Anda di halaman 1dari 25

PENGUMPULAN DATA DAN KUTIPAN

MAKALAH DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH


KOMPOSISI

DISUSUN OLEH
MAIDA AISHA RACHMADIANTI (A02219027)

RIKI ALDI SASONGKO (A72219067)

DOSEN PENGAMPU
MOHAMMAD ALVIAN, M. Hum

PRODI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2020
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
taufiq serta hidayahnya sehingga kita bisa berkumpul dan belajar bersama di dalam
kelas online. Terimakasih kami haturkan atas semua kalangan terutama dosen
pembimbing kami yang telah mengajar dan membimbing penulis untuk menyelesaikan
makalah tepat waktu meskipun masih terdapat banyak kekurangan. Penulis telah
mencari dari berbagai sumber dan referensi yang Bapak dosen berikan sehingga
memudahkan kami mencari sumber-sumber ilmu.

Yang kedua, sholawat serta salam tetap penulis curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW penuntun zaman, yang telah menerangi dan menunutun kami dari
zaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang yakni addinul Islam.

Surabaya, 13 April 2020

Penulis
ii
DAFTAR ISI

Cover …………………………………………………………………… i

Kata Pengantar …………………………………………………………………… ii

Daftar Isi …………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ………………………………………………………… 1


1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………… 1
1.3. Tujuan ………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengumpulan Data ………………………………………………………… 3

2.1.1. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………... 3

2.1.2. Wawancara dan Angket ……………………...………………… 3

2.1.3. Observasi dan Penelitian Lapangan ………..………………….…………. 6

2.1.4. Penelitian atas Pendapat ……………………………………………….. 7

2.1.5. Penelitian Kepustakaan ………………………………………………. 8

2.1.6. Mekanisme Perpustakaan ………………………………………………. 9

2.1.7. Pencatatan Data ……………………………………………… 13

2.2. Kutipan ………………………………………………………………… 14

2.2.1. Tujuan Membuat Kutipan ………………………………………… 14

2.2.2. Jenis Kutipan ……………………....………………………………… 14


iii
2.2.3. Prinsip-prinsip Mengutip ………..…………………….…………. 15

2.2.4. Cara-cara Mengutip ………………………………………………… 16

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 20

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam membuat suatu proposal, karya ilmiah maupun penelitian dibutuhkan
kumpulan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian juga sebagai acuan pada materi
yang dibahas oleh penulis. Semua data harus dievaluasi kebenarannya, apakah semua
data itu merupakan fakta atau apakah informasi tersebut bersifat faktual. Data yang dikaji
dapat dipercaya kebenarannya jika ada bukti melalui angka-angka statistik tentang impor-
ekspor, statistik kependudukan, dan lain sebagainya. Adapun cara-cara pengumpulan
data seperti wawancara, angket kusioner, observasi lapangan dan penelitian kepustakaan.
Di samping itu, dalam penulisan karya ilmiah dibutuhkan teori-teori. Tentu saja
dianggap membuang waktu apabila sang penulis meneliti teori yang mana kebenarannya
telah diselidiki dan dibuktikan oleh seorang ahli. Oleh sebab itu, ketika penulis telah
menemukan teori alangkah baiknya ditulis dalam bentuk kutipan. Akan tetapi, penulis
diharapkan tidak terlalu banyak mengkutip dan kutipan hanya digunakan sebagai bukti
penunjang pendapat penulis sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana teknik pengumpulan data ketika membuat proposal, karya ilmiah maupun
penelitian yang baik dan benar?
2. Apa saja jenis-jenis kutipan?
3. Bagaimana teknik mengutip yang benar ketika membuat proposal, karya ilmiah
maupun penelitian?

