dalam Agama
Drs. Sarmita Yusuf, M.A
Konsep Keluarga Berencana
Pengertian KB
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk
mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan.
Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah
beberapa cara atau alternatif untuk mencegah atau
menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk
kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan
perencanaan keluarga.
Tujuan Keluarga Berencana
A. Untuk Ibu
Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya
kehamilan yang berulangkali dalam jangka waktu
yang terlalu pendek.
A. Untuk Anak
Memberikan kesempatan kepada mereka agar perkembangan
fisiknya lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan
yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga.
A. Untuk Ayah
َالله
َّ علَيْ ِهمْ فَلْيَتَّقُوا
َ ن َلوْ تَ َركُوا ِمنْ خَ ْلفِ ِهمْ ذُرَِّّيةً ضِعَافًا خَافُوا
َ ش الَّذِي
َ خ
ْ َوَ ْلي
َولْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya: “Dan hendaklah orang-orang takut kepada Alloh bila
seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya yang dalam
keadaan lemah; yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan
mereka) oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Alloh
dan mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S An-nisa :9)
Dalam ayat lain disebutkan juga:
ُن
َّ ِم الرَّضَاعَةَ وَعلَى الْمَوْلُودِ َلهُ رِ ْز ُقه َّ ُن حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَا َد أَن يُت
َّ ت يُرْضِعْنَ أَ ْوالَ َده ُ وَالْوَالِدَا
َآر وَالِدَةٌ بِ َولَدِهَا َوالَ مَ ْولُودٌ لَّهُ بِوَلَ ِدهِ َوعَلَىَّ َوكِسْ َوتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ الَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِالَّ وُسْعَهَا الَ تُض
ث مِثْلُ َذلِكَ َفإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا َوتَشَا ُورٍ َفالَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن ِ الْوَا ِر
علَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّآ آتَيْتُم بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُواْ اللَهّ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللَهّ بِمَا َ َالدَكُمْ َفالَ جُنَاح َ ْتَسْتَرْضِعُواْ أَو
تَعْمَلُونَ بَصِي ٌر
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.”(Q.S AL-baqoroh:233)
ُشكُ ْر لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْ َمصِير
ْنا
ِ َعلَى وَ ْهنٍ وَ ِفصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أ
َ ُمهُ َوهْنًا
ُّ حمَلَتْهُ أ
َ َِصيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِ َديْه
َّ وَو
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S
Luqman:14)
Diriwayatkan dari Jabir ra, bahwa seorang laki datang kepada Rasulullah seraya
berkata, ”sesungguhnya saya mempunyai seorang jariyah (hamba sahaya wanita).
Ia adalah pelayan dan pengambil air/penyiram kami. Saya ingin melakukan
hubungan seks dengan dia tetapi saya tidak ingin dia hamil. Maka Nabi bersabda,
“Lakukanlah ‘azal padanya jika kau kehendaki. Maka sesungguhnya apa yang
ditakdirkan Allah padanya pasti akan terjadi”. Kemudian laki-laki itu pergi lalu
datang kembali beberapa waktu dan berkata kepada Nabi, “Sesungguhnya jariyah
saya kini sudah hamil”. Maka Rasulullah bersabda, “Bukankah sudah kukatakan
kepadamu, bahwa apa yang sudah ditakdirkan Allah padanya pasti terjadi”.
c) Vasektomi
Vasektomi adalah operasi kecil mengikat saluran sperma pria
sehingga benih pria tidak mengalir ke dalam air mani pria. Vasektomi
dilakukan untuk mencegah ledakan jumlah penduduk.
MUI atau Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan alternatif
hukum mubah (boleh) vasektomi, sejauh vasektomi itu dilaksanakan
sesuai dengan syariat Islam. Namun, MUI juga masih menetapkan
hukum haram terhadap praktek vasektomi jika tindakan mencegah
memiliki anak itu bertentangan dengan syariat Islam.
Berdasarkan keputusan MUI, praktek vasektomi yang sesuai dengan
syariat Islam itu di antaranya:
Pelaku vasektomi masih memiliki rekanalisasi serta di kemudian
hari bisa normal kembali.
Pelaku vasektomi sudah berusia 50 tahun, dan sudah beristri.
Pelaku vasektomi melakukan vasektomi dengan persetujuan istri.
Vasektomi itu dilakukan bukan untuk tujuan melakukan maksiat.
َطلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَ ًة عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَ ْقتُلُوا أَنْ ُفسَ ُكمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَان
ِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْ ُكلُوا أَ ْموَالَكُمْ بَيْ َنكُمْ بِالْبَا
بِكُمْ َرحِيمًا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisa:29)
Alasan yang kedua yaitu khawatir akan kesulitan materi yang terkadang menyebabkan
munculnya kesulitan dalam beragama, lalu menerima saja sesuatu yang haram dan
melakukan hal-hal yang dilarang demi anak-anaknya. Selain itu, alasan kekhawatiran
adalah nasib anak-anaknya, kesehatannya buruk atau pendidikannya tidak teratasi.
Diantara alasan syar’i yang bisa diterima adalah kekhawatiran terhadap anak yang masih
menyusui jika ada kandungan baru atau kelahiran baru lagi. Karena ibu hamil apabila
menyusui anak akan berakibat buruk terhadap kualitas ASI dan memperlemah sang ibu.
Kesimpulan
Pada dasarnya Islam (dalam perspektif fiqih), tidak mengharamkan KB
(Keluarga Berencana). Tetapi perlu dicatat bahwa tindakan KB seharusnya
diorientasikan untuk Tanzhîm al-Nasl (Pengaturan Keturunan), atau yang
dalam istilah kesehatan modern disebut dengan sebutan Planning Parenthood
Tindakan KB yang lebih beroreintasi pada Tahdîd al-Nasl (Pembatasan
Keturunan), yang dalam istilah kesehatan modern disebut dengan Birth
Control berpotensi disalahgunakan sebagai tindakan yang berpotensi
diharamkan. Hal ini bisa terjadi sebagai akibat dari penggunaan cara yang
berseberangan dengan prinsip-prinsip syariat Islam, seperti: pengguguran
kandungan (abortus); pemandulan (sterilization; al-ta’qîm) dan pembujangan
(celibacy, at-tabattul) dengan pertimbangan untuk memuaskan hawa nafsu.
Pelaksanaan KB dibolehkan dalam pandangan Islam dengan pertimbangan:
untuk mencegah terjadinya kerusakan/kemadharatan atau dalam rangka
memperoleh kebaikan/kemashlahatan, dengan syarat tidak melanggar prinsip-
prinsip syari’at Islam.
SEKIAN
SEMOGA BERMANFAAT