Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

(Askep Empiema)

Oleh :
1. I NYOMAN TRIAGUS JATIASA (PK115017015)
2. AGISTA (PK115017002)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA JAYA PALU
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN EMPIEMA

EMPIEMA

A. Pengertian Empiema
Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) didalam rongga
pleura.Pada awalnya,cairan pleura encer dengan jumlah leukosit rendah,tetapi
sering kali menjadi stadium fibropurulen dan akhirnya sampai pada keadaan
dimana paru-paru tertutup oleh membran eksudat yang kental.Meskipun
empiema sering kali disebabkan oleh komplikasi dari infeksi pulmonal,
namun tidak jarang penyakit ini terjadi karena pengobatan yang terlambat.
Empiema merupakan salah satu penyakit yang sudah lama ditemukan
dan berat. Di India terdapat 5 – 10% kasus anak dengan empiema
toraks.Empiema toraks didefinisikan sebagai suatu infeksi pada ruang pleura
yang berhubungan dengan pembentukan cairan yang kental dan purulen baik
terlokalisasi atau bebas dalam ruang pleura yang disebabkan karena adanya
dead space, media biakan pada cairan pleura dan inokulasi bakteri. Empiema
paling banyak ditemukan pada anak usia 2 – 9 tahun.
Empiema adalah akumulasi pus diantara paru dan membran yang
menyelimutinya (ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru
terinfeksi. Pus ini berisi sel sel darah putih yang berperan untuk melawan
agen infeksi (sel sel polimorfonuklear) dan juga berisi protein darah yang
berperan dalam pembekuan (fibrin). Ketika pus terkumpul dalam ruang
pleura maka terjadi peningkatan tekanan pada paru sehingga pernapasan
menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya perjalanan
penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi
kantong kantong (lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat membuat
sebagian paru tertarik dan akhirnya mengakibatkan kerusakan yang
permanen.
B. Etiologi
Empiema disebabkan oleh infeksi yang mennyebar dari paru-paru dan
terus mengakumulasi nanah di rongga pleura. Tempat yang terinfeksi bias
membengkak dan memberikan tekanan pada paru-paru, lalu bisa
menyebabkan napas menjadi pendek dan sakit pada saat bernapas. Biasanya,
empiema tidak menyebabkan kerusakan yang permanent pada system
pernapasan
C. Patofisiologi
Empiema telah menjadi penyebab dari beberapa kasus penyakit, tapi ini
akan berkomplikasi dan dominant komplikasi dari pneumonia. Perkembangan
empiema dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian; sebuah fase akut yang
mengisi rongga tubuh dengan seseuatu cairan yang mengandung nanah ; fase
yang kedua, pada rongga tersebut cairannya akan mengental dan berserat,
koagulasi protein (fibrin) mulai bersatu dengan rongga; dan fase yang ketiga
atau tingkat kronik dimana paru-paru atau organ lain terbungkus tipis dengan
benda yang berserat.
D. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala empiema secara umum adalah :
• Demam
• Keringat malam
• Nyeri pleural
• Dispnea
• Anoreksia dan penurunan berat badan
• Auskultasi dada, ditemukan penurunan suara napas
• Perkusi dada, suara flatness
• Palpasi , ditemukan penurunan fremitus
Tanda gejala empiema berdasarkan klasifikasi empiema akut dan empiema
kronis :
a. Emphiema akut:
 Panas tinggi dan nyeri pleuritik.
 Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.
 Bila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan toksemia,
anemia, dan clubbing finger .
 Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel
bronco-pleural.
 Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur
dengan darah dan nanah banyak sekali.
b. Emphiema kronis:
 Disebut kronis karena lebih dari 3 bulan.
 Badan lemah, kesehatan semakin menurun.
 Pucat, clubbing finger.
 Dada datar karena adanya tanda-tanda cairan pleura.
 Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kearah yang sakit.
 Pemeriksaan radiologi menunjukkan cairan

E. Manifestasi Klinis
Pasien mengalami penurunan berat badan. Selain itu, pasien juga
mengalami demam, berkeringat malam, Dispnea, Anoreksia, dan Nyeri
pleural. Auskultasi dada memperlihatkan tidak terdengarnya bunyi napas dan
terdapat bunyi datar saat perkusi dada, juga penurunan fremitus (fibrasi fokal
terdeteksi saat palpasi). Jika pasien telah mendapatkan terapi anti mikroba,
manifestasi klinis dapat berubah. Diagnosis ditegakkan dengan dasar hasil
rontgen dada dan torasentesis
F. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan Empiema adalah sebagai berikut :
a. Pengosongan nanah
Dilakukan pada abses untuk mencegah efek toksiknya.
1. Closed drainase-tube toracostorry water sealed drainase dengan indikas:
- Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
- Nanah terus terbentuk setelah dua minggu
- Terjadinya Piopneumothorak
WSD dapat juga dibantu dengan penghisapan negatif sebesar 10-20
cmH2O.Jika setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus
ditempuh cara lain seperti pada empiema kronis.
2. Drainase terbuka (open drainage)
Dilakukan dengan menggunakan kateter karet yang besar, oleh
karena disertai juga dengan reseksi tulang iga.Open drainage ini
dikerjakan pada empiema kronis,hal ini bisa terjadiakibat pengobatan
yang lambat atau tidak adekuat,misalnya aspirasi yang terlambat/
tidak adekuat, drainase tidak adekuat atau harus sering mengganti/
membersihkan drain.
b. Antibiotik
Antibiotik harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan
dosisnya harus adekuat. Pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil
pengecatan gram dan apusan nanah.Pengobatan selanjutnya bergantung pada
hasil kultur dan sensivitasnya.Antibiotika dapat diberikan secara sistematik
atau topikal.Biasanya diberikanPenicillin.
c. Penutupan rongga Empiema
Pada empiema menahun seringkali rongga empiema tidak menutup karena
penebalan dan kekakuan pleura.Pada keadaan demikian dilakukan
pembedahan (dekortikasi) atau torakoplasti.
1. Dekortikasi
Tindakan ini termasuk operasi besar, dilakukan dengan indikasi :
 Drain tidak berjalan baik karena banyak kantong-kantong.
 Letak empiema sukar dicapai oleh drain.
 Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura viseralis.
2. Torakplasti
Alternatif torakplasti diambil jika empiema tidak kunjung sembuh
karena adanya fistel bronkopleural atau tidak mungkin dilakukan
dekortikasi.Pada pembedahan ini segmen tulang iga dipotong
subperiosteal.Dengan demikian dinding thorak jatuh kedalam rongga
pleura karena tekanan atmosfir.
d. Pengobatan kausal
Misalnya pada subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi
spesifik pada amoebiasis dan sebagainya.
e. Pengobatan tambahan
Perbaiki keadaan umum, fisioterapi untuk membebaskan jalan nafas.

Penanggulangan empiema tergantung dari fase empiema, yaitu :


1. Fase I (Fase Eksudat)
Dilakukan drainase tertutup (WSD) dan dengan WSD dapat dicapai
tujuan diagnostik terapi dan prevensi, diharapkan dengan pengeluaran
cairan tersebut dapat dicapai pengembangan paru yang sempurna.
2. Fase II (Fase Fibropurulen)
Pada fase ini penanggulangan harus lebih agresif lagi yaitu dilakukan
drainase terbuka (reseksi iga/ "open window") . Dengan cara ini nanah
yang ada dapat dikeluarkan dan perawatan luka dapat dipertahankan.
Drainase terbuka juga bertujuan untuk menunggu keadaan pasien lebih
baik dan proses infeksi lebih tenang sehingga intervensi bedah yang lebih
besar dapat dilakukan. Pada fase II ini VATS surgery sangat bermanfaat,
dengan cara ini dapat dilakukan empiemektomi dan/ atau dekortikasi.
3. Fase III (Fase Organisasi)
Dilakukan intervensi bedah berupa dekortikasi agar paru bebas
mengembang atau dilakukan obliterasi rongga empiema dengan cara
dinding dada dikolapskan (Torakoplasti) dengan mengangkat iga-iga
sesuai dengan besarnya rongga empiema, dapat juga rongga empiema
disumpel dengan periosteum tulang iga bagian dalam dan otot
interkostans (air plombage), dan disumpel dengan otot atau omentum
(muscle plombage atau omental plombage).
a) Pemeriksaan Penunjang
- Foto dada
- Torasentesis

G. Pencegahan
Empiema sering kali didahului oleh infeksi pada paru-paru atau
pneumonia. Karena itu kondisi empiema dapat dicegah dengan deteksi dan
penanganan dini pada pasien yang mengalami pneumonia.
H. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10):
1. Riwayat atau adanya faktor resiko
- PPOM
- Perokok berat
- Imobilisasi fisik lama
- Pemberian makanan melalui selang secara terus menerus.
- Obat-obat imunosupresif (kemoterapi, kortikosteroid).
- Penyakit yg melemahkan (AIDS, kanker)
- Menghirup atau aspirasi zat iritan
- Terpapar polusi udara terus menerus
- Terpasang selang intrakostal.
- Penurunan tingkat kesadaran (stupor, letargi, pra-koma, koma).
2. Pemeriksaan Fisik
- Demam tinggi dan menggigil (awitan tiba-tiba atau berbahaya).
- Nyeri dada pleuritik
- Takipnea dan takikardi
- mikoplasma, viral dan stafilokokus akan terlihat infiltrat kemerahan.
- Kultur sputum menunjukkan adanya bakteri
- Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada pasien dengan pneumonia
pneumokokus, legionella, klebsiela, dan H.Influenza dan pada
pneumonia
- Pewarnaan garam jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram negatif atau
gram posistif.
- Bronkoskopi
a. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan
utama pasien dapat mencakup yang berikut ini:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas Berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum, obesitas.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan dispnea, ansietas,
posisi tubuh.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.
4. Nyeri pleuritik berhubungan dengan empiema.
5. Hypertermi berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.
7. Ansietas berhubungan dengan nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan.
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan respon pernapasan
terhadap aktivitas.
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Interfensi Rasional
keperawatan hasil
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukkan tindakan  Kaji frekuensi  Takipnea,
bersihan jalan keperawatan 3x24 jam atau pernapasan
napas b.d. diharapkan pasien dapat: kedalaman dangkal, dan
peningkatan  Mengidentifikasi/ pernapasan gerakan dada
produksi sputum, menunjukkan perilaku dan gerakan tak simetris
obesitas. mencapai bersihan dada sering terjadi
DO: jalan napas.  Auskultasi karena
 Dispnea  Menunjukkan jalan area paru, ketidaknyama
DS: napas paten dengan catat area nan gerakan.
 Bunyi napas bunyi napas bersih, penurunan/tak Gerakan
tambahan. tidak ada dispnea, ada aliran dinding dada
 Perubahan sianosis. udara dan dan atau
pada irama  Mendemonstrasikan bunyi napas cairan paru.
dan batuk efektif. adventisius,  Penurunan
frekuensi missal krekels aliran darah
pernapasan mengi. terjadi pada
 Batuk tidak  Penghisapan area
ada atau sesuai dengan konsolidasi
tidak efektif indikasi dengan cairan.
 Sianosis.  Berikan Bunyi napas
 Kesulitan cairan bronchial
untuk sedikitnya (normal pada
bersuara. 2.500 ml/hari, bronkus)
 Penurunan tawarkan air dapat terjadi
bunyi napas. hangat. juga pada area
 Ortopnea.  Ajarakan konsolidasi.
metode batuk Krekels,
 Kegelisahan
efektif dan rongkhi, dan
.
terkontrol mengi
 Sputum.
Kolaborasi terdengar
 Mata pada inspirasi
terbelalak.  Pemeriksaan
sputum pasien dan atau
di ekspirasi pada
laboratorium respon
terhadap
pengumpulan
cairan, secret
kental, dan
spasme jalan
napas/
obstruksi
 Merangsang
batuk atau
pembersihan
jalan napas
secara
mekanik pada
pasien yang
tak mampu
melakukan
karena batuk
tak efektif
atau
penurunan
tingkat
kesadara
 Cairan
(khususnya
yang hangat)
memobilisasi
dan
mengeluarkan
sekret
 Batuk tidak
terkontrol
akan
melelahkan
klien.
 Sputum yang
di periksa
guna untuk
mengetahui
adanya
penyakit lain
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan  Kaji  Berguna
pola napas b.d keperawatan selama 3x24 frekuensi, dalam
dispnea, ansietas, jam diharapkan pasien kedalaman evaluasi
posisi tubuh dapat: pernapasan. derajat
DO:  Menunjukkan pola Catat distress
 Dispnea. pernapasan efektif, penggunaan pernapasan
 Napas pendek dibuktikan dengan status otot aksesori, dan atau
DS: pernapasan yang tidak napas bibir, kronisnya
 Perubahan berbahaya : ventilasi dan ketidakmamp proses
gerakan dada. status tanda vital uan bicara. penyakit
 Mengambil  Menunjukkan status  Auskultasi   Bunyi napas
posisi tiga titik. pernapasan : ventilasi bunyi napas, mungkin
 Penurunan tidak terganggu, catat area redup karena
tekanan  Kedalaman inspirasi dan penurunan penurunan
inspirasi/ekspir kemudahan bernapas. aliran udara aliran udara
asi.  Ekspansi dada simetris. dan atau atau area
 Penurunan  Tidak adanya penggunaan bunyi konsolidasi.
ventilasi otot bantu. tambahan Adanya
semenit.  Bunyi napas tambahan  Palpasi mengi
 Penurunan tidak ada. fremitus mengindikasi
kapasitas vital.  Napas pendek tidak ada.  Anjurkan kan spasme
 Napas dalam. klien untuk bronkus /
 Peningkatan tidak tertahannya
diameter memikirkan secret.
anterior- hal-hal yang  Penurunan
posterior. menyebabkan tekanan
 Napas cupping ansietas. vibrasi diduga
hidung.  Pertimbangka ada
n penggunaan pengumpulan
 Ortopnea.
kantung cairan atau
 Fase ekspirasi
kertas saat udara
yang lama.
ekspirasi latih terjebak.
 Pernapasan
individu  Salah saut
purset-lip.
bernapas faktor
 Kecepatan penyebab
perlahan dan
respirasi. hiperventilasi
efektif
 Rasio waktu. adalah
 Kolaborasi
 Penggunaan ansietas.
 Pemberian
otot Bantu  Meningkatkan
oksigen dari
untuk bernapas kemampuan
dokter
 Jaga posisi kontrol
pasien agar individu
terhadap
tetap proses
semifowler ekspirasi
 Agar
pernapasan
dapat berjalan
dengan baik
 Posisi
semifowler
dapat
mempermuda
h pasien
dalam
bernafas
efektif
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakkan  Pantau  Perubahan
pertukaran gas b.d keperawatan selama 3x24 perubahan frekuensi
perubahan jam : tanda vital. jantung atau
membrane kapiler-  Menyatakan nyeri  Jika tidak TD
alveolar, hilang/terkontrol dapat menunjukkan
ketidakseimbangan  Menunjukkan rileks, berjalan, bahwa pasien
perfusi-ventilasi istirahat/tidur, daan tetapkan mengalami
DS: peningkatan aktivitas suatu aturan nyeri,
 Dispnea dengan tepat. untuk turun khususnya
 Sakit kepala  Mencapai fungsi paru dari tempat bila alasan
pada saat yang maksimal. tidur, duduk lain untuk
bangun  Menutarakan pentingnya di kursi perubahan
 Gangguan latihan paru setiap hari. beberapa tanda vital
penglihatan. hari sekali telah terlihat.
DO:  Bantu  Meningkatkan
 Gas darah arteri reposisi, kemampuan
yang tidak setiap jam ekspansi paru.
normal jika Jika klien
 Gelisah mungkin. dalam posisi
 Cuping hidung  Dorong duduk,
mengemban. klien untuk kemampuan
 Warna kulit melakukan ekspansi paru
tidak normal. latihan akan
napas dalam meningkat.
dan latihan  Membantu
batuk drainase
terkontrol 5 postural,
kali setiap mencega
jam depresi
jaringan paru
atau dada
untuk
pernapasan.
 Meningkatkan
ekspansi paru
dan asupan
oksigen
kedalam paru
dan sistem
peredaran
darah.
4 Nyeri pleuritik b.d Setelah dilakukan tindakkan Mandiri :  Nyeri dada,
empiema. keperawatan selam 3x24 jam  Karakteristik biasanya dada
DS: , diharapkan pasien dapat: nyeri, misal dalam
 Mengungkapak  Penurunan penampilan tajam, beberapa
an secara verbal peran / hubungan constan, derajat pada
/ melaporkan interpersonal. ditusuk. pneumonia
dengan isyarat.  Gangguan kerja, Selidiki seperti
DO: kepuasaan hidup / perubahan pericarditis
 Gerakan kemampuan untuk karakter/ dan
menghindari mengendalikan diri. lokasi/ endokarditis
nyeri.  Penurunan konsentrasi. intensitas  Untuk
 Posisi  Terganggunya tidur. nyeri. mengidentifik
menghindari  Penurunan nafsu makan.  Pantau : asi kemajuan-
nyeri. *Suhu setiap kemajuan atau
 Perubahan 4 jam penyimpanga-
autonomik dari *Hasil n dari sasaran
tonus otot. pemeriksaan yg
 Perubahan SDP diharapkan.
nafsu makan *Hasil kultur  Tindakan
dan makan. sputum tersebut akan
 Perilaku  Berikan meningkatkan
menjaga atau tindakan relaksasi.
melindungi. untuk   Analgesik
memberikan membantu
rasa nyaman mengontrol
Kolaborasi : nyeri dengan
 Berikan memblok
analgetik jalan rangsang
sesuai dengan nyeri. Nyeri
anjuran untuk pleuritik yg
mengatasi berat sering
nyeri pleuritik kali
jika perlu dan memerlukan
evaluasi analgetik
keefektifanna narkotik
  Konsul pada untuk
dokter jika mengontrol
nyeri dan nyeri lebih
demam tetap efektif.
ada atau  Hal tersebut
mungkin merupakan
memburuk. tanda
 Berikan berkembagna
antibiotik komplikasi.
sesuai dengan  Antibiotik
anjuran dan diperlukan
evaluasi untuk
keefektifanny mengatasi
-a. infeksi, efek
maksimum
dapat dicapai
jika kadar
obat dalam
darah
konsisten dan
dapat
dipertahankan
. Interaksi
satu obat dgn
yg lain dpt
mengurangi
keefektifan
pengobatan
5 Hypertermi b.d Setelah dilakukan tindakan Mandiri:  Untuk
infeksi saluran keperawatan selama 3x24  Pantau suhu mengidentifik
pernapasan. jam diharapkan pasien dapat: minimal 2 asi kemajuan-
DS:  Pasien akan jam sekali. kemajuan atau
 Mual termoregulasi,  Pantau: penyimpanga
DO: dibuktikan dengan suhu *tekanan n dari sasaran
 Kulit memerah kulit dalam rentang darah, nadi, yg
 Frekuensi napas normal. pernapasan. diharapkan.
meningkat  Nadi dan pernapasan *aktifitas  Perubahan
 Takikardi dalam rentang yang kejang, warna frekuensi
diharapkan. kulit jantung atau
 Perubahan warna kulit Kolaborasi : TD
tidak ada.  Berikan obat menunjukkan
antipiretik bahwa pasien
sesuai dengan mengalami
anjuran dan nyeri,
evaluasi khususnya
keefektifann bila alasan
 Lakukan lain untuk
tindakan- perubahan
tindakan tanda vital
untuk telah terlihat.
mengurangi   Hal tersebut
demam merupakan
seperti, tanda
gunakan berkembangn
matras dingin. ya
komplikasi.
 Gunakan
matras dingin
memungkinka
n terjadinya
pelepasan
panas secara
konduksi dan
evaporasi
(penguapan).

Anda mungkin juga menyukai