Anda di halaman 1dari 22

NAMA : DEWI PUJI RAHAYU

NIM : 0118054

Resume SGD ANAK

Asuhan Keperawatan Prematuritas

A. Pengertian
Prematuritas adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan
B. Etiologi dan Ciri-ciri Bayi Prematur
Lebih dari 30% penyebab premature tick dikctahui Faktor faktor yarng bisa jadi
penyebab antara lain sebagai berikut:
1. Faktor ibu. Penykit pada ibu: pre-eklamsi/eklampsi, HAP, Diabetes, nefritis
akut, usia ibu <16 tahun atau >35 tahun, perokok, peminum, incompetent
serviks, dan sebagainya.
2. Faktor janin. Hidramion, ketuban pecah dini, genelli., kelainan kromoson, dan
sebagainya.
3. Fakor lain. Tingkat kehidupan sosial ckonomi yang rendah, gizi yang kurang,
terkontaminasi dengan zat-zat beracun, pemeriksaan antenatal yang sangat
minim, trauma antenatal, plasenta previa, dan scbagainy
C. Ciri-ciri bayi premature
1. Berat badan <dari 2500gr. panjang badan kurang dari 45cm, lingkar kepala kuang
dari 33cm, lingkar dada kurang dari 30cm.
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3. Kepala lebih besar daripada hadan.
4. Kulit: tipis transparan, rambut lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga,
dan lengan
5. Lemak subkulan kurang.
6. Otot hipotonik lemah.
7. Reflex tonus otot masih lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk
belum sempurna.
8. Tulang rawan dan daun telinga immature (elastic daun telinga masih kurang
sempurnal
9. Pernapasan tak teatur bisa terjadi apneaigagal napas).
10. Ekstremitas: paha ahduksi, sendi lutut: kaki tleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan sekitar 45-S0kali/'menit, dan frekuensi nadi 100-140 menit.
13. Sering anciila.
D. Penyebab Kelahiran Prematur
Penyebab kelahiran prematur terkadang tidak diketahui, namun pecahnya
ketuban lebih awal merupakan salah satu penyebab utama kelahiran prematur.
Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kelahiran prematur, yaitu:

 Faktor kesehatan ibu, di antaranya:


o Preeklamsia.
o Penyakit yang bersifat kronis, seperti penyakit ginjal atau jantung.
o Penyakit infeksi, seperti infeksi saluran kemih, infeksi cairan ketuban, dan
infeksi vagina.
o Kelainan bentuk rahim.
o Ketidakmampuan serviks menutup selama masa kehamilan.
o Stres.
o Kebiasaan merokok sebelum dan selama masa kehamilan.
o Penyalahgunaan NAPZA.
o Pernah mengalami kelahiran prematur sebelumnya.
 Faktor kehamilan, seperti:
o Kelainan atau menurunnya fungsi ari-ari.
o Kelainan posisi ari-ari.
o Ari-ari yang lepas sebelum waktunya.
o Terlalu banyak cairan ketuban.
o Ketuban pecah lebih awal.
 Faktor yang melibatkan janin, yaitu:
o Kehamilan kembar.
o Kelainan darah pada janin.
E. Gejala Kelahiran Prematur
Gejala kelahiran prematur hampir serupa dengan gejala atau tanda mau
melahirkan. Untuk memastikan gejala tersebut tidak membahayakan ibu hamil dan
janin, maka ibu hamil dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau
berkunjung ke rumah sakit terdekat. Gejalanya sebagai berikut:

 Nyeri punggung bagian bawah.


 Kontraksi setiap 10 menit.
 Kram di perut bagian bawah.
 Keluar cairan dan lendir dari vagina yang semakin banyak.
 Perdarahan vagina.
 Tekanan di bagian panggul dan vagina.
 Mual, muntah, hingga diare.

F. Diagnosis Kelahiran Prematur


Sebagai langkah awal menanggapi tanda-tanda kelahiran prematur, dokter
akan memeriksa riwayat kesehatan ibu hamil, serta memeriksa kondisi fisik ibu hamil
dan janin saat ini. Dokter kandungan juga akan melakukan tindakan pemeriksaan
dalam vagina untuk memeriksa kondisi serviks dan mendeteksi kemungkinan serviks
telah mengalami pembukaan. Selanjutnya, dokter akan mengukur frekuensi, durasi,
dan kekuatan kontraksi dengan menggunakan alat CTG (cardiotocography). Melalui
alat ini, dokter juga dapat memantau denyut jantung janin.
Dokter juga akan menganjurkan pasien untuk menjalani pemeriksaan lanjutan,
yaitu:

 USG dari vagina, untuk mengukur panjang serviks dan kondisi rahim.
 Pemeriksaan lendir serviks, untuk memeriksa protein yang dinamakan fetal
fibronectin, yaitu protein yang dilepaskan ketika terjadi infeksi atau gangguan
pada jaringan rahim.
 Tes usap vagina (vaginal swab), untuk memeriksa dan mendeteksi keberadaan
bakteri penyebab infeksi, bila dicurigai terdapat infeksi.
G. Penanganan Kelahiran Prematur
Langkah penanganan terhadap kelahiran prematur ditentukan berdasarkan
kondisi kehamilan dan kesehatan pasien secara keseluruhan. Beberapa tindakan
penanganan awal terhadap kelahiran prematur, yaitu:

 Pasien dianjurkan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit agar dokter
dapat memantau kondisi ibu hamil dan janin dalam kandungan. Dokter atau
perawat akan memasang selang infus untuk menyalurkan cairan dan obat.
 Obat. Beberapa jenis obat yang akan diberikan dokter, meliputi:
o Obat tokolitik, yaitu jenis obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghentikan kontraksi, seperti terbutalin dan isoxsuprine.
o Kortikosteroid, yaitu obat yang digunakan untuk mempercepat
perkembangan organ paru-paru janin.
o Magnesium sulfat, untuk mengurangi risiko gangguan atau kerusakan
pada otak.
o Antibiotik, jika kelahiran prematur disebabkan oleh infeksi.
 Prosedur pengikatan leher rahim, yaitu prosedur yang dilakukan dengan
menjahit bagian pembukaan serviks. Prosedur ini dilakukan pada ibu hamil
dengan kondisi serviks lemah dan berisiko terbuka selama kehamilan.
 Persalinan. Jika kelahiran prematur tidak dapat ditunda dengan penanganan awal,
atau jika janin serta ibu dalam kondisi yang mengancam nyawa, maka proses
persalinan akan dimulai. Jika memungkinkan, persalinan dapat dilakukan secara
normal. Namun, bayi prematur memiliki risiko yang lebih tinggi untuk sungsang.
Jika seperti ini dokter kandungan mungkin menyarankan kepada ibu hamil untuk
melahirkan secara operasi Caesar.

H. Ciri-Ciri dan Penanganan Bayi Prematur


Secara fisik, bayi yang lahir prematur akan terlihat berbeda dari bayi yang
lahir normal. Tubuh bayi prematur berukuran lebih kecil dengan ukuran kepala yang
sedikit lebih besar. Ciri lain bayi prematur adalah:

 Diselimuti bulu halus yang tumbuh lebat di seluruh tubuh.


 Bentuk mata tidak sebulat bayi normal karena kekurangan lemak tubuh.
 Suhu tubuh yang rendah.
 Sulit bernapas karena perkembangan paru yang belum sempurna.
 Belum bisa mengisap dan menelan dengan sempurna, sehingga sulit menerima
asupan makanan.

Usia kehamilan akan menentukan kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan. Berikut ini
adalah gangguan kesehatan yang dapat terjadi:

 Janin yang lahir sebelum usia kehamilan 23 minggu, kemungkinan tidak dapat
bertahan hidup di luar rahim sang ibu.
 Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 25 minggu, berisiko tinggi menderita
gangguan yang bersifat jangka panjang, yaitu gangguan saraf dan kesulitan
belajar.
 Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 28 minggu, berisiko tinggi menderita
komplikasi yang tidak permanen, seperti gangguan pernapasan.
 Bayi yang lahir antara usia kehamilan 28-32 minggu, kondisi kesehatannya akan
membaik secara bertahap. Setelah usia 32 minggu, risiko bayi mengalami
gangguan semakin rendah.

Setelah dilahirkan, dokter akan melakukan penanganan khusus terhadap bayi prematur.
Bayi prematur akan menjalani perawatan intensif di ruang NICU (neonatal intensive care
unit) hingga organ dalam berkembang sempurna dan kondisi bayi stabil tanpa ditopang
oleh perawatan di rumah sakit. Bentuk penanganan khusus yang dilakukan dokter anak,
meliputi:

 Memasukkan bayi ke dalam inkubator agar suhu tubuh bayi tetap hangat.
 Memasang sensor di tubuh bayi untuk memantau sistem pernapasan, detak
jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh bayi.
 Memberi ASI melalui selang makan yang dipasang melalui hidung bayi.
 Bayi yang lahir dengan penyakit kuning akan menjalani terapi sinar untuk
mengurangi warna kuning tubuh.
 Memberikan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah bayi, jika
diperlukan. Hal ini dilakukan karena proses pembentukan sel darah merah belum
sempurna.
 Melakukan pemeriksaan jantung bayi secara berkala dengan USG jantung atau
ekokardiografi.
 Pemeriksaan USG juga dilakukan untuk memeriksa kemungkinan adanya
perdarahan di otak dan organ tubuh lainnya, seperti hati dan ginjal.
 Pemeriksaan mata akan dilakukan untuk mendeteksi kelainan yang dapat
menggangu penglihatan.

