Anda di halaman 1dari 8

Nama : Abel Putra Hernadi

NIM : 218114106

Kelompok :8

RINGKASAN PRESENTASI KULTUR SEL

No. kelompok : 6

a. Judul :
Vaksin Rabies Baru Berbasis Rekombinan Virus Paraunfluenza 5 Mengekspresikan
Glikoprotein Virus Rabies
b. Ringkasan :

Infeksi virus rabies (RABV) yang tidak diobati menyebabkan kematian. Vaksin dan
pengobatan pasca paparan efektif dalam mencegah infeksi RABV. Namun, karena
biaya, vaksinasi dan pengobatan rabies belum banyak digunakan di negara
berkembang. Virus parainfluenza 5 (PIV5) diperkirakan berkontribusi terhadap batuk
kennel, dan vaksin batuk kennel yang mengandung PIV5 hidup dan telah digunakan
pada anjing selama bertahun-tahun. Tikus divaksinasi dengan dosis tunggal 10 8 PFU
rPIV5-RV-G melalui rute im menunjukkan perlindungan yang sangat kuat (90%
hingga 100%). Tikus yang divaksinasi secara oral dengan dosis tunggal 10 8 PFU dari
rPIV5-RV-G menunjukkan tingkat kelangsungan hidup 50%, yang sebanding dengan
tingkat kelangsungan hidup 60% di antara tikus yang diinokulasi dengan strain vaksin
rabies yang dilemahkan, LBNSE rekombinan. Hasil ini menunjukkan bahwa rPIV5-
RV-G adalah kandidat yang sangat baik untuk generasi baru vaksin rabies rekombinan
untuk manusia dan hewan dan PIV5 adalah vektor potensial untuk vaksin oral
c. Teknik yang telah dipelajari dalam praktikum:
Teknik pemeriksaan menggunakan MIkroskop
 Persamaan
- Sama-sama menggunakan media DMEM sebagai medium sel.
- Pemeriksaan sel di bawah mikroskop
- Menggunakan FBS sebagai serum dan penutrisi pertumbuhan sel
- Menggunakan PBS untuk mencuci sel
 Perbedaan
 Jurnal
- Inkubasi 1 jam sentrifugasi pada 4.000 rpm selama 15 menit Pemurnian
virus ultrasentrifugasi Thermo Scientific pada 37.000 rpm selama 1
jam
 Praktikum
- Sel diinkubasi dengan waktu tertentu sesuai jenis sel di dalam tangki
CO2 dengan suhu 37oC

No. kelompok : 2

a. Judul :
In vitro comparison of the cytotoxic effects of statins on U266 myeloma cell line
b. Ringkasan :
- Statin termasuk salah satu obat yang sering digunakan dan mempunyai efek
anti-lipidemik seperti anti-oksidan, anti-inflamasi, anti-angiogenik, dan anti-
tumorigenik.
- Kombinasi statin yang sinergis bisa memberikan manfaat klinis yang lebih baik
dalam
pengobatan kanker dan jika dikelola dengan agen anti kanker lainnya, bisa menjadi
modal pengobatan alternatif.
- Penelitian ini bertujuan untuk menilai efikasi pemberian statin pada lini sel (cell
line) multiple myeloma (MM) terhadap proliferasi sel.
- Multiple myeloma (MM) adalah penyakit sel plasma ganas. MM juga merupakan
penyakit progresif.
- Obat yang digunakan dalam 15 tahun terakhir adalah imunomodulator dan
penggunaan inhibitor proteasome.
- Bortezomib adalah inhibitor proteasome pertama yang disetujui untuk pasien MM
berulang/ refraktori dan kemudian disetujui untuk pengobatan pasien MM yang
baru didiagnosis.
- Perifer Neuropati (PN) adalah toksisitas bortezomib yang membatasi
dosis,berpotensi
menyebabkan cedera saraf permanen di ekstremitas.
- Bortezomib juga memiliki efek samping lain.
- Statin disarankan untuk mencegah kekambuhan tumor dengan menunjukkan efek
onkoprotektif.
c. Teknik yang telah dipelajari dalam praktikum:
Teknik kultur sel, perhitungan sel, dan penginkububasian
 Persamaan
- Penggunaan FBS
- Penggunaan antibiotik(Penisilin-Streptomisin)
- Penggunaan L-Glutamin
- Berada dalam suhu 37
- Penggunaan Trypan Blue
- Sel disimpan dalam incubator
 Perbedaan

Jurnal Praktikum
RPMI-1640 DMEM
Cellometer Hemosicometer
Myeloma U266 Fibroblas

No. kelompok : 1

a. Judul :
Suspension culture of Vero cells for the production of adenovirus type 5

b. Ringkasan :
sistem kultur suspensi sel Vero untuk menghasilkan adenovirus tipe 5 (Ad5),
dibandingkan dengan sistem kultur sel Vero perekat. Sel Vero berasal dari ginjal
monyet hijau Afrika, dan merupakan salah satu garis sel kontinu mamalia yang lebih
umum digunakan dalam mikrobiologi, dan penelitian biologi molekuler dan sel, dalam
pembuatan vaksin.
c. Teknik yang telah dipelajari dalam praktikum:
Sub kultur dan penanaman sel
Jurnal Materi yang dipelajari
Menggunakan media DMEM, MEM, Menggunakan DMEM sebagai media
Optipro, Ultraculture, SFM4MegaVir, kultur sel.
OptiMEM, dan VP-SFM untuk kultur
sel.

Menggunakan hemositometer dengan Menggunakan hemositometer dengan


pewarnaan trypan blue untuk pewarnaan trypan blue untuk
menghitung jumlah sel yang hidup dan menghitung jumlah sel yang hidup dan
mati. mati.

Menggunakan FBS sebagai serum Menggunakan FBS sebagai serum


pertumbuhan sel. pertumbuhan sel.

Sel diinkubasi selama 72 jam dalam Sel diinkubasi selama beberapa menit
tangki CO2 5% dengan suhu 37°C. (tergantung tipe sel) dalam tangki CO2
dengan suhu 37°C.

Sel yang dikultur, diamati jumlah dan Sel yang dikultur, diamati jumlah dan
bentuknya menggunakan mikroskop. bentuknya menggunakan mikroskop.

No. kelompok : 5

a. Judul :
ell-cultured, live attenuated, X-31ca-based H5N1 pre-pandemic influenza vaccine
b. Ringkasan :

Pembuatan vaksin influenza secara tradisional bergantung pada metode yang


menggunakan telur ayam berembrio. Pada saat pandemi telah menyebabkan
pengembangan vaksin turunan kultur sel, yang membutuhkan waktu yang lebih singkat
dan fleksibilitas produksi yang lebih besar. Produksi reassortant X-31ca berbasis
H5N1 vaksin influenza hidup yang dilemahkan(rH5N1ca) yang di kultur dalam garis
sel mamalia. Pemeliharaan stabil fenotipe atenuasi dan imunogenisitas rH5N1ca dari
kultur sel menunjukkan bahwa mereka dapat diproduksi sebagai persediaan untuk
kesiapsiagaan pandemi sebagai alternatif untuk produksi berbasis telur saat ini.
Percobaan vaksin ini dengan menggunakan tikus. Sebagai alternatif dari produksi
berbasis telur tradisional, metode kultur sel menjadi platform vaksin influenza
yang disukai . Sementara teknologi lain yang meniadakan kebutuhan kultur virus,
seperti protein rekombinan turunan baculovirus, partikel mirip virus, vaksin DNA, atau
vaksin vektor menggunakan adenovirus, alphavirus, NDV, VSV, dan poxvirus, juga
sedang dievaluasi . sel MDCK, Vero dan PER.C6 banyak digunakan untuk pembuatan
vaksin influenza dengan hasil tinggi. Misalnya, vaksin influenza yang diturunkan dari
MDCK (Optaflu) saat ini dilisensikan di Eropa dan terbukti sebanding dengan TIV
yang diturunkan dari telur dalam hal keamanan, imunogenisitas, dan kemanjuran pada
anak-anak dan orang dewasa hingga usia 50 tahun.

c. Teknik yang telah dipelajari dalam praktikum:


Teknik kultur sel dan sub kultur sel
 Persamaan :
- Sell diinkubasi dengan suhu 37˚C
- Menggunakan PBS sebagai untuk mencuci sel
- Pemeriksaan sel dibawah mikroskop
- Untuk mengevaluasi imunogenisitas vaksin kultur sel, tikus
diimunisasi dengan rH5N1ca dengan berbagai dosis (102, 103, 104 dan
105 PFU).
- Titer antibodi yang diinduksi oleh dosis terendah (102PFU) dari rH5N1ca
adalah ≥40 setelah tiga minggu pasca infeksi.
 Perbedaan :
Mengevaluasi kemanjuran perlindungan rH5N1ca, tikus yang divaksinasi
ditantang dengan A/Aquatic bird/Korea/w81/05 (H5N2). Strain ini telah
diadaptasi pada tikus dengan bagian berulang dan terbukti sangat virulen
No. kelompok : 7

a. Judul :
Turunan Eksosom dari Sel Punca Mesenkimal Meningkatkan Lingkungan Mikro Infark
Berkontribusi pada Angiogenesis dan Anti-Peradangan
b. Ringkasan :
Sel punca mesenkim sumsum tulang (MSC) banyak digunakan untuk mengobati infark
miokard menghadapi tantangan kelangsungan hidup dalam inflamasi dan iskemia
lingkungan mikro infark miokard akut. Studi ini berhipotesis bahwa turunan MSC
eksosom memainkan peran penting dalam meningkatkan lingkungan mikro setelah
miokard akut infark dan bertujuan untuk menyelidiki efek parakrin eksosom pada
angiogenesis dan aktivitas anti-inflamasi. Eksosom adalah bahan aktif dari sekresi
parakrin oleh MSC Eksosom merangsang neovaskularisasi dan menahan respon
inflamasi Eksosom meningkatkan fungsi jantung setelah cedera iskemik
c. Teknik yang telah dipelajari dalam praktikum:
Kultur sel
Perbedaan
Jurnal Praktikum
- identifikasi melalui flow cytometry - tidak ada identifikasi melalui flow
- dikulturkan dengan RPMI1640 cytometry
- tidak terdapat bahan RPMI1640

No. kelompok : 3

a. Judul :
Calon Substrat Sel Baru untuk Virus Rabies Perbanyakan dan Produksi Vaksin
b. Ringkasan :
Penyakit rabies diperkirakan dapat menyebabkan lebih dari 50000 kematian manusia
setiap tahun dan jutaan gigitan hewan setiap tahun, seperti anjing, kucing, kelelawar
dan monyet. Maka dilakukanlah penelitian ini untuk mendapatkan bahan yang lebih
tepat untuk pembuatan vaksin rabies yang tepat. Bertujuan untuk menguji sel-sel
manakah yang lebih efektif atau tepat dalam pembuatan vaksin rabies. Untuk
mengetahui prognosis terhadap kelangsungan hidup, baik itu semakin membaik atau
semakin memburuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MRC-5 memiliki
pertumbuhan yang lebih tinggi dalam hal jumlah sel dalam setiap labu disbanding
dengan RHDP. Jumlah sel total per 25 cm2 labu, Ketika monolayer selesai adalah 4.2
x 10^6 + 1.5 x 10^5 dan 2.1 x 10^6 + 2.6 x 10^5 untuk MRC-5 dan RHDP. Namun,
RHDP mencapai kepadatan maksimum lebih cepat dari MRC.
c. Teknik yang telah dipelajari dalam praktikum:
Kultur sel, perhitungan sel, pengamatan sel
 Persamaan :
- Dalam penemuan virus rabies ini menggunakan alat hemositometer, dimana
hemositometer juga digunakan dalam pratikum saat perhitungan sel.
- Dalam penemuan virus rabies dan saat praktikum dipakai mikroskop untuk
memeriksa sel,
- Bahan yang dipakai pada virus Rabies dan pada saat praktikum adalah
DMEM.
- Alat yang digunakan pada virus dan pada saat praktikum adalah flask.
- Dalam perhitungan jumlah sel dan saat praktikum digunakan bantuan tripan
blue.
 Perbedaan :
- Pada virus ini pencucian sel menggunakan PBS sedangkan pada praktikum
sel dicuci menggunakan larutan garam ddps.

No. kelompok : 4

a. Judul :
Co-culture with NK-92MI cells enhanced the anti-cancer effect of bee venom on
NSCLC cells by inactivation of NF-kB
b. Ringkasan :
Dalam penelitian ini para peneliti bereksperimen pada pendekatan terapi multimodal,
seperti menggabungkan agen kemoterapi (racun lebah) dengan imunoterapi seluler
(NK-92MI). Dari penelitian sebelumnya, racun lebah telah ditemukan menunjukkan
efek anti-kanker pada berbagai lini sel kanker. Oleh karena itu peneliti menggunakan
sel NK-92MI yang diobati dengan racun lebah untuk dikultur dengan sel NSCLC
menggunakan metode co – culture dan menemukan bahwa ada penurunan lebih lanjut
dalam viabilitas sel hingga 70 dan 75 % masing-masing pada garis sel A549 dan NCI-
H460. Jadi dalam penelitian ini pemberian racun lebah dalam sel NK-92MI dan kultur
bersama berturut-turut dari sel NK-92MI ini dengan sel NSCLC (A549 dan NCI-H460)
menyebabkan penurunan viabilitas sel sel kanker paruparu. Penurunan viabilitas sel ini
ditemukan karena aktivasi Apo3L dan FasL dalam sel NK-92MI dan DR3 dan Fas di
masing-masing A549 dan NCI-H460. Selanjutnya, menyebabkan inaktivasi NF-KB,
menurunkan regulasi cIAP-2 dan Bcl-2, menyebabkan apoptosis sel kanker paru-paru
non-sel kecil. Knockdown DR3 atau Fas dalam sel kanker membalikkan inaktivasi NF-
KB dan cIAP-2 dan aktivasi caspase-3.

c. Teknik yang telah dipelajari dalam praktikum:


Kultur sel
 Persamaan
Jurnal Praktikum
Trypanblue Trypanblue
Tryp-LE Tryp-LE

Di sentrifugasi Di sentrifugasi

FBS FBS

 Perbedaan
Jurnal Praktikum
Co–culture Culture sel

Medium: Medium:
RPMI1640 DMEM
DMEM
MEM

 meskipun tantangan heterolog, tikus yang diimunisasi dengan rH5N1ca


bahkan pada dosis terendah (102PFU) sepenuhnya dilindungi

Anda mungkin juga menyukai