UPI SAP Merawar & Mencegah Kekambuhan
UPI SAP Merawar & Mencegah Kekambuhan
Disusun Oleh :
Kartika Diyah Utari 21.0604.0004
Febri Ayuningsih 21.0604.0005
Puji Lestari 2.0604.0008
Muta Aliva 21.0604.0027
A. Topik
Merawat dan mencegah kekambuhan
B. Latar Belakang
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna
yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau
lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2011). Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami
peningkatan yang sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita
gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO) dalam Yosep
(2013), ada sekitar 450 jutaorang di dunia yang mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan
setidaknya ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah mental, dan masalah gangguan
kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. Berdasarkan
hasil penelitian dari RudiMaslim dalam Mubarta (2011) prevalensi masalah kesehatan jiwa di
Indonesia sebesar 6,55%. Angka tersebut tergolong sedang dibandingkan dengan negara lainnya.
Data dari 33 Rumah Sakit Jiwa (RSJ) yang ada di seluruh Indonesia menyebutkan hingga kini
jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Penderita gangguan jiwa berat
dengan usia di atas 15 tahun di Indonesia mencapai 0,46%. Hal ini berarti terdapat lebihdari 1 juta
jiwa di Indonesia yang menderita gangguan jiwa berat. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa
11,6% penduduk Indonesia mengalami masalah gangguan mental emosional (Riset kesehatan
dasar, 2007). Sedangkan pada tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 1,7 juta
(Riskesdas, 2013).
Prevalensi gangguan jiwa berat atau dalam istilah medis disebut
psikosis/skizofrenia di daerah pedesaan ternyata lebih tinggi dibanding daerah perkotaan.
Di daerah pedesaan, proporsi rumah tangga dengan minimal salah satu anggota rumah
tangga mengalami gangguan jiwa berat dan pernah dipasung mencapai 18,2%. Sementara
di daerah perkotaan, proporsinya hanya mencapai 10,7%. Nampaknya, hal ini memberikan
konfirmasi bahwa tekanan hidup yang dialami penduduk pedesaan lebih berat dibanding
penduduk perkotaan. Dan mudah diduga, salah satu bentuktekanan hidup itu, meski tidak
selalu adalah kesulitan ekonomi (Riskesdas, 2013). Prevalensi gangguan jiwa di Jawa
Tengah mencapai 3,3 % dari seluruh populasi yang ada (Balitbangkes, 2018). Berdasarkan
data dari dinaskesehatan Provinsi Jawa Tengah tercatat ada 1.091 kasus yang mengalami
gangguan jiwa dan beberapa dari kasus tersebut hidup dalam pasungan. Angka tersebut
diperoleh dari pendataan sejak januari hingga november 2012 (Hendry, 2012).
Berdasarkan jumlah kunjungan masyarakat yang mengalami gangguan jiwa ke pelayanan
kesehataan baik puskesmas, rumahsakit, maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya pada
tahun 2009 terdapat 1,3 juta orang yang melakukan kunjungan, hal ini diperkirakan
sebanyak 4,09 % (Profil Kesehatan Kab/ Kota Jawa tengah Tahun 2009).
Fenomena yang terjadi saat ini, jika ada seorang anggota keluarga yang
dinyatakan sakti jiwa, maka anggota keluarga lain dan masyarakat pasti akan menyarankan
untuk dibawa ke RS Jiwa atau psikolog dan lebihparahnya lagi orang sakit jiwa tersebut
diasingkan atau dipasung supaya tidak menjadi aib bagi keluarga. Tindakan memasung ini
akan berdampak buruk pada pasien, selain itu nantinya akan sulit untuk sembuh dan dapat
mengalami kekambuhan yang sangat sering. Hal ini perlu adanya dukungandari keluarga
dalam proses penyembuhan. Peran dan keterlibatan keluarga dalam proses penyembuhan
dan perawatan pasien gangguan jiwa sangat penting, karena peran keluarga sangat
mendukung dalam proses pemulihan penderita gangguan jiwa. Keluarga dapat
mempengaruhi nilai, kepercayaan,sikap, dan perilaku anggota keluarga. Disamping itu,
keluarga mempunyai fungsi dasar seperti memberi kasih sayang, rasa aman, rasa memiliki,
dan menyiapkan peran dewasa individu di masyarakat. Keluarga merupakan suatu sistem,
maka jika terdapat gangguan jiwa pada salah satu anggota keluarga maka dapat
menyebabkan gangguan jiwa pada anggota keluarga (Nasir & Muhith, 2011).
Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang didasarkan
pada ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosio- Spritual yang
komperhensif. Klien dapat berupa individu, keluarga dan komunitas baik dalam keadaan
sakit maupun sehat. Bentuk Asuhan keperawatan jiwa meluputi pencegahan primer adalah
pendidikan kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial. Keluarga
sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem pendukung utama dalam
memberikan pelayanan langsung pada saat klien berada dirumah. Oleh karena itu keluarga
memiliki peran penting didalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit pada klien jiwa.
Melihat fenomena diatas, maka keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai cara
perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan gunamemberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan pendidikan tentang peran keluarga dalam merawat dan mencegah kekambuhan
pada anggota keluarga yang mengalamigangguan jiwa
2. Tujuan khusus
- Keluarga mampu merawat klien ketika di rumah
- Keluarga mengetahaui cara perawatan klien ketika dirumah
- Keluarga mampu mencegah terjadinya kekambuhan di rumah
- Keluarga mampu mengetahui tanda dan gejala kekambuhan kliengangguan jiwa
- Keluarga mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhikekambuhan klien
- Keluarga mampu mengetahui peran klien dan keluarga dalam pencegahan dan
kekambuhan
D. Waktu pelaksanaan
Hari/Tanggal : Jumat, 19 November 2021
Waktu : 11.00 - Selesai
E. Tempat
Ruang tamu Wisma Amarta RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
F. Sasaran
Keluarga pasien
G. Metode
- Ceramah
- Tanya jawab
- Diskusi
H. Media
Leaflet
I. Pengorganisasian
Penyaji : Kartika Diyah Utari
Notulen : Febri Ayuningsih
Fasilitator & Observer : Muta Aliva
Dokumentasi : Puji Lestari
J. Pokok Materi
Terlampir
K. Kegiatan Pembelajaran
No Tahap Kegiatan Waktu Respon Yang Diharapkan
1. Salam pembuka • Keluarga menjawab
2. Perkenalan perawat salam
3. Penyampaian tujuan • Keluarga menerima
pendidikan kesehatan perkenalan
1. Pre 4. Melakukan kontrak 2 menit • Keluarga mengerti
Interaksi waktu tentang tujuanpenkes
5. Menyampaikan • Keluarga menyetujui
apersepsi kontrak waktu
• Keluarga mau
menyampaikan
pendapat
1. Menjelaskan isi dari • Keluarga maubertanya
materi :
- Penyebab gangguan
jiwa
- Ciri-ciri gangguanjiwa
- Peran Keluarga dalam
perawatan klien
2. Interaksi - Fungsi Dukungan 8 menit
Keluarga
- Upaya perawatan
keluarga selama di
rumah dalam
menghadapi pasien
yang mengalami
gangguan jiwa
- Keluarga dapat
mengetahui tanda dan
gejala kekambuhan
klien gangguan jiwa
- Keluarga dapat
mengetahui faktor-
faktor yang
mempengaruhi
kekambuhan klien
- Keluarga dapat
mengetahui peran
kliendan keluarga
dalam pencegahan
kekambuhan.
- Mempersilahkan
keluarga untuk
bertanya mengenai
materi yang belum
dipahami
1. Mendiskusikan dengan • Keluarga kooperatif
keluarga dan mau berpartisipasi
2. Menjelaskan yang dengan baik
belum dipahami • Keluarga
3. Terminasi 3. Melakukan 5 menit memperhatikan
evaluasi pelaksanaan • Keluarga menjawab
penkes salam
4. Menyampaikan
kesimpulan penkes
5. Menyampaikan salam
L. Evaluasi
Setelah mengikuti Penkes, diharapkan pasien dan keluarga mampu :
1. Keluarga mampu merawat klien ketika di rumah
2. Keluarga mengetahaui cara perawatan klien ketika dirumah
3. Keluarga mampu mencegah terjadinya kekambuhan di rumah
4. Keluarga mampu mengetahui pengertian kekambuhan
5. Keluarga mampu mengetahui tanda dan gejala kekambuhan klien
gangguan jiwa
6. Keluarga mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kekambuhan klien
7. Keluarga mampu mengetahui peran klien dan keluarga dalam pencegahan
kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA