Anda di halaman 1dari 12

4.

1 Pembiakan Sel Mikroorganisme


Mikroorganisme telah digunakan oleh manusia sejak zaman prasejarah dalam
penyiapan makanan, minuman beralkohol, produk susu, tekstil, dsb., meskipun peran
mikroorganisme dalam biotransformasi tidak diakui sampai abad kesembilan belas.
Penggunaan mikroorganisme sekarang, sudah sangat luas. Mikroorganisme tidak
hanya digunakan pada proses tradisional tetapi juga pada proses modern seperti
produksi obat-obatan, bahan kimia industri, enzim, bahan kimia pertanian,
pengolahan limbah cair, ekstraksi mineral dan teknologi rekombinasi DNA.

4.1.1 Sel Mikroorganisme


Makhluk hidup kelompokkan oleh Haeckel pada tahun 1866 sebagai hewan,
tanaman dan protista seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1. Protista merujuk
organisme hidup relatif sederhana dibandingkan dengan tanaman dan hewan dan
termasuk ganggang, protozoa, jamur, dan bakteri. Perkembangan mikroskop elektron
memungkinkan para ilmuwan untuk mengakui bahwa struktur unit dari semua
organisme hidup dibagi menjadi dua kategori, prokariota dan eukariota.

Tabel 4.1 Pengelompokkan makhluk hidup


Bakteri Prokariotik
Alga
Protozoa
Bersel tunggal Protista
Jamur
Mold Eukariotik
Ragi
Hewan
Bersel banyak
Tanaman

Sel prokariotik adalah unit dari struktur dalam dua kelompok mikroba: bakteri dan
ganggang biru-hijau. Sel prokariotik berukuran sangat kecil dan sederhana, tidak
terbungkus oleh unit sistem membran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Bagian dalam sel dibedakan menjadi dua bagian yaitu sitoplasma dan inti. Sitoplasma
memiliki ribosom yang berupa bintik-bintik gelap kasar, yang terdiri dari protein dan
asam ribonukleat (RNA). Ribosom adalah tempat penting untuk reaksi biokimia sintesis

NA – TK UNJANI 42
protein. Bagian inti bentuknya tidak beraturan, dipisahkan dengan jelas meskipun
tidak dibatasi oleh membran. Wilayah inti mengandung asam deoksiribonukleat
(DNA), yang berisi informasi genetik yang menentukan produksi protein dan zat seluler
lainnya dan zat struktural.

Gambar 4.1 Sketsa contoh sel prokariot

Sel prokariotik dikelilingi oleh dinding sel dan membran sel. Dinding sel lebih tebal
dari membran sel yang melindungi sel dari pengaruh eksternal. Membran sel (atau
membran sitoplasma) adalah penghalang selektif antara bagian dalam sel dengan
lingkungan luar. Molekul-molekul terbesar diketahui dapat menerobos membran sel
adalah fragmen DNA dan protein dengan berat molekul rendah. Membran sel dapat
diperluas dan diperpanjang menjadi sitoplasma atau membran internal. Membran sel
berfungsi sebagai permukaan tempat bahan sel lain menempel dan tepat fungsi sel
penting berlangsung.
Sel eukariot yang lebih kompleks dari sel prokariot adalah penyusun sel tanaman,
hewan, protozoa, jamur, dan alga. Sel eukariot memiliki sistem membran dalam yang
memisahkan beberapa komponen sel fungsional seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Sketsa contoh sel eukariot

NA – TK UNJANI 43
Sel eukariot, 1.000 hingga 10.000 kali lebih besar dan lebih kompleks dari sel
prokariot. Intinya dikelilingi oleh membran ganda dengan pori-pori lebar 40–70 m,
mengandung yang secara sitologi dibedakan. Inti mengendalikan sifat
turun-temurun dan semua kegiatan penting sel. Kromosom berbentuk benang yang
panjang dan ditemukan dalam inti sel yang mengandung gen, diatur dalam urutan
linier di nukleoprotein (protein ditambah asam nukleat). mengandung
sejumlah besar butiran yang disebut , yang terlibat dalam reaksi terus
menerus untuk . Ribosom terutama terkonsentrasi di sepanjang
permukaan kasar dari , suatu jaringan yang tidak teratur yang
berupa saluran terhubungkan dengan membran. mengandung enzim
untuk transportasi elektron yang memanfaatkan oksigen dalam proses pembangkitan
energi. dan adalah organel yang berfungsi untuk mengisolasi berbagai
reaksi kimia dalam sel.

