Anda di halaman 1dari 29

SYSTEM PLANNING

Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

BAB V
RENCANA OPERASI

5.1. PERSEDIAAN AIR DAN KEBUTUHAN AIR

5.1.1. DEBIT ANDALAN


Debit Andalan untuk satu bulan adalah debit dengan kemungkinan terpenuhi 80 %
atau tidak terpenuhi 20 % pada bulan bersangkutan. Debit Andalan digunakan
untuk mengetahui sejauh mana ketersediaan air irigasi bisa terpenuhi.

Debit Andalan bisa diperoleh dengan dua cara yaitu :


1. Data Debit Sungai yang masuk intake dan yang melimpas mercu bendung tiap
harinya dihitung keandalannya 80 %.
2. Apabila data debit sungai tidak diketemukan, maka perhitungan analisa hujan
½ bulanan Debit Andalan dilakukan dengan methode Mock.

Untuk debit andalan dengan methode Mock diuraikan seperti di bawah ini :

A. Metodologi Methode Mock


Prosedur ini diulangi untuk setiap curah hujan bulanan selama minimal 10
(sepuluh) tahun berturut-turut.
Pada metode Mock ini, untuk setiap bulannya, dihitung penyimpanan
kelembaban tanah (Soil Moisture Storage = SMS) pada akhir bulan. Jika SMS
akhir lebih besar dari kelembaban tanah (Soil Moisture Capacity = SMC),
maka akan ada kelebihan air (Water Surplus = WS). Dan jika SMS akhir
lebih kecil dari SMC, maka WS = 0.
Walaupun tidak terjadi kelebihan air (WS = 0), aliran langsung tetap dapat
terjadi akibat limpasan hujan lebat (storm run off).

Besarnya aliran dan penyimpanan air tanah (Ground Water Storage)


diperoleh dengan menghitung infiltrasi dari volume penyimpanan, dimana

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 1


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

faktor infiltrasi (i), resesi aliran tanah (k) dan aliran hujan lebat (PF)
ditentukan.

B. Kriteria Perhitungan dan Asumsi


1. Evapotranspirasi Terbatas (Et)
Evapotranspirasi terbatas (Et) dihitung dari evapotranspirasi potensial
metode Penman (Eto) dari Nedeco/Prosida.
Hubungan antara evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi
terbatas dihitung dengan rumus berikut :
Et = Eto - E
E = Eto x ( m/20 ) x (18 – n)
dimana :
m = persentase lahan yang tidak tertutup tanaman, ditaksir dari peta
tata guna tanah
m = 0  untuk lahan dengan hutan lebat
m = 0  untuk lahan dengan hutan sekunder pada akhir musim
hujan dan bertambah 10 % setiap bulan kering berikutnya
m = 10 – 40 %  untuk lahan yang tererosi
m = 30 – 50 %  untuk lahan pertanian yang diolah (misal : sawah,
ladang)

Dalam bulan kering (5 s/d 8 hari hujan dalam sebulan) faktor n dianggap
konstan, sementara dalam musim hujan (lebih dari 8 hari hujan dalam
sebulan) setelah musim kemarau, dianggap faktor ini berkurang 10 – 20
% per bulan.
n = jumlah hari hujan dalam sebulan

Evapotranspirasi terbatas akan semakin berkurang dari rata-rata


evapotranspirasi potensial selama musim kemarau dimana terjadi
kekurangan kelembaban tanah berturut-turut.

2. Keseimbangan Air di Permukaan Tanah


a. Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan
sebagai berikut:
s = P - Et
P = curah hujan

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 2


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

Et = evapotranspirasi terbatas
s = perbedaan jumlah curah hujan dan evapotranspirasi
terbatas
Bila harga s positif (P > Et), maka air akan masuk kedalam tanah
bila kapasitas kelembaban tanah belum terpenuhi, dan sebaliknya
akan melimpas bila kondisi tanah jenuh.
Bila harga s negatif (P < Et), sebagian air tanah akan keluar dan
terjadi kekurangan (defisit).

b. Perubahan kandungan air tanah (Soil Storage) tergantung dari


harga s.
Bila harga s negatif, maka kapasitas kelembaban tanah akan
berkurang dan bila harga s positif akan menambah kekurangan
kapasitas kelembaban tanah bulan sebelumnya.

c. Kapasitas kelembaban tanah (Soil Moisture Capacity)


Perkiraan kapasitas kelembaban tanah awal diperlukan pada saat
dimulainya simulasi, dan besarnya tergantung dari kondisi porositas
lapisan tanah atas daerah pengaliran.
Biasanya diambil 50 s/d 250 mm, yaitu kapasitas kandungan air
dalam tanah per m2. Jika porositas tanah lapisan atas tersebut
makin besar, maka kapasitas kelembaban tanah akan makin besar
pula.
Untuk kapasitas kelembaban tanah (Soil Moisture Capacity) di
daerah irigasi Pemali Hilir diambil 150 mm, dengan asumsi di
Daerah Aliran Sungai (DAS) daerah irigasi Pemali Hilir dengan
kondisi porositas lapisan tanahnya kecil sampai sedang.

3. Aliran dan Penyimpanan Air Tanah (Run Off and Groundwater Storage)
a. Koefisien Infiltrasi ( I )
Koefisien infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan
kemiringan daerah pengaliran.
Lahan yang porous misalnya pasir halus mempunyai infiltrasi lebih
tinggi dibandingkan tanah lempung berat. Sedangkan lahan yang
terjal, dimana air tidak sempat infiltrasi kedalam tanah, maka
koefisien infiltrasi akan kecil.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 3


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

Batasan koefisien infiltrasi adalah 0 – 1,0.

Di daerah aliran sungai (DAS) Bendung Notog berdasarkan


pengamatan kondisi tanahnya cukup porous karena mengandung
pasir dan daerahnya yang cukup terjal, maka untuk harga koefisien
infiltrasi (I) untuk di daerah aliran sungai (DAS) Bendung Notog
ditaksir sebesar 0,40.

b. Penyimpanan Air Tanah (Groundwater Storage)


Pada permulaan simulasi harus ditentukan penyimpanan awal
(initial storage) yang besarnya tergantung dari kondisi geologi
setempat dan waktu, sebagai contoh : dalam daerah pengaliran
kecil, dimana kondisi geologi lapisan bawah adalah tidak tembus air
dan mungkin tidak ada air di sungai pada musim kemarau, maka
penyimpanan air tanah menjadi nol.

Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bendung Notog berdasarkan


pengamatan untuk kondisi geologi lapisan bawah tidak begitu
porous dan sedikit tembus air karena mengandung sedikit pasir,
dimana pada musim kemarau tidak ada air di sungai.
Maka untuk permulaan simulasi penyimpanan awal (initial storage)
di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bendung Notog diambil sebesar
150 mm.

Rumus yang digunakan :


Vn = k . Vn – 1 + ½ (1 + k) . In
dimana :
Vn = volume air tanah
k = qt / qo = faktor resesi aliran air tanah
qt = aliran air tanah pada waktu t (bulan ke-t)
qo = aliran air tanah pada awal (bulan ke-0)
In = koefisien infiltrasi bulan ke-n

 Vn = Vn - Vn - 1
 Vn = perubahan volume aliran air tanah
Vn = volume air tanah bulan ke-n
Vn – 1= volume air tanah bulan ke-(n-1)

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 4


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

Faktor resesi aliran air tanah (k) adalah 0 – 1,0.


Harga k yang tinggi akan memberikan resesi yang lambat seperti
pada kondisi geologi lapisan bawah yang sangat lulus air
(permeable).
Pemilihan parameter penyimpanan awal, I dan k harus hati-hati.

c. Aliran (Run off)


Aliran dasar : infiltrasi dikurangi perubahan
volume aliran air dalam tanah
Aliran permukaan (langsung) : kelebihan air (water surplus) -
infiltrasi
Aliran : aliran dasar + aliran langsung
Debit andalan : aliran sungai dinyatakan dalam
m3/bulan

4. Aliran Hujan Lebat (Storm Run Off)


Selama bulan-bulan kering, dimana intensitas curah hujan melampaui
harga infiltrasi tanah, sejumlah kecil debit aliran air dalam tanah dapat
terjadi akibat hujan lebat pada bulan basah sebelumnya.
Debit aliran ini adalah beberapa persen dari curah hujan (P) sebelum
dikurangi evapotranspirasi terbatas (Et) dan akan terlihat pada debit
aliran langsung (Direct Run Off).

Perhitungan debit andalan DI. Pemali Hilir dapat dilihat pada lampiran.

5.1.2. KEBUTUHAN AIR


Kebutuhan air adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh
secara normal. Untuk tumbuh secara normal tersebut menyangkut kebutuhan
untuk pembasahan tanah, pengolahan tanah, pertumbuhan tanaman dan
pematangan butir. Disamping dipengaruhi pula oleh jenis tanaman, periode
pertumbuhan, sifat tanah, keadaan iklim dan keadaan topografi.

Maksud dan tujuan dari perhitungan angka kebutuhan air untuk irigasi adalah :
- Menentukan pola tanam, rencana tanam dan intensitas tanam.
- Menentukan dimensi saluran pembawa dan bangunan pengambilannya.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 5


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

Sedangkan kebutuhan air untuk irigasi tergantung pada besarnya kebutuhan air
untuk pengolahan tanah dan penjenuhan, nilai consumtive use (kebutuhan masa
pertumbuhan), perkolasi, genangan hujan effective dan besarnya kehilangan air
selama penyaluran (effisiensi irigasi). Untuk tanaman palawija masih harus
tergantung dari faktor tampungan air hujan yang tergantung dari jenis tanamannya
dan dalamnya akar.

Secara garis besar kebutuhan air irigasi ditentukan oleh faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Penyiapan Lahan.
b. Penggunaan consumtive.
c. Perkolasi.
d. Penggantian lapisan air (untuk padi)
e. Curah hujan effective.
f. Effisiensi Irigasi.

a. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan.


Besarnya kebutuhan air untuk pengolahan tanah tergantung dari besar
penjenuhan tanah, lama pengolahan tanah, evaporasi dan perkolasi.
Menurut PSA 010, kebutuhan air untuk penjenuhan tanah sebagai berikut :
1. Tanaman Padi
 Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penyiapan
lahan.Dalam perhitungan ini adalah 30 hari.
 Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan dan penjenuhan
dalam perhitungan ini adalah 250 mm untuk sawah yang
mengalami bero lebih dari 2,5 bulan dan 200 mm untuk sawah
tanpa bero. Dan tambahan air sebanyak 50 mm/hari untuk masa
transplantasi.
2. Tanaman Palawija
 Lamanya waktu penyiapan lahan adalah 15 hari, baik untuk
tanaman tembakau, tebu, jagung maupun kedelai.
 Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan dan penjenuhan
adalah sebagai berikut :
> Jagung dan Kedelai = 50 mm/15 hari
> Bawang = 50 mm/15 hari

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 6


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

Rumus kebutuhan air untuk pengolahan lahan sebagai berikut :


M . ek M.T
Lp = dan k =
e –1
k
S
Dimana :
Lp : Satuan kebutuhan air untuk pengolahan tanah, (mm/hari).
M : Kebutuhan tertinggi, Evaporasi + Perkolasi (Eo + P), (mm/hari).
T : Lama waktu pengolahan tanah, dari pengaliran pertama sampai
dengan menanam (hari).
S : Jumlah kebutuhan air untuk penjenuhan tanah dan penyetabilan
lapisan air (mm).
e : Bilangan logaritma alam = 2,71.

Untuk memudahkan perhitungan besarnya angka pengolahan tanah


digunakan tabel yang dibuat oleh Van de Goor dan Zylstra (1968), sehingga
diketahui besarnya angka Eo + P dalam mm/hari. Untuk lebih jelasnya dapat
diperiksa pada Tabel 5.1. Tabel Zylstra berikut ini :

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 7


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 8


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

b. Kebutuhan Air Untuk Pertumbuhan (Nilai Consumtive Use).


Kebutuhan air untuk tanaman berbeda-beda tergantung dari jenis dan varitas
tanaman, periode pertumbuhan, disamping faktor-faktor jenis dan sifat tanah,
iklim, topografi dan luas areal tanaman.

Untuk menghitung nilai consumtive use dipakai methode Penman dengan


pendekatan NEDECO / PROSIDA dan FAO. Jadi nilai Consumtive Use
(Evapotranspirasi) dihitung dengan mempertimbangkan faktor-faktor
meteorologi sebagai berikut :
a. Data Temperatur rata-rata (  C )
b. Data Kelembaban relatif rata-rata (%)
c. Data Kecepatan angin
Data kecepatan angin yang ada adalah kecepatan angin dalam knots dan
bertiup 0,50 m di atas tanah. Sedangkan yang dibutuhkan adalah dalam
m/dt dan bertiup + 2,00 m di atas tanah. Untuk itu dapat diubah dengan
ketentuan sebagai berikut : 1 knots = 0,515 m/dt dan dikalikan dengan
1,22 (angka konversi untuk ketinggian dari 0,50 m ke 2,00 m).
d. Data Lamanya penyinaran matahari
e. Data Letak lintang dari lokasi (utara atau selatan)

Evapotranspirasi tanaman yang dijadikan acuan adalah rerumputan pendek


(albedo = 0,25). Evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan rumus-
rumus teoritis empiris dan memperhatikan faktor-faktor meteorologi tersebut
diatas. Hitungan (Eto) dibuat secara bulanan dengan menggunakan metode
PENMAN MODIFIKASI, mengikuti metode yang direkomendasikan oleh
NEDECO/PROSIDA seperti diuraikan di dalam PSA-010 : Crop Water
Requirement, Bina Program, Dirjen Pengairan, 1985.

Rumus Evapotranspirasi PENMAN MODIFIKASI :


Eto = L-1 x 1 (Hshne - H1one) +  Eq
+ +
“radiation term” “aerodynamic term”

Keterangan :
Eto = Index evaporasi yang besarnya sama dengan evapotranspirasi
potensial dari rumput yang dipotong pendek (mm/hari)
Hshne = Jaringan radiasi gelombang pendek (longleys/day)

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 9


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

H1one = Jaringan radiasi gelombang panjang (longleys/day)


Eq = Evaporasi yang dihitung dari persamaan aerodynamic dimana
temperatur permukaan sama dengan temperatur udara
(mm/hari)
L = Panas latent dari penguapan (longleys/minute)
 = Kemiringan tekanan uap air jenuh yang berlawanan dengan
curve temperatur pada temperatur udara (mm Hg / C)
 = Konstanta pskyrometris (faktor tak berdimensi) yang
didefinisikan oleh Bowen (0,49 mmHg / C)

Catatan : 1 longleys/day = 1 Cal/cm2.Hari


Harga-harga ( L-1) dan ( + ) dapat dicari dengan Tabel 5.2.
Bila data radiasi tidak tersedia, maka jaringan radiasi gelombang panjang
dihitung dengan persamaan :
H1one = 0,97  Tai4 x (0,47 – 0,077 ed) x { 1 – 8/10 (1– r)}
= f (Tai) x f (Tdp) x f(m)
Keterangan :
H1one = 0,97  Tai4 = Efek dari temperatur radiasi gelombang
panjang, harga lihat pada Tabel 5.2.
(0,47 – 0,077 ed) = f (Tdp)
= Efek dari tekanan uap pada radiasi
gelombang panjang
Harga seperti ditunjukkan dalam Tabel 5.3.
m = 8 (1 – r)
Jadi :
{ 1 - 8 (1-r) } = 1 – m/10 = f (m)
10
=Efek dari angka nyata dan jam penyinaran
matahari terang maksimum pada radiasi
gelombang panjang
r = Lama penyinaran sinar matahari relatif
Sedangkan jaringan irigasi gelombang pendek dihitung dengan persamaan :
Hshne = (1 - ) (0,29 cos  + 0,52 r x 10-2) Ra
= {0,75 (0,29 cos  + 0,52 r x 10-2) } x aHsh x 10-2
= { ash x f(r) } x aHsh x 10-2
Keterangan :

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 10


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

 = albedo/koefisien refleksi, tergantung pada lapisan permukaan


yang ada, untuk rumput = 0,25
 = derajad lintang (Utara dan Selatan)
r = lama penyinaran sinar matahari relatif
Ra = aHsh x 10-2
= radiasi gelombang pendek maksimum secara teori
(longleys/day) lihat Tabel 5.5.
ash x f(r) = lihat Tabel 5.6.
Besarnya Eq (evaporasi) dihitung dengan rumus berikut :
Eq = 0,35 (0,50 + 0,54 2) x (ea – ed)
= f (2) x ( Pzwa ]sa - Pzwa )
Keterangan :
2 = Kecepatan angin pada ketinggian 0,50 m diatas tanah (m/det)
Harga x f(2) dapat diperiksa pada Tabel 5.4.
ea = Tekanan uap jenuh
= Pzwa ] sa (mmHg), lihat Tabel 5.2.
ed = Tekanan uap yang terjadi
= Pzwa (mmHg), lihat Tabel 5.3.
Jadi dari data kecepatan angin pada ketinggian 0,50 m tersebut diperoleh
harga  x Eq

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 11


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 12


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 13


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 14


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

Setelah semua besaran diketahui harganya, maka dapat dihitung besarnya Eto
dan hasilnya tersaji pada Lampiran.

Dengan perhitungan methode modifikasi Penman, maka harga Evapotranspirasi


(Eo) dapat ditentukan. Sedangkan untuk memperoleh nilai Consumtive Use, nilai
Evapotranspirasi tersebut dikalikan dengan koefisien tanaman yang dipakai.
Berdasar KP.01, Nilai Koefisien Tanaman dapat dilihat pada Tabel 5.7. Koefisien
Tanaman Padi dan Tabel 5.8. Koefisien Tanaman Palawija Metode F A O.

Tabel 5.7. Koefisien Tanaman Padi.

Nedeco / Prosida F.A.O


Bulan
Tradisional HYV Tradisional HYV
0,5 1,20 1,20 1,10 1,10
1,0 1,20 1,27 1,10 1,10
1,5 1,32 1,33 1,10 1,05
2,0 1,40 1,30 1,10 1,05
2,5 1,35 1,15 1,05 0,95
3,0 1,24 0,00 1,05 0,00
3,5 1,12 0,95
4,0 0,00 0,00
Sumber : Buku Kriteria Perencanaan Irigasi (KP) 01

Tabel. 5.8. Koefisien Tanaman Palawija Metode F A O

Periode
½ Bulanan Ke -
Jenis Tanaman Pertumbuhan
(hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kacang, kedelai 85 0,50 0,75 1,00 1,00 0,82 0,45
Jagung 80 0,50 0,59 0,96 1,05 1,02 0,95
Kacang Tanah 130 0,50 0,51 0,66 0,85 0,95 0,95 0,95 0,55 0,55
Bawang 70 0,50 0,51 0,69 0,90 0,95
Buncis 75 0,50 0,64 0,89 0,95 0,88
Kapas 195 0,50 0,50 0,58 0,75 0,91 1,04 1,05 1,05 1,05 0,78 0,65 0,65 0,65
Sumber : Buku Kriteria Perencanaan Irigasi (KP) 01

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 15


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

c. Perkolasi.

Yang dimaksud dengan Perkolasi adalah kehilangan air dalam petak sawah
baik yang meresap ke bawah maupun ke samping. Besarnya perkolasi
dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah baik tekstur
maupun struktur tanah. Dari pedoman PSA OW direkomendasikan nilai
perkolasi seperti pada Tabel. 5.9. Nilai Perkolasi.

Tabel. 5.9. Nilai Perkolasi

Tekstur / Struktur Tanah Perkolasi (mm/hari)


Tanah datar 1
Lahan dengan i 75 % 2,5
Tanah bertekstur berat (lempung) 1–2
Tanah bertekstur sedang (lempung kepasiran) 2–3
Tanah bertekstur ringan (kepasiran) 3–6

Daerah Irigasi Pemali Hilir jenis tanah bertekstur sedang dengan karakteristik
pengolahan tanah baik, untuk itu nilai perkolasi diambil 2,0 mm/hari.

d. Hujan Effective

Dari masing-masing data curah hujan tersebut di atas dicari hujan 1/5 kering
dengan rumus :

Xt = X + R (n-1)

Dimana : Xt = Hujan 1/5 kering


X = Curah hujan rata-rata bulanan (mm)
R = Faktor frekwensi, (untuk 20% kering = - 0,842)
(n-1) = Standart deviasi

Curah hujan effective untuk tanaman padi di dapat dengan pedoman


PSA.010, untuk pengambilan dari bendung atau intake direkomendasikan
sebagai berikut :

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 16


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

 70 % dari hujan bulanan dengan 20 % kering, selama 30 hari. Terbagi


dalam 15 hari pertama sebesar 70 % dan 15 hari kedua sebesar 70 %.
 40 % dari hujan bulanan dengan 20 % kering, selama masa pertumbuhan
dengan 40 % pada saat pertumbuhan terakhir (masa panen).

Untuk mengetahui curah hujan effektif untuk tanaman palawija maka data
hujan yang dibutuhkan adalah curah hujan rata-rata bulanan serta ET Crop.
Dengan menggunakan tabel A.27 pada KP.01 maka curah hujan effektif
untuk palawija dapat dicari.

Faktor hujan untuk suatu daerah irigasi besarnya tergantung selain hujan
setengah bulan 20 % kering, juga sistem irigasi dan pola tanam serta tata
tanam daerah irigasi yang bersangkutan. Faktor hujan untuk tanaman padi
dapat dilihat pada Tabel. 5.10. Koefisien Curah Hujan Effektif Untuk Tanaman
Padi

Tabel 5.10. Koefisien Curah Hujan Effektif Untuk Tanaman Padi

Bulan ke 1 Gol 2 Gol 3 Gol 4 Gol 5 Gol 6 Gol

0,5 0,70 0,18 0,12 0,09 0,07 0,06


1,0 0,70 0,53 0,35 0,26 0,21 0,18
1,5 0,40 0,55 0,48 0,36 0,29 0,21
2,0 0,40 0,40 0,50 0,46 0,37 0,31
2,5 0,40 0,40 0,40 0,48 0,45 0,37
3,0 0,40 0,40 0,40 0,40 0,46 0,44
3,5 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40 0,45
4,0 0,40 0,20 0,27 0,30 0,32 0,33
4,5 0,13 0,20 0,21 0,27
5,0 0,10 0,16 0,20
5,5 0,08 0,13
6,0 0,07

e. Penggantian Lapisan Air .


Penggantian air ini diperlukan untuk pemberian pupuk yang terjadi
pengurangan air pada petak sawah sebelum pemberian pupuk. Besarnya 50
mm selama ½ bulan pada bulan ke-1 dan ke-2.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 17


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

f. Effisiensi Irigasi.

Besarnya kehilangan air pada jaringan irigasi diperkirakan sebagai berikut :


 Jika debit air yang melalui intake bendung adalah Q1 l/dt, maka
kehilangan air pada jaringan primer = 5 % x Q1.
 Jika debit air yang melalui sadap primer adalah Q2 lt/dt, maka
kehilangan air pada jaringan sekunder = 10 % x Q2.
 Jika debit air pada jaringan tersier adalah Q3 l/dt, maka kehilangan air
pada jaringan tersier = 13 % x Q3.

Hal ini berarti debit rencana yang diperlukan untuk masing-masing jaringan
sebesar :
 Jaringan Tersier (C) = 1,25 x (B)
 Jaringan Sekunder (D) = 1,15 x (C)
 Jaringan Primer (E) = 1,10 x (D)

Jika : (B) = Kebutuhan air dari tanaman (l/dt).


= 0,116 x (A) l/dt.
Dimana (A) = Kebutuhan air tanaman dengan satuan
mm/hari.

Dengan uraian di atas, maka effisiensi untuk irigasi adalah sebagai berikut :
 Untuk jaringan Primer = 90 %
 Untuk jaringan Sekunder = 85 %
 Untuk jaringan Tersier = 75 %

Total effisiensi adalah = 90 % x 85% x 75 % = 60 %.

Dari hasil perhitungan diperoleh angka kebutuhan air Daerah Irigasi Pemali Hilir
dapat dilihat pada Tabel 5.11. Angka Kebutuhan Air Daerah Irigasi Pemali Hilir

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 18


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

Tabel 5.11. Angka Kebutuhan Air Daerah Irigasi Pemali Hilir

No Saluran Kebutuhan air


1. Sawah 0,88 ltr/dt/ha
2. Tersier 1,10 ltr/dt/ha
3. Sekunder 1,26 ltr/dt/ha
4. Primer 1,39 ltr/dt/ha

Sumber : Perhitungan Konsultan Perencana PT. Maxitech Utama


Indonesia, tahun 2010, data hujan diperoleh dari Dinas
Pengairan ESDM Kab. Brebes dan data klimatologi
diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika
Kabupaten Tegal.

Perhitungan Angka Kebutuhan Air secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran.

5.2. PERSEDIAAN AIR DAN KEBUTUHAN

5.2.1. POLA DAN KALENDER TANAM YANG ADA


a. Menurut Studi Terdahulu
Pola Tanam hasil perencanaan studi terdahulu (yang direncanakan oleh CV.
PUTERA, pada tahun 1988/1989) yaitu Pola Tanam Padi – Tebu – Palawija.
Susunan Golongan menjadi 6 golongan sebagai berikut :
1. Golongan I = petak sawah golongan A, S genap dan blok II
2. Golongan II = serata petak sawah golongan F, sadon ganjil
3. Golongan III = petak sawah B
4. Golongan IV = petak sawah C
5. Golongan V = petak sawah D
6. Golongan VI = petak sawah E

Waktu tanamnya adlah sebagai berikut :


a. Waktu tanam padi ditetapkan dalam 1 (satu) musim yaitu tanam padi
rendeng, musim tanam rendeng / penghujan berlaku bulan Desember –
Mei dengan tutup tanam bulan Februari.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 19


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

b. Musim tanam polowijo I mulai bulan Oktober – Desember dengan tutup


tanam bulan November.
c. Musim tanam polowijo II mulai bulan Desember – April dengan tutup
tanam bulan Januari.

Waktu tanam tebu ditetapkan selama 16 bulan yaitu pengolahan tanah


sampai tanam, pemeliharaan sampai penebangan. Saat pengolahan tanah
dan penanaman mulai bulan Mei – Agustus diharapkan tutup tanam max. (3 –
4) bulan.

Saat pemeliharaan tebu muda 5 bulan (Juli – Desember). Saat pemeliharaan


tebu tua (got – got) pembuang mulai Januari – Juli selama 7 bulan. Saat
penebangan mulai bulan Agustus – September.

b. Pola Tanam Menurut SK. Bupati


Pola Tanam yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Brebes yaitu Pola
Tanam Padi – Tebu – Palawija. Untuk DI. Pemali Hilir arealnya dibelah oleh
Kali Pemali menjadi 2 (dua) yaitu Pemali Kiri dan Pemali Kanan. Sistem
pembagian air pada tiap daerah irigasi diatur sesuai dengan petak sawah
golongan.
a). Petak sawah golongan I (satu) adalah seluruh areal sawah Pemali
Bawah I Bagian Timur, terdiri dari saluran sekunder Kendawa ditamah
sebagian sawah Saluran Sekunder Pemali Kanan Cs. dengan luas areal
seluruhnya = 7.788 Ha.
b). Petak sawah golongan II (dua) adalah seluruh areal sawah Pemali
Bawah II Bagian Barat, terdiri dari sebagian saluran sekunder
Pulogading Cs. ditambah sebagian sawah saluran sekunder Cimohong
Cs. dengan luas areal seluruhnya menjadi = 8.333 Ha.
c). Petak sawah golongan III (tiga) adalah seluruh areal sawah Pemali
Bawah III Bagian Tengah, terdiri dari sebagian saluran sekunder
Sawojajar Cs ditambah sebagian sawah saluran sekunder Pemali Kiri Cs
dengan luas areal seluruhnya menjadi = 9.049 Ha.

Musim Tanam I (MT. I) untuk tanam padi, tebu dan palawija :


1. Petak sawah Golongan I, mendapat air mulai tanggal 1 Oktober dengan
luas areal yang diairi = 7.386 Ha

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 20


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

2. Petak sawah Golongan II, mendapat air mulai tanggal 16 Oktober dengan
luas areal yang diairi = 7.345 Ha
3. Petak sawah Golongan III, mendapat air mulai tanggal 1 November
dengan luas areal yang diairi = 5.779 Ha
Jumlah seluruh areal yang diairi = 20.510 ha dan Bero = 4.660 Ha.

Musim Tanam II (MT. II) untuk tanam padi, tebu dan palawija :
1. Petak sawah Golongan I, mendapat air mulai tanggal 16 Desember
dengan luas areal yang diairi = 7.478 Ha
2. Petak sawah Golongan II, mendapat air mulai tanggal 1 Januari dengan
luas areal yang diairi = 8.705 Ha
3. Petak sawah Golongan III, mendapat air mulai tanggal 16 Januari dengan
luas areal yang diairi = 7.980 Ha
Jumlah seluruh areal yang diairi = 24.163 ha dan Bero = 1.007 Ha.

Musim Tanam III (MT. III) untuk tanam padi, tebu dan palawija :
1. Petak sawah Golongan I, mendapat air mulai tanggal 1 Maret dengan
luas areal yang diairi = 6.478 Ha
2. Petak sawah Golongan II, mendapat air mulai tanggal 16 Mei dengan
luas areal yang diairi = 6.618 Ha
3. Petak sawah Golongan III, mendapat air mulai tanggal 1 Juni dengan
luas areal yang diairi = 5.298 Ha
Jumlah seluruh areal yang diairi = 18.394 ha dan Bero = 6.776 Ha.

5.2.2. USULAN PENYEMPURNAAN RENCANA TATA TANAM


Berdasarkan evaluasi debit yang tersedia dan perhitungan kebutuhan air irigasi,
pola tanam yang berjalan selama ini sudah baik, maka Pola Tanam yang
direncanakan untuk Daerah Irigasi Pemali Hilir yaitu : Palawija – Padi - Palawija
dengan sistem pemberian air 3(tiga) golongan.
Dengan rencana Kalender Tanam / Waktu Tanam sebagai berikut :

Golongan 1 :
1. Musim Tanam I : Pengolahan tanah dimulai pada awal bulan Oktober selama
1
/2 bulan, pertumbuhan mulai pertengahan bulan Desember sampai
pertengahan bulan Januari.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 21


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

2. Musim Tanam II : Pengolahan tanah dimulai pada awal pertengahan bulan


Januari selama 1 bulan, pertumbuhan mulai pertengahan bulan Februari
sampai dengan akhir bulan Mei.
3. Musim Tanam III : Pengolahan tanah dimulai pada awal bulan Juni selama ½
bulan, pertumbuhan mulai pertengahan bulan Juni sampai dengan
pertengahan bulan September, dilanjutkan dengan pengeringan selama 15
hari.

Golongan 2 :
1. Musim Tanam I : Pengolahan tanah dimulai pada pertengahan bulan Oktober
selama ½ bulan, pertumbuhan mulai awal bulan November sampai dengan
pertengahan bulan Januari.
2. Musim Tanam II : Pengolahan tanah dimulai pada awal bulan Februari
selama 1 bulan, pertumbuhan mulai awal bulan Maret sampai dengan
pertengahan bulan Juni.
3. Musim Tanam III : Pengolahan tanah dimulai pada pertengahan bulan Juni
selama ½ bulan, pertumbuhan mulai awal bulan Juli sampai dengan akhir
bulan September, dilanjutkan dengan pengeringan selama 15 hari.

Golongan 3 :
1. Musim Tanam I : Pengolahan tanah dimulai pada awal bulan November
selama ½ bulan, pertumbuhan mulai pertengahan bulan November sampai
dengan pertengahan bulan Februari.
2. Musim Tanam II : Pengolahan tanah dimulai pada per bulan April selama 1
bulan, pertumbuhan mulai pertengahan bulan Maret sampai dengan akhir
bulan Juni.
3. Musim Tanam III : Pengolahan tanah dimulai pada awal bulan Juli selama ½
bulan, pertumbuhan mulai pertengahan bulan Juli sampai dengan
pertengahan bulan Oktober, dilanjutkan dengan pengeringan selama 15 hari.

Rencana Pola Tanam DI. Pemali Hilir dapat dilihat pada lampiran

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 22


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

5.2.3. DATA CURAH HUJAN DAN DATA DAS

Data Curah hujan diambil dalam kurun waktu 14 tahun (1996 – 2009) dari stasiun
hujan :
1. Notog (nomor sta. 25)
2. Brebes (nomor sta. 21)
3. Ketanggungan (nomor sta. 06)

Distribusi stasiun hujan pada daerah irigasi Pemali Hilir dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 5.12. Distribusi Hujan pada Daerah Irigasi Pemali Hilir

Luas Daerah Pengaruh Curah Hujan


Nomor
No. Nama Stasiun = 369,80 km2
stasiun
Luas (km2) Prosentase (%)
1. Notog 25 59,17 16,00
2. Brebes 21 177,50 48,00
3. Ketanggungan 06 133,13 36,00

Peta Stasiun hujan dan pembagian distribusinya terhadap Daerah Irigasi Pemali
Hilir dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 23


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

Gambar 5.1. Distribusi Hujan pada Daerah Irigasi Pemali Hilir

STA. BREBES

STA. KETANGGUNGAN
C

STA. NOTOG

Keterangan :
A = Sta. Notog 16 %
B = Sta. Ketanggungan 36 %
C = Sta. Brebes 48%

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 24


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

5.2.4. NERACA AIR (WATER BALANCE)

Perhitungan Neraca Air (Water Balance) yaitu perbandingan antara ketersediaan


air (debit andalan) dengan kebutuhan air pada suatu jaringan irigasi. Faktor K
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan padi yang baik minimal 70 % dikarenakan
angka tersebut perlu adanya penyaluran dengan sistem golongan.

Tabel Neraca Air dan Grafik Neraca Air dapat dilihat pada Lampiran Tabel. Neraca
Air Daerah Irigasi Pemali Hilir, Gambar Grafik Neraca Air Daerah Irigasi Pemali
Hilir

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 25


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

5.3. CARA OPERASI

5.3.1. SISTIM PENGUKURAN DAN PEMBAGIAN AIR YANG ADA


Sistem pengukuran dan pembagian air DI. Pemali Hilir saat ini menggunakan
sistem 3 golongan.

Pembagian air dilakukan secara 3 (tiga) golongan karena saat ini kondisi jaringan
masih banyak yang rusak (banyak bocoran dan sedimentasi yang tinggi), sehingga
tidak cukup bila dilakukan pembagian air 1 golongan.

Jaringan irigasi direncanakan untuk dioperasikan dengan anggapan bahwa air


disemua saluran, baik saluran Primer maupun di saluran Sekunder pada periode
sangat kekurangan air atau pada waktu banjir.
Sistem pembagian air yang ada di daerah irigasi Pemali Hilir menggunakan
metoda Faktor K (Ketersediaan / Keandalan), dimana faktor K merupakan
perbandingan antara besarnya debit yang tersedia dibagi dengan debit yang
dibutuhkan.

Rapat pembagian air yang diadakan oleh P3A dan Mantri Pengairan, untuk
mengajukan rencana tanam beserta kebutuhan airnya pada masing-masing petak
tersier, dan Mantri Pengairan akan menginformasikan prakiraan ketersediaan air.
Kemudian disepakati jatah air masing-masing petak tersier untuk rencana tanam
dalam jangka waktu ± setengah bulan mendatang.
Mekanisme pembagian air yang berlaku pada jaringan irigasi Pemali Kiri dapat
dilihat pada Gambar 5.3. di lampiran

Pada musim hujan, umumnya debit air di sungai cukup tersedia untuk mengairi
areal sawah yang direncanakan, sehingga pengoperasian jaringan tidak berubah.
Tetapi apabila keadaan debit sungai yang tersedia 35 % - 65 % dari debit yang
dibutuhkan, maka dilakukan penggiliran pembagian air.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 26


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

5.3.2. USULAN SISTIM PENGUKURAN DAN PEMBAGIAN AIR


Macam sistem pembagian air ada :
1. Sistem Golongan.
2. Sistem Giliran.

Berdasarkan hasil survey di lapangan serta berdasarkan data tentang pola dan
tata tanam petunjuk pelaksanaan untuk tanaman padi, palawija, hortikultura dan
tanaman perkebunan di Kabupaten Brebes yang ditertibkan oleh Pemerintah
Daerah setempat, serta berdasarkan pengamatan luas areal masing-masing
jaringan irigasi, maka untuk Daerah Irigasi Pemali Hilir diusulkan dengan sistem
pembagian air dengan 3 (tiga) golongan.

Hal ini berdasarkan pada :


- Luas areal cukup besar.
- Debit sungai yang tersedia terbatas (lihat grafik Water Balance yang
menunjukkan perbandingan antara debit yang tersedia dan debit yang
dibutuhkan).
- Kebiasaan cara / waktu tanam pada masing – masing daerah sudah
menunjukkan untuk 4 (empat) golongan.

Tindakan yang perlu ditingkatkan adalah perlunya Evaluasi dan Pemantauan


tentang pelaksanaan pembagian air pada setiap bangunan pemantau debit yang
ada. Sedangkan manfaat atau tujuan dari pemantauan ini adalah :
1. Mempermudah dan mempercepat pemantauan pemerataan pembagian air.
2. Mempercepat dan mempermudah kerja petugas lapangan dalam memonitor
perubahan yang terjadi.

Konsep dasar adalah membandingkan debit sebenarnya yang lewat suatu pintu
dengan debit rencana yang telah dihitung untuk suatu periode tertentu.
Perbandingan antara kedua debit ini untuk mengetahui Ratio Pelaksanaan
Pembagian Air (RPPA) atau dirumuskan sebagai berikut :

RPPA = Qu / Qd

Dimana :
Qu = Debit yang diukur pada waktu pengecekan
Qd = Debit rencana pembagian / diberikan

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 27


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

Untuk selanjutnya di dalam buku Operasi dan Pemeliharaan akan lebih dipertegas
tentang kegunaan dan fungsi Pemantauan dan Evaluasi pada setiap bangunan
pemantau debit yang ada (dapat mengukur debit), agar dapat dengan mudah bisa
mengestimasi kehilangan atau kerusakan pintu air / bangunan air. Dari hasil
pemantauan dan evaluasi tersebut diharapkan dapat dengan cepat dilakukan
tindakan – tindakan antisipasi atau pengambilan keputusan di dalam pembagian
air selanjutnya.

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 28


Engineering and Management Consultant
SYSTEM PLANNING
Detail Desain Rehabilitasi DI. Pemali Kiri (19.573 Ha)

Tabel. 5.14. Tahapan Pelaporan Blanko Operasi

Distribusi
No
No Judul Blanko Dinas
Blanko P3A Mantri BPSDA DPSDA
Pengairan
I. RENCANA TATA TANAM
T
1 01-O Rencana Luas Tanamam per Daerah Irigasi I X
X I
K
2 02-O Renc Tanam per Kemantren per Masa Tanam I X X
X X I
T
3 03-O Lamp. Kep. Komir mengenai RTT I X

II. PERHITUNGAN PEMBAGIAN AIR


½B
4 04-O Laporan Keadaan air dan tanaman pada I X X
Petak Tersier
½ B
5 05-O Rencana Kebutuhan air di Pintu Pengambilan I X
½ B
6 06-O Pencatatan debit saluran I X

7 07-O Renc. Kebutuhan Air di Jaringan Utama dan ½ B


Penetapan Pemberian Airnya I X
½ B
8 08-O Pencatatan debit sungai normal I X
½ B
9 09-O Perhitungan faktor K I X

III. PEMANTAUAN
½B
10 10-O Data Sungai Banjir I X X
½B
11 11-O Pencatatan Curah Hujan (mm) I X X
T
12 12-O Pencatatan Curah Hujan Tahunan I X
T
13 13-O Debit Sungai Tahunan (m3/dt) I X X
T
14 14-O Laporan Produksifitas dan Neraca Pembagian I X X
Air per Daerah Irigasi

15 15-O Realisasi Luas Tanam per Daerah Irigasi K


selama Masa Tanam I X

16 16-O Realisasi Luas Tanam Per Kabupaten K


Selama Setahun I X
Keterangan : B : Formulir yang dikirimkan tiap bulan
½B : Formulir yang dikirimkan tiap ½ bulan
T : Formulir yang dikirimkan tiap tahun
K : Formulir yang dikirimkan tiap sebelum masa tanam
I : Kantor atau organisasi yang mengisi blanko
X : Kantor atau organisasi yang menerima
: Formulir dikirimkan kepada
: Formulir dikirimkan kembali kepada

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA Bab V - 29


Engineering and Management Consultant

Anda mungkin juga menyukai