html
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena setiap tahun 500
juta manusia terinfeksi malaria dan lebih dari 1 juta diantaranya meninggal. Kasus terbanyak berada
di Afrika namun juga melanda Asia,Amerika Latin,Timur Tengah dan beberapa negara di Eropa. Di
duga sekitar 36% penduduk dunia terkena resik malaria (Depkes,2008). Menurut Marsaulina (2002),
WHO mengembangkan suatu program satu satu respons terpadu untuk mengatasi masalah edemis
malaria di negara-negara berkembang. Respon tersebut berupa Roll Back Malaria (RBM) yang di
artikan sebagai ”Gerbak Malaria” yang merupakan gerakan bersama, terpadu antara pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat, lembaga donor dan masyarakat. Gerakan malaria bertujuan untuk
mengurangi beban malaria sebanyak 50% yang di mulai sejak April 2007.
Di Indonesia pada tahun 2007 telah terjadi 1.700.000 kasus klinis malaria dengan 700 kematian.
Dari 576 Kabupaten yang ada 424 Kabupaten di antaranya merupakan daerah edemis malaria dan di
perkirakan 45% penduduk Indonesia beresiko tertular. Pengukuran angka kesakitan
menggunakan Annual Parasite Incidence (API) dan Annual Malariae Incidence (AMI).
Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh Parasit Genus Plasmodium yang terdiri
dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax dengan masa inkubasi 8-14 hari,Plasmodium
Falciparum dengan masa inkubasi 7-14 hari, Plasmodium Malariae dengan masa inkubasi 7-30
hari, Plasmodium oval dengan masa inkubasi 8-14 hari. Penularan malaria melalui gigitan
nyamuk Anopheles yang telah terinfeksi parasit malaria. Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia,ikterus,panas dingin dan keringat dingin.
Malaria di Indonesia masih merupak salah satu enyakit yang sampai saat ini masih menjadi
ancaman, bahkan sering menimbulkan kematian apabila tidak di obati dengan benar. Malaria
menduduki urutan ke-8 dari 10 besar penyakit penyebab utama di Indonesia, dengan angka
kematian di perkotaan 0,7% dan di pedesaan 1,7% (PAPDI,2003).
Guna mengurangi kasus malaria, pemerintah membuat rencana pengendalian tahun 2008, yang
meliputi kegiatan sosialisasi dan peningkatan kualitas pengobatan obat anti malaria dengan
ACT (Artemisinis Combination Therapy) di seluruh Indonesia peningkatan pemeriksaan
laboratorium/mikroskop dan penemuan pengobatan dan pencegahan penularan malaria. Selain itu,
di lakukan peningkatan perlindukan penduduk beresiko dan pencegahan penularan malaria
khususnya melalui kegiatan pembagian kelambu berinsektisida (Long Lasting Insectisida Net) gratis
ke daerah edemis malaria tinggi yang masih di bantu oleh Global Fund (Hutajulu,2009).
Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh Protozoa Parasit yang merupakan
golongan Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Umumnya
tempat-tempat yang rawan malaria terdapat pada negara-negara berkembang di mana tidak
memiliki tempat penampungan atau pembuangan air yang cukup, sehingga menyebabkan air
menggenang dan dapat di jadikan sebagai tempat ideal nyamuk untuk bertelur.
3. Apa saja gejala dan tanda yang terjadi pada seseorang yang terinfeksi malaria
1.3 Tujuan
4. Menjelaskan tentang cara pengobatan dan obat yang dapat di pakai penderita malaria
BAB II
PERMASALAHAN
Penyakit malaria paling benak terjadi di daerah tropis dan subtropis daerah yang hadir dalam
pita lebar sekitar khatulistiwa di mana parasit Plasmodium dapat berkembang biak begitu pula
dengan vektor nyamuk Anopheles Daerah selatan sahara (sup sahara) di Afrika, Asia, Amerika Latin
dan di Papua Nugini di Oceania merupakan tempat-tempat dengan angka kejadian malaria tertinggi.
