BAB V
RENCANA OPERASI
Untuk debit andalan dengan methode Mock diuraikan seperti di bawah ini :
faktor infiltrasi (i), resesi aliran tanah (k) dan aliran hujan lebat (PF)
ditentukan.
Dalam bulan kering (5 s/d 8 hari hujan dalam sebulan) faktor n dianggap
konstan, sementara dalam musim hujan (lebih dari 8 hari hujan dalam
sebulan) setelah musim kemarau, dianggap faktor ini berkurang 10 – 20
% per bulan.
n = jumlah hari hujan dalam sebulan
Et = evapotranspirasi terbatas
s = perbedaan jumlah curah hujan dan evapotranspirasi
terbatas
Bila harga s positif (P > Et), maka air akan masuk kedalam tanah
bila kapasitas kelembaban tanah belum terpenuhi, dan sebaliknya
akan melimpas bila kondisi tanah jenuh.
Bila harga s negatif (P < Et), sebagian air tanah akan keluar dan
terjadi kekurangan (defisit).
3. Aliran dan Penyimpanan Air Tanah (Run Off and Groundwater Storage)
a. Koefisien Infiltrasi ( I )
Koefisien infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan
kemiringan daerah pengaliran.
Lahan yang porous misalnya pasir halus mempunyai infiltrasi lebih
tinggi dibandingkan tanah lempung berat. Sedangkan lahan yang
terjal, dimana air tidak sempat infiltrasi kedalam tanah, maka
koefisien infiltrasi akan kecil.
Vn = Vn - Vn - 1
Vn = perubahan volume aliran air tanah
Vn = volume air tanah bulan ke-n
Vn – 1= volume air tanah bulan ke-(n-1)
Perhitungan debit andalan DI. Pemali Hilir dapat dilihat pada lampiran.
Maksud dan tujuan dari perhitungan angka kebutuhan air untuk irigasi adalah :
- Menentukan pola tanam, rencana tanam dan intensitas tanam.
- Menentukan dimensi saluran pembawa dan bangunan pengambilannya.
Sedangkan kebutuhan air untuk irigasi tergantung pada besarnya kebutuhan air
untuk pengolahan tanah dan penjenuhan, nilai consumtive use (kebutuhan masa
pertumbuhan), perkolasi, genangan hujan effective dan besarnya kehilangan air
selama penyaluran (effisiensi irigasi). Untuk tanaman palawija masih harus
tergantung dari faktor tampungan air hujan yang tergantung dari jenis tanamannya
dan dalamnya akar.
Secara garis besar kebutuhan air irigasi ditentukan oleh faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Penyiapan Lahan.
b. Penggunaan consumtive.
c. Perkolasi.
d. Penggantian lapisan air (untuk padi)
e. Curah hujan effective.
f. Effisiensi Irigasi.
Keterangan :
Eto = Index evaporasi yang besarnya sama dengan evapotranspirasi
potensial dari rumput yang dipotong pendek (mm/hari)
Hshne = Jaringan radiasi gelombang pendek (longleys/day)
Setelah semua besaran diketahui harganya, maka dapat dihitung besarnya Eto
dan hasilnya tersaji pada Lampiran.
Periode
½ Bulanan Ke -
Jenis Tanaman Pertumbuhan
(hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kacang, kedelai 85 0,50 0,75 1,00 1,00 0,82 0,45
Jagung 80 0,50 0,59 0,96 1,05 1,02 0,95
Kacang Tanah 130 0,50 0,51 0,66 0,85 0,95 0,95 0,95 0,55 0,55
Bawang 70 0,50 0,51 0,69 0,90 0,95
Buncis 75 0,50 0,64 0,89 0,95 0,88
Kapas 195 0,50 0,50 0,58 0,75 0,91 1,04 1,05 1,05 1,05 0,78 0,65 0,65 0,65
Sumber : Buku Kriteria Perencanaan Irigasi (KP) 01
c. Perkolasi.
Yang dimaksud dengan Perkolasi adalah kehilangan air dalam petak sawah
baik yang meresap ke bawah maupun ke samping. Besarnya perkolasi
dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah baik tekstur
maupun struktur tanah. Dari pedoman PSA OW direkomendasikan nilai
perkolasi seperti pada Tabel. 5.9. Nilai Perkolasi.
Daerah Irigasi Pemali Hilir jenis tanah bertekstur sedang dengan karakteristik
pengolahan tanah baik, untuk itu nilai perkolasi diambil 2,0 mm/hari.
d. Hujan Effective
Dari masing-masing data curah hujan tersebut di atas dicari hujan 1/5 kering
dengan rumus :
Xt = X + R (n-1)
Untuk mengetahui curah hujan effektif untuk tanaman palawija maka data
hujan yang dibutuhkan adalah curah hujan rata-rata bulanan serta ET Crop.
Dengan menggunakan tabel A.27 pada KP.01 maka curah hujan effektif
untuk palawija dapat dicari.
Faktor hujan untuk suatu daerah irigasi besarnya tergantung selain hujan
setengah bulan 20 % kering, juga sistem irigasi dan pola tanam serta tata
tanam daerah irigasi yang bersangkutan. Faktor hujan untuk tanaman padi
dapat dilihat pada Tabel. 5.10. Koefisien Curah Hujan Effektif Untuk Tanaman
Padi
f. Effisiensi Irigasi.
Hal ini berarti debit rencana yang diperlukan untuk masing-masing jaringan
sebesar :
Jaringan Tersier (C) = 1,25 x (B)
Jaringan Sekunder (D) = 1,15 x (C)
Jaringan Primer (E) = 1,10 x (D)
Dengan uraian di atas, maka effisiensi untuk irigasi adalah sebagai berikut :
Untuk jaringan Primer = 90 %
Untuk jaringan Sekunder = 85 %
Untuk jaringan Tersier = 75 %
Dari hasil perhitungan diperoleh angka kebutuhan air Daerah Irigasi Pemali Hilir
dapat dilihat pada Tabel 5.11. Angka Kebutuhan Air Daerah Irigasi Pemali Hilir
Perhitungan Angka Kebutuhan Air secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran.
2. Petak sawah Golongan II, mendapat air mulai tanggal 16 Oktober dengan
luas areal yang diairi = 7.345 Ha
3. Petak sawah Golongan III, mendapat air mulai tanggal 1 November
dengan luas areal yang diairi = 5.779 Ha
Jumlah seluruh areal yang diairi = 20.510 ha dan Bero = 4.660 Ha.
Musim Tanam II (MT. II) untuk tanam padi, tebu dan palawija :
1. Petak sawah Golongan I, mendapat air mulai tanggal 16 Desember
dengan luas areal yang diairi = 7.478 Ha
2. Petak sawah Golongan II, mendapat air mulai tanggal 1 Januari dengan
luas areal yang diairi = 8.705 Ha
3. Petak sawah Golongan III, mendapat air mulai tanggal 16 Januari dengan
luas areal yang diairi = 7.980 Ha
Jumlah seluruh areal yang diairi = 24.163 ha dan Bero = 1.007 Ha.
Musim Tanam III (MT. III) untuk tanam padi, tebu dan palawija :
1. Petak sawah Golongan I, mendapat air mulai tanggal 1 Maret dengan
luas areal yang diairi = 6.478 Ha
2. Petak sawah Golongan II, mendapat air mulai tanggal 16 Mei dengan
luas areal yang diairi = 6.618 Ha
3. Petak sawah Golongan III, mendapat air mulai tanggal 1 Juni dengan
luas areal yang diairi = 5.298 Ha
Jumlah seluruh areal yang diairi = 18.394 ha dan Bero = 6.776 Ha.
Golongan 1 :
1. Musim Tanam I : Pengolahan tanah dimulai pada awal bulan Oktober selama
1
/2 bulan, pertumbuhan mulai pertengahan bulan Desember sampai
pertengahan bulan Januari.
Golongan 2 :
1. Musim Tanam I : Pengolahan tanah dimulai pada pertengahan bulan Oktober
selama ½ bulan, pertumbuhan mulai awal bulan November sampai dengan
pertengahan bulan Januari.
2. Musim Tanam II : Pengolahan tanah dimulai pada awal bulan Februari
selama 1 bulan, pertumbuhan mulai awal bulan Maret sampai dengan
pertengahan bulan Juni.
3. Musim Tanam III : Pengolahan tanah dimulai pada pertengahan bulan Juni
selama ½ bulan, pertumbuhan mulai awal bulan Juli sampai dengan akhir
bulan September, dilanjutkan dengan pengeringan selama 15 hari.
Golongan 3 :
1. Musim Tanam I : Pengolahan tanah dimulai pada awal bulan November
selama ½ bulan, pertumbuhan mulai pertengahan bulan November sampai
dengan pertengahan bulan Februari.
2. Musim Tanam II : Pengolahan tanah dimulai pada per bulan April selama 1
bulan, pertumbuhan mulai pertengahan bulan Maret sampai dengan akhir
bulan Juni.
3. Musim Tanam III : Pengolahan tanah dimulai pada awal bulan Juli selama ½
bulan, pertumbuhan mulai pertengahan bulan Juli sampai dengan
pertengahan bulan Oktober, dilanjutkan dengan pengeringan selama 15 hari.
Rencana Pola Tanam DI. Pemali Hilir dapat dilihat pada lampiran
Data Curah hujan diambil dalam kurun waktu 14 tahun (1996 – 2009) dari stasiun
hujan :
1. Notog (nomor sta. 25)
2. Brebes (nomor sta. 21)
3. Ketanggungan (nomor sta. 06)
Distribusi stasiun hujan pada daerah irigasi Pemali Hilir dapat dilihat pada tabel
berikut :
Peta Stasiun hujan dan pembagian distribusinya terhadap Daerah Irigasi Pemali
Hilir dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.
STA. BREBES
STA. KETANGGUNGAN
C
STA. NOTOG
Keterangan :
A = Sta. Notog 16 %
B = Sta. Ketanggungan 36 %
C = Sta. Brebes 48%
Tabel Neraca Air dan Grafik Neraca Air dapat dilihat pada Lampiran Tabel. Neraca
Air Daerah Irigasi Pemali Hilir, Gambar Grafik Neraca Air Daerah Irigasi Pemali
Hilir
Pembagian air dilakukan secara 3 (tiga) golongan karena saat ini kondisi jaringan
masih banyak yang rusak (banyak bocoran dan sedimentasi yang tinggi), sehingga
tidak cukup bila dilakukan pembagian air 1 golongan.
Rapat pembagian air yang diadakan oleh P3A dan Mantri Pengairan, untuk
mengajukan rencana tanam beserta kebutuhan airnya pada masing-masing petak
tersier, dan Mantri Pengairan akan menginformasikan prakiraan ketersediaan air.
Kemudian disepakati jatah air masing-masing petak tersier untuk rencana tanam
dalam jangka waktu ± setengah bulan mendatang.
Mekanisme pembagian air yang berlaku pada jaringan irigasi Pemali Kiri dapat
dilihat pada Gambar 5.3. di lampiran
Pada musim hujan, umumnya debit air di sungai cukup tersedia untuk mengairi
areal sawah yang direncanakan, sehingga pengoperasian jaringan tidak berubah.
Tetapi apabila keadaan debit sungai yang tersedia 35 % - 65 % dari debit yang
dibutuhkan, maka dilakukan penggiliran pembagian air.
Berdasarkan hasil survey di lapangan serta berdasarkan data tentang pola dan
tata tanam petunjuk pelaksanaan untuk tanaman padi, palawija, hortikultura dan
tanaman perkebunan di Kabupaten Brebes yang ditertibkan oleh Pemerintah
Daerah setempat, serta berdasarkan pengamatan luas areal masing-masing
jaringan irigasi, maka untuk Daerah Irigasi Pemali Hilir diusulkan dengan sistem
pembagian air dengan 3 (tiga) golongan.
Konsep dasar adalah membandingkan debit sebenarnya yang lewat suatu pintu
dengan debit rencana yang telah dihitung untuk suatu periode tertentu.
Perbandingan antara kedua debit ini untuk mengetahui Ratio Pelaksanaan
Pembagian Air (RPPA) atau dirumuskan sebagai berikut :
RPPA = Qu / Qd
Dimana :
Qu = Debit yang diukur pada waktu pengecekan
Qd = Debit rencana pembagian / diberikan
Untuk selanjutnya di dalam buku Operasi dan Pemeliharaan akan lebih dipertegas
tentang kegunaan dan fungsi Pemantauan dan Evaluasi pada setiap bangunan
pemantau debit yang ada (dapat mengukur debit), agar dapat dengan mudah bisa
mengestimasi kehilangan atau kerusakan pintu air / bangunan air. Dari hasil
pemantauan dan evaluasi tersebut diharapkan dapat dengan cepat dilakukan
tindakan – tindakan antisipasi atau pengambilan keputusan di dalam pembagian
air selanjutnya.
Distribusi
No
No Judul Blanko Dinas
Blanko P3A Mantri BPSDA DPSDA
Pengairan
I. RENCANA TATA TANAM
T
1 01-O Rencana Luas Tanamam per Daerah Irigasi I X
X I
K
2 02-O Renc Tanam per Kemantren per Masa Tanam I X X
X X I
T
3 03-O Lamp. Kep. Komir mengenai RTT I X
III. PEMANTAUAN
½B
10 10-O Data Sungai Banjir I X X
½B
11 11-O Pencatatan Curah Hujan (mm) I X X
T
12 12-O Pencatatan Curah Hujan Tahunan I X
T
13 13-O Debit Sungai Tahunan (m3/dt) I X X
T
14 14-O Laporan Produksifitas dan Neraca Pembagian I X X
Air per Daerah Irigasi