1
1.3. Tujuan
1. Agar mengetahui dan memahami teknik atau cara-cara mengumpulkan data yang baik
dan benar ketika membuat proposal, karya ilmiah maupun penelitian.
2. Agar mengetahui jenis-jenis kutipan.
3. Supaya mengetahui teknik mengutip yang benar ketika membuat proposal, karya
ilmiah maupun penelitian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengumpulan Data

2.1.1. Teknik Pengumpulan Data

Data berwujud dari beberapa hal, seperti angka, simbol, huruf, gambar, angka,
bahasa, suara, simbol, bahkan keadaan. Semua hal tersebut dapat dikatakan sebagai
data asalkan dapat kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek,
kejadian, ataupun suatu konsep.1

Sebelum dilakukannya penelitian, seorang peneliti memiliki hipotesis dan teori


yang berasal dari akal pikirannya sendiri, hal itu bisa disebut dengan dugaan. Untuk
membuktikan dugaan atau hipotesis tersebut, maka seorang peneliti membutuhkan
data untuk diteliti lebih mendalam. Pengumpulan data harus sesuai dengan data
yang faktual. Adapun macam-macam cara mengumpulkan data tersebut, yakni
seperti wawancara, pengisian angket (melalui daftar kuesioner), melakukan
observasi, penelitian lapangan, penelitian pendapat, dan penelitian kepustakaan.

2.1.2. Wawancara dan Angket

A. Wawancara (interview)

Wawancara bisa disebut dengan interview. Wawancara merupakan salah satu


metode penelitian data dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah
disusun sedemikian rupa oleh si peneliti kepada informan atau seorang autoritas
(seorang yang ahli atau memiliki wewenang dalam suatu masalah).

Dalam wawancara ini, media penunjangnya yakni kamera, alat tulis atau
recorder yang digunakan selama wawancara berlangsung. Hal tersebut dapat
1
.Faisal, Sanafiah. 2001. Format-format Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
3
digunakan sebagai bukti dalam penelitian karya ilmiah ataupun pengajuan proposal
ketika dosen ingin sebuah bukti. Dan hal tersebut berguna juga jika setelah
melakukan wawancara terjadi insiden lupa sehingga dapat memutar kembali apa
yang telah dibicarakan sebelumnya oleh sang informan.

Jenis atau bentuk wawancara ada 2, yakni:

1. Wawacara Terstruktur
Wawancara terstruktur yakni wawancara yang sudah disusun dan
dirancang sedemikian rupa oleh peneliti sehingga berjalan sesuai
diinginkan penulis. Biasanya wawancara ini memerlukan briefing kepada
informan. Contohnya; Wawancara variety show seperti rumah uya, dan
lain-lain.

2. Wawancara Tidak Terstruktur


Wawancara tidak terstruktur artinya wawancara yang tidak disusun dan
tidak dirancang oleh penulis atau bisa disebut dengan wawancara bebas.
Peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-
pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin- poin penting dari masalah
yang ingin digali dari responden. Contohnya: Wawancara yang dilakukan
saat berita langsung di tempat kejadian (live).

B. Angket
Kemudian pengumpulan data dengan cara pengisian angket atau
kuesioner. Cara ini memiliki kelebihan, yakni secara kuantitatif peneliti
dapat memperoleh data yang cukup banyak, yang disebarkan secara merata
dalam target wilayah yang akan diselidiki. Angket sebagai alat pengumpul
data, berisi pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada
subjek/resfonden penelitian. Kuesioner berguna dalam penyelidikan formal,
menambah data dan memeriksa data yang terakumulasi sebelumnya dan
membantu memvalidasi hipotesis penelitian sebelumnya. Kemudian jenis

4
angket tersaji dalam beberapa macam atau beragam bentuk. Berikut macam-
macam angket, antara lain:

1. Angket Terstruktur
Angket terstruktur digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif.
Angket terstruktur dapat disebut angket tertutup. Biasanya hanya
memasukkan jawaban seperti sangat buruk, buruk, baik, sangat baik dan
sebagainya. Pertanyaan yang diajukan pasti dan konkret. Biasanya
digunakan untuk masalah sosial dan ekonomi, untuk mempelajari tentang
perubahan yang disebabkan karena perubahan kebijakan, hukum, dan lain-
lain. Contoh angket tertutup, yakni:

Berilah tanda check list atau centang (√) pada kotak yang telah
disediakan sesuai dengan kondisi Anda.
1)      Jenis kelamin Anda
  Laki-laki
  Perempuan
2)      Status Anda
  Jomblo
  Pacaran Rasa Teman
  Menikah