Nomenklatur mikroba
Ahli mikrobiologi menggunakan sistem binomial, dimana setiap mikroorganisme
memiliki dua nama, misalnya Bacillus subtilis. Penulisan nama mikroorganisme selalu
dicetak miring. Kata pertama adalah nama genus (jamak, genera) diawali dengan huruf
kapital. Nama genus adalah kata Latin atau Yunani. Contoh nama genus dan artinya
adalah:

Bacillus: batang kecil


Lactobacillus: batang kecil perombak susu
Micrococcus: butiran kecil
Clostridium: spindel kecil
Pasteurella: dari nama Louis Pasteur, Latin
Salmonella: dari nama Daniel E. Salmon
Saccharomyces: perombak gula

Kata kedua dalam nama mikroorganisme adalah nama spesies dan tidak diawali
dengan huruf kapital. Mungkin ada beberapa spesies dengan nama genus yang sama,
misalnya, Bacillus subtilis, B. albus, dan B. coagulans. Perhatikan bahwa ketika nama
genus yang sama diulang beberapa kali, itu disingkat. Mikroorganisme yang penting di
industri adalah bakteri, ragi, dan jamur. Oleh karena itu, ketiganya akan dibahas secara
lebih rinci di bagian berikut.

4.1.2 Sel Bakteri


Bakteri adalah organisme bersel tunggal mikroskopis. Terdapat sekitar 1.500
spesies yang tersebar di hampir semua lingkungan alam. Diameter sel bakteri tertentu

NA – TK UNJANI 44
berkisar dari 0,5–1,0 m dengan panjang yang sangat bervariasi. Bentuk bakteri
bervariasi: bulat atau bulat telur disebut , silinder atau batang disebut , spiral
disebut .

4.1.2.1 Pola Perkembangbiakan Bakteri


Umumnya bakteri bereproduksi dengan cara membelah diri seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 4.3. Proses ini terdiri dari beberapa tahap: pemanjangan
sel, invaginasi dari dinding sel, penyebaran bahan inti, pembentukan dinding sel
melintang, distribusi bahan selular menjadi dua sel dan pemisahan menjadi dua sel
baru. Ini adalah proses reproduksi aseksual.

Gambar 4.3 Perkembangbiakan bakteri dengan pembelahan

4.1.2.2 Kebutuhan Gizi


Untuk mempelajari karakteristik bakteri, harus dapat mengembangbiakan
bakteri pada kondisi laboratorium. Untuk dapat melakukannya, perlu diketahui apa
bahan makanan dan bagaimana kondisi fisik yang diperlukan. Sel-sel bakteri
berkembang biak pada media yang mengandung sekitar 90% air. Komposisi unsur
bakteri diperlihatkan pada Tabel 4.2. Media untuk mengembangbiakan bakteri harus
mengandung komponen dasar seperti pada Tabel 4.2.
Semua sistem biologi, mulai dari mikroorganisme sampai kepada manusia,
memiliki kebutuhan yang sama dalam hal: sumber energi, karbon, dan nitrogen.

1. Sumber energi
a. phototropik : organisme yang mampu memanfaatkan energi radiasi.
b. kemotropik : organisme yang memperoleh energi untuk aktivitasnya dari sintesis
kimia yang dapat terjadi tanpa cahaya matahari.

Tabel 4.2 Komposisi unsur bakteri


Komponen % berat dasar kering
Karbon 50
Oksigen 20
Nitrogen 14
Hidrogen 8
Posfor 3
Sulfur 1
Mineral 4

NA – TK UNJANI 45
2. Sumber karbon
a. autotrop : mikoorganisme yang mampu memanfaatkan karbon anorganik seperti
CO2 dan karbonat sebagai sumber karbon.
b. heterotrop: mikroorganisme yang tidak dapat menggunakan CO2 sebagai sumber
karbon tetapi memerlukan bahan organik seperti glukosa atau asam amino
sebagai sumber karbon.

3. Sumber nitrogen
Nitrogen dari atmosfir, nitrogen dari senyawa atau turunan nitrogen lainnya.
4. Sumber sulfur dan fosfor: sulfur elementer, sulfur anorganik atau sulfur organik.
5. Sumber unsur logam: natrium, kalium, kalsium, magnesium, mangan, besi, seng,
tembaga dan kobalt.
6. Sumber-sumber vitamin.

4.1.2.3 Kondisi Fisik


Setelah memilih nutrisi yang tepat untuk budidaya bakteri, perlu memilih
lingkungan fisik agar mikroorganisme tumbuh maksimum. Tiga faktor fisik utama yang
harus dipertimbangkan adalah temperatur, keadaan udara dan pH.
Karena aktivitas mikroorganisme dan perkembangbiakan adalah perwujudan dari
tindakan enzimatik dan karena laju reaksi enzim meningkat dengan meningkatnya
temperatur, maka laju pertumbuhan mikroba bergantung pada temperatur.
Berdasarkan ketergantungan pada temperatur, bakteri dikelompokkan menjadi
psikrofilik, mesofilik dan termofilik. Rentang temperatur untuk masing-masing
kelompok mampu tumbuh dirangkum dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Rentang temperatur pertumbuhan mikroba


Rentang temperatur Temperatur
Jenis bakteri
pertumbuhan optimum
Psikrofilik -7  35 C 20  30 c
Mesofilik 7  45 C 30  40 c
Termofilik 40  75 C 45  60 c

Gas yang paling erat katitannya dalam budidaya bakteri adalah oksigen dan
karbon dioksida. Ada empat jenis bakteri berdasarkan responnya terhadap oksigen:
1. bakteri aerob tumbuh pada keadaan terdapat oksigen bebas
2. bakteri anaerob tumbuh pada keadaan tanpa adanya oksigen bebas
3. bakteri anaerob fakultatif tumbuh baik pada kondisi tanpa atau ada oksigen bebas
4. bakteri mikroaerofilik tumbuh pada kondisi ada sedikit oksigen bebas.

NA – TK UNJANI 46
Kebanyakan bakteri tumbuh optimum pada pH 6,5 dan 7,5. Meskipun beberapa
bakteri dapat tumbuh pada kisaran pH ekstrem, batas minimum dan maksimum
antara pH 4 dan pH 9.

4.1.2.4 Pembentukan spora


Beberapa bakteri membentuk spora ketika terjadi kekurangan makanan atau
sebab-sebab lainnya. Spora lebih tahan dari sel normal terhadap panas, kekurangan
air, radiasi dan bahan kimia. Spora dapat tetap hidup selama bertahun-tahun. Spora
akan kembali menjadi sel-sel normal jika kondisi membaik. Bakteri pembentuk spora
sering ditemukan di dalam tanah.

Reaksi Gram
Bakteri dapat dibedakan berdasarkan pewarnaan Gram menjadi Gram positif dan
Gram negatif (Tabel 4.4). Pewarnaan Gram adalah salah satu teknik diferensial
pewarnaan yang paling banyak digunakan untuk membedakan bakteri menjadi dua
kelompok: Gram-positif dan Gram-negatif. Cara pewarnaan Gram adalah sebagai
berikut:
1. Bakteri pada kaca objek ditetesi dengan warna violet dan didiamkan selama 20
detik kemudian noda dibersihkan. Semua sel berwarna ungu.
2. Bakteri pada (1) ditetesi larutan Gram-iodine kemudian didiamkan selama 1 menit.
Kristal violet akan membentuk senyawa kompleks dengan yodium dalam sel. Semua
sel akan tetap violet.
3. Noda pada (2) digenangi alkohol 95% selama 10 sampai 20 detik kemudian kaca
objek dibilas dengan air. Sel gram posisitif akan tetap berwarna violet dan sel gram
negatif akan tidak berwarna.
4. Noda ditutup dengan larutan safranin (larutan berwarna merah) selama 20 detik,
dicuci selama beberapa detik dan dikeringkan. Sel Gram positif akan tetap violet,
tetapi sel Gram-negatif akan menjadi merah.

Table 4.4 Beberapa perbedaan antara bakteri Gram-positive dengan Gram-negative


Sifat fisik Gram-positif Gram-negatif
Hasil pewarnaan Gram ungu merah
Suspectibiliti terhadap penisilin jelas much less
Dijestibiliti oleh lisozim beberapa memerlukan perlakuan
Dijestibiliti oleh tripsin spesies awal
Jumlah lapisan dalam dinding resisten rentan
Tebal dinding 1 2
Kandungan lipida pada dinding 20-80 nm 10 nm
kerentanan terhadap geseran 0 – 3% 11 – 22%
kerentanan terhadap detejen jelas much less
jelas much less

NA – TK UNJANI 47
4.1.3 Ragi
Ragi ditemukan dalam buah-buahan, biji-bijian dan makanan yang mengandung
gula, di dalam tanah, udara, pada kulit dan usus binatang. Ragi tidak memiliki klorofil,
sehingga bergantung pada tumbuhan tingkat tinggi dan hewan untuk memenuhi
kebutuhan energinya. Ragi umumnya merupakan organisme bersel tunggal dan
bentuknya adalah bulat sampai bulat telur dengan diameter 1–5 m dan panjang
5–30 m. Dinding sel ragi muda cukup tipis dan menebal seiring dengan usianya.
Pola perkembangbiakan ragi umumnya adalah pembentukan benjolan (budding),
yang merupakan proses aseksual seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4.4. Sebuah
tunas kecil terbentuk pada permukaan sel yang matang. Tunas tumbuh dan diisi
dengan bahan inti dan sitoplasma dari sel induk. Ketika tunas telah sebesar induknya,
kelengkapan inti di kedua sel mengalami reorientasi dan sel-sel dipisahkan. Sel anak
mungkin masih melekat pada sel induk, meskipun setelah terjadi pembelahan sel. Ragi
yang paling penting adalah strain Saccharomyces cerevisiae, yang digunakan dalam
pembuatan anggur, bir dan dalam ragi roti.
Pemisahan
kromoson dan Pelepasan
pembentukan replikasi migrasi pembentukan pemisahan inti sel
benjolan DNA DNA spindel

Gambar 4.4 Contoh tahapan pertumbuhan ragi secara budding

4.1.4 Jamur
Jamur adalah tanaman tanpa klorofil dan karenanya tidak dapat mensintesis
makanan sendiri. Jamur memiliki berbagai ukuran mulai dari ragi yang bersel tunggal
sampai jamur multiseluler. Banyak ragi dan jamur yang penting dalam skala industri.
adalah jamur yang menyerupai benang halus (Gambar 4.5). Spora (konidia)
yaitu sel reproduksi tunggal akan tumbuh membentuk hifa yang menyerupai benang
halus (filamen), memiliki beberapa cabang membentuk struktur vegetatif yang disebut
miselium. Miselium merupakan massa sitoplasma yang mengandung multinukleat,
bercabang dan membentuk buluh yang kaku. Karena miselium mampu tumbuh tanpa
batas maka dapat mencapai dimensi makroskopik. Kelas yang paling penting dari
jamur industri adalah Aspergillus dan Penicillium. Jamur digunakan dalam
memproduksi antibiotik, bahan kimia industri, enzim, dan aditif makanan.

spora (konidia)
hifa
Gambar 4.5 Pertumbuhan jamur berfilamen dengan cara pembentukan cabang

NA – TK UNJANI 48
4.2 Media Pembiakan
Mikroba dikembangbiakan di lingkungan buatan. Biakan yang hanya berisi satu
jenis mikroorganisme disebut sedangkan berisi lebih
dari satu jenis mikroorganisme. Langkah-langkah yang diperlukan untuk budidaya
mikroorganisme adalah:
1. mempersiapkan media pembiakan yang menghasilkan pertumbuhan secara optimal,
2. sterilisasi untuk mematikan semua organisme yang hidup di wadah,
3. inokulasi (menanamkan) mikroorganisme ke dalam media yang sudah disiapkan.

Untuk mengembangbiakkan mikroorganisme, media pembiakan disiapkan dalam


salah satu wadah pembiakan yang umum yaitu: tabung reaksi, botol, cawan petri atau
fermentor. Ada dua jenis utama media pembiakan yaitu: dan .
Media tersebut bervariasi bentuk maupun komposisinya, tergantung pada spesies
organisme yang akan dibiakkan dan tujuan pembiakannya.
yang digunakan didasarkan atas pengalaman dan tidak atas dasar
pengetahuan yang tepat dari komposisinya. Media alami atau media kompleks
biasanya mengandung pepton, ekstrak daging sapi atau ekstrak ragi. Jika diinginkan
media padat, digunakan bahan pemadat seperti gelatin atau agar yang dicampurkan
ke dalam media. Contoh media cair yang relatif sederhana dan medium padat yang
mendukung pertumbuhan adalah kaldu nutrisi dan nutrien agar. Kaldu nutrisi
mengandung 3 gram ekstrak daging sapi, 5 gram pepton, 5 gram ekstrak ragi yang
dilarutan sampai 1 liter. Kandungan nutrien agar sama seperti nutrisi kaldu ditambah
15 gram agar kemudian dilarutkan sampai 1 liter. Contoh medium untuk pertumbuhan
ragi diperlihatkan pada Tabel 4.5.
adalah larutan yang mengandung bahan anorganik dan/atau
organik murni yang dapat ditiru (diulang). Bahan tersebut digunakan untuk keperluan
penelitian. Medium sederhana dapat terdiri dari garam amonium ditambah mineral
dan gula atau senyawa kompleks seperti kasein ditambah vitamin, mineral dan gula.
Media sintetik memiliki kelebihan yaitu dapat dibuat dengan komposisi yang sama.

Tabel 4.5 Contoh mendium pertumbuhan ragi


Bahan Jumlah

Glukosa 100 gram


Ekstrak ragi 8,5 gram
NH4Cl 1,32 gram
MgSO4 0,11
CaCl2 0,06 gram
Anti busa 0,2 gram
Air (digenapkan) 1 liter

NA – TK UNJANI 49
4.2.1 Sterilisasi
Setelah dipilih media pertumbuhan yang sesuai, dimasukkan kedalam wadah.
Jika wadah berupa tabung atau labu ditutup dengan bahan yang dapat
mempertukarkan gas dari dalam wadah ke luar seperti kapas, plastik busa, tutup
berskrup, tutup logam atau alumunium foil. Media kemudian disterilisasi untuk
mematikan mikroorganisme dalam wadah. Sterilisasi umumnya dilakukan dengan cara
pemanasan pada 121 °C selama 15 – 20 menit.

4.2.2 Inokulasi
Inokulasi adalah penanaman bibit ke dalam medium yang telah disterilisasi. Bibit
dimasukkan menggunakan kawat logam yang telah disterilkan dengan cara dibakar.
Jika bibit berasal dari larutan, penanaman dilakuan menggunakan pipet yang telah
disterilkan. Inokulasi biasanya dilakukan dalam untuk menjaga kesterilan.

4.3 Produksi Penisilin


Produksi penisilin merupakan salah satu contoh budidaya mikroorganisme
dari skala laboratorium ke skala industri yang sangat sukses dan menguntungkan.
Antara tahun 1941 dan 1945, produksi penisilin di Amerika meningkat dari hampir
tidak ada menjadi 650 miliar unit per bulan, dan biaya turun dari $ 20 per 100.000
unit menjadi sekitar 60 sen (Sturchio, 1988). Hasil penisilin juga meningkat sekitar
seribu kali, yang disebabkan oleh (Pelczar dan Reid, 1972):
1. perbaikan komposisi medium, ekstrak jagung sebagai promotor pertumbuhan,
substitusi glukosa dengan laktosa, dan penambahan asam phenil asetat.
2. pengembangan teknik biakan tersuspensi.
3. produksi mutan strain Penicillium chrysognum menggunakan radiasi sinar-X dan
sinar ultraviolet.
4. pengembangan teknik pemurnian.

Perolehan pada produksi penisilin telah dapat ditingkatkan dengan cara memilih
mutan unggul, perbaikan medium dan teknik fermentasinya. Langkah-langkah utama
dalam produksi penisilin adalah sebagai berikut (Queener dan Swartz, 1979):
1. Persiapan dan sterilisasi media
Media khusus terdiri dari ekstrak bubur jagung (4–5% berat kering); penambahan
sumber nitrogen tambahan seperti ekstrak kedelai, ekstrak ragi, air dadih,
penambahan sumber karbon seperti laktosa, dan berbagai buffer.
2. Inokulasi
Spora yang diliofilisasi ditumbuhkan pada media agar miring, yang diinokulasi ke
labu kocok, dilanjutkan dengan pembibitan yang dilakukan dengan cara memperbesar

NA – TK UNJANI 50
volume media sampai ukuran fermentor. Peningkatan volume bibit dilakukan adalah
untuk memperpendek waktu yang diperlukan mendapat inokulum yang cukup besar.

3. Pengembangbiakan
Pengembangbiakan secara dilangsungkan dalam fermentor tangki
berpengaduk. Glukosa dan sumber nitrogen ditambahkan secara bertahan selama
pembiakan berlangsung. Fermentor biasanya berukuran 40.000–200.000 liter. Oksigen
dialirkan dengan cara menyemprotkan udara dengan laju 0,5–1,0 kali volume udara
per volume larutan per menit. Daya yang diperlukan untuk menyemprotkan udara dan
mengaduk adalah sekitar 1–4 watt per liter. Keasaman biakan dipertahankan 6,5.
Dalam fermentasi penisilin tertentu, sebagian besar massa sel dihasilkan selama
40 jam pertama. Penisilin mulai diproduksi pada fase pertumbuhan eksponensial dan
terus diproduksi hingga mencapai fase stasioner. Pertumbuhan harus dilanjutkan pada
laju minimum tertentu untuk mempertahankan produksivitas penisilin yang tinggi. Hal
inilah yang menyebabkan mengapa glukosa dan nitrogen ditambahkan terus menerus
selama fermentasi bukan ditambahkan seluruhnya di awal.

4. Pengolahan hilir
Setelah pemisahan miselium jamur, penisilin dipisahkan dari campuran dengan cara
ekstraksi kontinyu berlawanan arah dua tahap menggunakan butil asetat.

4.4 Pengukuran Laju Pembiakan Sel


Pada beberapa sistem biologi, pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan
massa seluruh komponen kimia dalam sel. Peningkatan massa mungkin tidak
sepenuhnya mencerminkan pertumbuhan karena bisa saja hanya terjadi peningkatan
produk seperti glikogen atau poli--hidroksi butirat. Pertumbuhan yang seimbang
didefinisikan sebagai pertumbuhan dengan penggandaan yang disertai dengan
penggandaan seluruh besaran sel yang dapat diukur seperti protein, DNA, RNA, dan
cairan sel. Dengan kata lain biakan yang sedang mengalami pertumbuhan seimbang
mempertahankan komposisi kimiawi. Dalam media yang memadai yang sesuai, bakteri
dapat tumbuh seimbang.

4.4.1 Perhitungan Jumlah Sel


Jumlah sel dalam populasi dapat ditentukan menggunakan mikroskop dengan
cara menghitung jumlah sel yang menempati volume tertentu. Terdapat dua jenis
ruang hitung yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah sel dalam sampel cairan
yaitu untuk menghitung mikroorganisme yang ukuran  3 m dan
untuk menghitung bakteri. Kedua ruang hitung tersebut
berupa kaca objek berisi kotak-kotak pada permukaan kaca objek yang volumenya

NA – TK UNJANI 51
diketahui dengan pasti. Suspensi sel yang akan dihitung diteteskan pada pada kaca
objek kemudian dihitung dibawah mikroskop. Jika susensi terlalu kental, dapat
diencerkan. Perhitungan secara langsung tersebut memiliki beberapa keunggulan
yaitu:
1. kebutuhan alat, minimal
2. hasil dapat diperoleh secara cepat,
3. karakteristik morfologi mikroorganisme dapat teramati.

Sedangkan kelemahannya adalah:


1. sel yang mati biasanya sulit dibedakan dari sel hidup,
2. tidak cocok untuk suspensi konsentrasi rendah,
3. sel yang kecil sulit dilihat di bawah mikroskop dan dapat tidak terhitung,
4. melelahkan mata,
5. tidak cocok untuk sel yang sangat berfluktuatif seperti miselium.

Piring Penghitung Sel Hidup


Sel yang hidup didefinisikan sebagai sel yang mampu membelah dan membentuk
koloni. Terdapat dua cara menggunakankan piring–hitung yaitu
dan . Pada metode penyebaran; 0,1 mL sampel biakan disebar di
permukaan agar. Pada metode penuangan, sampel dicampur dengan agar meleleh dan
dituangkan ke piring steril. Piring tersebut kemudian diinkubasi sampai koloni muncul
kemudian jumlah koloni dihitung. Perlu diperhatikan bahwa jumlah koloni yang
berkembang di piring harus tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Untuk mendapatkan
jumlah yang tepat dari sel per satuan volume, sampel harus diencerkan. Untuk
pengenceran yang lebih besar, biasa dilakukan teknik pengenceran serial. Misalnya,
untuk membuat 1/106 pengenceran, tiga berturut-turut 1/100 pengenceran atau
enam berturut-turut 1/10 pengenceran dapat dibuat.

Coulter Counter
Untuk menghindari kebosanan penghitungan menggunakan mikroskop secara
langsung dapat digunakan . Dengan menggunakan teknik ini, tidak
hanya jumlah sel, tetapi ukuran sel dapat diukur. Kelemahan dari teknik ini adalah
tidak bisa membedakan sel dan partikel pengotor. Teknik ini juga sulit untuk
digunakan untuk mikroorganisme dalam rantai dan tidak cocok perhitungan miselium.

4.4.2 Pengukuran Massa Sel


4.4.2.1 Berat Sel Kering
Berat sel kering dapat diukur secara langsung dengan mengambil dari
suspensi sel kemudian mensentrifugasinya. Setelah supernatan dipisahkan, sel dicuci

NA – TK UNJANI 52
dengan air suling untuk memisahkan semua bahan terlarut. Hasil pencucian
disentrifugasi ulang dan sel dikeringkan dalam oven kemudian ditimbang. Ini adalah
pendekatan yang paling langsung untuk pengukuran kuantitatif dari massa sel dan
mungkin yang paling dapat diandalkan dan diulang. Namun, penentuan tersebut
memakan waktu dan relatif tidak sensitif terhadap perubahan kecil dari massa sel.
Teknik ini hanya dapat digunakan dengan suspensi sel padat, dan sel-sel harus dicuci
benar-benar bebas dari semua bahan asing.

4.4.2.2 Kekeruhan
Massa sel dapat diukur secara optik dengan menentukan jumlah cahaya
tersebar dengan suspensi sel. Teknik ini didasarkan pada kenyataan bahwa partikel
kecil menghamburkan cahaya yang proporsional terhadap konsentrasi. Ketika seberkas
cahaya dilewatkan melalui suspensi mikroorganisme, pengurangan intensitas cahaya
yang ditransmisikan akibat hamburan menunjukkan kepekatan sel. Pengukuran
tersebut dilakukan menggunakan spektrofotometer yang mengukur absorbansi (A).
Absorbansi didefinisikan sebagai logaritma dari rasio intensitas cahaya di suspensi (Io)
dengan yang ditransmisikan oleh suspensi (I):

( ) (4.1)

Pengukuran kekeruhan memerlukan kurva kalibrasi yang dapat diperoleh dengan


cara mengukur absorbansi sampel pada berbagai konsentrasi sel yang diketahui.
Pengukuran biasanya dilakukan pada panjang gelombang 600 – 700 nm.

NA – TK UNJANI 53

Anda mungkin juga menyukai