NIM : 0118054
A. Pengertian
Prematuritas adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan
B. Etiologi dan Ciri-ciri Bayi Prematur
Lebih dari 30% penyebab premature tick dikctahui Faktor faktor yarng bisa jadi
penyebab antara lain sebagai berikut:
1. Faktor ibu. Penykit pada ibu: pre-eklamsi/eklampsi, HAP, Diabetes, nefritis
akut, usia ibu <16 tahun atau >35 tahun, perokok, peminum, incompetent
serviks, dan sebagainya.
2. Faktor janin. Hidramion, ketuban pecah dini, genelli., kelainan kromoson, dan
sebagainya.
3. Fakor lain. Tingkat kehidupan sosial ckonomi yang rendah, gizi yang kurang,
terkontaminasi dengan zat-zat beracun, pemeriksaan antenatal yang sangat
minim, trauma antenatal, plasenta previa, dan scbagainy
C. Ciri-ciri bayi premature
1. Berat badan <dari 2500gr. panjang badan kurang dari 45cm, lingkar kepala kuang
dari 33cm, lingkar dada kurang dari 30cm.
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3. Kepala lebih besar daripada hadan.
4. Kulit: tipis transparan, rambut lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga,
dan lengan
5. Lemak subkulan kurang.
6. Otot hipotonik lemah.
7. Reflex tonus otot masih lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk
belum sempurna.
8. Tulang rawan dan daun telinga immature (elastic daun telinga masih kurang
sempurnal
9. Pernapasan tak teatur bisa terjadi apneaigagal napas).
10. Ekstremitas: paha ahduksi, sendi lutut: kaki tleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan sekitar 45-S0kali/'menit, dan frekuensi nadi 100-140 menit.
13. Sering anciila.
D. Penyebab Kelahiran Prematur
Penyebab kelahiran prematur terkadang tidak diketahui, namun pecahnya
ketuban lebih awal merupakan salah satu penyebab utama kelahiran prematur.
Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kelahiran prematur, yaitu:
USG dari vagina, untuk mengukur panjang serviks dan kondisi rahim.
Pemeriksaan lendir serviks, untuk memeriksa protein yang dinamakan fetal
fibronectin, yaitu protein yang dilepaskan ketika terjadi infeksi atau gangguan
pada jaringan rahim.
Tes usap vagina (vaginal swab), untuk memeriksa dan mendeteksi keberadaan
bakteri penyebab infeksi, bila dicurigai terdapat infeksi.
G. Penanganan Kelahiran Prematur
Langkah penanganan terhadap kelahiran prematur ditentukan berdasarkan
kondisi kehamilan dan kesehatan pasien secara keseluruhan. Beberapa tindakan
penanganan awal terhadap kelahiran prematur, yaitu:
Pasien dianjurkan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit agar dokter
dapat memantau kondisi ibu hamil dan janin dalam kandungan. Dokter atau
perawat akan memasang selang infus untuk menyalurkan cairan dan obat.
Obat. Beberapa jenis obat yang akan diberikan dokter, meliputi:
o Obat tokolitik, yaitu jenis obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghentikan kontraksi, seperti terbutalin dan isoxsuprine.
o Kortikosteroid, yaitu obat yang digunakan untuk mempercepat
perkembangan organ paru-paru janin.
o Magnesium sulfat, untuk mengurangi risiko gangguan atau kerusakan
pada otak.
o Antibiotik, jika kelahiran prematur disebabkan oleh infeksi.
Prosedur pengikatan leher rahim, yaitu prosedur yang dilakukan dengan
menjahit bagian pembukaan serviks. Prosedur ini dilakukan pada ibu hamil
dengan kondisi serviks lemah dan berisiko terbuka selama kehamilan.
Persalinan. Jika kelahiran prematur tidak dapat ditunda dengan penanganan awal,
atau jika janin serta ibu dalam kondisi yang mengancam nyawa, maka proses
persalinan akan dimulai. Jika memungkinkan, persalinan dapat dilakukan secara
normal. Namun, bayi prematur memiliki risiko yang lebih tinggi untuk sungsang.
Jika seperti ini dokter kandungan mungkin menyarankan kepada ibu hamil untuk
melahirkan secara operasi Caesar.
Usia kehamilan akan menentukan kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan. Berikut ini
adalah gangguan kesehatan yang dapat terjadi:
Janin yang lahir sebelum usia kehamilan 23 minggu, kemungkinan tidak dapat
bertahan hidup di luar rahim sang ibu.
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 25 minggu, berisiko tinggi menderita
gangguan yang bersifat jangka panjang, yaitu gangguan saraf dan kesulitan
belajar.
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 28 minggu, berisiko tinggi menderita
komplikasi yang tidak permanen, seperti gangguan pernapasan.
Bayi yang lahir antara usia kehamilan 28-32 minggu, kondisi kesehatannya akan
membaik secara bertahap. Setelah usia 32 minggu, risiko bayi mengalami
gangguan semakin rendah.
Setelah dilahirkan, dokter akan melakukan penanganan khusus terhadap bayi prematur.
Bayi prematur akan menjalani perawatan intensif di ruang NICU (neonatal intensive care
unit) hingga organ dalam berkembang sempurna dan kondisi bayi stabil tanpa ditopang
oleh perawatan di rumah sakit. Bentuk penanganan khusus yang dilakukan dokter anak,
meliputi:
Memasukkan bayi ke dalam inkubator agar suhu tubuh bayi tetap hangat.
Memasang sensor di tubuh bayi untuk memantau sistem pernapasan, detak
jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh bayi.
Memberi ASI melalui selang makan yang dipasang melalui hidung bayi.
Bayi yang lahir dengan penyakit kuning akan menjalani terapi sinar untuk
mengurangi warna kuning tubuh.
Memberikan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah bayi, jika
diperlukan. Hal ini dilakukan karena proses pembentukan sel darah merah belum
sempurna.
Melakukan pemeriksaan jantung bayi secara berkala dengan USG jantung atau
ekokardiografi.
Pemeriksaan USG juga dilakukan untuk memeriksa kemungkinan adanya
perdarahan di otak dan organ tubuh lainnya, seperti hati dan ginjal.
Pemeriksaan mata akan dilakukan untuk mendeteksi kelainan yang dapat
menggangu penglihatan.
Jika ibu hamil berisiko tinggi mengalami kelahiran prematur akibat penyakit
kronis yang dideritanya, maka dokter dapat memberikan obat-obatan sesuai
kondisi ibu hamil untuk menurunkan risiko tersebut, misalnya obat untuk
mengendalikan tekanan darah atau kadar gula darah.
A. Pengertian
Berat badan Iahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada
saat kelahiran kurang dan 2500 gr atau lebih rendah (WHO, 1961) Berat Badan Lahr
Rendah (BBLR) adalah bia berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499
gram). Bayi yang diahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan
lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan, bahikan dapat menggangu kolangsungan hidupnya. Bayi berat lahir
rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
Iari 2500 gram tanpa memandang usin gestansi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
B. Klasiflkasi
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dergan berat lahr 1000-
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dan 45 om, ingkar kapala kurang dari 33 m ingkar dada kurang dari 30 cm
i) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi
dan pelipis dahi dan lengan Lemak subkutan kurang
k) Genatala belum sempuna pada wanita labia minora belum tertutup oleh
labia mayora
m) Bayi prematur mudah sekai mengalami infeksi karenn daya tahan tubuh
mash lemah, kemampuan leukcsit masih kurang dan pembentukan antibodi
belum sempuma. Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)
Selain memiliki berat badan lahir yang lebih rendah dari bayi normal, bayi
BBLR juga akan tampak:
Lebih kurus.
Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit.
Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya.
Bayi BBLR juga sering dilahirkan secara prematur. Masalah yang umum ditemui
pada bayi seperti ini adalah:
Intrauterine growth restriction. Pada kondisi ini, bayi tidak tumbuh dengan baik
saat berada dalam kandungan. Masalah ini dapat dipicu oleh gangguan pada
plasenta yang menghambat pertumbuhan bayi akibat tidak mendapat pasokan
oksigen dan nutrisi yang cukup.
Komplikasi selama kehamilan, misalnya ibu hamil mengalami tekanan darah
tinggi.
Janin menderita kondisi medis bawaan.
Bayi kembar. Bayi kembar sering lahir dengan berat badan rendah dan prematur,
karena tidak banyak ruang dalam rahim untuk kedua janin.
Usia ibu hamil masih muda. Ibu hamil dengan usia kurang dari 15 tahun berisiko
tinggi memiliki bayi
Ibu hamil mengalami malnutrisi.