I. Komplikasi Kelahiran Prematur


Kelahiran prematur berdampak pada ibu dan bayi yang dilahirkan. Bayi
prematur memiliki risiko komplikasi penyakit lebih besar dibandingkan dengan bayi
normal. Komplikasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

A. Komplikasi jangka pendek. Bayi prematur berisiko mengalami sejumlah gangguan


fungsi organ tubuh, seperti jantung, otak, saluran pernapasan, saluran pencernaan,
serta gangguan kekebalan tubuh dan sulit mengatur suhu tubuh. Bayi prematur juga
berpotensi mengalami penyakit kuning, karena organ hati yang belum matang.
B. Komplikasi jangka panjang. Bayi prematur berisiko mengalami komplikasi jangka
panjang, seperti lumpuh otak (cerebral palsy), gangguan pendengaran dan gangguan
penglihatan (Retinopathy of Prematurity), penurunan kecerdasan, gangguan
psikologis, hingga bayi meninggal mendadak.

J. Pencegahan Kelahiran Prematur

Langkah pencegahan utama kelahiran prematur adalah dengan menjaga


kesehatan, sebelum dan selama masa kehamilan. Upaya ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:

 Lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Melalui pemeriksaan


kehamilan, dokter dapat memantau kesehatan ibu hamil dan janin dalam
kandungan, serta mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi selama kehamilan.
 Menjalani diet sehat sebelum hamil. Konsumsi makanan sehat yang kaya
protein, buah, dan biji-bijian sebelum hamil, dapat mengurangi risiko kelahiran
prematur.
 Hindari paparan bahan kimia dan substansi berbahaya, seperti asap rokok,
makanan kaleng, kosmetik, alkohol, dan NAPZA.
 Konsumsi suplemen kalsium. Konsumsi suplemen kalsium 1000 mg atau lebih
per hari, dapat mengurangi risiko kelahiran prematur dan preeklamsia.
 Mempertimbangkan jarak kehamilan. Kehamilan yang hanya berjarak kurang
dari 6 bulan dari persalinan terakhir, dapat meningkatkan kelahiran prematur.
 Menggunakan pesarium (cervical pessary). Ibu hamil dengan ukuran serviks
yang pendek disarankan memakai pesarium guna menyangga rahim agar tidak
turun. Bentuk alat ini menyerupai cincin yang dipasang di mulut rahim.

Jika ibu hamil berisiko tinggi mengalami kelahiran prematur akibat penyakit
kronis yang dideritanya, maka dokter dapat memberikan obat-obatan sesuai
kondisi ibu hamil untuk menurunkan risiko tersebut, misalnya obat untuk
mengendalikan tekanan darah atau kadar gula darah.

Asuhan Keperawatan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

A. Pengertian
Berat badan Iahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada
saat kelahiran kurang dan 2500 gr atau lebih rendah (WHO, 1961) Berat Badan Lahr
Rendah (BBLR) adalah bia berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499
gram). Bayi yang diahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan
lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan, bahikan dapat menggangu kolangsungan hidupnya. Bayi berat lahir
rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang

Iari 2500 gram tanpa memandang usin gestansi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)

B. Klasiflkasi

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR:

a. Menurut harapan hidupnya

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dergan berat lahr 1000-

3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang

b. Menurut masa gastasinya

1) Prematuritas murni Prematuritas Murni adalah bayi dengan usia kehamilan


37 minggu dan mempurnyai berat badan sesuai masa gestasilusia kehamilan
atau disebut juga Neonatus Kurang Bulan-Sesuni Masa Kehamilan (NKB-
SMK)

Karakteristik yang dapat ditermukan pada prematur murni adalah:

a) Borat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang

dan 45 om, ingkar kapala kurang dari 33 m ingkar dada kurang dari 30 cm

b) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis

c)Umur kehamian kurang dari 37 minggu

d) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan haus


e) Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan suturn besar Telinga
sedikit tulang rawannya darn berbentuk sederhana

g) Jaringan payudara tidak ada dan puing susu kecil

h) Pernapasan belum leratur dan serng mengalami serangan apnu.

i) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi
dan pelipis dahi dan lengan Lemak subkutan kurang

k) Genatala belum sempuna pada wanita labia minora belum tertutup oleh
labia mayora

l) Relek menghisap dan menelan serla reflek batuk masih lemah

m) Bayi prematur mudah sekai mengalami infeksi karenn daya tahan tubuh
mash lemah, kemampuan leukcsit masih kurang dan pembentukan antibodi
belum sempuma. Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)

C. Ciri dan Gejala Berat Badan Lahir Rendah

Selain memiliki berat badan lahir yang lebih rendah dari bayi normal, bayi
BBLR juga akan tampak:

 Lebih kurus.
 Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit.
 Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya.

