Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Itsar Azzubair

NIM : 16.01.051.054

Mata Kuliah : Etika dan Filsafat Komunikasi

Presenter : Muhammad Shobirin

Chapter : 1 – Primordial Issues In Communication Ethics

Dosen pengampu : Clara Novita Anggraini. M.Ikom

ISU PRIMORDIAL ETIKA KOMUNIKASI

Dalam menghadapi masalah sosial seringkali yang datangnya dari pihak luar,
masyarakat sejatinya telah terbentuk atau terjalin sebuah ikatan berasal dari tradisi, suku
atau ras, agama, daerah asal, dan lain sebagainya sebagai identitas yang disebut
primordialisme. Primordialisme merupakan pandangan atau pemahaman yang
memegang teguh sesuatu hal dari sejak kecil dan melekat dalam diri seseorang karena
dari lingkungan pertamanya. Seperti contoh pandangan hidup berdasarkan ikatan tradisi,
adat istiadat, dan nilai-nilai budaya lokal. Salah satu contohnya dalam kehidupan
bermasyrakat dalam isu primordialisme tersebut adalah budaya orang Sumbawa yang
makan piring seorang anak tidak boleh lebih besar dari piring orangtua, atau ketika
bertama dan ditawari untuk makan seorang tamu tidak boleh untuk menolak makanan
tersebut. Dalam mempelajari ruang lingkup dan karakternya isu primordial dan etika
komunikasi dibagi menjadi tiga bagian, antara lain : 1. Metaetika, 2. Etika normatif, 3.
Etika deskriptif.

Pada penjelasan kali ini, disini penulis ingin mencatat sepuluh atau beberapa
point penting dari apa yang sudah dijelaskan oleh saudara Muhammad Shobirin
mengenai isu primordial etika komunikasi. Point-point tersebut mengacu pada tiga
bagian ruang lingkup dan karakter dari materi isu primordial etika komunikasi,
diantaranya adalah:

1. Metaetika, mataetika membahas mengenai penelitian tingkah laku seseorang


mulai dari tingkah laku yang baik dan benar untuk mendapatkan hasil dari teori
etika komunikasi itu sendiri. Mataetika sendiri memiliki beberapa penjelasan,
yaitu mengenai teori moral, konstruksi pemikiran, mengapa bermoral,
revalitisme, fridrich nietzsche, realisme.
2. Teori moral, teori yang bedasarkan rasionalisme dan sistem yang berbasis pada
aturan sehingga membuat manusia membutuhkan imajinasi yang tinggi untuk
memberikan ketajaman moral sehingga dapat memahami perspektif orang
tentang kebenaran dan keyakinan. Moral adalah ajaran tentang baik dan
buruknya atas sesuatu hal atas sikap, sifat, tindakan, atau perbuatan kita yang
dapat diterima oleh orang banyak. Pada dasarnya kebaikan yang memaksa kita
untuk menjadi agen moral, dan ini merupakan jawaban atas mengapa kita harus
bermoral. Moralitas menjadi tuntutan atas diri kita agar bisa diterima oleh semua
orang dari berbagai kalangan.
3. Konstruksi pemikiran selalu berpegang teguh pada rasionalisme, sehingga
prinsip moral tidak terkondisikan oleh keadaan. Padahal moralitas diciptakan
agar setiap orang berkewajiban untuk mengikuti semua tindakan yang dapat
dikendalikan. Karena moralitas akal adalah keutamaan kita dalam bertindak,
sikap baik yang ditunjukkan atas diri kita dalam bersosial masyarakat.
Memutuskan sesuatu atas kepentingan diri sendiri bukanlah moralitas, tetapi
memutuskan sesuatu hal atas kepentingan orang banyak merupakan moralitas
akal dalam kehidupan yang menjadikan kita beretika komunikasi.
4. Relativisme tanpa pengawasan akibat dari keasikan kita dari studi komunikasi
dengan narasi, narasi itu sendiri yang membedakan cerita mana yang bagus dan
cerita mana yang merusak, atas dasar apa tepatnya narasi membutuhkan yang
mendasar dalam praktek budaya dan politik yang ada? Jika seseorang berpikir
bertentangan dengan apa yang orang-orangan lakukan bertentangan dengan
budaya kita, maka itu bisa dikatakan bahwa orang itu tidak bermoral, seseorang
itu harus mematuhi norma-norma bermasyarakat maka ketika menyimpang dari
norma tersebut maka seseorang itu bisa dikatakan tidak bermoral.
5. Etika Normatif, selalu menggabungkan moralitas aktual dengan prinsip-prinsip,
berkonsentrasi pada keadilan atau ketidakadilan masyarakat, diantaranya adalah
: keadilan sosial, kebenaran, anti kekerasan, tradisi budaya, dan pribadi sebagai
kebaikan moral.
6. Keadilan sosial, keadilan sangat membutuhkan perhatian sampai menjadi
landasan normatif yang dijadikan standar peraturan dan pedoman profesional
teknologi informasi dan komputer. Yang menjadi masalah dalam keadilan sosial
dalam etika komunikasi ini bukan terletak pada tidak adanya ketersediaan
perangkat dalam media, akan tetapi tidak semua orang bisa menggunakan media
dengan baik dan benar. Oleh karena itu, pemerintah wajib untuk memberikan
edukasi terhadap masyarakat mengenai penggunaan perangkat media yang baik
dan benar. Tidak ada keadilan edukasi tentang penggunaan perangkat media
menjadikan masalah utama dalam poin keadilan sosial ini.
7. Kebenaran, ini merupakan permasalahan dalam etika media normatif, bagaimana
media mengidentifikasikan dirinya dalam pandangan yang objektif untuk
mengumpulkan kebenaran informasi. Rasionalitas berpikir dalam kenyataan
yang dilihat dalam kebenaran. Akan tetapi kebenaran menjadi permasalah,
karena media dikuasai pemerintah, bagaimana media diajarkan tentang
kebohongan, sehingga orang yang melihat media seolah-olah adalah kebenaran
yang ditampilkan. Oleh sebab itu, tidak ada ke objektifitasan yang ditampilkan
oleh media mengenai kebohongan-kebohongan pemerintah yang dilihat oleh-
oleh orang minoritas di luar pemerintahan.
8. Kekerasan menjadi prinsip etika yang penting juga,karena perdamaian adalah
hal yang wajar dalam hubungan antar manusia. Aturan emas adalah prinsip etika
untuk menangani kerusuhan, protes, dan pembangkangan sipil tanpa kekerasan
(Battles, 1996). Ada tig karakteristik jurnalis perang, yang pertama fokus disini
dan saat ini dimana media diminta untuk fokus pada permasalahan saat ini, yang
kedua orientasi elit, dan yang ketiga dikotomi baik dan buruk. Jurnalisme
perdamaian harus netral dan melepaskan isu yang bersifat netral dan mengadopsi
prinsip-prinsip anti kekerasan, media dapat mampu mengubah dan
menyampaikan informasi yang dapat mengandung kekerasan akan tetapi media
bisa mengganti dengan sesutu hal yang baik sehingga orang yang melihatnya
dapat percaya dan menerima baik tentang isi berita tersebut.
9. Martabat manusia, Tradsi budaya yang berbeda menegaskan martabat manusia
dalam berbagai cara dan menegaskan bahwa manusia memiliki status suci tanpa
terkecuali. Karena dengan menerapkan prinsip ini berkaitan tentang
keberagaman sentimen ras seperti contohnya ras kulit putih dan kulit hitam
sebagai sebuah kelompok di Amerika Serikat. Media secara aktif memberikan
tips keseimbangan menuju kecurigaan bahkan permusuhan diantara mayoritas
masyarakat Amerika itu sendiri, ketika prinsip martabat manusia menjadi
prioritas di media akan membuat keberagaman keyakinan semakin meningkat.
Topik yang sering diangkat di media Amerika yang menunjukkan bahwa ras
kulit putih lebih baik, dan lebih bermartabat dibandingkan dari ras kulit hitam
menunjukkan kecurigaan terhadap kelompok kulit hitam kedalam permusuhan
dan pembedaan golongan antara kulit putih dengan kulit hitam, sehingga ras
kulit hitam melihat bahwa ras kulit putih ini adalah ras yang egois yang tidak
bisa menghargai perbedaan ras tersebut.
10. Pribadi sebagai kebaikan moral, dimana pertumbuhan dramatis teknologi
informasi digital untuk mengumpulkan informasi pribadi demokrasi hadir
sebagai sistem pemerintah membuat media massa mereka sendiri, alih-alih
untuk mengumpulkan dan mengamankan informasi tentang kenegaraan
pemerintah mengendalikan media untuk menyerang data pribadi dan privasi
seseorang.
11. Etika deskriptif, menelusuri tentang perilaku moral dalam mengambil keputusan
serta memberikan penjelasan dan mengidentifikasi tentang kegagalan dan
keberhasilan dalam praktik. Dalam etika deskriptif, instrumentalisme sebagai
tuntutan utama untuk melakukan etika deskriptif di negara-negara yang
berteknologi cangginh, karena etika deskriptif baru beralih di negara
berkembang saja untuk memperhitungkan penggunaan media dan nilai-nilai
sosialnya. Beberapa analisis sosial telah menurun akibat dari berkembangnya
teknologi saat ini, contohnya seperti tidak menghormati orang lain, hilangnya
sopan dan santun, berbicara kasar, dan tidak terkontrol. Akibatnya manusia jadi
kehilangan budaya yang melekat dalam dirinya, karena pengaruh dari budaya-
budaya barat yang sering dilihatnya melali media sosial. Seharusnya teori
instrumental ini menjadikan nilai-nilai baik dalam dunia sosial media, sehingga
membawa pengaruh-pengaruh yang baik dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat yang beretika dan bermoral.

Anda mungkin juga menyukai