasi jaringan jalan tol sepanjang 700
km yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta serta
melakukan pembangunan akses tol pada koridor-koridor
dengan intensitas pergerakan barang dan jasa yang tinggi dan
berorientasi ekspor, seperti pembangunan jalan akses Tanjung
Priok, dry port Cikarang dan Gedebage, Bandara Juanda dan
Kualanamu, dan jalan nontol yang merupakan jalan-jalan
akses dari lintas timur Sumatera menuju Pelabuhan Belawan
dan Pelabuhan Dumai, serta pembangunan jalan-jalan akses
dari Pantura Pulau Jawa menuju Pelabuhan Tanjung Priok,
Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Tanjung Mas, dan Pelabuhan
Tanjung Perak; dan 6) Dukungan jalan akses menuju pusat-
pusat pertanian (agropolitan), perikanan (minapolitan,
kawasan industri, destinasi pariwisata, kota terpadu mandiri di
daerah transmigrasi, dan sebagainya.
3 Transportasi Perkeretaapian
7 - 38
perkeretaapian nasional dan lokal serta meningkatkan strategi
pelayanan angkutan yang lebih berdaya saing secara antar-
moda dan intermoda di antaranya melalui pembangunan
infrastruktur kereta api menuju bandar udara dan pelabuhan
serta pengembangan kereta api angkutan barang; 7)
meningkatkan frekuensi dan menyediakan pelayanan angkutan
kereta api yang terjangkau dan ramah lingkungan terutama
dalam pengembangan kereta api perkotaan; 8) melaksanakan
audit kinerja prasarana dan sarana serta sumber daya manusia
operator perkeretaapian; 9) meningkatkan sumber daya
manusia perkeretaapian baik operator maupun regulator
termasuk sumber daya manusia Kementerian Perhubungan
melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian di antaranya
dengan pembentukan jabatan fungsional di bidang
perkeretaapian (penguji, auditor, inspektur, Penyidik Pegawai
Negeri Sipil/PPNS); 10) mengembangkan teknologi
perkeretaapian nasional di antaranya dengan pengoptimalan
peran industri lokal/dalam negeri di bidang perkeretaapian;
serta 11) melaksanakan perencanaan, pendanaan dan evaluasi
kinerja perkeretaapian secara terpadu, dan berkelanjutan
didukung oleh peningkatan dan pengembangan sistem data
dan informasi yang lebih akurat berbasis information
technology.
4 Transportasi Laut
7 - 39
Secara umum pembangunan transportasi laut diarahkan
dengan mengacu pada dua hal berikut 1) meningkatkan
pelayanan infrastruktur sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimal (SPM); 2) mendukung peningkatan daya saing sektor
riil. Tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan pelayanan infrastruktur yang sesuai dengan
standar pelayanan minimal (SPM) dilakukan melalui 1)
penyusunan pedoman teknis pembangunan dan pengembangan
pelabuhan untuk pembangunan dan pengembangan fasilitas,
pemeliharaan fasilitas, pemantauan kegiatan pembangunan,
pengerukan dan reklamasi, pengaturan lalu-lintas kapal, serta
penyelenggaraan pelabuhan khusus; 2) percepatan pelaksanaan
pembangunan sistem telekomunikasi dan sarana bantu
navigasi pelayaran melalui pembangunan VTS terutama di
alur laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan wilayah-wilayah
pelayaran yang memiliki risiko kecelakan yang tinggi. Untuk
peningkatan daya saing sektor riil tindak lanjut yang
diperlukan adalah 1) mengembangkan; dan 2) meningkatkan
jumlah lintas-lintas pelayanan tranportasi perintis dan PSO
angkutan laut. Untuk mendukung program domestic
connectivity tindak lanjut yang harus dilakukan adalah 1)
menetapkan Pelabuhan Batam sebagai komplementer dari
Pelabuhan Singapura dan secara bertahap dikembangkan
sebagai hub internasional port, dan pelabuhan lain di Pulau
Sumatera, seperti Belawan, akan berperan sebagai feeder bagi
Pelabuhan Batam; 2) mengembangkan Pelabuhan Pontianak,
Tarakan, Samarinda dan Balikpapan dengan posisi sebagai
internasional hub port dan diharapkan Pelabuhan Pontianak
nantinya sebagai feeder bagi Pelabuhan Batam; 3)
mengembangkan Pelabuhan Bitung menjadi internasional hub
port dengan Pelabuhan Ternate dan Jayapura sebagai feeder-
nya; 4) mengembangkan pelabuhan di Pulau Jawa didasarkan
atas peningkatan permintaan (demand), seperti Pelabuhan
Bojonegara dan Teluk Lamong Surabaya
5 Transportasi Udara
7 - 40
yaitu untuk meningkatkan peran transportasi udara dalam
mendukung aktivitas/mobilitas manusia dan distribusi barang,
dalam rangka peningkatan sarana angkutan transportasi udara,
peningkatan prasarana bandar udara, serta peningkatan
navigasi pelayanan transportasi udara.
