Anda di halaman 1dari 12

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT/JPKM

• Program JPKM dikenal luas setelah UU No. 23/92 tentang kesehatan, Psl.
66 menggariskan bahwa pemerintah mengembangkan, membina dan
mendorong JPKM sebagai cara pemeliharaan kesehatan praupaya
berasaskan usaha bersama dan kekeluargaan.

• Sebelum JPKM masuk dalam UU, berbagai upaya memobiliasi dana


masyarakat dengan menggunakan prinsip asuransi telah dilakukan antara
lain dengan program DUKM (Dana Upaya Kesehatan Masyarakat dan diuji
coba PKTK oleh PT. Astek. Dengan memobilisasi dana masyarakat
diharapkan mutu pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan tanpa harus
meningkatkan anggaran pemerintah. Konsep yang ditawarkan pada intinya
adalah secara berlahanpembiayaan kesehatan harus ditanggung
masyarakat, sementara pemerintah akan lebih berfungsi sebagai regulator,
dalam artian swastanisasi.

• Pada prinsipnya JPKM merupakan program asuransi kesehatan komersial


yang mengambil bentuk managed care.

• Dalam Pasal 66 ayat (4) UU No. 23/92, disebutkan bahwa ketentuan lebih
lanjut mengenai JPKM diatur oleh PP, namun sampai sekarang Peraturan
Pemerintah tersebut belum berhasil dikeluarkan, baru berupa Permenkes
yang secara hukum kurang mempunyai kekuatan hukum.
• Peraturan Permenkes No. 527/93 dan 571/93 mengatur paket
pemeliharaan Kesehatan dan penyelenggaraan JPKM. Hal-hal
yang diatur dalam kedua peraturan tersebut adalah :

Tujuan program JPKM adalah mewujudkan derajat


kesehatan masyarakat yang optimal melalui :

 1. Pembudayaan perilaku hidup sehat


 2. Penciptaan kemandirian masyarakat dalam memilih dan
membiayai pelayanan kesehatan yang diperlukan.
 3. Penyelenggaraan PK paripurna dengan mengutamakan
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
 4. Pemberian jaminan kepada setiap peserta untuk
mendapatkan PK yang sesuai dengan kebutuhannya,
bermutu dan berkesenambungan.
 5. Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan secara berhasil
 guna dan berdaya guna.
• Beberapa catatan tentang perkembangan JPKM di
Indonesia
 Meskipun program pembangunan kesehatan di Indonesia telah banyak
memberikan hasil yang positif, terlihat dari adanya penurunan angka kematian
bayi dan ibu serta peningkatan usia harapan hidup rata-rata, bukan berarti kita
telah luput dari pelbagai masalah. Salah satu masalah yang dinilai cukup
mendesak untuk segera diatasi adalah besarnya/masih tingginya biaya
kesehatan yang harus dikeluarkan oleh setiap orang untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang setiap tahun ketahun semakin meningkat, dimana
penduduk miskin juga masih banyak ditemukan.

 Untuk mengatasi masalah ini, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah.
Salah satu diantaranya adalah memperkenalkan JPKM, yang dasar hukumnya
tercantum dalam UU No. 23/92 tentang kesehatan. Yang dimaksud dengan
progarm JPKM adalah cara pengelolaan secara terpadu antara
penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan dengan pembiayaannya,
bagi peserta perseorangan, keluarga atau kelompok masyarakat agar dapat
dijamin keparipurnaan, kesinambungan dan mutu pelayanan kesehatannya
sehingga tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Adanya
penataan dua sub sistem yaitu sub sistem Yankes dengan sub sistem
pembiayaan yang pada akhirnya tidak hanya dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan saja, tetapi sekaligus juga pembiayaan Yankes dapat
dikendalikan.
 Penyelenggaran program JPKM belum terlaksana sesuai dengan
harapan, hanya baru sekitar 15% penduduk Indonesia. Banyak faktor
yang diperkirakan menjadi kendala antara lain :

1. Kurangnya dukungan politis dari pemerintah


2. Tidak siapnya aparat yang menangani program JPKM, masih
rendahnya pemahaman petugas tentang program JPKM
3. Tidak siapnya penyelenggara pelayanan kesehatan dengan pola
baru, yakni yang semula menerapkan cara pembayaran tunai (fee
for service) menjadi cara pembayaran pra bayar (prospective
payment).
4. Rendahnya minat masyarakat menjadi peserta program JPKM,
yang menyebabkan antara lain masih terjangkaunya biaya Yankes,
adanya kebiasaan meminta bantuan kepada famili/anggota
keluarga, serta masih rendahnya kesadaran berasuransi.

• Menyadari terselenggara JPKM adalah penting, terutama dalam


rangka mengatasi kesulitan dana yang muncul sebagai akibat krisis
moneter, dengan mengadakan mobilisasi dana secara gotongroyong
untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan Yankes seluruh penduduk.
 Upaya memantapkan konsep JPKM yang terpadu dengan konsep
Asuransi Kesehatan Nasional sedang dilakukan. Kesepakatan awal
yang telah dicapai adalah menempatkan Asuransi Kesehatan
Nasional sebagai upaya mengatasi kesulitan penataan sub sistem
pembiayaan kesehatan terutama yang menyangkut kesulitan dalam
pengumpulan dana dari peserta. Untuk ini beberapa prinsip pokok
telah digariskan, yakni :

a). Kepeserta program JPKM bersifat wajib untuk seluruh penduduk.


b Pengumpulan premi dari masyarakat dikaitkan dengan sistem
pajak yang berskala nasional, kecuali untuk untuk Gakin yang
preminya ditanggung pemerintah.
c). Pengumpulan premi yang terkait dengan sistem pajak yang
bersifat wajib dilakukan oleh pemerintah
d). Dana yang telah dikumpul oleh pemerintah dipakai untuk
membiayai Yankes penduduk yang pengelolaannya dilakukan
oleh Bapel JPKM yang dipilih secara kompetitif untuk satu
wilayah atau kelompok penduduk tertentu serta
e). Yankes diselenggarakan oleh pelbagai sarana Yankes yang
dikontrak oleh Bapel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
:
• KONSEP JPKM

• PEMERINTAH BAPEL

• Premi
• (wajib) pra upaya

• MASYARAKAT PENYELENGGARA YANKES


• Sementara menunggu lahirnya UU JPKM dan Asuransi Kesehatan
Nasional, upaya untuk mengembangkan JPKM secara merata secara
bersamaan juga dilakukan. Diharapkan setiap Kabupaten telah dapat
melaksanakan program JPKM tersebut, meskipun dalam skala yang
masih terbatas. Untuk pengembangan program JPKM ini beberapa
kegiatan ditetapkan yakni :

1. Mempersiapkan SDM pengelola, sehingga memahami serta dapat


mendukung pengembangan program JPKM yang dilaksanakan
melalui penyelenggaraan pelbagai bentuk pelatihan orientasi.
2. Mendirikan Bapel JPKM melalui tiga pendekatan yakni memotivasi
potensi setempat sehingga dapat mendirikan Bapel yang
diutamakan dalam bentuk koperasi, menjalin kerjasama dengan
Bapel JPKM yang telah ada, serta menjalin kerjasama dengan PT.
ASKES
3. Memberikan berbagai bantuan dalam bentuk pelatihan tenaga
pelaksana Bapel, pendekatan kepada Pemerintah Daerah setempat,
kampanye JPKM secara intensif
4. Mengusahakan pelbagai kemungkinan dukungan dana, misalnya
melalui kerjasama dengan bank/lembaga keuangan.
5. Membantu membentuk jaringan pelayanan kesehatan, terutama
Yankes tingkat pertama dalam bentuk pelatihan dokter keluarga.
• JPSBK sebagai Titik Tolak Pengembangan JPKM

 Sementara itu akibat krisis moneter yang sedang berlangsung sampai


pada saat ini, banyak ditemukan anggota masyarakat yang mengeluh
tidak mampu membiayai Yankes. Penyebabnya, sebagian karena
turunnya pendapatan dan daya beli, dan sebagiannya lain karena biaya
kesehatan meningkat dengan tajam.
 Dalam waktu yang bersamaan, ditemukan pula banyak sarana pelayanan
kesehatan yang terancam lumpuh. Penyebabnya tidak hanya karena
turunnya jumlah pengunjung , tetapi juga karena sulitnya memperoleh
bahan-bahan habis pakai serta obat, yang sebagian besar diantaranya
memang masih sangat tergantung dari import
 Untuk mengatasi masalah ini pelbagai upaya sedang dilakukan oleh
Pemerintah. Salah satu dari upaya tersebut yang dinilai mempunyai
peran yang sangat strategis adalah diselenggarakannya program
Jaringan Perlindungan Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK), dengan tidak
tiga kegiatan pokok, yakni :

1. Program bantuan dana bagi Puskesmas untuk membiayai Yankes


penduduk miskin serta transport rujukannya.
2. Program bantuan dana bagi Bidan di desa untuk membiayai pelayanan
pemeriksaan Bumil dari Gakin, pelayanan persalinan, nifas, pelayanan
kesehatan bayi yang baru lahir serta transport rujukannya
3. Program bantuan gizi melalui Bidan di desa berupa PMT pemulihan bagi
Bumil yang berasal dari Gakin, program bantuan blended food bagi anak
usia kurang dari 24 bulan dari Gakin, serta progarm bantuan revitalisasi
SKPG.
APAKAH jpkm adalah suatu Asuransi ?
 Sebagian orang berpendapat bahwa JPKM bukanlah suatu
asuransi, alasannya adalah suatu asuransi akan memberikan
penggantian uang, sedangkan JPKM tidak.
 Berdasarkan definisi dalam UU No. 2/92, definisi asuransi
memang berbeda dengan definisi JPKM. Pada Bab I pasal 1
dijelaskan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah sebagai
“perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikat diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung, karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan”.
 Sedangkan dalam UU No. 23/92 pasal 66 ayat (2) disebutkan
………
• Dalam UU No. 23/92 pasal 66 ayat (2) disebutkan “ Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat merupakan cara penyelenggaraan
pemeliharaan kesehatan dan pembiayaan, dikelola secara terpadu untuk
tujuan meningkatkan derajat kesehatan, wajib dilaksanakan oleh setiap
Bapel”
• Dalam Permenkes No. 571/93, dijelaskan bahwa JPKM adalah “ Suatu
cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna
berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang
berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan
yang dilaksanakan secara praupaya”
• Secara definisi memang terdapat perbedaan pengertian, namun dari segi
substansi hal ini kedua ini memiliki tujuan yang sama. Jika kita
bandingkan ciri-ciri utama kontrak asuransi, yaitu kondisional, unilateral,
aleotary dan adhesi, ternyata ciri2 tersebut juga terdapat pada JPKM
dan JPK Jamsostek, hanya JPKM dan JPK Jamsostek tidak
diselenggarakan oleh perusahaan asuransi.
• Dari kepentingan publik dan kesehatan masyarakat, peserta JPKM atau
asuransi kesehatan harus dapat terlindung dari kesulitan akses (karena
biaya atau ketiadaan fasilitas yankes) apabila mereka terkena musibah
suatu penyakit secara adil, terjangkau dan efisien secara nasional.
Penyebab lambatnya pertumbuhan Bapel dan peserta JPKM
1. Konsep JPKM dinilai terlalu ideal padahal konsep tersebut bertumpu pada
mekanisme askes komersial yang seharusnya merespons permintaan.
Akibatnya tidak banyak investor berpengalaman yang berminat
menanamkan modalnya dalam bidang ini.
2. Peraturan Bapel dan PPK yang tidak kondusif untuk bisnis jaminan dan
terlalu birokratis. Dalam prakteknya Depkes tidak mampu memantau dan
menjamin peraturan yang dibuatnya, dipatuhi oleh Bapel.
3. Tersedianya pilihan menjual asuransi kesehatan diluar JPKM, yaitu yang
berdasarkan UU Asuransi. Perusahaan Asuransi dapat menjual produk
asuransi tradisional yang lebih mudah dan menarik
4. Biaya kesehatan yang mahal belum menjadi masalah utama pembiayaan
kesehatan kita, bahkan justru sebaliknya masih murahnya pelayanan
kesehatan yang dapat diperoleh di puskesmas dan rumah sakit
pemerintahmenyebabkan masyarakat tidak merasakan sakit sebagai
ancaman keuangan mereka dikemudian hari
5. Masih luasnya sikap risk taker di masyarakat dimana kesakitan dinilai
sebagai suatu fenomena alamiah yang harus diterima sebagai takdir.
6. Masih kuatnya sifat gotongroyong tradisional masyarakat, dimana apabila
salah seorang keluarga atau kerabat sakit, masyarakat yang lain akan ikut
membantu………….. 7
7. Contoh-contoh penyelenggaran JPKM yang diselenggarakan Depkes
memberikan kesan bahwa JPKM adalah produk inferior. Percontohan JPKM
di Klaten dan di berbagai proyek HP IV menggunakan sarana puskesmas
sebagai PPK, dan dengan premi yang hanya Rp 1.000,00 – Rp 2.000,00 per-
bulan. Hal ini sama sekali tidak dapat meyakinkan pembeli bahwa JPKM
mempunyai jurus jaga mutu atau bahwa mutu pelayanan patut dibeli.

8. Belum memadainya SDM yang mampu mengelola asuransi kesehatan,


apalagi JPKM yang mempunyai manajemen lebih kompleks dari pengelolaan
asuransi kesehatan tradisional

9. Belum baiknya peraturan dan penegakan hukum dalam praktek asuransi


kesehatan termasuk JPKM, sehingga kasus-kasus penyimpangan dalam
penyelenggaraan asuransi kesehatan dan asuransi lainnya menjadi trauma
masyarakat yang mndorong mereka masih enggan berasuransi

Singkatnya, JPKM belum berkembang seperti yang diharapkan karena


terlalu banyak yang hendak dicapai oleh program ini pada situasi yang
belum memungkinkan. Untuk itu .. If we want to get everything.. Then we
will get nothing. Agar JPKM yang sudah menjadi salah satu pilar Indonesia
Sehat 2010 dapat berkembang, perlu perhatian lebih serius dari pemerintah,
berbagai peraturan JPKM perlu ditinjau ulang dan disesuaikan dengan
kondisi dan lingkungan yang memungkinkannya berkembang.

Anda mungkin juga menyukai