Anda di halaman 1dari 22

Konsep Keluarga Berencana

dalam Agama
Drs. Sarmita Yusuf, M.A
Konsep Keluarga Berencana

 Pengertian KB
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk
mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan.
Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah
beberapa cara atau alternatif untuk mencegah atau
menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk
kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan
perencanaan keluarga.
Tujuan Keluarga Berencana

 TUJUAN UMUM Keluarga Berencana ialah suatu usaha


yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian
rupa.

 TUJUAN KHUSUS Keluarga Berencana dalam kehidupan


sehari-hari berkisar pada pencegahan konsepsi atau
pencegahan terjadinya pembuahan atau pencegahan
pertemuan antara sel sperma dengan sel telur
Manfaat KB Dari Segi Kesehatan

A. Untuk Ibu
 Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya
kehamilan yang berulangkali dalam jangka waktu
yang terlalu pendek.

 Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang


dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk
mengasuh anak-anak untuk beristirahat dan
menikmati waktu terluang serta melakukan kegiatan-
kegiatan lainnya.
Manfaat KB Dari Segi Kesehatan

A. Untuk Anak
 Memberikan kesempatan kepada mereka agar perkembangan
fisiknya lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan
yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga.

 Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena


pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang
dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak.

 Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena


sumber - sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk
mempertahankan hidup semata.
Manfaat KB Dari Segi Kesehatan

A. Untuk Ayah

 Untuk memberikan kesempatan agar dapat memperbaiki


kesehatan mental dan sosial karena kesemasan berkurang
serta lebih banyak waktu yang tertuang untuk keluarganya.
Pandangan Agama Kristen
Tentang KB
 Pandangan tentang manusia menurut kristen harus menjadi acuan utama
dalam membangun keluarga sejahtera. Langkah awal mewujudkan keluarga
sejahtera menurut alkitabiah, tercermin dari perkawinan.
 Perkawinan sebagai sebuah proses yang bertanggung jawab, selain itu
kristen juga menyebutkan kesejahteraan keluarga memiliki makna yang
sangat penting dengan apa yang disebut keluarga yang bertanggung jawab.
Kepentingan tersebut terletak pada tanggung jawab membawa bahtera
rumah tangga dalam takut akan Allah. Karena itu, kristen mendukung
program KB.
 Bagi agama kristen, program KB dapat menunjang terciptanya kebahagian
keluarga, dimana hak dan peran anggotanya dapat diwujudkan secara
memadai. Secara filosofis bertujuan untuk melindungi hidup. Pandangan ini
didasarkaan antara lain baahwa kebahaagiaan suatu keluarga bergantung
dari tiap anggota, bagaimana ia memainkan peranannya dengan tepat
terhadap tiap anggota yang lain.
Pandangan Agama Buddha
Tentang KB
 Masalah kependudukan dan keluarga berencana belum timbul
ketika budha Gotama maasih hidup. Tetapi kita bisa menelaah
ajarannya yang relevan dengan makna keluarga berencana.
 Kebahagiaan dalam keluarga adalah adanya hidup harmonis
antara suami istri dan antara orang tua dan anaknya. Kewajiban
orang tua terhadap anaknya adalah berusaha menimbulkan dan
memperkembangkan kesejahteraan untuk anak-anaknya.
 Jadi, bila kita perhatikan kewajiban tersebut maka program KB
patut dilaksanakan karena KB menimbulkan kesejahteraan
keluarga.
 Keluarga berencana dibenarkan dalam agama budha dan umat
budha dibebaskan memilih cara KB yang cocok untuk masing-
masing
Pandangan Agama HinduTentang
KB

 KB menurut agama hindu di perbolehkan karena KB dapat


membatasi jumlah anak dengan tujuan agar sejahtera.
Hukum KB dalam Islam
A. Hukum KB menurut Al-qur’an dan Hadits
Pelaksanaan KB dibolehkan dalam Islam karena pertimbangan
ekonomi, kesehatan dan pendidikan.
Hal ini berdasarkan pada sebuah ayat Al-Qur'an yang berbunyi:

َ‫الله‬
َّ ‫علَيْ ِهمْ فَلْيَتَّقُوا‬
َ ‫ن َلوْ تَ َركُوا ِمنْ خَ ْلفِ ِهمْ ذُرَِّّيةً ضِعَافًا خَافُوا‬
َ ‫ش الَّذِي‬
َ ‫خ‬
ْ َ‫وَ ْلي‬
‫َولْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا‬
Artinya: “Dan hendaklah orang-orang takut kepada Alloh bila
seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya yang dalam
keadaan lemah; yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan
mereka) oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Alloh
dan mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S An-nisa :9)
 Dalam ayat lain disebutkan juga:

‫ُن‬
َّ ‫ِم الرَّضَاعَةَ وَعلَى الْمَوْلُودِ َلهُ رِ ْز ُقه‬ َّ ‫ُن حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَا َد أَن يُت‬
َّ ‫ت يُرْضِعْنَ أَ ْوالَ َده‬ ُ ‫وَالْوَالِدَا‬
‫َآر وَالِدَةٌ بِ َولَدِهَا َوالَ مَ ْولُودٌ لَّهُ بِوَلَ ِدهِ َوعَلَى‬َّ ‫َوكِسْ َوتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ الَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِالَّ وُسْعَهَا الَ تُض‬
‫ث مِثْلُ َذلِكَ َفإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا َوتَشَا ُورٍ َفالَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن‬ ِ ‫الْوَا ِر‬
‫علَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّآ آتَيْتُم بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُواْ اللَهّ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللَهّ بِمَا‬ َ َ‫الدَكُمْ َفالَ جُنَاح‬ َ ْ‫تَسْتَرْضِعُواْ أَو‬
‫تَعْمَلُونَ بَصِي ٌر‬
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.”(Q.S AL-baqoroh:233)
 ُ‫شكُ ْر لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْ َمصِير‬
ْ‫نا‬
ِ َ‫علَى وَ ْهنٍ وَ ِفصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أ‬
َ ‫ُمهُ َوهْنًا‬
ُّ ‫حمَلَتْهُ أ‬
َ ِ‫َصيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِ َديْه‬
َّ ‫وَو‬
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S
Luqman:14)

‫ن شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَ َغ‬ َ ‫حمْلُ ُه وَ ِفصَالُهُ ثَلَاثُو‬


َ َ‫ُمهُ ُكرْهًا وَ َوضَ َعتْهُ ُكرْهًا و‬ ُّ ‫َووَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَ َملَتْهُ أ‬
‫عمَلَ صَالِحًا‬ ْ َ‫َي وَأَنْ أ‬
َّ ‫َي وَعَلَى وَالِد‬ َّ ‫عل‬َ ‫ت‬ َ ْ‫ن أَشْ ُكرَ نِعْ َمتَكَ الَّتِي أَنْ َعم‬
ْ َ‫أَشُدَّهُ وَبَلَ َغ أَ ْربَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْ ِزعْنِي أ‬
‫ن‬
َ ‫ن الْ ُمسْلِمِي‬
َ ِ‫تَ ْرضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ َوإِنِّي م‬
Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai
empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri". (Q.S. Al-ahqaf:15)
 Ayat-ayat di atas (Q.S. Luqman: 14 dan Q.S. Al-ahqaf: 15)
memberi petunjuk kepada kita bahwa kita perlu
melaksanakan perencanaan keluarga atas dasar mencapai
keseimbangan antara mendapat keturunan dengan:
1. Terpeliharanya kesehatan ibu anak, terjaminnya
keselamatan jiwa ibu karena beban jasmani dan rohani
selama hamil, melahirkan, menyusui dan memelihara
anak serta timbulnya kejadian yang tidak diinginkan
dalam keluarga.
2. Terpeliharanya kesehatan jiwa, jasmani dan rohani
serta tersedianya pendidikan bagi anak.
3. Terjaminnya keselamatan agama orang tua yang
dibebani kewajiban mencukupkan kebutuhan hidup
keluarga.
Adapun hadits-hadits yang dapat dijadikan dalil atau pedoman dalam
penerapan program KB antara sebagai berikut:
 Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam
keadaan berkecukupan daripada meninggalkan mereka menjadi beban
tanggungan orang banyak.(hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dari
Saad bin abi Waqaash ra.)
Maksud dari hadits ini adalah faktor kemapuan suami istri untuk
memenuhi kebutuhan anak-anaknya hendaklah dijadikan
pertimbangan mereka yang ingin menambah jumlah anaknya.
 
 Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada
orang mukmin yang lemah.(Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah
ra).
Maksud dari hadits ini adalah Islam lebih menghargai kualitas
daripada kuantitas, dan maksud kuat adalah kuat mental, fisik, moril
maupun materiil.
  
B. Hukum KB Menurut Pendapat (Ijma’) Ulama
 KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB
dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang
berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat
sejalan dengan tujuan syari’at Islam yaitu mewujudkan
kemaslahatan bagi umatnya.
 KB diperbolehkan syariat adalah suatu usaha pengaturan
kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas
kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu
untuk kepentingan (maslahat) keluarga atau tanzim an nasl
(pengaturan keturunan)
 Oleh karena pengertian KB yang dimaksud bukan tahdid an nasl
(pembatasan keturunan), pemandulan (taqim), dan aborsi
(isqot al-haml), maka KB tidak dilarang.
Alat-alat kontrasepsi yang diperbolehkan dan
dilarang dalam Islam
A. Alat-alat kontrasepsi yang diperbolehkan
1. Untuk wanita:
a) IUD (ADR)
Syarat:
1) Pemasangan IUD tersebut harus dilakukan oleh dokter wanita.
2) Atau bisa dilakukan oleh dokter lelaki namun dengan dihadiri kaum
wanita lain (keluarga atau saudara) atau si suami pasien.
3) Alat ini dapat dilepaskan atau ditinggalkan, jadi bila suatu ketika ia
menghendaki anak lagi, sehingga dapat di saluri sperma atau ovum,
maka hukumnya boleh karena sifatnya sementara
b) Pil;
c) Obat suntik;
d) KB Implan
e) Cara-cara tradisional dan metode yang sederhana; misalnya minuman
jamu dan metode kalender (Metode ogino knans)
2. Untuk pria, seperti:
a) Kondom;
b) Coitus interruptus (’azal menurut Islam)
Cara ini desepakati oleh ulama Islam bahwa boleh digunakan, berdasarkan
dengan cara yang telah diperaktekkan oleh para sahabat nabi semenjak beliau
masih hidup, sebagaimana keterangan sebuah hadits yang bersumber dari Jabir,
yang berarti:

 ”kami pernah melakukan 'azal (coitus interruptus) dimasa rosululloh SAW,


sedangkan Alqur'an (ketika itu) masih selalu turun”. (H.R.Bukhori-Muslim).”Dan
pada hadist lain mengatakan: kami pernah melakukan 'azal (yang ketika itu) nabi
mengetahuinya,tetapi ia tidak pernah melarang kami”. (H.R. Muslim). 

 Diriwayatkan dari Jabir ra, bahwa seorang laki datang kepada Rasulullah seraya
berkata, ”sesungguhnya saya mempunyai seorang jariyah (hamba sahaya wanita).
Ia adalah pelayan dan pengambil air/penyiram kami. Saya ingin melakukan
hubungan seks dengan dia tetapi saya tidak ingin dia hamil. Maka Nabi bersabda,
“Lakukanlah ‘azal padanya jika kau kehendaki. Maka sesungguhnya apa yang
ditakdirkan Allah padanya pasti akan terjadi”. Kemudian laki-laki itu pergi lalu
datang kembali beberapa waktu dan berkata kepada Nabi, “Sesungguhnya jariyah
saya kini sudah hamil”. Maka Rasulullah bersabda, “Bukankah sudah kukatakan
kepadamu, bahwa apa yang sudah ditakdirkan Allah padanya pasti terjadi”.
c) Vasektomi
Vasektomi adalah operasi kecil mengikat saluran sperma pria
sehingga benih pria tidak mengalir ke dalam air mani pria. Vasektomi
dilakukan untuk mencegah ledakan jumlah penduduk.
MUI atau Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan alternatif
hukum mubah (boleh) vasektomi, sejauh vasektomi itu dilaksanakan
sesuai dengan syariat Islam. Namun, MUI juga masih menetapkan
hukum haram terhadap praktek vasektomi jika tindakan mencegah
memiliki anak itu bertentangan dengan syariat Islam.
Berdasarkan keputusan MUI, praktek vasektomi yang sesuai dengan
syariat Islam itu di antaranya:
 Pelaku vasektomi masih memiliki rekanalisasi serta di kemudian
hari bisa normal kembali.
 Pelaku vasektomi sudah berusia 50 tahun, dan sudah beristri.
 Pelaku vasektomi melakukan vasektomi dengan persetujuan istri.
 Vasektomi itu dilakukan bukan untuk tujuan melakukan maksiat.

Dalam hukum Islam, perbuatan kontrasepsi halal jika tujuannya adalah


mengatur jarak kelahiran dan proses kelahiran tanpa menutup peluang untuk
melakukan regenerasi.
B. Alat- alat kontrasepsi yang dilarang
Dalam Islam terdapat beberapa alat kontrasepsi yang
dilarang dikarenakan terdapat potensi bahaya dalam
penggunaannya, dan beberapa alat dan cara-cara yang
dilarang, diantaranya sebagai berikut :
1. Untuk wanita, seperti;
a. Menstrual regulation (MR atau pengguguran kandungan yang
masih muda);
b. Abortus atau pengguguran kandungan yang sudah bernyawa;
c. Ligasi tuba (mengikat saluran kantong ovum) dan tubektomi
(mengangkat tempat ovum). Kedua istilah ini disebut sterilisasi
Alasan Ber-KB Dalam Tinjauan Syariat Islam
 Keluarga Berencana diperbolehkan dengan alasan utamanya adalah kekhawatiran akan
kehidupan dan kesehatan ibu jika hamil atau melahirkan, berdasarkan pengalaman atau
keterangan dari dokter yang terpercaya. Allah SWT berfirman:

َ‫طلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَ ًة عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَ ْقتُلُوا أَنْ ُفسَ ُكمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَان‬
ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْ ُكلُوا أَ ْموَالَكُمْ بَيْ َنكُمْ بِالْبَا‬
‫بِكُمْ َرحِيمًا‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisa:29)
 
 Alasan yang kedua yaitu khawatir akan kesulitan materi yang terkadang menyebabkan
munculnya kesulitan dalam beragama, lalu menerima saja sesuatu yang haram dan
melakukan hal-hal yang dilarang demi anak-anaknya. Selain itu, alasan kekhawatiran
adalah nasib anak-anaknya, kesehatannya buruk atau pendidikannya tidak teratasi.
 Diantara alasan syar’i yang bisa diterima adalah kekhawatiran terhadap anak yang masih
menyusui jika ada kandungan baru atau kelahiran baru lagi. Karena ibu hamil apabila
menyusui anak akan berakibat buruk terhadap kualitas ASI dan memperlemah sang ibu.
Kesimpulan
 Pada dasarnya Islam (dalam perspektif fiqih), tidak mengharamkan KB
(Keluarga Berencana). Tetapi perlu dicatat bahwa tindakan KB seharusnya
diorientasikan untuk Tanzhîm al-Nasl (Pengaturan Keturunan), atau yang
dalam istilah kesehatan modern disebut dengan sebutan Planning Parenthood
 Tindakan KB yang lebih beroreintasi pada Tahdîd al-Nasl (Pembatasan
Keturunan), yang dalam istilah kesehatan modern disebut dengan Birth
Control berpotensi disalahgunakan sebagai tindakan yang berpotensi
diharamkan. Hal ini bisa terjadi sebagai akibat dari penggunaan cara yang
berseberangan dengan prinsip-prinsip syariat Islam, seperti: pengguguran
kandungan (abortus); pemandulan (sterilization; al-ta’qîm) dan pembujangan
(celibacy, at-tabattul) dengan pertimbangan untuk memuaskan hawa nafsu.
 Pelaksanaan KB dibolehkan dalam pandangan Islam dengan pertimbangan:
untuk mencegah terjadinya kerusakan/kemadharatan atau dalam rangka
memperoleh kebaikan/kemashlahatan, dengan syarat tidak melanggar prinsip-
prinsip syari’at Islam.
SEKIAN
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai