Anda di halaman 1dari 26

‫ِ‬

‫ـح َم ُدهُ َونَ ْستَع ْينُ ُه‬ ‫ن‬


‫َ‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫ل‬
‫ّ‬ ‫ِ‬
‫ل‬ ‫د‬
‫َ‬ ‫م‬ ‫ـح‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫َّ‬
‫إن‬
‫ْ‬ ‫َْ‬
‫اهلل ِم ْن ُش ُرو ِر‬‫ونَسَتغْ ِفرهُ‪ ،‬و َنعوذُ بِ ِ‬
‫َ ْ ُ َ ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َأْن ُفسنَا َوم ْن َسيَِّئات ْع َمالنَا‪َ ،‬م ْن‬
‫َأ‬ ‫ِ‬
‫ضلِ ْل‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫م‬‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫ه‬ ‫ل‬
‫َ‬
‫ُ َاَل ُ َّ ُ َ َ ْ ُ ْ‬‫ل‬ ‫ض‬‫ِ‬ ‫م‬ ‫ف‬ ‫اهلل‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫ِ‬
‫د‬ ‫َي ْه‬
‫ي لَهُ‪َ ،‬وَأ ْش َه ُد َأن الَّ ِإلَهَ ِإالَّ‬ ‫فَاَل َه ِ‬
‫اد‬
‫َ‬
‫ك لَهُ‪َ  ‬وَأ ْش َه ُد َّ‬
‫َأن‬ ‫اهلل َو ْح َدهُ اَل َش ِريْ َ‬
‫ـح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر ُسولُه‬
‫َُ‬‫م‬
‫قال اهلل تعالى فى كتابه الكريم‪ ،‬يَا‬
‫آمنُوا َّات ُقوا اللَّهَ َح َّق‬ ‫ين‬ ‫َُّأيها الَّ ِ‬
‫ذ‬
‫َ َ‬ ‫َ‬
‫ِ‬
‫ُت َقاتِِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأْنتُ ْم ُم ْسل ُمو َن‬
‫آمنُوا‬ ‫ين‬ ‫ذ‬‫وقال تعالى‪ ،‬يا َُّأيها الَّ ِ‬
‫َ َ‬ ‫َ َ‬
‫ِ‬
‫َّات ُقوا اللَّهَ َوقُولُوا َق ْواًل َسدي ًدا‬
‫صلِ ْح لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َو َيغْ ِف ْر لَ ُك ْم‬
‫يُ ْ‬
‫ذُنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع اللَّهَ َو َر ُسولَ ُه‬
‫يما‬ ‫ظ‬‫ِ‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ز‬
‫ً‬ ‫و‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫از‬
‫َ‬ ‫َ‬‫ف‬ ‫د‬
‫ْ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ف‬
‫َ‬
‫ً‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫‪َ،‬أما َب ْع ُد‬
‫َّ‬
‫‪Khutbah Pertama‬‬
‫‪Kultum teraweh‬‬
Tentang sakaratul maut,
sejatinya ia adalah proses
yang menegangkan sekaligus
menyakitkan, walau juga ada
pengecualian bagi orang yang
Alloh kehendaki berupa
kematian yang mudah.

Berita tentang sakaratul maut


yang menjadi proses
perpisahan jasad dengan ruh
dicantumkan Alloh dalam
firmanNya,
‫ك‬ ِ
‫ل‬ ‫ذ‬
َ َ َ ‫ق‬
ِّ ‫ْح‬‫ل‬ ‫ا‬ِ‫ب‬ ِ
‫ت‬ ‫ت َس ْك َرةُ ال َْم ْو‬
ْ ‫آء‬ ‫ج‬ ‫و‬
َ ََ
‫نت ِم ْنهُ تَ ِحي ُد‬َ ‫َما ُك‬

“Dan datanglah sakaratul


maut dengan sebenar-
benarnya. Itulah yang kamu
selalu lari darinya”. [Qaaf: 19]

Juga ayat:
}26{ ‫الت َراقِ َي‬ َّ ‫ت‬ِ َ‫َكآل ِإ َذا بلَغ‬
َ
‫} َوظَ َّن َأنَّ ُه‬27{ ‫اق‬ٍ ‫وقِيل من ر‬
َ َْ َ َ
ِ
}28{ ‫الْف َرا ُق‬

“Sekali-kali jangan. Apabila


nafas telah sampai
kerongkongan. Dan dikatakan
(kepada yang menjalani
sakaratul maut): “Siapakah
yang dapat menyembuhkan”.
Dan dia yakin bahwa
sesungguhnya itulah waktu
perpisahan”.
[QS Al Qiyamah: 26-28]

Syaikh Sa’di menjelaskan:


“Alloh mengingatkan para
hamba-Nya dengan keadan
orang yang akan tercabut
nyawanya, bahwa ketika ruh
sampai pada taraqi yaitu
tulang-tulang yang meliputi
ujung leher (kerongkongan),
maka pada saat itulah
penderitaan mulai berat,
(maka ia) mencari segala
sarana yang dianggap
menyebabkan kesembuhan
atau kenyamanan. Karena itu
Alloh berfiman:

“Dan dikatakan (kepada yang


menjalani sakaratul maut):
“Siapakah yang akan
menyembuhkan?” artinya
siapa yang akan
meruqyahnya dari kata
ruqyah. Pasalnya, mereka
telah kehilangan segala terapi
umum yang mereka pikirkan,
sehingga mereka bergantung
sekali pada terapi ilahi.
Namun qodho dan qodar jika
datang dan tiba, maka tidak
dapat ditolak. Dan dia yakin
bahwa sesungguhnya itulah
waktu perpisahan dengan
dunia”. [Taisir Al Karimi Ar
Rahman Fi Tafsiri Kalami Al
Mannan hal: 833]

Sementara itu, sakaratul


maut bagi orang yang
beriman secara umum adalah
mudah, Alloh menyatakan
secara tegas dalam firmanNya
bahwa para malaikat
menghampiri orang-orang
‫‪yang beriman, dengan‬‬
‫‪mengatakan janganlah takut‬‬
‫‪dan sedih serta membawa‬‬
‫‪berita gembira tentang‬‬
‫;‪syurga‬‬

‫ين قَالُوا َر ُّبنَا اهللُ ثُ َّم‬ ‫ِإ َّن الَّ ِ‬


‫ذ‬
‫َ‬
‫اسَت َق ُاموا َتَتَن َّز ُل َعلَْي ِه ُم ال َْمالَِئ َك ُة‬‫ْ‬
‫َأآلتَ َخافُوا َوالَتَ ْح َزنُوا َوَأبْ ِش ُروا‬
‫وع ُدو َن {‪}30‬‬ ‫ت‬ ‫م‬ ‫نت‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ت‬‫َّ‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ِ‬
‫َّة‬
‫ن‬ ‫ْج‬ ‫ِ‬
‫ُْ ُ َ‬ ‫ُ‬ ‫ب َ‬‫ل‬ ‫ا‬
“Sesungguhnya orang-orang
yang berkata: “Rabb kami
adalah Alloh kemudian
mereka beristiqomah, maka
para malaikat turun kepada
mereka (sembari berkata):”
Janganlah kamu bersedih dan
bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) syurga yang
telah dijanjikan Alloh
kepadamu”.
[QS Fushshilat: 30]
Ibnu Katsir mengatakan
dalam tafsirnya:
“Sesungguhnya orang-orang
yang ikhlas dalam amalannya
untuk Alloh semata dan
mengamalkan ketaatan-Nya
berdasarkan syariat Alloh,
niscaya para malaikat akan
menghampiri mereka tatkala
kematian menyongsong
mereka dengan berkata,

“Janganlah kalian takut atas


amalan yang kalian
persembahkan untuk akhirat
dan jangan bersedih atas
perkara dunia yang akan
kalian tinggalkan, baik itu
anak, istri, harta atau agama,
sebab kami akan mewakili
kalian dalam perkara itu.
Mereka (para malaikat)
memberi kabar gembira
berupa sirnanya kejelekan
dan turunnya kebaikan”.

Ibnu Katsir pun juga menukil


perkataan Zaid bin Aslam:
“Kabar gembira akan terjadi
pada saat kematian, di alam
kubur, dan pada hari
kebangkitan”. [Tafsiru Al
Quranil ‘Azhim 4/100-101]

Adapun apa yang dialami


Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi
wa sallam, berupa rasa sakit
dalam proses sakaratul maut
dapat kita lihat lewat
beberapa riwayat yang
shohih, seperti dari sahabat
Anas bin Malik rodhiallohu
‘anhu, ia berkata,
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ
َ ُّ ‫لَ َّما َث ُق َل النَّب‬
‫ي‬
ِ َ‫ت ف‬
‫اط َم ُة‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ق‬ ‫ف‬ َّ َّ
ْ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ ‫َو َسل‬
‫اه‬ ‫ش‬ ‫غ‬‫ت‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ج‬ ‫م‬
‫ال‬َ ‫ب َأبَاهُ َف َق‬ َ ‫واكر‬
ْ ‫الساَل م‬ َّ ‫َعلَْي َها‬
‫ب َب ْع َد‬ ٌ ْ ‫ر‬ ‫ك‬
َ ِ
‫يك‬ ِ‫س َعلَى َأب‬ ‫ي‬
ْ ‫ل‬
َ ‫ا‬ ‫ه‬
َ ‫ل‬
َ
َ
ِ‫اليوم‬
َْ

“Tatkala kondisi Nabi makin


memburuk, Fathimah
berkata: “Alangkah berat
penderitaanmu ayahku”.
Beliau menjawab: “Tidak ada
penderitaan atas ayahmu
setelah hari ini”. [HR Bukhari
4446]

Juga dijelaskan lewat


penuturan langsung dari
‘Aisyah rodhiallohu ‘anha,

ٍ ‫ط َأح ًدا بِ َهو ِن مو‬ ِ


‫ت َب ْع َد‬ َْ ْ َ ‫َما َأ ْغب‬
ُ
ِ ‫ت ر ُس‬
‫ول‬ ِ ‫ت ِمن ِش َّد ِة مو‬ ُ ‫َأي‬‫ر‬ ‫ي‬ ِ
‫ذ‬ َّ
‫ل‬ ‫ا‬
َ َْ ْ ْ َ
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ
ِ َّ‫الل‬
‫ه‬
“Aku tidak iri kepada
siapapun yang mudah saat
proses kematiannya, setelah
aku melihat kepedihan dalam
kematian Rasūlullāh
shallallāhu ‘alayhi wa sallam”.
[HR Tirmidzi 979]

Sampai di sini kita bisa tahu


bahwa penderitaan yang
dialami saat sakaratul maut
adalah sesuatu yang nyata,
kendati bagi orang beriman
pada umumnya adalah hal
yang mudah, namun tetap
saja ada kepedihannya, dan
kepedihan setiap orang
berbeda-beda.

Maka jangan dipahami


kepedihan dalam sakaratul
maut yang dialami Rasūlullāh
shallallāhu ‘alayhi wa sallam
adalah sebuah kehinaan,
karena justru sebagai
pengangkat kedudukan.
Ibnu Hajar menjelaskan:
“Dalam hadits tersebut,
kepedihan atau kesengsaraan
(saat) sakaratul maut bukan
petunjuk atas kehinaan
(seseorang). Dalam konteks
orang yang beriman bisa
untuk menambah
kebaikannya atau menghapus
kesalahan-kesalahannya”.
[Fathul Bari Syarhu Shohihil
Bukhori 11/363]
ِ ِ ِ
‫اسَتغْف ُر اهللَ لي‬ ْ ‫َأ ُق ْو ُل َق ْولي َه َذا ََو‬
‫الم ْسلِ ِم ْي َن ِإنَّهُ ُه َو‬ ِ
‫ر‬ ‫ولَ ُكم ولِساِئ‬
ُ َ َْ َ
ِ
‫العل ْي ُم‬ ِ
َ ُ ْ ‫الس‬
‫ع‬ ‫ي‬‫م‬ َ

Di antara hikmah pedihnya


sakaratul maut yang dialami
orang beriman adalah agar
orang-orang bisa melihat dan
merasakan bahwa sakitnya
kematian bukanlah sebuah
hal yang bisa disepelekan,
sehingga untuk
mengahadapinya pun tidak
bisa dengan persiapan yang
sepele.

Selain itu, kepedihan yang


dialami para nabi dan rosul
serta orang-orang sholih di
penghujung hidupnya
bukanlah sebuah aib ataupun
siksaan, melainkan untuk
meningkatkan derajat mereka
di sisi Alloh, serta
memperbesar pahala-pahala
mereka sebelum meninggal.
Dan bukan berarti Alloh
mempersulit proses kematian
mereka melebihi kepedihan
orang-orang yang bermaksiat.
Sebab kepedihan ini adalah
hukuman bagi mereka dan
sanksi untuk kejahatan
mereka. Tidak bisa disamakan
dengan yang dialami orang
beriman.

Sebagai tambahan, ada doa


yang bisa kita praktekkan
agar tidak terpedaya oleh
gangguan syaitan saat
sakaratul maut, sebagaimana
yang telah diajarkan oleh
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi
wa sallam,

َّ ‫ك َأن َيتَ َخبَّطَنِي‬


‫الشيطَا ُن‬ ِ
َ ‫َأعُوذُ ب‬
ِ ‫ِعن َد الم‬
‫وت‬ َ

“Aku berlindung kepada-Mu


agar tidak disesatkan setan
ketika kematian.”
‫]‪[HR Abu Daud 1328‬‬

‫صلُّو َن َعلَى النَّبِ ِّي‬ ‫ي‬ ‫ه‬‫ت‬‫ك‬‫َ‬ ‫ِئ‬ ‫م‬‫و‬ ‫ه‬‫َّ‬


‫ل‬ ‫ال‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ِإ‬
‫َ َ َ اَل َ ُ ُ َ‬
‫صلُّوا َعلَْي ِه‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬
‫يَا َُّأي َها ال َ َ ُ َ‬
‫وا‬ ‫ن‬‫آم‬ ‫ين‬ ‫ذ‬
‫َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِيم ًا‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد و َعلَى ِ‬
‫آل‬ ‫َ‬ ‫م‬
‫َّ‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫َّ‬
‫ل‬ ‫ل‬‫ا‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ت َعلَى ِإ ْب َر ِاه ْي َم‬ ‫َّ‬
‫ُم َح َّم َ َ َ ْ َ‬
‫ي‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ٍ‬
‫د‬
‫ك َح ِم ْي ٌد‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ِإ‬
‫َْ ْ َ َ‬‫‪،‬‬ ‫م‬‫ي‬ ‫ِ‬
‫اه‬ ‫ر‬ ‫ب‬‫ِإ‬ ‫ِ‬
‫آل‬ ‫َو َعلَى‬
‫ٍ‬
‫َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وبَا ِر ْك َعلَى ُم َح َّمد َو َعلَى‬
‫ت َعلَى‬ ‫ك‬ ‫ار‬ ‫ب‬ ‫ا‬
‫ُ َ َّ َ َ َ َ ْ َ‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ٍ‬
‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ِ‬
‫آل‬
‫ك‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ِإ‬
‫َْ ْ َ َ‬ ‫‪،‬‬ ‫م‬‫ي‬ ‫ِ‬
‫اه‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫ِإ‬ ‫ِ‬
‫آل‬ ‫ى‬ ‫َ‬‫ل‬‫ع‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫اه‬ ‫ر‬ ‫ب‬‫ِإ‬
‫َْ ْ َ َ َ‬
‫َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
‫الله َّم ا ْغ ِفر لِ ْلمسلِ ِم ْين والمسلِم ِ‬
‫ات‬ ‫ُ‬
‫ْ ُْ ََ ْ َ‬
‫ات اَأل ْحيَ ِاء‬ ‫والمْؤ ِمنِْين والمْؤ ِمنَ ِ‬
‫ََ‬ ‫َ‬
‫ب‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ِإ‬ ‫ِ‬ ‫َأل‬ ‫ِ‬
‫ك َسم ْي ٌع قَريْ ٌ‬ ‫م ْن ُه ْم َوا ْم َوات ن َ‬
‫الد ْع َو ِة‬
‫ب َّ‬ ‫ُ ُ‬‫ي‬
‫ْ‬ ‫ج‬‫ِ‬ ‫م‬
‫والت َقى ‪،‬‬
‫اله َدى ‪ُّ ،‬‬ ‫َْ َ ُ‬ ‫ك‬ ‫ل‬
‫ُ‬‫َأ‬ ‫س‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫َّ‬
‫ن‬ ‫إ‬ ‫م‬
‫َّ‬ ‫ه‬ ‫َّ‬
‫الل ُ‬
‫اف ‪ِ ،‬‬
‫والغنَى‬ ‫والع َف َ‬
‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َر َّبنَا آتِنَا في الد ْنيَا َح َسنَةً َوفي‬
‫ُّ‬
‫اب النَّارِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اآْل خ َرة َح َسنَةً َوقنَا َع َذ َ‬
‫صلَّى اهللُ َعلَى نَبِِّينَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ ‫َو َ‬
‫آلِ ِه وص ْحبِ ِه و َمن تَبِع ُهم بِِإ ْحسانٍ‬
‫َْ َ ْ َ‬ ‫َ َ‬
‫ِ‬
‫ِإلَى َي ْوم ال ّديْن‬
‫ب‬
‫ْح ْم ُد هلل َر ِّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َوآخ ُر َد ْع َوانَا َأن ال َ‬
‫ال َْعالَ ِم ْي َن‬

Anda mungkin juga menyukai