Bayi BBLR juga sering dilahirkan secara prematur. Masalah yang umum ditemui
pada bayi seperti ini adalah:

 Memiliki kadar gula dalam darah yang rendah (hipoglikemia).


 Memiliki masalah dalam menyusu.
 Memiliki hambatan dalam menaikkan berat badan.
 Kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap hangat pada temperatur
yang normal.
 Memiliki terlalu banyak sel darah merah yang membuat darah terlalu kental
(polisitemia).
D. Penyebab Berat Badan Lahir Rendah
Banyak kondisi yang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah.
Penyebab utama dan yang paling banyak terjadi adalah kelahiran prematur, yaitu
persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Bayi prematur tidak
sempat mengalami pertumbuhan pesat yang terjadi pada trimester akhir kehamilan.
Maka dari itu, bayi tersebut cenderung memiliki berat badan rendah dan bertubuh
kecil.
Di samping kelahiran prematur, kondisi lain yang dapat membuat bayi
berisiko lahir dengan barat badan rendah adalah:

 Intrauterine growth restriction. Pada kondisi ini, bayi tidak tumbuh dengan baik
saat berada dalam kandungan. Masalah ini dapat dipicu oleh gangguan pada
plasenta yang menghambat pertumbuhan bayi akibat tidak mendapat pasokan
oksigen dan nutrisi yang cukup.
 Komplikasi selama kehamilan, misalnya ibu hamil mengalami tekanan darah
tinggi.
 Janin menderita kondisi medis bawaan.
 Bayi kembar. Bayi kembar sering lahir dengan berat badan rendah dan prematur,
karena tidak banyak ruang dalam rahim untuk kedua janin.
 Usia ibu hamil masih muda. Ibu hamil dengan usia kurang dari 15 tahun berisiko
tinggi memiliki bayi
 Ibu hamil mengalami malnutrisi.
 Ibu hamil menggunakan NAPZA atau minum minuman beralkohol.
 Ibu hamil memiliki masalah emosi selama kehamilan.

E. Diagnosis Berat Badan Lahir Rendah


Diagnosis berat badan lahir rendah (BBLR) dapat diperkirakan oleh dokter
kandungan sejak masa kehamilan. Saat pemeriksaan kehamilan rutin, dokter akan
mengamati perkembangan ukuran dan berat badan janin dalam rahim, dan
membandingkannya dengan usia kehamilan. Metode pemeriksaan yang umumnya
dilakukan adalah USG kehamilan.
Diagnosis BBLR dapat ditetapkan pada saat bayi lahir, jika berat badannya
kurang dari 2,5 kg.
F. Penanganan Berat Badan Lahir Rendah
Hampir seluruh bayi BBLR memerlukan perawatan di rumah sakit setelah
lahir. Penanganan dapat dilakukan sesuai dengan usia kehamilan, kondisi kesehatan,
serta respons bayi terhadap pengobatan atau prosedur tertentu.
Untuk bayi BBLR dengan komplikasi tertentu, seperti paru-paru yang belum
matang atau masalah pada usus, maka bayi tersebut perlu dirawat di ruang perawatan
intensif neonatal (NICU). Di ruang ini, petugas medis akan membaringkan bayi di
tempat tidur yang suhunya telah diatur, serta memberikan susu dengan teknik dan alat
khusus. Bayi baru diperbolehkan pulang setelah komplikasi dapat diatasi dan ibunya
dapat memberikan ASI secara normal. Untuk bayi BBLR, dokter sangat
menganjurkan pemberian ASI, karena dapat mendukung pertumbuhan dan kenaikan
berat badan. Jika ibunya tidak bisa memberikan ASI, bayi dapat diberikan ASI dari
donor. Bayi BBLR yang lahir tanpa komplikasi dapat mengejar ketertinggalan
pertumbuhannya seiring waktu. Namun pada saat dewasa, kebanyakan bayi BBLR
berisiko mengalami berat badan berlebih atau obesitas, serta berisiko menderita
diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Beberapa bayi BBLR juga dapat
mengalami keterlambatan perkembangan mental.

G. Komplikasi Berat Badan Lahir Rendah


Komplikasi yang dapat timbul akibat berat badan lahir rendah (BLBR), antara lain
adalah:

 Gangguan perkembangan paru-paru atau organ lainnya.


 Masalah pernapasan, seperti sindrom gangguan pernapasan bayi.
 Masalah neurologis, seperti perdarahan di dalam otak.
 Masalah gastrointestinal, seperti necrotizing enterocolitis.
 Kematian mendadak.
Asuhan Keperawatan RDS

A. Pengertian

Acute Respiratory Distress Syndrome atau disingkat ARDS adalah kondisi


yang muncul ketika cairan mengumpul di alveoli, yaitu kantung udara kecil dan
elastis pada paru-paru. Cairan biasanya merembes dari pembuluh darah kecil.

Kumpulan cairan ini dapat membuat paru-paru tidak cukup terisi udara dan
pasokan oksigen ke aliran darah menjadi berkurang. Hal tersebut mengakibatkan
organ-organ, seperti ginjal dan otak, tidak dapat bekerja normal atau bahkan berhenti
berfungsi karena tidak mendapat cukup oksigen.

ARDS biasanya dialami oleh orang yang sudah menderita penyakit kritis atau
mengalami cedera cukup parah. Kebanyakan ARDS menyebabkan kematian,
meskipun ada pula penderita yang dapat sembuh total. Besarnya risiko kematian
bergantung dari usia penderita dan tingkat keparahan ARDS.

B. Gejala Acute Respiratory Distress Syndrome


Gejala yang dialami penderita ARDS dapat berbeda-beda, tergantung dari penyebab
dan tingkat keparahannya. Beberapa gejala yang mungkin dirasakan oleh penderita
ARDS adalah:

 Napas menjadi sangat pendek.


 Sesak napas dan frekuensi napas menjadi cepat.
 Tekanan darah turun.
 Penurunan kesadaran dan merasa sangat lelah.
 Banyak berkeringat.
 Pusing.
 Bibir atau kuku berwarna kebiruan.
 Batuk kering.
 Demam.
 Denyut nadi cepat.
C. Penyebab Acute Respiratory Distress Syndrome
Penyebab ARDS adalah merembesnya cairan dari pembuluh darah kapiler
(pembuluh darah terkecil) dalam paru-paru ke dalam alveoli, tempat di mana
seharusnya darah dipasok dengan oksigen. Pada kondisi normal, membran pembuluh
darah akan menjaga cairan tetap di dalam. Adanya cedera atau penyakit yang berat
dapat menyebabkan kebocoran cairan dari dinding pembuluh darah. Cedera dan
penyakit tersebut di antaranya adalah:

 Sepsis.
 Menghirup zat berbahaya, seperti asap pekat atau uap kimia.
 Pankreatitis.
 Tersedak muntahan atau kondisi nyaris tenggelam.
 Pneumonia berat.
 Cedera di kepala, dada, atau bagian tubuh lainnya.
 Luka bakar.
 Overdosis obat tidur atau antidepresan.
 Menerima transfusi darah dengan volume darah yang banyak.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena ARDS adalah:

 Ketergantungan alkohol.
 Berusia di atas 65 tahun.
 Perokok.
 Menderita penyakit paru-paru kronis.

D. Diagnosis Acute Respiratory Distress Syndrome


Tidak ada metode pemeriksaan spesifik untuk mendeteksi ARDS. Diagnosis
yang dilakukan terhadap pasien yang dicurigai ARDS didasarkan pada pemeriksaan
fisik, foto Rontgen dada, serta pemeriksaan analisis gas darah dari pembuluh arteri
untuk melihat kadar oksigen dalam darah. Pemeriksaan darah juga dapat dilakukan
untuk melihat adanya anemia atau infeksi. Selain foto Rontgen, dokter dapat
melakukan CT scan untuk mendiagnosis ARDS.
Pemeriksaan jantung juga mungkin akan disarankan bagi penderita ARDS,
sebab gangguan jantung dan ARDS memiliki gejala yang sama. Beberapa
pemeriksaan jantung yang dapat dilakukan adalah:
 Elektrokardiogram (EKG), untuk melihat aktivitas listrik dalam jantung.
 Ekokardiografi, untuk mendeteksi gangguan pada struktur dan fungsi jantung
penderita.

E. Pengobatan Acute Respiratory Distress Syndrome


Beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk mengatasi ARDS adalah:

 Pemberian oksigen. Dokter akan meningkatkan kadar oksigen dalam aliran darah
penderita dengan memberikan oksigen tambahan melalui selang hidung ataupun
masker.
 Alat bantu napas atau ventilator. Ventilator membantu memberikan tekanan
udara tambahan ke paru-paru penderita.
 Mengatur asupan cairan. Dokter akan mengatur jumlah cairan infus dan nutrisi
yang masuk ke tubuh penderita, sesuai hasil uji klinis dan keadaan umum pasien.
 Pemberian obat-obatan. Dokter akan memberikan obat untuk mencegah dan
mengatasi infeksi, meredakan nyeri dan ketidaknyamanan, mencegah
penggumpalan darah pada kaki dan paru, dan meminimalisasi refluks asam dan isi
lambung. Bila diperlukan diberikan obat tidur, terutama untuk pasien yang
menggunakan alat bantu napas.
 Rehabilitasi paru. Tindakan ini diperlukan untuk memperkuat sistem pernapasan
dan meningkatkan kapasitas paru-paru saat pemulihan dari ARDS.

F. Komplikasi Acute Respiratory Distress Syndrome


Pasien ARDS berisiko menderita komplikasi saat menjalani pengobatan.
Beberapa komplikasi tersebut di antaranya adalah:

 Penggumpalan darah. Berbaring terus-menerus dapat meningkatkan risiko


terjadinya penggumpalan darah, terutama pada pembuluh darah vena dalam di
tungkai (deep vein thrombosis).
 Kolaps paru-paru (pneumothorax). Penggunaan ventilator berfungsi
memberikan tekanan udara tambahan untuk meningkatkan aliran oksigen dalam
darah. Ventilator juga membantu membersihkan cairan dalam alveoli. Namun
penggunaan ventilator berisiko membuat robekan kecil pada kantung udara paru-
paru, sehingga membuat udara dalam paru-paru keluar melalui lubang kecil
tersebut dan menyebabkan paru-paru kempis.
 Infeksi. Untuk menyambungkan paru-paru dengan mesin (ventilator), dimasukkan
pipa atau selang ke dalam tenggorokan sampai melewati pita suara. Selang ini
merupakan benda asing bagi tubuh yang berisiko melukai dan mengiritasi saluran
pernapasan, serta menjadi tempat pertumbuhan bakteri.
 Fibrosis paru. Fibrosis paru mengakibatkan paru-paru menjadi tidak elastis dan
sulit mengalirkan oksigen.

Beberapa gangguan kesehatan juga berisiko diderita oleh pasien ARDS yang
berhasil disembuhkan, seperti:

 Gangguan pernapasan (biasanya napas menjadi pendek), sampai membutuhkan


oksigen tambahan saat pulang ke rumah.
 Depresi.
 Gangguan daya pikir dan daya ingat akibat otak sempat kekurangan pasokan oksigen.
 Melemahnya otot akibat terlalu lama berbaring dan tidak digunakan.
 Merasa lemas dan lelah.

G.Pencegahan Acute Respiratory Distress Syndrome

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan seseorang untuk menurunkan risiko menderita
ARDS, yaitu:

a. Menghentikan kebiasaan merokok dan menghindari asap rokok.


b. Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol.
c. Rutin mendapatkan vaksin flu setiap tahun dan vaksin pneumonia setiap lima tahun
untuk mengurangi risiko infeksi paru-paru.
Asuhan Keperawatan ASPHXIA

A. DEFINISI ASFIXIA
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan
dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan factor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau
segera lahir.
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan dengan
sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnyadan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa factor perlu pertimbangan dalam
menghadapi bayi dengan asfiksia.

B. Gejala dan penyebab asfiksia neonatorum

Gejala asfiksia neonatorum dapat dirasakan secara langsung maupun tidak


langsung setelah persalinan. Denyut jantung janin yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah, dapat digunakan sebagai acuan terjadinya asfiksia neonatorum.

C. Gejala asfiksia neonatorum

Beberapa gejala asfiksia neonatorum yang dapat diamati pada saat bayi baru lahir
antara lain:

 Kulit yang pucat atau kebiru-biruan (sianosis)


 Kesulitan bernapas, yang ditandai dengan napas cuping hidung atau pernapasan
perut
 Denyut nadi yang rendah
 Anggota badan kaku atau lemas (hiotonia)
 Respons yang buruk terhadap stimulasi

Semakin lama bayi kekurangan oksigen, gejala asfiksia akan semakin bertambah
parah. Pada gejala yang parah ini, dapat terjadi kerusakan dari beberapa organ seperti
paru-paru, jantung, ginjal, dan otak. Kerusakan tersebut muncul secara langsung
maupun tak langsung.
Kerusakan terjadi secara langsung, ketika sel yang kekurangan oksigen mengalami
gangguan. Sementara itu, kerusakan muncul secara tidak langsung, melalui radikal bebas
dari sel yang kekurangan oksigen.

D. Penyebab asfiksia neonatorum

Seluruh proses yang menyebabkan terjadinya gangguan penyerapan oksigen oleh


bayi, dapat menyebabkan asfiksia neonatorum. Oleh karena itu, pada proses
persalinan, dokter atau bidan harus memastikan bahwa kadar oksigen ibu dan bayi
terpenuhi, untuk mencegah terjadinya asfiksia neonatorum. Beberapa penyebab
asfiksia neonatorum adalah:

 Tersumbatnya jalan napas bayi


 Anemia yang membuat darah tidak dapat membawa cukup oksigen
 Proses persalinan berlangsung lama atau sulit
 Ibu hamil tidak mendapatkan oksigen yang cukup sebelum atau selama persalinan
 Ibu hamil memiliki tekanan darah yang terlalu tinggi atau rendah, saat persalinan
berlangsung
 Ibu dan/atau bayi mengalami infeksi
 Plasenta lepas dari rahim terlalu cepat, yang mengakibatkan hilangnya oksigen
 Bayi terlilit tali pusar
 Infeksi

Pada umumnya setelah bayi baru dilahirkan, dokter akan melakukan pemeriksaan
menggunakan sistem skoring yang dinamakan skor Apgar. Pemeriksaan ini
berlangsung pada lima menit pertama kelahiran.

Skor Apgar akan menunjukkan kondisi pernapasan, denyut nadi, keadaan umum,
respons terhadap rangsangan, dan kontraksi otot bayi. Tiap variabel dari skor Apgar
dinilai dengan angka 0 hingga 2. Semakin rendah skor Apgar, maka risiko asfiksia
neonatorum akan semakin tinggi.
E. Terapi dan penanganan untuk asfiksia neonatorum

Tindakan resusitasi dilakukan untuk mengembalikan napas bayi yang


mengalami kondisi asfiksia neonatorum. Tim medis akan melakukan berbagai
langkah untuk menyelamatkan bayi, dengan cara memperlancar jalan napas,
memberikan oksigen, serta memijat jantung.

Selain itu, dokter juga mungkin memberikan obat-obatan, serta memasang alat
bantu napas melalui intubasi. Seluruh langkah tersebut dilakukan untuk mencegah
asfiksia pada bayi memburuk.

Antisipasi adalah kunci terbaik untuk mencegah terjadinya asfiksia


neonatorum. Identifikasi faktor risiko ibu dan bayi selama masa kehamilan, akan
membantu seluruh tenaga medis mempersiapkan tindakan yang diperlukan untuk
mencegah, dan melakukan resusitasi bayi dengan asfiksia neonatorum

F. ETIOLOGI ASFIXIA

 Faktor Ibu

Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala


akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian
analgetik atau anastesi dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak
karena perdarahan, hipertensi karena eklamsia, penyakit jantung, dan lain-lain.

 Faktor Plasenta

Yang meliputi solusio plasenta, perdarahan pada plasenta previa,


plasenta tipis, plasenta tak menempel pada tempatnya.

 Faktor Janin Dan Neonatus

Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi


tali pusat antara janin dan jalan lahir, IUGR, kelainan kongenital, gemelli.

 Faktor Persalinan

Meliputi partus lama, partus tindakan, dll.


G. KLASIFIKASI DAN TANDA GEJALA ASFIKSIA

1. Asfiksia Berat (APGAR 0-3)

Pada kasus asfiksia berat bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan
perbaikan dan resuitasi aktif dengan segera. Tanda dan Gejala :

- Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 per menit

- Tidak ada usaha nafas

- Tonus otot melemah bahkan hamper tidak ada

- Bayi Nampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu

2. Asfiksia Sedang (APGAR4-6)

Tanda dan gejala :

- Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit

- Usaha nafas lambat

- Tonus otot biasanya dalam keadaan baik

- Bayi masih bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan

- Bayi tampak sinosis

3. Asfiksia Ringan (APGAR (5-7)

Tanda dan gejala :

- Bayi tampak sianosis

- Adanya reaksi sela iga

- Bayi merintih

- Adanya pernafasan cuping hidung

- Bayi kurang aktivitas


Asuhan Keperawatan BILIRUBINEMIA

A. Pengertian
Bilirubin adalah zat yang terbentuk secara normal dari proses penguraian sel
darah merah di dalam tubuh. Zat inilah yang memberikan warna kuning pada tinja
dan urine. Meski dibentuk secara normal, terkadang ada penyakit tertentu yang
menyebabkan jumlah bilirubin meningkat. Apabila tidak diobati, kondisi ini bisa
menimbulkan masalah kesehatan serius.
Untuk mengetahui kadar bilirubin dalam tubuh, dibutuhkan pemeriksaan
darah. Kadar bilirubin total yang normal pada orang dewasa adalah sekitar 0,2
hingga 1,2 mg/dL (miligram per desiliter), sedangkan pada anak-anak di bawah usia
18 tahun adalah 1 mg/dL.
Jika meningkat sedikit, belum tentu hal tersebut menandakan adanya kelainan.
Namun jika peningkatan kadar bilirubin cukup tinggi hingga lebih dari 2 mg/dl,
maka kemungkinan besar ada kondisi medis atau penyakit tertentu yang
mendasarinya.

B. Penyebab Jumlah Bilirubin Meningkat

Jumlah bilirubin yang meningkat di dalam darah bisa terjadi karena banyak sebab,
antara lain:

1. Gangguan hati

Jumlah bilirubin bisa meningkat akibat kerusakan pada organ hati atau liver.
Di dalam tubuh, bilirubin akan diolah dan disimpan di dalam empedu. Ketika terjadi
kerusakan pada hati, misalnya pada penyakit hepatitis dan sirosis maka kadar bilirubin
bisa meningkat.

2. Penyakit pada empedu

Kandung empedu merupakan organ yang berfungsi menampung cairan empedu. Di


empedu inilah bilirubin akan tersimpan. Karena itu, jika empedu terserang penyakit,
seperti batu empedu, penyempitan saluran empedu, radang atau infeksi kandung
empedu (dan tumor empedu, maka bilirubin bisa meningkat jumlahnya.
Selain itu, kerusakan pada organ lain di sekitar empedu, misalnya pada penyakit
kanker pankreas dan radang pankreas, juga bisa menyebabkan bilirubin meningkat.

3. Kerusakan sel darah merah

Kondisi yang membuat sel darah merah rusak lebih cepat, seperti anemia sel
sabit dan anemia hemolitik, bisa menyebabkan jumlah bilirubin meningkat drastis.
Pada bayi dan janin di dalam kandungan, kadar bilirubin bisa meningkat akibat
kondisi yang disebut eritroblastosis fetalis. Penyakit ini menyebabkan sel darah bayi
hancur karena dirusak oleh sistem kekebalan tubuh ibunya. Selain itu, pada orang
yang baru mendapatkan transfusi darah, kadar bilirubin bisa meningkat apabila darah
yang diterima tidak cocok dengan tubuhnya.

C. Efek samping obat-obatan

Ada beberapa jenis obat-obatan yang dapat menimbulkan efek samping berupa
peningkatan kadar bilirubin. Obat-obatan ini termasuk antibiotik, kortikosteroid, pil
KB, indomethacin, dan obat antikejang, seperti diazepam, flurazepam, dan
phenytoin.

Pada kasus tertentu, suplemen atau obat herba tertentu juga dapat menyebabkan
kadar bilirubin meningkat.

Selain beberapa kondisi medis di atas, kadar bilirubin dalam darah juga bisa
meningkat akibat infeksi berat, gangguan tiroid, dan kelainan genetik, misalnya
sindrom Gilbert, hemokromatosis herediter, sindrom Rotor, dan sindrom Criggler-
Najjar.
D. Dampak Bilirubin Tinggi

Jika kadar bilirubin tinggi dalam darah, maka tubuh akan mengalami penyakit
kuning (jaundice). Penyakit kuning ditandai dengan mata dan kulit yang menguning
disertai gatal-gatal.

Tidak hanya pada orang dewasa, jumlah bilirubin yang terlalu banyak pada
bayi yang baru lahir ternyata juga berbahaya. Kadar bilirubin yang tinggi pada bayi
baru lahir biasanya ditandai dengan kulit menguning yang muncul pada wajah dan
dahi terlebih dahulu, kemudian menyebar ke dada dan bagian tubuh lain. Selain itu,
bayi juga mungkin akan mengalami lesu, menangis terus-menerus, atau bahkan
kejang.

Bila tidak segera ditangani, kadar bilirubin yang tinggi pada bayi dapat
menyebabkan kerusakan otak (kernikterus), masalah saraf, hingga kematian. Oleh
karena itu, bayi kuning memerlukan perawatan khusus untuk menurunkan kadar
bilirubin dalam darahnya. Salah satu perawatannya adalah dengan fototerapi.

Anda mungkin juga menyukai