2. Angket Tidak Terstruktur


Angket tidak terstruktur digunakan dalam pengumpulan data kualitatif.
Angket tidak terstruktur dapat disebut angket terbuka. Kuisioner dalam
kasus ini memiliki struktur dasar dan beberapa pertanyaan percabangan
tetapi tidak ada yang membatasi tanggapan responden. Pertanyaannya lebih
terbuka. Maksudnya, sistem menjawabnya tidak menggunakan pilihan
ganda maupun “iya” atau “tidak” sehingga responden (narasumber) bisa
leluasa mengisi pertanyaan dalam angket tersebut dengan jawaban dan

5
pendapat mereka sendiri tanpa dibatasi oleh alternatif jawaban dari angket
tersebut.
Contoh angket terbuka, yakni:
1) Bagaimanakah pendapat Anda tentang diadakannya program Vokasi di
tempat kuliah Anda?
2) Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang
diselenggarakan di tempat kuliah Anda?

2.1.3. Observasi dan Penelitian Lapangan


Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti,
sedangkan penelitian lapangan adalah pengumpulan data dan informasi secara
intensif serta dianalisa dan diuji kembali data yang telah dikumpulkan.
Pengumpulan data menggunakan observasi dapat dilakukan dengan cara
singkat, yakni dengan cara pengumpulan data melalui angket atau wawancara.
Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat
mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun dengan cara kuesioner yang
tepat atau dapat menyusunn suatu desain penelitian yang cermat. Tujuan observasi
adalah untuk mengecek sampai mana kebenaran data dan informasi yang
didapatkan. Metode pengumpulan data observasi terbagi menjadi dua kategori,
yakni:
a. Participant Observation
Dalam participant observation, peneliti terlibat secara langsung dalam
kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
b. Non-participant Observation
Berlawanan dengan participant observation, non-participant observation
merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam
kegiatan atau proses yang sedang diamati.

6
Akan tetapi, pengumpulan data menggunakan penelitian lapangan
membutuhkan waktu yang lebih panjang, hal itu terjadi karena peneliti perlu
manganalisis dan mengkaji kembali data yang telah dikumpulkan.

2.1.4. Penelitian atas Pendapat


Setelah melalui pengumpulan data, saatnya penulis untuk mengutarakan
pendapat dan kesimpulan atas data yang dikumpulkan tersebut. Sebenarnya sudah
dapat mengambil suatu kesimpulan atau pendapat. Namun, proses pengamatan itu
dapat terjadi berulang-ulang sehingga timbulah berbagai macam pendapat atau
kesimpulan sesuai dengan jumlah pengamatan atas peristiwa yang sama itu, tetapi
yang masing-masingnya mempunyai ciri yang khusus. Oleh karena itulah, semua
bahan harus diolah kembali, semua pendapat yang telah diambil harus dikerjakan
sekali lagi untuk menarik kesimpulan-kesimpulan baru. Biasanya pengerjaan
ulang kesimpulan ini berbentuk menggabungkan atau mencari hubungan antar
berbagai macam hal, mengadakan klarifikasi, dan lain-lainnya.
Proses menemukan hubungan-hubungan tersebut dapat berbentuk analisa
atau sintesa. Analisa adalah suatu proses memecahkan sesuatu ke dalam bagian-
bagian yang saling berhubungan. Sedangkan sintesa adalah proses
menggabungkan beberapa bagian atau unsur-unsur berdiri sendiri ke dalam suatu
kesatuan.
Misalnya dalam suatu observasi, seorang penulis melihat dengan seksama
bagaimana berlangsungnya suatu demonstrasi mengenai kenaikan harga. Dari segi
observasi, ia harus sanggup melihat semua keadaan itu dengan cermat, dan
sanggup pula menggambarkan seluruh keadaan itu sebagaimana dilihatnya waktu
itu. Bagaimana massa itu bergerak dan berteriak-teriak, kemudian bagaimana
kendaraan itu seolah-olah menyumbat jalan berjam-jam lamanya karena masa
demonstran itu. Hasil dari gambarannya adalah deskripsi. Tetapi seorang penulis
yang baik tidak akan puas hanya akan menggambarkan hal itu. Penulis yang baik
akan menganalisa sebab-sebab demonstrasi itu dan akibat-akibatnya, baik yang
langsung maupun tak langsung. Kemudian ia mencoba menunjukkan jalan keluar.