Perubahan iklim kemungkinan akan mempengaruhi transmisi malaria, namun tingkat keparahan dan
geografis distribusi efek seperti saat ini pasti.
Berdasarkan data di dunia, penyakit malaria membunuh satu anak setiap 30 detik. Sekitar 300-
500 juta orang terinfeksi dan sekitar satu juta orang yang meninggal karena penyakit malaria setiap
tahunnya. 90% kematian terjadi di Afrika terutama pada anak-anak.
Malaria umumnya terkait dengan kemiskinan dan memiliki efek negatif yang besar terhadap
pembangunan ekonomi karena kehilangan kemampuan untuk bekerja. Malaria biasanya di diagnosis
dengan pemeriksaan mikroskopis darah menggunakan Film Darah, atau dengan Antigen berbasis
Tes Diagnosis Cepat. Metode yang menggunakanPolymerase Chain Reaction untuk mendeteksi
parasit DNA telah di kembangkan, tetapi tidak banyak di gunakan di daerah-daerah di mana malaria
adalah umum karena biaya dan kompleksitas mereka.
Film darah adalah standar emas untuk diagnosis malaria.
BAB III
PEMBAHASAN
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, di sebabkan oleh protozoa
genus Plasmodium.
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit dan di tandai dengan di temukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang di kenal sebagai malaria
berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria adalah infeksi babesiosa yang menyebabkan
babesiosis.
Malaria adalah penyakit yang di tularkan nyamuk menular dari manusia dan hewan lain yang di
sbabkan oleh parasit Protozoa (kelompok bersel tunggal mikroorganisme) yang termasuk dalam
genus Plasmodium. Penyakit malaria dalam kasus yang parah dapat menyebabkan kuning pada kulit,
kejang, koma, atau kematian. Penyakit ini di tularkan oleh gigitan nyamuk dan gejala biasanya mulai
10-15 hari setelah di gigit. Pada mereka yang belum tepat di obati penyakit bisa kambuh sebulan
kemudian. Pada mereka yang baru-baru ini selamat infeksi, infeksi ulang biasanya menyebabkan
gejala ringan. Parasit ini resistensi menghilang selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun jika
tidak ada paparan berkelanjutan untuk malaria.
Sebuah Plasmodium dari air liur nyamuk
Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian
menginfeksi sel darah merah yang akhirnya menyebabkan penderita mengalami gejala-gejala malaria
seperti gejala pada penderita Influensa, bila tidak di obati maka akan semakin parah dan dapat terjadi
komplikasi yang terujung pada kematian.
Penyakit ini di tularkan paling sering terinfeksi oleh perempuan Anopheles nyamuk. Gigitan
nyamuk memperkenalkan parasit air liur nyamuk menjadi seseorang darah. Parasit kemudian berjalan
ke hati di mana mereka dewasa dan bereproduksi. Lima spesies Plasmodiumdapat menginfeksi dan
menyebar oleh manusia. Sebagian besar kematian dapat di sebabkan
oleh P.Falciparum,karena P.Vivax, P.Ovale, dan P.Malariae umunya menyebabkan bentuk ringan dari
malaria. Spesies P.Knowlesi jarang menyebabkan penyakit pada manusia.
Patogenesis malaria falsiparum di pengaruhi oleh faktor parasit dan faktor penjamu (Host). Yang
termasuk dalam faktor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit, dan virulensi parasit.
Sedangkan yang masuk dalam faktor penjamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat tinggal,
genetika, usia, status nutrisi dan status imunologi. Parasit dalam eritrosit (EP) secara garis besar
mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan stadium atur pada 24 jam ke II.
Permukaan EP stadium cincin akan menampilkan antigen RESA (Ring-Erythrocyte Surgace
Antigen) yang menghilang setelah parasit masuk stadium atur. Permukaan membran EP stadium
atur akan mengalami penonjolan dan membentuk knot dengan Histidin Rich-protein-1 (HRP 1)
sebagai komponen utamanya. Selanjutnya bila EP tersebut mengalami merogoni, akan di lepaskan
toksin malaria berupa GPI yaitu Glikosilfasfatidilinositol yang merangsang pelepasan TNF-x dan
interleukin-1 (IL-1) dari makrofag.
Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk
Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes veterba termasuk manusia.
a. Fase Aseksual
Fase Aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jaringan, sporozoit masuk
dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung
ribuan merosot. Proses ini di sebut skizogoni praeritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase.
Pada akhir fase ini, skizon pecah dan merosot keluar dan masuk aliran darah, di sebut sporulasi.
Pada P.Vivax dan P.Ovale, sebagian sporozoit membentuk hipnosoit dalam hati sehingga dapat
mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekurens.
Fase Eritrosit di mulai dalam merosot dalam darah menyerang eritrosit membentuk trofozoit.
Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi merosot infeksi sampai di
temukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi
intrinsik di mulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis
demam.
b. Fase Seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan
menjadi mikro dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang di sebut zigot (ookinet). Ookinet
kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Bila ookista pecah, ribuan
sporozoit di lepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk.
Transfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi
(kongenital).
Patologi
Studi patologi malaria hanya dapat di lakukan pada malaria falsiparum karena kematian biasanya
di sebabkan oleh P.Falciparum. selain perubahan jaringan dalam patologi malaria yang penting ialah
keadaan mikro-vaskular di mana parasit malaria berada. Beberapa organ yang terlibat antara otak,
jantung-paru, hati-limpa, ginjal, usus, dan sumsum tulang. Pada otopsi di jumpai otak yang
membengkak dengan perdarahan petekie yang multipel pada jaringan putih (White
matter). Perdarahan jarang pada substansi abu-abu. Tidak di jumpai herniasi. Hampir seluruh
pembulu kapiler dan vena penuh dengan parasit. Pada jantung dan paru selain sekuestrasi, jantung
relatif normal bila anemia tampak pucat dan di latasi. Pada paru di jumpai gambaran edema paru,
pembentukan membran Halim, adanya aggregasi leukosit. Pada ginjal tampak bengkak, tubulus
mengalami iskemia, sekuestrasi pada kapiler glomelurus, ploriferasi sel mesangial dan endotel. Pada
pemeriksaan imunofluorensen di jumpai reposisi imunoglobulin pada membran asal kapiler
glomelurus. Pada saluran cerna bagian atas dapat terjadi perdarahan karena erosi, selain sekuestrasi
juga di jumpai iskemia yang menyebabkan nyeri perut. Pada sumsum tulang di
jumpai dyserythropoises, makrofag mengandung banyak pigmen, dan erythrophagocytosis.
Gejala klasik malaria adalah serangan tiba-tiba, terjadi karena siklus dingin tiba-tiba di ikuti
dengan dan kemudian demam dan berkeringat terjadi setiap 2 hari (demam malaria)
di P.vivax dan P.infeksi oval, dan setiap 3 hari (demam quartan) untukP.malariae, P.infeksi
faciparum dapat menyebabkan demam berulang setiap 36-48 jam atau demam kurang jelas dan
hampir terus menerus.
Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi infeksi
malaria. Berat atau ringannya infeksi di pengaruhi oleh jenis plasmodium(P.Falciparum sering
memberikan komplikasi), daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan), umur (usia
lanjut dan bayi sering lebih berat), ada dugaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan dan nutrisi,
kempprofilaktis dan pengobatan sebelumnya.
