Anda di halaman 1dari 32

Superimmunity and

Implication on New
Variant of COVID-19

ERLINA BURHAN
D E PA R T E M E N P U L M O N O LO G I DA N K E D O K T E R A N
RESPIRASI
F K U I - R S U P P E R S A H A B ATA N
Dampak terhadap Beberapa Parameter

Penularan Derajat Penyakit

» Di Afrika Selatan terjadi lonjakan kasus positif yang » Belum diketahui apakah Omicron menyebabkan penyakit yang
signifikan, tetapi masih diteliti apakah diakibatkan oleh lebih berat dibandingkan varian lain, termasuk Delta
Omicron atau faktor lain
» Data awal menunjukkan tingginya angka rawat inap di Afrika
» Diduga varian Omicron lebih mudah menular antar manusia Selatan, tetapi ini dapat disebabkan tingginya kasus saat ini
» Data awal Australia menunjukkan kecenderungan gejala ringan
REINFEKSI PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Beberapa bukti awal menunjukkan adanya kemungkinan
PCR masih dapat mendeteksi infeksi akibat varian Omicron
peningkatan risiko reinfeksi akibat varian Omicron, jika
dibandingkan dengan VOC lain. ( data masih terbatas dan belum Masih perlu dipelajari apakah ada dampak varian Omicron
dapat dipastikan) terhadap pemeriksaan lain, termasuk tes cepat antigen
Vaksin Terapi
» Dampak potensial varian ini terhadap vaksin sedang » Pengobatan yang efektif untuk pasien COVID-19 derajat
diselidiki berat (kortikosteroid, anti IL-6) masih efektif
» Meskipun demikian, berdasarkan data terhadap varian lain, » Obat lain akan dikaji efektivitasnya terhadap varian Omicron
vaksin yang ada saat ini masih efektif dalam mencegah ini
penyakit yang berat dan kematian
https://www.who.int/news/item/28-11-2021-update-on-omicron 2
https://www.health.gov.au/news/health-alerts/novel-coronavirus-2019-ncov-health-alert/omicron-variant
Studi dari HKUMed Hong Kong
Studi membandingkan nilai TCID50 di bronkus dan paru
akibat infeksi varian Omicron, Delta, atau varian awal

TCID50 = median tissue culture infectious dose


menandakan titer virus di jaringan

Di bronkus, varian Omicron memiliki laju infeksi dan


replikasi 70 kali lebih tinggi dari varian Delta dan varian
awal

Akan tetapi di paru, laju infeksi dan replikasi varian


Omicron 10 kali lebih rendah dari varian awal

Hal ini mungkin berkaitan dengan infeksi varian Omicron


yang lebih cepat, namun dengan keparahan penyakit yang
lebih rendah. Meskipun demikian, keparahan tidak hanya
ditentukan oleh replikasi virus, tetapi juga faktor lain
seperti badai sitokin dan immune escape

https://www.med.hku.hk/en/news/press/20211215-omicron-sars-cov-2-infection
Omicron
Berdasarkan laporan 43 kasus di US 1-8 Desember
2021

Gejala awal, data dari 37 pasien simtomatik:


Batuk 89%
Fatigue 65%
Hidung tersumbat atau rinore 59%
Demam 38%
Mual atau muntah 22%
Sesak napas 16%
Diare 11%
Anosmia atau ageusia 8%

CDC COVID-19 Response Team. SARS-CoV-2 B.1.1.529 (Omicron) variant – United States, December 1-8, 2021. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2021 Dec 17;70(50):1731-4.
Gejala Klinis
Berdasarkan Informasi dari Beberapa laman berita

Gejala klinis:

Hidung tersumbat atau rinore à gejala yang khas pada Omicron

Batuk, Nyeri tenggorok, terutama tenggorokan gatal à gejala yang khas pada Omicron