7 - 41
seluruh ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam
pelaksanaan security, safety, services, dan aturan ICAO,
ANNEX sesuai dengan yang tertulis dalam company manual,
Standard Operating Procedures dan instruksi kerja; dan 2)
Evaluasi dilakukan secara berkala terhadap aspek teknis dan
operasi armada pesawat udara.
7 - 42
7.3.3 Perumahan dan Permukiman
7 - 43
prasertifikasi dan pendampingan pascasertifikasi tanah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah sebanyak 7.500 unit; 4)
meningkatkan kenyamanan, keamanan dan keselamatan bangunan
gedung melalui pembinaan peningkatan kualitas penyelenggaraan
bangunan gedung di 33 propinsi; 5) meningkatkan kualitas
perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan
permukiman melalui penyusunan NSPK bidang pengembangan
permukiman di 30 kabupaten/kota, penyusunan Rencana
Pengembangan Kawasan Permukiman (RPKP) di 45 kabupaten/kota,
penyusunan rencana tindak penanganan kawasan kumuh perkotaan
di 112 kabupaten/kota, penyusunan 8 NSPK bidang penataan
bangunan dan lingkungan, penyusunan dan revisi 4 peraturan
perundangan kebijakan perumahan dan permukiman, serta
penyusunan dan revisi 2 peraturan perundangan kebijakan
pembiayaan perumahan dan permukiman.
7 - 44
KAPET), dan 10 kawasan pelabuhan perikanan; b) pembangunan
prasarana dan sarana air limbah dengan sistem off-site dan on-site di
total 93 kawasan; c) pembangunan drainase perkotaan di 20
kabupaten/kota; serta d) peningkatan/pembangunan TPA di 60
kabupaten/kota; 6) mengembangkan alternatif sumber pendanaan
bagi pembangunan air minum dan persampahan melalui fasilitasi
pinjaman bank bagi 33 PDAM, serta 3 kegiatan fasilitasi
pengembangan sumber pembiayaan dan pengembangan pola
investasi persampahan; 7) meningkatkan keterlibatan masyarakat dan
swasta dalam pengelolaan persampahan melalui penerapan 3R di 77
lokasi.
7 - 45
(panas bumi); 3) melanjutkan pengembangan jaringan transmisi serta
mengembangkan dan memperluas jaringan distribusi; 4)
menyempurnakan struktur, organisasi, dan budaya korporat
pengelola sistem ketenagalistrikan nasional yang semakin efektif
dan efisien; 5) menyediakan alokasi subsidi listrik untuk menutupi
defisit operasi PT PLN (Persero) dalam RAPBN, dan
mengevaluasinya secara periodik sejalan dengan perubahan struktur
biaya produksi dan kemampuan daya beli konsumen; 5)
meningkatkan peran swasta dengan meningkatkan iklim investasi
serta pengembangan model transaksi bagi Independent Power
Producers (IPP); 6) mengidentifikasi program percepatan
pembangunan pembangkit listrik tahap selanjutnya untuk menjaga
kesinambungan penyediaan listrik yang diprioritaskan pada
pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan; 7)
melaksanakan upaya penghematan pemakaian listrik di sisi pengguna
(demand side management) melalui penurunan losses, penerapan
tarif nonsubsidi untuk pelanggan 6.600 VA ke atas; 8) melaksanakan
program diversifikasi energi primer di pembangkitan tenaga listrik di
supply side melalui optimalisasi penggunaan gas bumi,
pengembangan dan pemanfaatan coal bed methane/CBM,
penggantian HSD menjadi MFO, peningkatan penggunaan batubara,
dan pemanfaatan bio-fuel.
7 - 46
penyelesaian penyusunan peraturan pelaksana UU No. 38 Tahun
2009 tentang Pos dan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, serta lanjutan pembahasan RUU Konvergensi
Telematika, RUU Convention of Cyber Crime, dan RUU Tindak
Pidana Teknologi Informasi; 3) pembangunan community access
point di Jawa Barat, Banten dan Lampung dengan tingkat pencapaian
50 persen atau 111 kecamatan dari total 222 kecamatan; 4) penetapan
kebijakan pemanfaatan Dana TIK, khususnya untuk pembiayaan
proyek jaringan backbone serat optik Palapa Ring melalui skema
kerja sama pemerintah dan swasta; 5) lanjutan implementasi TV
digital; 6) penyelesaian RPP dan Rencana Induk e-Government; 7)
penyelesaian implementasi e-pendidikan pada 200 sekolah terpilih di
provinsi DI Yogyakarta; 8) lanjutan pengembangan e-government
untuk mencapai indeks sebesar 2,7; 9) pengoperasian ICT Training
Center di Jababeka dan UIN Syarif Hidayatullah yang digunakan
untuk pendidikan dan pelatihan dengan target peserta sebanyak 3.000
orang.
7 - 47
Upaya peningkatan pemahaman mengenai proses persiapan
proyek KPS dilakukan melalui program pelatihan, sosialisasi, dan
diseminasi melalui media cetak serta melalui forum-forum lainnya.
Terkait dengan aspek kelembagaan, diperlukan adanya lembaga yang
dapat menjadi pusat pengembangan dan implementasi proyek KPS.
Hal ini diperlukan agar investor dapat memperoleh data dan
informasi yang lengkap terkait dengan proyek KPS dalam satu atap.
Lembaga ini diharapkan dapat menjadi pusat dari aktivitas yang
terkait penyiapan, pelaksanaan, dan strategi penawaran proyek KPS.
Selain hal tersebut, lembaga yang dimaksud juga berfungsi untuk
menelaah kualitas proyek sebelum ditawarkan kepada investor. Hal
penting lainnya yang perlu terus dilakukan adalah koordinasi yang
efektif antarsektor, antarinstansi, dan antarpemerintahan yang
didukung oleh peningkatan kapasitas perencanaan dan
pengembangan proyek-proyek KPS.
7 - 48
mempunyai potensi aktif setidaknya selama 23—35 tahun.
Mengingat kemungkinan semburan akan berlangsung lebih dari 20
tahun, serta munculnya dampak yang nyata dan begitu luas
mempengaruhi berbagai sendi kehidupan masyarakat terdampak dan
masyarakat dan sekitarnya, diperlukan solusi permanen agar lumpur
dapat dikendalikan. Solusi tersebut dibutuhkan sehingga masyarakat
merasa aman untuk menjalankan aktivitasnya tanpa harus
memikirkan adanya gangguan/bahaya dari luapan lumpur dan semua
prasarana publik terdampak dapat berfungsi kembali. Berdasarkan
prediksi tersebut, penanganan yang dilakukan dalam rangka
penanggulangan luapan lumpur Sidoarjo adalah membatasi wilayah
genangan dengan membangun tanggul penahan lumpur dan
mengalirkannya ke laut melalui Kali Porong dengan sistem
mekanisasi untuk menjaga agar lumpur tidak melimpas keluar
kolam.
7 - 49