7
Semakin cermat dalam menganalisa kejadian atau sebab dan akibat kejadian maka
akan semakin baik pula jalan yang diberikannya.2

2.1.5. Penelitian Kepustakaan


Diadakannya penilaian karya melalui penelitian kepustakaan adalah untuk
mengetahui apakah karya-karya yang telah dikenal banyak orang itu perlu
diadakan penelitian kembali, baik dengan meneliti orang-orang yang terkenal
dalam suatu bidang pengetahuan.
Kemudian tujuan dari penilaian karya melalui penelitian kepustakaan ini
adalah:
1. Peneliti dapat belajar dan melatih dirinya untuk mengatasi masalah-masalah
yang rumit. Seperti bagaimana mengekspresikan semua bahan dari bermacam-
macam sumber itu menjadi suatu karya tulis yang panjang dan teratur.
2. Penulisan peneliti akan mengungkapkan seberapa tingkat kecerdasannya.
Karena ia mengadakan seleksi dari bermacam-macam bahan yang
mengandung sudut pandangan yang berbeda dan bertentangan satu sama lain,
kemudian peneliti akan memilih, menimbang, menolak dan menyusun
kembali bahan-bahan tadi ke dalam suatu bentuk akhir yang dapat diterima
oleh semua pembaca dari segala lapisan masyarakat.
3. Melatih pengarang untuk membaca secara kritis segala bahan yang
dijumpainya.

Dalam rangka penelitian kepustakaan, ada 3 hal penting ketika mencari


buku atau bahan bacaan dalam sebuah karya, yakni:
1. Tidak perlu membuat catatan dari buku atau bacaan yang memberikan
gambaran umum.
2. Buku harus dibaca dengan cermat dan mendalam, karena pengarang
akan membuat kutipan-kutipan yang diperlukan untuk karya tulis nanti.
2
Prof. Dr. Gorys Keraf. 1970. Komposisi. Jakarta: Penerbit Nusa Indah
8
3. Buku referensi tambahan yang lain jika dirasa masih belum memadai
informasi terkait karya tulis tersebut.

2.1.6. Mekanisme Perpustakaan


Setiap perpustakaan memiliki sistem penyusunan kartu katalog tersendiri.
Untuk mengumpulkan bahan mentah untuk karya tulis, tentu saja penulis tidak
sempat membaca semua yang ada di koleksi perpustakaan. Maka dari itu ada
mekanisme standard yang dipakai pada semua perpustakaan untuk membantu
setiap orang guna mencari bahan yang diperlukan oleh penulis, yakni sebagai
berikut:
1. Kartu-kartu Katalog
Pada perpustakaan yang telah maju, kartu-kartu katalog terdiri atas;
a. Baris Pertama
Nomor pengenal, nama pengarang (nama keluarga lebih dulu,
nama kecil), kemudian tahun kematian (bila pengarang sudah
meninggal)
b. Baris Kedua
Judul buku, edisi, data publikasi (tempat terbit, penerbit dan tahun
terbit).
c. Baris Ketiga
Besar atau tebalnya buku, banyaknya halaman buku, bab dan
jumlah jilid.
d. Baris Keempat (tidak selalu ada di kartu katalog)
Analisa isinya. Jika terdapat analisa isinya, maka dapat segera
diketahui apakah buku itu berguna bagi keperluan penulis untuk
mengutip bahan-bahan bagi karya tulis yang sedang digarap.

Ada beberapa ketentuan tambahan yang biasa digunakan yang perlu


dikatahui oleh pengguna perpustakaan, yakni sebagai berikut:

9
a. Singkatan-singkatan dan angka-angka yang terdapat pada sebuah judul buku,
ditempatkan dalam urutan sesuai kepanjangannya, misalnya: R.A. Kartini
akan disusun dalam urutan kepanjangannya Raden Ajeng Kartini dan 1000
Peribahasa akan disusun dalam urutan kepanjangan Seribu Peribahasa.
b. Penyusunan nama pengarang adalah: Nama keluarga, nama kecil, lalu gelar-
gelar. Nama-nama asing yang mempergunakan de, van, von diperlakukan
agak lain dari ketentuan tadi. Unsur-unsur itu ditempatkan di belakang nama
kecil, misalnya: Berg, C.C., van de, Prof. Dr. Einstein, von, Prof.
c. Judul-judul buku disusun menurut kata-kata yang terpenting. Sebab itu unsur-
unsur: The, De, Das, A, An, Une, Le, La, dan semacamnya yang mengawali
judul buku itu tidak diperhitungkan. Kata berikutnya yang dipakai untuk
menyusun urutan alfabetis.
d. Kartu katalog subyek disusun menurut urutan alfabetis:
Ilmu Bumi - Amerika
Ilmu Bumi - Belgia
Ilmu Bumi - Congo
Ilmu Bumi - Indonesia
Ilmu Bumi - Zelandia Baru
e. Tetapi pokok yang mengenai sejarah selalu disusun menurut urutan
kronologis:
Indonesia - Sejarah - sampai tahun 700
Indonesia - Sejarah - tahun 700 – 1600
Indonesia - Sejarah - tahun 1600 – 1940
Indonesia - Sejarah - tahun 1940 – 1966

2. Buku-buku Referensi
Buku-buku referensi adalah buku-buku yang dimaksudkan untuk dipakai
sebagai penerangan atau sebagai dasar untuk mencari keterangan yang khusus
mengenai pokok-pokok tertentu, biasanya terdapat di ruang baca
perpustakaan. Yang termasuk dalam buku-buku referensi adalah:

10
a. Buku Katalogus
Buku katalogus adalah sebuah buku yang berisi buku-buku yang
terdapat di berbagai perpustakaan, sebagai pelengkap kartu-kartu katalog
yang sudah dibicarakan di atas. Buku-buku semacam itu biasanya
diterbitkan oleh perpustakaan untuk dikirim ke perpustakaan-perpustakaan
lain yang memerlukannya. Buku-buku katalogus terdapat di ruang baca.

b. Indeks Majalah
Indeks majalah adalah daftar tentang semua artikel yang pernah ditulis
dalam majalah tersebut. Artikel-artikel dalam majalah-majalah merupakan
bahan bacaan mutakhir yang penting, didaftarkan dalam kartu-kartu
katalog, hanya nama majalah itu sendiri yang bisa dimasukkan dalam kartu
katalog.
Bila kita akan mempergunakan indeks majalah, pertama-tama kita harus
mengetahui bagaimana cara memakainya. Pada halaman pertama dari buku
indeks itu biasanya diberikan keterangan tentang singkatan-singkatan yang
dipergunakan, tentang urutan bagian-bagiannya dan lain-lain. Sebelum
memindahkan bahan-bahan dari indeks majalah ke dalam sebuah
bibliografi, maka sangat penting memahami kedua sistem itu, yaitu sistem
indeks dan sistem yang dipergunakan dalam menyusun bibliografi dalam
sebuah karya ilmiah.

c. Indeks Harian
Pada umumnya artikel-artikel dalam harian-harian tidak dimasukkan
dalam daftar indeks. Tetapi ada beberapa harian yang terkenal biasanya
membuat indeks bagi artikel-artikel atau berita-berita yang dimuat dalam
harian tersebut. Oleh karena itu, sebagai bahan perbandingan dapat
dipergunakan bahan-bahan dari surat-surat kabar tersebut, mengingat pada
umumnya surat-surat kabar biasanya memuat berita-berita yang sama pada
tanggal yang sama.

11
Harian yang terkenal yang biasa membuat indeks bagi berita-berita
atau artikel-artikel yang pernah dimuatnya adalah di luar negeri seperti
New York Times dan Times (London). Harian-harian Indonesia belum
memiliki indeks. Untuk kepentingan penelitian di kemudian hari sebaiknya
harian-harian yang besar sudah memikirkan hal itu

d. Kamus Umum
Kamus umum yang tidak dipersingkat, merupakan sumber yang paling
baik tentang kata-kata umum. Ia memberikan keterangan tentang
maknanya, tentang ejaannya, etimologisnya, dan sebagainya. Sebab itu,
hal-hal yang umum sangat mudah dicari dalam Kamus Umum.
Contoh kamus-kamus umum adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia
yang disusun oleh W.J.S. Poerwadarminta; A Dictionary of American
English diterbitkan oleh University of Chicago Press; The Oxford English
Dictionary Clarendon Press, Oxford; Webster's Third New International
Dictionary of the English Language, G. C. Merriam Co.

e. Ensiklopedia Umum
Untuk mencari bahan-bahan keterangan, hendaknya dipergunakan
ensiklopedia terbitan terakhir, karena edisi-edisi terakhir itu
mencerminkan juga hasil-hasil karya sarjana terakhir. Kecuali kalau
penulis ingin mengetahui bagaimana pendapat orang-orang dulu tentang
suatu hal, maka boleh dipergunakan edisi terdahulu.

f. Buku-buku Referensi Lainnya


Di samping pokok-pokok yang telah diuraikan di atas, buku-buku referensi
meliputi:
1) Dokumen-dokumen pemerintah

12
Yang termasuk dalam dokumen-dokumen pemerintah misalnya
brosur-brosur yang diterbitkan oleh departemen penerangan, atau oleh
departemen-departemen lainnya mengenai hal-hal yang menyangkut
bidangnya masing-masing.
2) Buku-buku tahunan
Buku tahunan diterbitkan untuk memperingati peristiwa-peristiwa
yang penting yang terjadi dalam tahun yang lalu. Buku ini dapat
diterbitkan oleh instansi-instansi resmi maupun swasta, dan dapat
berbentuk almanak seni, almanak musik, almanak kesehatan, atau
berupa laporan tahunan.
3) Buku-buku dari sumber-sumber khusus.
Yang dimaksud dengan sumber-sumber khusus adalah terbitan-
terbitan mengenai suatu bidang khusus, tetapi tidak termasuk dalam
laporan atau buku tahunan. Misalnya: ensiklopedi-ensiklopedi seni,
ensiklopedi musik, ensiklopedi sastra, sejarah seni lukis, sejarah
panggung, biografi dan sebagainya.

2.1.7. Pencatatan Data


Berikut langkah-langkah dalam mencatat bahan-bahan yang dianggapnya
sangat penting atau diperlukan bagi penyusunan karangan:
1. Dimulai dengan membaca secara intensif.
2. Kemudian mulai mencatat bahan-bahan yang dianggap penting.
Untuk pencatatan ini sebaiknya disediakan kartu-kartu tik berukuran
sekitar 10 x 15 cm (lebih besar dari yang diperlukan untuk kartu katalog)
yang nantinya termuat penyusunan bahan menurut urutan alfabet sesuai
dengan pokok-pokok. Dalam tiap kartu hanya boleh dicatat satu pokok
saja. Begitu pula hendaknya jangan mempergunakan buku-buku catatan
atau kitab tulis untuk membuat catatan itu, karena akan sangat sulit
menyusun bahan-bahan tersebut. Tiap kartu harus memuat dua hal, yaitu:
1) Sumber yang tepat dari mana catatan itu diambil.

13
2) Data atau pendapat yang diperlukan.
Pencatatan tentang sumber merupakan hal yang sangat penting,
karena nantinya akan dipakai untuk menyusun catatan kaki dan
penyusunan bibliografi. Ini berarti kita harus mencatat dengan cermat,
yakni nama pengarangnya, judul buku, halaman tempat catatan itu
diambil. Atau kalau berupa artikel maka ditulis nama pengarang, judul
artikel, nama majalah atau harian, dan halaman.

2.2. Kutipan

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan
seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah. Kutipan
dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah kerangka berpikir yang mantap.

Dalam mengambil sebuah kutipan, hendaknya kutipan itu jangan terlalu panjang,
misalnya satu halaman atau lebih. Bila demikian, pembaca sering lupa bahwa apa yang
dibacanya pada halaman tersebut adalah sebuah kutipan. Sebab itu kutipan hendaknya
diambil seperlunya saja, sehingga tidak merusak atau mengganggu uraian yang sebenarnya.
Bila penulis menganggap perlu memasukkan kutipan yang panjang, maka lebih baik
memasukkannya dalam bagian apendiks atau lampiran.

Kutipan yang dapat diambil dari buku-buku atau majalah-majalah, namun ada pula
kutipan yang diambil dari penuturan lisan. Penuturan lisan ini bisa terjadi melalui
wawancara atau ceramah-ceramah. Namun kutipan semacam ini dalam karya-karya ilmiah
akan kurang nilainya kalau disajikan begitu saja. Agar nilainya lebih dapat
dipertanggungjawabkan, maka harus dimintakan pengesahannya lagi dari orang yang
bersangkutan.

2.2.1. Tujuan Membuat Kutipan


Tujuan dalam membuat kutipan yakni antara lain:
1) Kutipan dibuat untuk mengadakan sorotan, analisa, atau kritik.
2) Untuk menghemat waktu ketika penulis ingin menegaskan isi uraian.

14
3) Kutipan dibuat untuk memperkuat sebuah uraian atau untuk membuktikan
pendapat yang dikatakan oleh penulis.

2.2.2. Jenis Kutipan


Berdasarkan jenisnya, kutipan dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
1) Kutipan langsung
Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara
lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli.

2) Kutipan tidak langsung (kutipan isi).


Kutipan tak langsung adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau
tokoh terkenal berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.

2.2.3. Prinsip-prinsip Mengutip


Berikut beberapa prinsip yang harus diperhatikan pada waktu membuat
kutipan adalah:
1) Jangan mengadakan perubahan
Saat melakukan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah
kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Jika melakukan perubahan maka
harus memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan
tertentu. Contoh, dalam naskah asli tidak ada kalimat atau bagian kalimat
yang diletakkan dalam huruf miring (kursif) atau digaris-bawahi, tetapi
oleh pertimbangan penulis kata-kata atau bagian kalimat tertentu itu diberi
huruf tebal, huruf miring, atau diregangkan.
2) Bila ada kesalahan
Hanya penulis diperkenankan memperbaiki atau memberi catatan
terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan
sebagai catatan kaki, atau dapat pula ditempatkan dalam tanda kurung segi
empat [...] seperti halnya dengan perubahan teknik sebagai telah

15
dikemukakan di atas. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung
ditempatkan di belakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi
catatan, atau yang tidak disetujui. Misalnya, kalau kita tidak setuju dengan
bagian itu, maka biasanya diberi catatan singkat: [sic!]. Kata sic! yang
ditempatkan dalam kurung segi empat menunjukkan bahwa penulis tidak
bertanggungjawab atas kesalahan itu, ia sekedar mengutip sesuai dengan
apa yang terdapat dalam naskah aslinya.
Contohnya:
“Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis ini
kami selalu berusaha mencari bentuk kata yang mengandung makan
[sic!] sentral/distribusi yang terbanyak sebagai bahan dari daftar
Swadesh.”
Kata makan dalam kutipan di atas sebenarnya salah cetak; seharusnya
makna. Namun dalam kutipan, penulis tidak boleh langsung memperbaiki
kesalahan itu. Ia harus memberi catatan bahwa ada kesalahan, dan ia
sekedar mengutip sesuai dengan teks aslinya. Untuk karya-karya ilmiah
penggunaan <i>sic! </i>dalam tanda kurung segi empat yang ditempatkan
langsung di belakang kata atau bagian yang bersangkutan, dirasakan lebih
mantap.

3) Menghilangkan bagian kutipan


Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian-
bagian tertentu dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh
mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya.
Penghilangan itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik
berspasi [...]. Jika unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah
kalimat, maka ketiga titik berspasi itu ditambahkan sesudah titik yang
mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri dari satu
alinea atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan titik-titik berspasi
sepanjang satu baris halaman. Dalam hal ini, sama sekali tidak

16
diperkenankan untuk menggunakan garis penghubung [-] sebagai
pengganti titik-titik. Bila ada tanda kutip, maka titik-titik itu (baik pada
awal kutipan maupun pada akhir kutipan) harus dimasukkan dalam tanda
kutip sebab unsur yang dihilangkan itu dianggap sebagai bagian dari
kutipan.

2.2.4. Cara-cara Mengutip


Agar tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih jelas, Berikut
disajikan cara-cara mengutip:
1) Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris.
Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dari empat baris
ketikan, akan dimasukkan dalam teks dengan cara-cara berikut:
a. Kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks.
b. Jarak antara baris dengan baris dua spasi.
c. Kutipan itu diapit dengan tanda kutip.
d. Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke
atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit,
dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.

2) Kutipan langsung yang lebih dari empat baris.


Bila sebuah kutipan terdiri dari lima baris atau lebih, maka seluruh kutipan
itu harus digarap sebagai berikut:
a. Kutipan itu dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi.
b. Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi.
c. Kutipan itu boleh atau tidak diapit dengan tanda kutip.
d. Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke
atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit,
dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.

17
e. Seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan; bila kutipan itu
dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu
dimasukkan lagi 5-7 ketikan.
Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan itu terdapat lagi kutipan.
Dalam hal ini dapat ditempuh dua cara, yakni:
a. Mempergunakan tanda kutip ganda ["...] bagi kutipan asli dan tanda
kutip tunggal ['...] bagi kutipan dalam kutipan itu, atau sebaliknya.
b. Bagi kutipan asli tidak dipergunakan tanda kutip, sedangkan kutipan
dalam kutipan itu mempergunakan tanda kutip ganda.

3) Kutipan tak langsung.


Dalam kutipan tak langsung bisanya inti pendapat itu yang dikemukakan.
Sebab itu kutipan itu tidak boleh mempergunakan tanda kutip. Beberapa syarat
harus diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung:
a. Kutipan itu diintegrasikan dengan teks.
b. Jarak antar baris dua.
c. Kutipan tidak diapit dengan tanda
d. Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke
atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit,
dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.

4) Kutipan pada catatan kaki.


Ada juga pengarang yang beranggapan bahwa kutipan lebih baik
ditempatkan pada catatan kaki, agar lebih mudah bagi pembaca untuk
memeriksanya. Kutipan pada catatan kaki selalu ditempatkan dalam spasi
rapat, biarpun kutipan itu singkat saja. Demikian juga kutipan itu selalu
dimasukkan dalam tanda kutip, dan dikutip tepat seperti teks aslinya.
Kutip tunggal digunakan jika kutip ganda telah dipergunakan untuk
seluruh kutipan.Dan bagian-bagian yang ditinggalkan dari teks asli diganti
dengan tiga titik berspasi.

18
5) Kutipan atas ucapan lisan
Kutipan ini berasal dari wawancara, ceramah maupun di perkuliahan. Bila
penulis ingin melakukan kutipan atas ucapan lisan, maka sebaiiknya ia
memperlihatkan naskah kutipan itu terlebih dahulu kepada orang yang
memberi keterangan dan mendapatkan pengesahan. Kalau ada kekurangan
atau kesalahan dapat diperbaiki oleh orang yang bersangkutan, sehingga tidak
muncul bantahan di kemudian hari.

BAB III

PENUTUP

Dalam pembuatan proposal, karya ilmiah maupun penelitian membutuhkan teknik


pengumpulan data dan cara mengutip yang benar. Cara mengumpulkan data yang benar
yakni dengan melakukan wawancara, angket kusioner, observasi lapangan dan penelitian
kepustakaan. Setelah melakukan tinjauan tersebut, maka diperlukan bagi penyusunan
karangan. Penyusunan karangan dimulai dengan membaca secara intensif. Kemudian
mulai mencatat bahan-bahan yang dianggap penting.
Disaat mengerjakan karya tulis, tentu saja dibutuhkan kutipan agar dapat
menegaskan isi uraian dan membuktikan pendapat yang dikatakan oleh penulis. Jenis-
jenis kutipan yakni kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kemudian, teknik
mengutip yang benar adalah dengan cara mengintegrasikan langsung dengan teks, lalu
memberi jarak antara baris dengan baris dua spasi, setelah itu kutipan diapit dengan tanda
kutip, dan setelah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas,

19
atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor
halaman tempat terdapat kutipan itu.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Gorys Keraf. 1970. Komposisi. Jakarta: Penerbit Nusa Indah

Margono. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Semarang: Rineka Cipta.

Faisal, Sanafiah. 2001. Format-format Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sitorus, MTF. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan Dokis. Bogor

20
21

Anda mungkin juga menyukai