Mudah lelah à cukup sering


Sakit kepala à cukup sering

Nyeri otot à cukup sering

1. https://www.al.com/news/2022/01/most-common-omicron-symptoms-now-1-unique-symptom-reported.html
2. https://www.npr.org/sections/health-shots/2022/01/06/1070622880/what-we-know-about-the-symptoms-and-the-severity-of-the-omicron-variant
3. https://joinzoe.com/learn/omicron-symptoms
Omicron di
RSUP
Persahabat
an
Perempuan, 48 tahun

Pelaku perjalanan dari luar


negri (WNA)

Gejala: batuk kering , pilek,


sakit kepala

Omicron: positif

Foto toraks: normal


Dampak terhadap Beberapa Parameter
Penularan Derajat Penyakit
» Di Afrika Selatan terjadi lonjakan kasus positif yang » Belum diketahui apakah Omicron menyebabkan penyakit yang
signifikan, tetapi masih diteliti apakah diakibatkan oleh lebih berat dibandingkan varian lain, termasuk Delta
Omicron atau faktor lain » Data awal menunjukkan tingginya angka rawat inap di Afrika
» Diduga varian Omicron lebih mudah menular antar manusia Selatan, tetapi ini dapat disebabkan tingginya kasus saat ini
» Data awal Australia menunjukkan kecenderungan gejala ringan
REINFEKSI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Beberapa bukti awal menunjukkan adanya kemungkinan
peningkatan risiko reinfeksi akibat varian Omicron, jika PCR masih dapat mendeteksi infeksi akibat varian Omicron
dibandingkan dengan VOC lain
Namun data masih terbatas dan belum dapat dipastikan Masih perlu dipelajari apakah ada dampak varian Omicron
terhadap pemeriksaan lain, termasuk tes cepat antigen
Vaksin
» Dampak potensial varian ini terhadap vaksin sedang Terapi
diselidiki
» Pengobatan yang efektif untuk pasien COVID-19 derajat
» Meskipun demikian, berdasarkan data terhadap varian lain, berat (kortikosteroid, anti IL-6) masih efektif
vaksin yang ada saat ini masih efektif dalam mencegah
penyakit yang berat dan kematian » Obat lain akan dikaji efektivitasnya terhadap varian Omicron
ini
https://www.who.int/news/item/28-11-2021-update-on-omicron
7
https://www.health.gov.au/news/health-alerts/novel-coronavirus-2019-ncov-health-alert/omicron-variant
Bahaya Varian Omicron
Menurut analisis UK Health Security Agency:

Penularan (confidence level: low)


• Tingkat penularannya setidaknya sama (dapat lebih tinggi) dengan varian yang sedang bersirkulasi
• Ada kemungkinan lebih tinggi karena memiliki mutasi di RBD, lokasi pemecahan furin (cleavage site), dan nukleokapsid, yang
secara in vitro dapat meningkatkan replikasi
• Berdasarkan modeling struktural, afinitas ikatan dengan ACE2 jauh lebih tinggi
Keparahan penyakit: belum ada data resmi

Imunitas (confidence level: low)


• Imunitas alami (penyintas): sugestif ada penurunan karena mutasi di semua 4 RBD neutralizing antibody binding site dan S NTD
antigenic site
• Analisis dari Afrika Selatan: ada penurunan perlindungan dari infeksi sebelumnya, termasuk infeksi Delta yang baru
• Imunitas oleh vaksin: sugestif ada penurunan karena ada mutasi di semua 4 RBD neutralizing antibody binding site
• Laporan kasus dari Israel, Korea Selatan, dan Jepang à penderita infeksi Omicron sudah vaksin lengkap (sebagian booster)
Terapi (confidence level: low)
• Berdasarkan modeling struktural, ada kemungkinan terdapat penurunan ikatan antibodi monoklonal terapeutik yang saat ini ada
UK Health Security Agency. Risk assessment for SARS-CoV-2 variant: Omicron VOC-21NOV-01 (B.1.1.529). 3 Dec 2021

8
Imunitas Omicron
Didasari penelitian (pre-
print) kemampuan antibodi Plasma berisi antibodi dari Neutralisasi omicron oleh
pada infeksi Omicron untuk individu terinfeksi Omicron antibodi lebih tinggi pada
menetralisasi virus varian diperiksa kemampuan pasien yang telah
Delta (belum ada terhadap neutralisasinya divaksinasi
varian lain)

Neutralisasi Delta pada Penyebaran Omicron


antibodi dari individu yang Kemampuan neutralisasi antarsel (cell-to-cell
terinfeksi Omicron lebih tersebut lebih tinggi pada spread) diperkirakan
tinggi 6.1 kali lipat peserta yang telah berkurang dibanding varian
dibanding terhadap tervaksinasi lain, sehingga angka infeksi
Omicron paru turun

Khan K, Karim F, Cele S, San JE, Lustig G, Tegally H, et al. Omicron infection of vaccinated individuals enhances neutralizing immunity against the
Delta variant . (Pre Print, available from MEDRXIV-2021-268439v2-Sigal.pdf (secureservercdn.net)
Latar Belakang Superimmunity
ØProtein Spike (S) adalah protein inti SARS-CoV-2 yang digunakan untuk menginfeksi. Protein S dapat ditarget oleh
antibodi netralisir (nAb) yang diproduksi tubuh

ØPeneliti berhasil mendesain sebuah produk mutasi protein S yang berisi 20 mutasi dan diketahui resisten penuh
terhadap nAb yang dihasilkan oleh sebagian besar individu yang telah terinfeksi atau divaksinasi à resistensi
lebih tinggi dibandingkan varian yang sudah ada saat ini

ØIndividu yang telah terinfeksi COVID-19 sebelumnya, lalu menerima vaksinasi, dilaporkan mampu melawan
protein mutan tersebut à respons imun sangat baik (superimmunity/hybrid immunity)

ØAntibodi yang dihasilkan individu yang memiliki riwayat COVID-19 dan divaksinasi, diharapkan dapat efektif
terhadap semua varian yang akan datang à mengakhiri pandemi

Callaway E. COVID super-immunity: one of the pandemic’s great puzzles. Nature. 2021;598(7881):393-4.
Fisiologi Imunitas pada COVID-19

Neutralizing antibody yang


Studi menunjukkan imunitas
poten mengenali subunit S1 di
berhubungan dengan
tiap monomer, termasuk
produksi neutralizing
receptor binding domain (RBD)
antibody terhadap protein
dan N-terminal domain (NTD)
spike (S) virus
yang bersifat immunodominant

COVID super-immunity: one of the pandemic’s great puzzles (nature.com) ; Andreano E, Paciello I, Piccini G, Manganaro
N, Pileri P, Hyseni I, et al. Hybrid immunity improves B cells and antibodies against SARS-CoV-2 variants. Nature. 2021; 600 (7889):530-5
Definisi Superimmunity
Superimmunity (atau hybrid immunity)
• Kondisi kekebalan yang tinggi terhadap semua varian SARS-
CoV-2 (termasuk yang akan datang)
• Diketahui muncul pada individu dengan riwayat COVID-19
(natural immunity) + vaksinasi (artificial immunity) à hybrid
immunity
• Antibodi pada individu yang memiliki riwayat COVID-19
sebelum vaksinasi lebih poten dibandingkan individu yang
belum pernah terinfeksi COVID-19
Callaway E. COVID super-immunity: one of the pandemic’s great puzzles. Nature. 2021;598(7881):393-4.
Konsep Superimmunity
Sel B memori berperan dalam superimmunity. Sel B memori menghasilkan antibodi dengan
kualitas yang lebih baik, dan bertahan dalam jangka waktu yang lama

Sel B memori (dan antibodi yang diproduksi) yang dipicu oleh infeksi alamiah berbeda dengan
vaksinasi à perbedaan ini diduga berkontribusi terhadap munculnya superimmunity
◦ Antibodi yang muncul setelah infeksi alamiah memiliki potensi yang terus berkembang terhadap berbagai
varian selama 1 tahun setelah infeksi, berbeda dengan antibodi setelah vaksinasi
◦ Antibodi setelah infeksi alamiah dapat mengenali banyak varian dengan baik dengan menargetkan
berbagai regio di protein S
◦ Sel B memori setelah infeksi alamiah cenderung lebih banyak menghasilkan antibodi terhadap varian
yang dapat menghindari imun, seperti Beta dan Delta
◦ Sel B memori setelah infeksi alamiah menghasilkan antibodi secara lebih konsisten dan stabil

Callaway E. COVID super-immunity: one of the pandemic’s great puzzles. Nature. 2021;598(7881):393-4.
Riset Super-Immunity COVID-19

Beberapa studi menunjukkan


Studi terbaru dilakukan terhadap
subjek dengan konvalesen
10 peserta yang mendapat
(riwayat COVID-19) dan
BNT162b2 (Pfizer) dengan 5
vaksinasi memproduksi
peserta yang belum pernah
neutralizing antibody 1000
(seronegative) dan sudah pernah
kali lipat lebih tinggi dibanding
terinfeksi (seropositive)
vaksinasi saja

Andreano E, Paciello I, Piccini G, Manganaro N, Pileri P, Hyseni I, et al. Hybrid immunity improves B cells and antibodies against SARS-
CoV-2 variants. Nature. 2021; 600 (7889):530-5
Perbandingan antibodi pascavaksinasi
individu yang pernah terinfeksi (seropositif)
dengan yang belum terinfeksi (seronegatif)
Andreano et al à 100% inhibitory concentration
geometric mean (GM-IC100) dari nAb pada individu
yang seropositif lebih rendah dibandingkan dengan
yang seronegatif terhadap varian wild-type (WT),
Alpha, Beta, Gamma, dan Delta à antibodi lebih
poten

Dari studi ini juga, kemampuan netralisasi dan


jumlah nAb yang memiliki potensi sedang/tinggi
terhadap varian WT, Alpha, Beta, Gamma, dan Delta
lebih tinggi pada yang seropositif

Andreano E, Paciello I, Piccini G, Manganaro N, Pileri P, Hyseni I, et al. Hybrid immunity improves B cells and antibodies against SARS-CoV-2 variants. Nature. 2021;600(7889):530-5.
Superimmunity pada individu
yang belum pernah COVID-19?
Meskipun respons imun tidak seoptimal penyintas COVID-19, individu yang
naïve diperkirakan dapat mencapai kondisi superimmunity namun
memerlukan waktu lebih lama à sel B memori mengalami perubahan
setelah 12 minggu setelah dosis kedua vaksin mRNA
Beberapa alternatif yang diduga dapat membantu individu naïve mencapai
superimmunity dengan meniru konsep hybrid immunity antara lain:
1. Dosis booster (boosted immunity)
2. Meningkatkan interval antar dosis

Callaway E. COVID super-immunity: one of the pandemic’s great puzzles. Nature. 2021;598(7881):393-4.
Dosis booster (boosted immunity) memicu hybrid
immunity-like response pada individu yang belum
pernah terinfeksi (naïve)
Dosis vaksinasi ketiga (booster) untuk individu yang belum pernah terinfeksi diperkirakan dapat
memicu respons imun yang serupa dengan hybrid immunity à hybrid immunity-like response

Hal ini diduga akibat dari NAb dari infeksi maupun vaksinasi umumnya berasal dari sel yang
imunodominan (immunodominant germlines)

Riwayat COVID-
19 Vaksinasi Superimmunity

Tanpa Riwayat
Vaksinasi Booster Superimmunity?
COVID-19 (naïve)

Andreano E, Paciello I, Piccini G, Manganaro N, Pileri P, Hyseni I, et al. Hybrid immunity improves B cells and antibodies against SARS-CoV-2 variants. Nature. 2021;600(7889):530-5.
Imunogenisitas extended dosing
interval vaksin Pfizer
Payne et al membandingkan imunogenisitas
vaksin Pfizer interval median 3 minggu
dengan median 10 minggu, pada populasi
naïve atau penyintas COVID-19
Respons nAb, sel B, dan sel T CD4+ IL-2+
lebih tinggi pada kelompok interval panjang,
baik terhadap varian Beta, Delta, atau
Gamma

Payne RP, Longet S, Austin JA, Skelly DT, Dejnirattisai W, Adele S, et al. Immunogenicity of standard and extended dosing intervals of BNT162b2 mRNA vaccine. Cell. 2021;184(23):5699-714.e11
Imunogenisitas extended dosing
interval vaksin Pfizer (lanjut.)
Pada populasi dengan riwayat COVID-19, setelah 2 dosis vaksin
ditemukan aktivitas netralisasi yang lebih tinggi à hybrid immunity

Peningkatan respons antibodi dari extended dosing interval lebih baik


pada populasi naïve

Secara teoritis:
Early boosting: meningkatkan jumlah sel T efektor dan terdiferensiasi
akhir
Later boosting: meningkatkan ekspansi sel T yang efisien, dan
persistensi sel memori
Sehingga later boosting/extended dosing interval pada populasi naïve
dapat membantu meningkatkan sel T memori
Payne RP, Longet S, Austin JA, Skelly DT, Dejnirattisai W, Adele S, et al. Immunogenicity of standard and extended dosing intervals of BNT162b2 mRNA vaccine. Cell. 2021;184(23):5699-714.e11
Aplikasi extended dosing interval
vaksinasi
Interval dosis vaksin yang optimal harus dipertimbangkan, tidak hanya dari
imunogenisitas, melainkan juga dari
1. Prevalensi COVID-19 di komunitas
2. Kekebalan populasi dari infeksi alamiah
3. VOC yang bersirkulasi
4. Suplai vaksin

Masing-masing metode memiliki keunggulan:


◦ Interval singkat: proteksi lebih dini
◦ Interval panjang: meningkatkan kadar nAb puncak

Payne RP, Longet S, Austin JA, Skelly DT, Dejnirattisai W, Adele S, et al. Immunogenicity of standard and extended dosing intervals of BNT162b2 mRNA vaccine. Cell. 2021;184(23):5699-714.e11
Superimmunity terhadap Omicron
Masih diperlukan studi lanjutan untuk menganalisis superimmunity terhadap varian Omicron

Menurut laporan awal studi laboratorium, superimmunity dapat memberikan sebagian


perlindungan dari varian Omicron

Namun, menurut beberapa laporan, potensi imunitas semakin menurun seiring waktu sehingga
disarankan untuk mendapatkan dosis booster

Belum diketahui apakah hybrid immunity lebih baik dibandingkan vaksinasi saja pada populasi
naïve ?

Pada kasus Omicron, reinfeksi dan infeksi pada individu yang tervaksinasi cenderung lebih
banyak terjadi à superimmunity (baik hybrid immunity atau boosted immunity) bisa jadi kunci
untuk mencegah infeksi yang berat

Kozlov M. Waning COVID super-immunity raises questions about Omicron. Nature. 2021.
Netralisasi silang terhadap varian
Omicron
Rossler et al: individu yang menerima vaksinasi homolog Pfizer atau heterolog Pfizer-AstraZeneca
à dilaporkan ada sebagian netralisasi silang (cross-neutralization) terhadap varian Omicron

Netralisasi silang ini tidak ditemukan pada individu yang menerima vaksinasi homolog
AstraZeneca, homolog Moderna, atau riwayat COVID-19 varian Alpha, Beta, atau Delta, tanpa
vaksinasi (Alpha-/Beta-/Delta-convalescent)

Rossler A, Riepler L, Bante D, von Laer D, Kimpel J. SARS-CoV-2 Omicron variant neutralization in serum from vaccinated and convalescent persons. NEJM. 2022. 10.1056/NEJMc2119236
Hybrid immunity terhadap varian
Omicron
Rossler et al menganalisis sampel serum individu
yang sudah pernah terinfeksi dan juga menerima
vaksinasi (hybrid immunity), baik infeksi terlebih dulu
baru divaksinasi (convalescent-vaccinated) maupun
vaksinasi terlebih dulu kemudian ada breakthrough
infection (vaccinated-convalescent)
9 dari 10 sampel serum dapat menetralisir varian
Omicron, meskipun lebih rendah dari varian Delta

Rossler A, Riepler L, Bante D, von Laer D, Kimpel J. SARS-CoV-2 Omicron variant neutralization in
serum from vaccinated and convalescent persons. NEJM. 2022. 10.1056/NEJMc2119236
Hybrid immunity terhadap varian
Omicron
Studi lain oleh Miyamoto et al: Omicron resisten terhadap
netralisasi pada individu yang menerima vaksinasi dosis
penuh tanpa riwayat breakthrough infection

Akan tetapi, netralisasi silang yang kuat terhadap Omicron


ditemukan pada individu yang sudah divaksin dosis penuh
dan mengalami breakthrough infection (hybrid immunity)

Miyamoto S, Arashiro T, Adachi Y, Moriyama S, Kinoshita H, Kanno T, et al. Vaccination-infection interval determines cross-neutralization
potency to SARS-CoV-2 Omicron after breakthrough infection by other variants. medRxiv. https://doi.org/10.1101/2021.12.28.21268481
Dampak jarak antara vaksinasi dan
breakthrough infection terhadap
aktivitas netralisasi silang

Miyamoto et al: neutralization titer (NT) semakin


meningkat seiring bertambahnya waktu antara
vaksinasi (mRNA) dengan breakthrough
infection (oleh Alpha atau Delta), hingga 120
hari, terhadap VOC pseudovirus maupun virus
hidup, termasuk Omicron

Miyamoto S, Arashiro T, Adachi Y, Moriyama S, Kinoshita H, Kanno T, et al. Vaccination-infection interval determines cross-neutralization potency to
SARS-CoV-2 Omicron after breakthrough infection by other variants. medRxiv. https://doi.org/10.1101/2021.12.28.21268481
Boosted immunity
terhadap varian Omicron
Garcia-Beltran et al menilai potensi netralisir dari serum penerima vaksin
mRNA terhadap varian WT, Delta, dan Omicron

Berdasarkan status imunitasnya, kelompok dibagi menjadi


1. “recent vax”: menerima vaksinasi primer dalam 3 bulan terakhir
2. “distant vax”: menerima vaksinasi primer dalam 6-12 bulan sebelumnya
3. “distant vax + infection”: menerima vaksinasi primer dalam 6-12 bulan
sebelumnya + bukti seropositif infeksi SARS-CoV-2
4. “booster vax”: belum pernah terinfeksi SARS-CoV-2 dan menerima dosis booster

Pajanan tambahan terhadap antigen viral dari infeksi alamiah maupun


dosis booster (pada individu naïve) meningkatkan aktivitas netralisir
terhadap varian Omicron
Dosis booster vaksin mRNA “booster vax” memiliki aktivitas netralisir silang
terhadap Omicron yang lebih tinggi dibandingkan “distant vax + infection”
Garcia-Beltran WF, St Denis KJ, Hoelzemer A, Lam EC, Nitido AD, Sheehan ML, et al. mRNA-based COVID-19 vaccine boosters induce
neutralizing immunity against SARS-CoV-2 Omicron variant. Cell. 2022;S0092-8674(21)01496-3.
Vaksin COVID-19 terhadap Varian Omicron
Vaksin non-mrna

Potensi Neutralisasi terhadap Omicron


Jenis Vaksin Penilaian Neutralisasi
Vaksinasi Primer (2 dosis) Vaksinasi Dosis Booster
ChAdOx1 (AstraZeneca) Live virus neutralization ↓ x13,3 dibandingkan wild-type; N/A
assay ↓ x5,2 dibandingkan Delta
Pseudotyped virus ↓ x36 dibandingkan wild-type N/A
neutralization assay
CoronaVac (Sinovac) Pseudotyped virus ↓ x4,3 dibandingkan wild-type; N/A
neutralization assay ↓ x2,1 dibandingkan Delta
BBIBP-CorV (Sinopharm) Pseudotyped virus ↓ x20,1 dibandingkan wild-type ↑ x3,3 dibandingkan tanpa booster
neutralization assay
Pseudotyped virus ↓ x11,6 dibandingkan wild-type; ↑ x9,6 dibandingkan tanpa booster
neutralization assay ↓ x7,9 dibandingkan Delta
Dosis booster diduga efektif terhadap varian Omicron
Lippi G, Mattiuzzi C, Henry BM. Neutralizing potency of COVID-19 vaccines against the SARS-CoV-2 Omicron (B.1.1.529) variant.
Imunogenisitas Booster 5 Vaksin COVID-19
Imunogenisitas (peningkatan nilai rerata titer
Jumlah Dosis Jenis
antibodi netralisasi)
CoronaVac (Sinovac)
Homolog (vaksin 1-2 menggunakan
1 21-35 kali (setelah 28 hari pemberian dosis booster)
jenis yang sama)
BNT162b (Pfizer)
Homolog (vaksin 1-2 menggunakan
1 3,3 kali (setelah 30 hari pemberian vaksin booster)
jenis yang sama)
ChAdOx1 (AstraZeneca)
Homolog (vaksin 1-2 menggunakan
1 3,5 kali
jenis yang sama)
mRNA-1273 (Moderna)
Homolog (vaksin 1-2 menggunakan
jenis yang sama) dan
1/2 Heterolog (vaksin 1-2 dengan 13 kali
AstraZeneca, Pfizer, dan Johnson &
Johnson)
Zifivax (Anhui Zhifei)
Heterolog (vaksin 1-2 dengan Sinovac
1 30 kali
dan Sinopharm)
Kebijakan Booster di DKI Jakarta
Calon Penerima Vaksin Jeda dari Dosis 2 Pemberian Vaksin Booster COVID-19
Booster
Memiliki tiket ketiga 6 bulan Diberikan
booster

Memiliki tiket ketiga Di bawah 6 bulan Ditunda sampai 6 bulan post dosis 2
booster

Belum memiliki tiket 6 bulan Ditunda hingga ada tiket booster


ketiga booster

Penyintas COVID-19 6 bulan 3 bulan setelah sembuh


gejala berat

Penyintas COVID-19 6 bulan 1 bulan setelah sembuh


gejala ringan/sedang
Kebijakan Booster di DKI Jakarta
Vaksin Primer Pilihan Vaksin Booster

Sinovac Pfizer atau AstraZeneca

AstraZeneca Moderna atau Pfizer

Pfizer, Moderna, Menunggu pemberitahuan


Sinopharm Kemenkes lebih lanjut
Take Home Message
Tidak perlu panik, namun waspada

Segera melakukan vaksinasi

Segera jalani suntikan ke 3 / Booster terutama untuk lansia, orang dengan komorbid

Superimmunity saja tidak cukup dan tidak bisa berdiri sendiri, harus tetap dilengkapi dengan protocol
Kesehatan

Apapun varian nya, protocol kesehatannya sama saja

Disiplin dan Sabar


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai