masuk ke dalamnya bersama orang- orang saleh dari bapak-bapaknya, istri- istrinya dan anak cucunya.” (QS. Ar- Ra‘du: 23)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan
maksud ayat ini bahwa Allah akan mengumpulkan seseorang bersama keluarganya, orang tua, istri dan anak- cucunya di surga. Ini adalah dalil satu keluarga bisa masuk surga bersama. Beliau mngatakan “Allah mengumpulkan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai di dalam surga yaitu orang tua, istri dan anak keturunan mereka yang mukmin dan layak masuk surga. Sampai- sampai, Allah mengangkat derajat yang rendah menjadi tinggi tanpa mengurangi derajat keluarga yang tinggi (agar berkumpul di dalam surga yang sama derajatnya, pent).”[1]
Orang tua dan anak saling tarik-
menarik ke surga dengan memberi syafaat
Fasilitas yang Allah sediakan agar
keluarga bisa masuk surga bersama yaitu mereka akan saling tarik-menarik agar bisa masuk surga dan berada di dalam surga yang tingkatnya sama. Hal ini Allah anugrahkan agar mereka bisa berkumpul bersama. Bisa jadi sang anak berada di surga tertinggi, sedangkan orang tua berada di surga terendah, maka sang anak mengangkat derajat orang tuanya ke surga yang lebih atas, demikian juga sebaliknya.
Anak bisa mengangkat derajat orang
tua mereka, hal ini telah diketahui oleh kaum muslimin dengan banyak dalil.
Misalnya anak sebagai amal jariyah
yang terus mendoakan orang tuanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
َ َ ا ذ َ ِإ صالِ ٍح يَ ْدعُو لَ ُه دٍ َص َدقٍَة جا ِري ٍة و ِع ْل ٍم يْنت َفع بِِه وول َ ََ ُ َُ َ َ َ َ “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya dan doa anak yang shalih” ( HR. Muslim no. 1631) Demikian juga derajat orang tua naik karena istigfar anaknya.
diangkat derajatnya di surga lalu dia pun bertanya, ‘Dari mana ini?’ Dijawab, ‘Karena istigfar anakmu untukmu”. (Sunan Ibnu Majah no. 3660) Orang tua pun bisa menarik anaknya ke tingkatan surga yang lebih tinggi.
Allah Ta’ala berfirman,
ٍ َوالَّ ِذين آمنُوا و َّاتبعْتهم ذُِّريَُّتهم بِِإمي
yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka. Tiap- tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath Thuur: 21)
Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan,
“Maksud dari ‘Kami hubungkan anak
cucu mereka dengan mereka’ yaitu, anak-cucu mereka kelak di surga, sehingga jadilah anak-cucu mereka sama derajatnya dengan mereka walaupun anak-cucu mereka tidak beramal seperti mereka, sebagai penghormatan terhadap bapak-bapak mereka agar bisa berkumpul dengan anak-cucu mereka (di surga kelak).”[4]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-
Sa’diy menafsirkan,
“Keturunan yang mengikuti mereka
dalam keimanan maksudnya adalah mereka mengikuti keimanan yang muncul dari orang tua atau kakek- buyut mereka. Lebih utama lagi jika keimanan muncul dari diri anak- keturunan itu sendiri. Allah akan mengikutsertakan mereka dalam kedudukan orang tua atau kakek-buyut mereka di surga walaupun mereka sebenarnya tidak mencapainya (kedudukan anak lebih rendah dari orang tua –pent), sebagai balasan bagi orang tua mereka dan tambahan bagi pahala mereka. Akan tetapi Allah tidak mengurangi pahala orang tua mereka sedikitpun.”[5] Saudarku mari terus istiqomah dalam ketaatan karena nabi kita bersabda ال بِالْ َخ َواتِ ِيم ُ َوِإنَّ َما اَأل ْع َم “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607) Amalan yang dimaksud di sini adalah amalan shalih, bisa juga amalan jelek. Yang dimaksud ‘bil khawatim’ adalah amalan yang dilakukan di akhir umurnya atau akhir hayatnya.
apabila Allah menginginkan satu kebaikan
kepada seorang hamba, Allah akan menunjukinya sebelum ia meninggal.” Para sahabat bertanya, “Apa maksud menunjuki sebelum meninggal?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Yaitu memberikan ia taufik untuk beramal shalih dan mati dalam keadaan seperti itu.” (HR. Ahmad) Semoga kita semua bisa masuk surga bersama keluarga yang kita cintai.