Ibu hamil menggunakan NAPZA atau minum minuman beralkohol.
Ibu hamil memiliki masalah emosi selama kehamilan.
A. Pengertian
Kumpulan cairan ini dapat membuat paru-paru tidak cukup terisi udara dan
pasokan oksigen ke aliran darah menjadi berkurang. Hal tersebut mengakibatkan
organ-organ, seperti ginjal dan otak, tidak dapat bekerja normal atau bahkan berhenti
berfungsi karena tidak mendapat cukup oksigen.
ARDS biasanya dialami oleh orang yang sudah menderita penyakit kritis atau
mengalami cedera cukup parah. Kebanyakan ARDS menyebabkan kematian,
meskipun ada pula penderita yang dapat sembuh total. Besarnya risiko kematian
bergantung dari usia penderita dan tingkat keparahan ARDS.
Sepsis.
Menghirup zat berbahaya, seperti asap pekat atau uap kimia.
Pankreatitis.
Tersedak muntahan atau kondisi nyaris tenggelam.
Pneumonia berat.
Cedera di kepala, dada, atau bagian tubuh lainnya.
Luka bakar.
Overdosis obat tidur atau antidepresan.
Menerima transfusi darah dengan volume darah yang banyak.
Ketergantungan alkohol.
Berusia di atas 65 tahun.
Perokok.
Menderita penyakit paru-paru kronis.
Pemberian oksigen. Dokter akan meningkatkan kadar oksigen dalam aliran darah
penderita dengan memberikan oksigen tambahan melalui selang hidung ataupun
masker.
Alat bantu napas atau ventilator. Ventilator membantu memberikan tekanan
udara tambahan ke paru-paru penderita.
Mengatur asupan cairan. Dokter akan mengatur jumlah cairan infus dan nutrisi
yang masuk ke tubuh penderita, sesuai hasil uji klinis dan keadaan umum pasien.
Pemberian obat-obatan. Dokter akan memberikan obat untuk mencegah dan
mengatasi infeksi, meredakan nyeri dan ketidaknyamanan, mencegah
penggumpalan darah pada kaki dan paru, dan meminimalisasi refluks asam dan isi
lambung. Bila diperlukan diberikan obat tidur, terutama untuk pasien yang
menggunakan alat bantu napas.
Rehabilitasi paru. Tindakan ini diperlukan untuk memperkuat sistem pernapasan
dan meningkatkan kapasitas paru-paru saat pemulihan dari ARDS.
Beberapa gangguan kesehatan juga berisiko diderita oleh pasien ARDS yang
berhasil disembuhkan, seperti:
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan seseorang untuk menurunkan risiko menderita
ARDS, yaitu:
A. DEFINISI ASFIXIA
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan
dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan factor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau
segera lahir.
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan dengan
sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnyadan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa factor perlu pertimbangan dalam
menghadapi bayi dengan asfiksia.
Beberapa gejala asfiksia neonatorum yang dapat diamati pada saat bayi baru lahir
antara lain:
Semakin lama bayi kekurangan oksigen, gejala asfiksia akan semakin bertambah
parah. Pada gejala yang parah ini, dapat terjadi kerusakan dari beberapa organ seperti
paru-paru, jantung, ginjal, dan otak. Kerusakan tersebut muncul secara langsung
maupun tak langsung.
Kerusakan terjadi secara langsung, ketika sel yang kekurangan oksigen mengalami
gangguan. Sementara itu, kerusakan muncul secara tidak langsung, melalui radikal bebas
dari sel yang kekurangan oksigen.
Pada umumnya setelah bayi baru dilahirkan, dokter akan melakukan pemeriksaan
menggunakan sistem skoring yang dinamakan skor Apgar. Pemeriksaan ini
berlangsung pada lima menit pertama kelahiran.
Skor Apgar akan menunjukkan kondisi pernapasan, denyut nadi, keadaan umum,
respons terhadap rangsangan, dan kontraksi otot bayi. Tiap variabel dari skor Apgar
dinilai dengan angka 0 hingga 2. Semakin rendah skor Apgar, maka risiko asfiksia
neonatorum akan semakin tinggi.
E. Terapi dan penanganan untuk asfiksia neonatorum
Selain itu, dokter juga mungkin memberikan obat-obatan, serta memasang alat
bantu napas melalui intubasi. Seluruh langkah tersebut dilakukan untuk mencegah
asfiksia pada bayi memburuk.
F. ETIOLOGI ASFIXIA
Faktor Ibu
Faktor Plasenta
Faktor Persalinan
Pada kasus asfiksia berat bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan
perbaikan dan resuitasi aktif dengan segera. Tanda dan Gejala :
- Bayi merintih
A. Pengertian
Bilirubin adalah zat yang terbentuk secara normal dari proses penguraian sel
darah merah di dalam tubuh. Zat inilah yang memberikan warna kuning pada tinja
dan urine. Meski dibentuk secara normal, terkadang ada penyakit tertentu yang
menyebabkan jumlah bilirubin meningkat. Apabila tidak diobati, kondisi ini bisa
menimbulkan masalah kesehatan serius.
Untuk mengetahui kadar bilirubin dalam tubuh, dibutuhkan pemeriksaan
darah. Kadar bilirubin total yang normal pada orang dewasa adalah sekitar 0,2
hingga 1,2 mg/dL (miligram per desiliter), sedangkan pada anak-anak di bawah usia
18 tahun adalah 1 mg/dL.
Jika meningkat sedikit, belum tentu hal tersebut menandakan adanya kelainan.
Namun jika peningkatan kadar bilirubin cukup tinggi hingga lebih dari 2 mg/dl,
maka kemungkinan besar ada kondisi medis atau penyakit tertentu yang
mendasarinya.
Jumlah bilirubin yang meningkat di dalam darah bisa terjadi karena banyak sebab,
antara lain:
1. Gangguan hati
Jumlah bilirubin bisa meningkat akibat kerusakan pada organ hati atau liver.
Di dalam tubuh, bilirubin akan diolah dan disimpan di dalam empedu. Ketika terjadi
kerusakan pada hati, misalnya pada penyakit hepatitis dan sirosis maka kadar bilirubin
bisa meningkat.
Kondisi yang membuat sel darah merah rusak lebih cepat, seperti anemia sel
sabit dan anemia hemolitik, bisa menyebabkan jumlah bilirubin meningkat drastis.
Pada bayi dan janin di dalam kandungan, kadar bilirubin bisa meningkat akibat
kondisi yang disebut eritroblastosis fetalis. Penyakit ini menyebabkan sel darah bayi
hancur karena dirusak oleh sistem kekebalan tubuh ibunya. Selain itu, pada orang
yang baru mendapatkan transfusi darah, kadar bilirubin bisa meningkat apabila darah
yang diterima tidak cocok dengan tubuhnya.
Ada beberapa jenis obat-obatan yang dapat menimbulkan efek samping berupa
peningkatan kadar bilirubin. Obat-obatan ini termasuk antibiotik, kortikosteroid, pil
KB, indomethacin, dan obat antikejang, seperti diazepam, flurazepam, dan
phenytoin.
Pada kasus tertentu, suplemen atau obat herba tertentu juga dapat menyebabkan
kadar bilirubin meningkat.
Selain beberapa kondisi medis di atas, kadar bilirubin dalam darah juga bisa
meningkat akibat infeksi berat, gangguan tiroid, dan kelainan genetik, misalnya
sindrom Gilbert, hemokromatosis herediter, sindrom Rotor, dan sindrom Criggler-
Najjar.
D. Dampak Bilirubin Tinggi
Jika kadar bilirubin tinggi dalam darah, maka tubuh akan mengalami penyakit
kuning (jaundice). Penyakit kuning ditandai dengan mata dan kulit yang menguning
disertai gatal-gatal.
Tidak hanya pada orang dewasa, jumlah bilirubin yang terlalu banyak pada
bayi yang baru lahir ternyata juga berbahaya. Kadar bilirubin yang tinggi pada bayi
baru lahir biasanya ditandai dengan kulit menguning yang muncul pada wajah dan
dahi terlebih dahulu, kemudian menyebar ke dada dan bagian tubuh lain. Selain itu,
bayi juga mungkin akan mengalami lesu, menangis terus-menerus, atau bahkan
kejang.
Bila tidak segera ditangani, kadar bilirubin yang tinggi pada bayi dapat
menyebabkan kerusakan otak (kernikterus), masalah saraf, hingga kematian. Oleh
karena itu, bayi kuning memerlukan perawatan khusus untuk menurunkan kadar
bilirubin dalam darahnya. Salah satu perawatannya adalah dengan fototerapi.