Asimptomatik Demam (spesifik) Malaria
berat Kematian
Faktor parasit :
- Rasistensi obat
- Kecepatan
multiplikasi
- Cara invasi
- Sitoadherens
- Roseting
- Polimorfisme
antogenetik
- variasi anti-genic
(PfEMP1)
- Toksin malaria
- Stabilitas politik
- Imunitas
- Sitokin proinflamasi
- Genetik
- Umur kehamilan
1. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporulasi). Pada malaria
tertiana (P.vivax dan P.ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap
hari ke-3, sedangkan malaria kuartana (P.malariae)pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas
demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periode. Demam
khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit-1 jam), puncak demam (2-6 jam), dan
berkeringat (2-4 jam). Demam akan mereda secara bertahap karena tubuh dapat beradaptasi
terhadap parasit dalam tubuh dan ada respons imun.
2. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam,
dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia
karena P.falciparum. Anemia di sebabkan oleh :
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival Time)
c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang
(diseritropoesis).
4. Ikterus
Ikterus di sebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria laten adalah masa pasien di
luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat di temukan dalam darah tepi,
tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat :
1. Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah serangan pertama
2. Relaps jangka panjang (rekurens), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah
Serangan pertama hilang karena parasit dalam eksoeritrosit hati masuk ke darah dan
Berkembang biak.
Secara global WHO telah menetapkan di pakainya pengobatan malaria dengan memakai obat
ACT (Artemisinis DBase Combination Therapy). Golongan artemisinis (ART) telah di pilih sebagai obat
utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Selain itu
artemisinis juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit. Juga
efektif terhadap semua spesies, P.falciparum, P.vivax, maupun lainnya.
Malaria di obati dengan obat antimalaria, yang di gunakan tergantung pada jenis dan tingkat
keparahan terhadap penyakit. Sementara obat terhadap demam yang umum di gunakan, efeknya
pada hasil yang tidak jelas.
Malaria tanpa komplikasi dapat di obati dengan obat oral. Perawatan yang paling efektif
untuk P.infeksi falciparum adalah penggunaan artemisinin dalam kombinasi dengan antimalaria lain
(di kenal sebagai terapi artemisinin-kombinasi, ACT), yang menurunkan resistensi terhadap
komponen obat tunggal. Antimalaria tambahan meliputi : Amodiakuin, lumefantrine, mefloquine,
atau sulfadoksin/pirimetamin. Untuk mengobati malaria selama kehamilan, WHO
merekomendasikan penggunaan kina di tambah klindamisin awal dalam kehamilan (trimester 1),
dan ACT dalam tahap akhir (ke-2 dan ke-3 trimester).
1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu proguanil,
Primetamin.
2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu primakuin.
3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin, dan
Amodiakuin.
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang
Ampuh bagi ke-4 spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malariae, P.ovale adalah kina
5. Sporontosid, mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan
Sebuah Anopheles stephensi nyamuk tak lama setelah mendapat darah dari manusia (terkesan
darah di keluarkan sebagai surplus). Nyamuk ini adalah vektor malaria, dan pengendalian nyamuk
adalah cara yang efektif untuk mengurangi insiden.
Metode yang di gunakan untuk mencegah malaria seperti obat-obatan, penghapusan nyamuk
dan pencegahan gigitan. Kehadiran malaria di suatu daerah membutuhkan kombinasi dari
kepadatan tinggi populasi manusia, anopheles tinggi kepadatan dan populasi nyamuk dan tingginya
tingkat penularan dari manusia ke nyamuk dan dari manusia ke nyamuk. Jika salah satu diturunkan
cukup, parasit pada akhirnya akan menghilang dari daerah itu, seperti yang terjadi di Amerika Utara,
Eropa dan bagian dari Timur Tengah. Namun, kecuali parasit tersebut tereliminasi dari seluruh dunia,
itu bisa menjadi didirikan kembali jika kondisi kembali ke kombinasi yang menguntungkan
reproduksi parasit. Selain itu, biaya per orang untuk menghilangkan nyamuk anopheles meningkat
dengan penurunan kepadatan penduduk, sehingga secara ekonomi tidak layak di beberapa daerah.
Pencegahan malaria mungkin lebih hemat biaya dari pada pengobatan penyakit dalam jangka
panjang, tetapi biaya awal yang diperlukan berada di luar jangkauan banyak orang termiskin di
dunia. Ada perbedaan luas dalam biaya kontrol (yaitu pemeliharaan endemisitas rendah) dan
program eliminasi antar negara. Misalnya, di Cina-yang pemerintah pada tahun 2010
mengumumkan strategi untuk mengejar malaria eliminasi di provinsi China investasi yang
di butuhkan adalah sebagian kecil dari pengeluaran publik untuk kesehatan. Sebaliknya, program
serupa di Tanzania akan biaya sekitar seperlima dari anggaran kesehatan masyarakat.
Pengendalian vektor mengacu pada metode yang digunakan untuk mengurangi malaria dengan
mengurangi tingkat penularan oleh nyamuk. Untuk perlindungan individu, yang paling
efektif penolak serangga didasarkan pada DEET atau picaridin.insektisida kelambu (ITN)
dan penyemprotan residual dalam ruangan (IRS) telah terbukti sangat efektif dalam mencegah
malaria pada anak-anak di daerah-daerah di mana malaria adalah umum. pengobatan Prompt kasus
yang dikonfirmasi dengan terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT) juga dapat mengurangi
penularan, di mana penyemprotan indoor DDT telah diterapkan. Nyamuk tetap di dinding sampai
mereka jatuh mati di lantai.
Kelambu digunakan.
Kelambu membantu menjaga nyamuk menjauh dari orang-orang dan mengurangi tingkat infeksi
dan penularan malaria. Nets bukan penghalang yang sempurna dan sering diperlakukan dengan
insektisida yang dirancang untuk membunuh nyamuk sebelum memiliki waktu untuk menemukan
cara melewati net. Kelambu berinsektisida diperkirakan dua kali lebih efektif sebagai jaring diobati
dan menawarkan lebih dari 70% di bandingkan dengan perlindungan tidak bersih. Sebagian besar
jaring diresapi denganpiretroid , kelas insektisida dengan rendah toksisitas. Mereka adalah paling
efektif bila digunakan dari senja hingga fajar. Hal ini dianjurkan untuk menggantung "kelambu" besar
di atas pusat tempat tidur dan baik menyelipkan tepi bawah kasur atau pastikan itu cukup besar
sehingga menyentuh tanah. Penyemprotan indoor penyemprotan insektisida pada dinding di dalam
rumah. Setelah makan, banyak nyamuk beristirahat pada permukaan terdekat sambil mencerna
bloodmeal, jadi jika dinding rumah telah dilapisi dengan insektisida, nyamuk beristirahat dapat
dibunuh sebelum mereka bisa menggigit orang lain dan mentransfer parasit malaria. Pada
2006, Organisasi Kesehatan Duniamerekomendasikan 12 insektisida dalam operasi IRS,
termasuk DDT dan piretroidsiflutrin dan deltametrin, menggunakan kesehatan masyarakat dalam
jumlah kecil DDT diperbolehkan di bawah Konvensi Stockholm, yang melarang penggunaan
pertanian. Satu masalah dengan segala bentuk IRS adalah resistensi insektisida. Nyamuk yang
terkena IRS cenderung beristirahat dan hidup di dalam ruangan, dan karena iritasi yang disebabkan
oleh penyemprotan, keturunan mereka cenderung untuk beristirahat dan hidup di luar ruangan,
yang berarti bahwa mereka kurang dipengaruhi oleh IRS. Ada beberapa metode lain untuk
mengurangi gigitan nyamuk dan memperlambat penyebaran malaria. Upaya untuk mengurangi
jentik-jentik nyamuk dengan mengurangi ketersediaan air terbuka di mana mereka mengembangkan
atau dengan menambahkan zat untuk mengurangi perkembangan mereka efektif di beberapa
lokasi. Perangkat penolak elektronik nyamuk yang membuat suara frekuensi sangat tinggi yang
seharusnya menjaga nyamuk betina pergi, tidak memiliki bukti yang mendukung.
Ada beberapa obat yang dapat membantu mencegah malaria saat bepergian di daerah di mana
itu ada. Sebagian besar obat ini juga kadang-kadang digunakan dalam pengobatan. Klorokuin dapat
digunakan di mana parasit masih sensitif, karena kebanyakan Plasmodium tahan terhadap satu atau
lebih obat, salah satu dari tiga medications- mefloquine (Lariam), doxycycline (tersedia untuk
umum ), atau kombinasiatovaquone dan proguanil hidroklorida (Malarone) sering
dibutuhkan. Doxycycline dan kombinasi atovakuon dan proguanil yang terbaik
ditoleransi, mefloquine dikaitkan dengan kematian, bunuh diri, dan neurologis dan gejala kejiwaan.
Penggunaan obat pencegahan di mana nyamuk pembawa malaria yang hadir dapat mendorong
perkembangan resistensi parsial.Pengecualian untuk ini adalah selama kehamilan saat mengambil
obat untuk mencegah malaria telah ditemukan untuk meningkatkan berat badan bayi saat lahir dan
mengurangi risiko anemia pada ibu.
Pengobatan pencegahan (profilaksis) bertujuan mencegah terjadinya infeksi atau timbulnya
gejala klinis. Penyembuhan dapat di peroleh dengan pemberian terapi pada infeksi
malaria P.falciparum karena parasit ini tidak mempunyai fase eksoeritrosit.
Pencegahan transmisi bermanfaat untuk mencegah infeksi pada nyamuk atau mempengaruhi
sporogonik nyamuk.
Tindakan pencegahan infeksi malaria sangat penting untuk individu yang nun-imun, khususnya
pada turis nasional maupun internasional. Kemo-profilaktis yang di ajurkan ternyata tidak
memberikan perlindungan secara penuh. Oleh karenanya, sangat di anjurkan untuk memperhatikan
tindakan pencegahan untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk yaitu dengan cara :
1. Tidur dengan kelambu sebaiknya dengan kelambu impregnated (di celup peptisida
Elektrik).
3. Mencegah berada di alam bebas di mana nyamuk dapat menggigit atau harus memakai
Proteksi (baju lengan panjang, kaus/stocking). Nyamuk akan menggigit di antara jam
18.00 sampai jam 06.00. Nyamuk jarang pada ketinggian di atas 2000m.
4. Memproteksi tempat tinggal atau kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti-nyamuk.
Bila akan di gunakan kemoprofilaktis perlu di ketahui sensitivitas plasmodium di tempat tujuan.
Bila daerah dengan klorokuin sensitif (seperti Minahasa) cukup profilaktis dengan 2 tablet klorokuin
(250 mg klorokuin diphosphat) tiap minggi 1 minggu sebelum berangkat dan 4 minggu setelah tiba
kembali. Profilaktis juga di pakai pada wanita hamil di daerah endemik atau pada individu yang
terbukti imunitasnya rendah (sering terinfeksi malaria). Pada daerah dengan resisten klorokuin
diajukan dosisiklin 100mg/hari atau mefloquin 250mg/minggu atau klorokuin 2 tablet/minggu di
tambah proguanil 200mg/hari. Obat baru yang di pakai untuk pencegahan yaituprimakuin dosis
0,5mg/kg BB/hari, etaquin, atovaquone/proguanil (malarone) dan azitromycin.
Oleh karena yang berbahaya adalah P.falciparum sekarang baru di tunjukan pembuatan vaksin
untuk proteksi terhadap P.falciparum.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Malaria adalah penyakit yang di tularkan nyamuk menular dari manusia dan hewan lain yang di
sbabkan oleh parasit Protozoa (kelompok bersel tunggal mikroorganisme) yang termasuk dalam
genus Plasmodium. Penyakit malaria dalam kasus yang parah dapat menyebabkan kuning pada kulit,
kejang, koma, atau kematian. Penyakit ini di tularkan oleh gigitan nyamuk dan gejala biasanya mulai
10-15 hari setelah di gigit.
Patogenesis malaria falsiparum di pengaruhi oleh faktor parasit dan faktor penjamu (Host). Yang
termasuk dalam faktor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit, dan virulensi parasit.
Sedangkan yang masuk dalam faktor penjamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat tinggal,
genetika, usia, status nutrisi dan status imunologi. Studi patologi malaria hanya dapat di lakukan
pada malaria falsiparum karena kematian biasanya di sebabkan oleh P.Falciparum. selain perubahan
jaringan dalam patologi malaria yang penting ialah keadaan mikro-vaskular di mana parasit malaria
berada.
Tanda-tanda dan gejala malaria biasanya mulai 8-25 hari setelah terinfeksi. Manifestasi awal dari
penyakit umum untuk semua spesies malaria adalah mirip dengan flu seperti gejala dan dapat
menyerupai kondisi lain seperti septikemia, gastroenteritis,dan penyakit virus. Presentasi mungkin
termasuk sakit kepala, demam, menggigil, nyeri sendi, muntah, anemia neolitik, penyakit kuning,
hemoglobin dalam urin, kerusakan retina, dan kejang-kejang.
Malaria di obati dengan obat antimalaria, yang di gunakan tergantung pada jenis dan tingkat
keparahan terhadap penyakit. Sementara obat terhadap demam yang umum di gunakan, efeknya
pada hasil yang tidak jelas.
tindakan pencegahan untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk yaitu dengan cara :
1. Tidur dengan kelambu sebaiknya dengan kelambu impregnated (di celup peptisida
Elektrik).
3. Mencegah berada di alam bebas di mana nyamuk dapat menggigit atau harus memakai
Proteksi (baju lengan panjang, kaus/stocking). Nyamuk akan menggigit di antara jam
18.00 sampai jam 06.00. Nyamuk jarang pada ketinggian di atas 2000m.
4. Memproteksi tempat tinggal atau kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti-nyamuk.
Vaksinasi terhadap malaria masih tetap dalam pengembangan. Hal yang menyulitkan ialah
banyaknya antigen yang terdapat pada plasmodium selain pada masing-masing bentuk stadium pada
daur. Oleh karena yang berbahaya adalahP.falciparum sekarang baru di tunjukan pembuatan vaksin
untuk proteksi terhadap P.falciparum.
4.2 Saran
Pokok pembahasan dalam Agen Penyakit ini adalah tentang Penyakit Malaria. Pembahasan
tentang penyakit malaria di perguruan tinggi sangat penting karena tidak hanya mengetahui hal-hal
yang telah di bahas dalam alam sebelumnya, tetapi juga mendorong mahasiswa-mahasiswi
menghindari hal-hal yang menimbulkan terjadinya penyakit malaria.
Di harapkan dengan perkembangan ilmu yang telah berkembang ini, vaksin terhadap malaria ini
dapat di kembangkan sehingga dapat membantu penderita malaria untuk bisa sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
Aru W.Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati, editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta Pusat: Internal Publishing, 2009.
Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan,
editor. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2001.
https://www.google.co.id/search?
ei=h4kFWs7GDYPkvASEpanIBg&q=pembahasan+penyakit+malaria&oq=pembahasan+penyakit+mala
ria&gs_l=psy-
ab.3..0i22i30k1l10.9669.17857.0.18608.21.18.0.0.0.0.971.4405.0j1j4j1j1j1j2.10.0....0...1.1.64.psy-
ab..14.7.2732...0j35i39k1j0i22i10i30k1.0.nk8ZflRhFlA