Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG PENYAKIT MENULAR DAN COVID 19

DISUSUN OLEH :
YASINTA AMALIA

SMA NEGERI 3 MEDAN


2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatnya-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul
”KESEHATAN OLAHRAGA”.
Shalawat serta salam tidak lupa kita sampaikan kepada Rasulullah SAW. Meskipun
penulis telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyusun Makalah ini, namun penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari sistematika maupun penyusunan
kalimatnya. Dengan demikian, penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun,
demi kesempurnaan Makalah ini, semoga Makalah ini bermanfaaat bagi kita semua.

Medan, 23 Maret 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR.......................................................... i
DAFTAR ISI. .....……………………………… ii

BAB 1
PENYAKIT MENULAR
A. Latar belakang..............4
B. Rumusan masalah ............5
C. Tujuan penelitian ........6
1.tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. PENELITIAN .............6
BAB 2
COVID -19
A. Latar belakang.......7
B. Penyebab ................8
C. Karakteristik penyakit.........9
D. Pencegahan dan pengadilan ......10

DAFTAR PUSAKA

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit menular menjadi salah satu penyebab utama kematian di Dunia. Penyebabnya
munculnya penyakit baru (new emerging disease) dan munculnya kembali penyakit menular
yang lama (re-emerging disease) membuat Indonesia menanggung beban berlebih dalam
penanggulangan penyakit (triple burden disease) (Kemenkes, 2013). Kondisi ini semakin buruk
dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat menyebabkan beberapa penyakit infeksi akut yang
berbahaya menyerang manusia seperti penyakit yang bersumber pada binatang seperti
leptospirosis (Widarso dan Wilfried, 2008).
Menurut Depkes RI Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi
bakteri yang berbentuk spiral dari genus leptospira yang patogen, dan bergerak aktif yang
menyerang hewan dan manusia. Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang secara alami
dapat dipindahkan dari hewan verterbrata ke manusia atau sebaliknya (Depkes RI, 2005).
Angka kejadian leptospirosis di dunia sangat rendah dikarenakan terlambatnya penanganan
medis dan diagnosis oleh tenaga kesehatan (WHO, 2010). Pelaporan penyakit leptospirosis
terkendala karena sulitnya diagnosis klinis disebabkan karena gejala awal penyakit
leptospirosis karena keterbatasan pengetahuan pasien untuk mendeteksi dini penyakit ini

(Velineni, 2007). Leptospirosis sering disebut dengan Neglected Infectious Diseases (NIDs) atau
penyakit infeksi yang terabaikan (Rusmini, 2011).
Menurut Internasional Leptospirosis Society (ILS) Indonesia merupakan negara dengan
insiden leptospirosis berada pada peringkat 3 di bawah negara Cina dan India. Angka
kematian leptopirosis pada penderita usia 50 tahun keatas dapat mencapai 56% (CFR).
Kejadian Luar Biasa (KLB) insiden penyakit leptospirosis mencapai lebih dari 100 per 100.000
penduduk per tahun (WHO, 2010). Angka kematian leptospirosis pada penderita usia 50 tahun

4
keatas dapat mencapai 56% ( WHO, 2010). Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2010 hanya 7 provinsi yang melaporkan kasus suspek leptospirosis yaitu provinsi DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tegah, DI Yogyakarta, Bengkulu, Kepulauan Riau dan Sulawesi
Selatan. Rendahnya angka pelaporan kasus leptospirosis dikarenakan kesulitan dalam
diagnosis penyakit leptospirosis sehingga menyebabkan sulitnya upaya dalam pemberantasan
(Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Tahun 2015 sampai dengan 2017 Kabupaten dengan jumlah kasus kematian tertinggi akibat
leptospirosis menurut data Dinas Provinsi Jawa Tengah dalam laporan buku saku kesehatan
yakni tahun 2015 tertinggi di Kota Semarang kemudian Boyolali dan Klaten dengan 24 kasus
kematian. Pada tahun 2016 mengalami kenaikan kasus kematian sejumlah 30 kasus, tertinggi di
Semarang kemudian Klaten dan Boyolali. Pada tahun 2017 kasus leptospirosis mengalami
kenaikan yang sangat drastis hampir 2 kali

lipat dari tahun sebelumnya yaitu 65 kematian dan kasus tertinggi di Kabupaten Banyumas,
Semarang peringkat ke dua kemudian Klaten berada di urutan ke 4 (Dinkes Prov. Jateng,
2017). Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, jumlah penderita leptospirosis 2014
terdapat 19 kasus dengan kematian 7 orang, pada tahun 2015 terdapat 21 kasus dengan
kematian 4 orang, pada tahun 2016 terdapat 7 kasus kemudian peningkatan terjadi pada tahun
2017 yaitu 34 kasus dengan 9 kematian.
Pada awal tahun 2018 sampai bulan April telah dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Klaten kasus leptospirosis sejumlah 38 kasus dengan 4 kematian (Dinkes Klaten, 2018). Berita
Kejadian leptospirosis di Kabupaten Klaten dalam berita harian Solopos, mengabarkan jumlah
orang meninggal dari bulan April sampai dengan Agustus yaitu 4 orang dengan total sepanjang
tahun 2018 sampai bulan Agustus yaitu 8 orang (Dinkes Klaten, 2018). Jumlah kejadian
leptospirosis di Kabupaten Klaten tertinggi di 3 Desa dari tahun 2014 sampai dengan 2018
yakni Wedi yaitu 25 kasus, Karangnongko terdapat 17 kasus dan Trucuk 12 kasus dengan
kasus 1 kematian di tahun 2018 (Dinkes Klaten, 2018).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara pada bulan April
2018 di Desa Trucuk, Wedi dan Karangnongko sebanyak masing-masing desa 10 orang dengan
hasil yaitu semuanya warga Desa Trucuk tidak mengetahui penyakit leptospirosis. Dan hal ini
diperkuat dari hasil observasi peneliti terhadap rumah dan lingkungan warga khususnya di
Desa Trucuk yang masih banyak yang belum memenuhi

standar kesehatan. Hidup bersih dan sehat masih rendah, hal itu terlihat dari beberapa rumah
warga yang kondisi kebersihan masih belum terjaga dengan baik. Kondisi tersebut sangat
mendukung tikus untuk mendapatkan makanan dengan mudah serta dapat dijadikan tempat
tinggal yang nyaman untuk berkembang biak tikus, sehingga dapat menularkan penyakit
leptospirosis. Berdasarkan wawancara dengan warga bahwa belum pernah diadakan
penyuluhan kesehatan tetang penyakit leptospirosis di Desa Trucuk.
Menurut Sitepu (2008), metode ceramah sangat efektif untuk penyuluhan kesehatan dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap warga dalam pencegahan penyakit pes. Dinas Kesehatan
Kabupaten Klaten terkait upaya pengendalian kasus leptospirosis di Kabupaten Klaten yaitu
dilakukan pemberian media leaflet di setiap pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten
Klaten baik rumah sakit maupun puskesmas (Dinkes Kab Klaten, 2018). Menurut hasil
penelitian Yustisa (2014), promosi kesehatan menggunakan media promosi kesehatan dari
media cetak (Leaflet) dengan elektronika yang dimodifikasi dapat meningkatkan pencapaian
tujuan promosi kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melihat pengaruh pendidikan kesehatan tentang
penyakit leptospirosis dengan menggunakan metode ceramah kesehatan dan leaflet terhadap
pengetahuan dan sikap masyarakat di Desa Trucuk. Pendidikan kesehatan ini dilakukan guna
menumbuhkan kepedulian terhadap program pencegahan dan pengendalian penyakit

5
leptospirosis yang ditularkan oleh kencing tikus, dengan tujuan pengendalian dan pencegahan
penyakit leptospirosis dapat berjalan secara rutin dan berkesinambungan serta dapat
mengurangi risiko terjadinya kasus penyakit leptospirosis di Desa Trucuk.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit leptospirosis dengan metode
ceramah dan media leaflet terhadap tingkat pengetahuan dan sikap warga Desa Trucuk?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit leptospirosis terhadap


tingkat pengetahuan dan sikap warga di Desa Trucuk

.
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui skorttingkat pengetahuan warga Desa Trucuk


tentang penyakit leptospirosis
.
b. Untuk mengetahui skor sikap warga Desa Trucuk tentang penyakit
leptospirosis
.
c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit
leptospirosis terhadap tingkat pengetahuan warga Desa Trucuk.

d. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit leptospirosis terhadap


sikap warga Desa Trucuk.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan dan menanamkan sikap yang baik kepada masyarakat dalam
upaya pencegahan penyakit leptospirosis serta membantu meningkatkan kepedulian terhadap
kegiatan pengendalian tikus sebagai upaya pencegahan penyakit leptospirosis.

2 bagi tenaga kesehatan

6
Sebagai alternatif bahan masukan dalam membuat perencanaan kebijakan pengendalian
penyakit leptospirosis serta perencanaan program kegiatan dalam upaya peningkatan
pendidikan kesehatan.

BAB 2

A. Latar belakang

Wuhan adalah kota terbesar ketujuh di Tiongkok, dengan populasi lebih dari 11 juta orang.
Kota ini merupakan pusat transportasi utama di Tiongkok bagian tengah, yang terletak sekitar
700 mil (1100 km) di sebelah selatan Beijing,[145] 500 mil (800 km) di sebelah barat Shanghai,
dan 600 mil (970 km) di sebelah utara Hong Kong.[146] Bandar udara Wuhan memiliki
penerbangan langsung ke berbagai kota besar di Eropa: enam kali penerbangan mingguan ke
Paris, tiga kali ke London, dan lima kali ke Roma.

7
Pada bulan Desember 2019, terjadi sekelompok kasus "radang paru-paru (pneumonia) yang
tidak diketahui penyebabnya" yang dihubungkan dengan pasar grosir makanan laut Huanan.
Pasar ini memiliki ribuan kios yang menjual berbagai hewan, seperti ikan, ayam, burung
pegar, kelelawar, marmut, ular berbisa, rusa bintik, dan binatang liar lainnya. Setelah virus
korona diketahui sebagai penyebab penyakit ini, kecurigaan pun muncul bahwa virus korona
baru ini bersumber dari hewan.

Sebagian besar virus korona bersirkulasi di antara hewan, tetapi enam spesies di antaranya
berevolusi dan mampu menginfeksi manusia, seperti yang terlihat pada sindrom pernapasan
akut berat (SARS), sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), dan empat virus korona lain
yang menyebabkan gejala pernapasan ringan seperti pilek. Keenamnya dapat menular dari
manusia ke manusia.]

Pada tahun 2002, dengan musang sebagai sumber virus, wabah SARS dimulai di daratan
Tiongkok dan menjalar hingga ke Kanada dan Amerika Serikat dengan bantuan beberapa
penular super dan adanya penerbangan internasional. Akibatnya, lebih dari 700 orang
meninggal di seluruh dunia.] Kasus SARS terakhir dilaporkan pada tahun 2004.[150][153][154]
Pada saat itu, pemerintah Tiongkok dikritik oleh WHO karena bersikap lamban dalam
menangani virus tersebut] Sepuluh tahun setelah SARS, penyakit virus korona terkait unta
arab, yaitu MERS, mengakibatkan lebih dari 850 orang meninggal di 27 negara.[156] Wabah
virus korona dari Wuhan dikaitkan dengan pasar yang menjual hewan untuk dikonsumsi,
sehingga penyakit tersebut diduga berasal dari hewan.[151] Hal ini menimbulkan
kekhawatiran bahwa wabah virus korona baru akan mirip dengan wabah SARS.[153][157]
Kekhawatiran tersebut diperburuk oleh adanya perkiraan bahwa sejumlah besar wisatawan
akan berlibur pada Tahun Baru Imlek, yang dimulai pada 25 Januari 2020

B. Penyebab

Filogenetik dan taksonomi


Virus korona baru awalnya disimbolkan 2019-nCoV oleh WHO, dengan huruf n yang berarti
novel atau baru, dan CoV yang berarti coronavirus atau virus korona.[62] Virus ini tergolong
dalam ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae, dan genus Betacoronavirus (Beta-CoV).
Genus betacoronavirus terdiri atas empat garis keturunan (subgenus), di mana 2019-nCoV
bersama dengan SARS-CoV digolongkan dalam garis keturunan B (subgenus
Sarbecovirus).[34][63][64] Virus 2019-nCoV merupakan spesies ketujuh dalam keluarga
Coronaviridae yang mampu menginfeksi manusia, selain 229E, NL63, OC43, HKU1, MERS-
CoV, dan SARS-CoV. Pada 11 Februari 2020, Komite Internasional Taksonomi Virus (ICTV)
memberi nama virus ini koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (Severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2, disingkat SARS-CoV-2) yang merupakan galur dalam
spesies SARS-CoV.[1][65]

Genom SARS-CoV-2 telah berhasil diisolasi. Virus ini memiliki RNA dengan panjang sekitar
30 ribu pasangan basa. Urutan genom menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki tingkat
kesamaan dengan SARS-CoV sebesar 79,5% dan dengan virus korona kelelawar sebesar
96%.[66] Sejumlah genom SARS-CoV-2 telah diisolasi dan dilaporkan termasuk
BetaCoV/Wuhan/IVDC-HB-01/2019, BetaCoV/Wuhan/IVDC-HB-04/2020,

8
BetaCoV/Wuhan/IVDC-HB-05/2019, BetaCoV/Wuhan/WIV04/2019, dan
BetaCoV/Wuhan/IPBCAMS-WH-01/2019 dari Institut Nasional untuk Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit Virus, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC
Tiongkok), Institut Biologi Patogen, dan Rumah Sakit Jinyintan Wuhan.[67][68]

C PENYEBARAN

Angka reproduksi dasar untuk penularan virus dari manusia ke manusia diperkirakan antara
2 dan 4. Jumlah tersebut menggambarkan berapa banyak makhluk hidup yang baru terinfeksi
yang kemungkinan menularkan virus dalam populasi manusia. Virus korona baru telah
dilaporkan mampu mengirimkan rantai hingga empat orang sejauh ini.[69]

Pada 22 Januari 2020, para ilmuwan dari Universitas Peking, Universitas Kedokteran
Tradisional Tiongkok Guangxi, Universitas Ningbo dan Sekolah Tinggi Teknik Biologi Wuhan
menerbitkan sebuah artikel setelah melihat "manusia, kelelawar, ayam, landak, trenggiling,
dan dua spesies ular",[70] yang menyimpulkan bahwa "2019-nCoV tampaknya merupakan
virus rekombinan antara koronavirus kelelawar dan koronavirus yang asalnya tidak
diketahui"... dan ..."ular adalah reservoir hewan satwa liar yang paling mungkin untuk virus
2019-nCoV" yang kemudian menyebar ke manusia.[71][70][72] Beberapa ilmuwan lain
berpendapat bahwa 2019-nCoV dikembangkan sebagai hasil dari "virus gabungan antara
kelelawar dan ular.[71][70][73]

Artikel pracetak yang dipublikasikan pada tanggal 23 Januari 2020 di jurnal bioRxiv yang
ditulis oleh peneliti dari Institut Virologi Wuhan, Rumah Sakit Jinyintan Wuhan, Universitas
Akademi Sains Tiongkok dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menyatakan
bahwa virus korona ini kemungkinan berasal dari kelelawar, karena analisis mereka
menunjukkan bahwa 2019-nCoV 96% identik di tingkat genom secara keseluruhan dengan
koronavirus kelelawar.[74]

Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa virus 2019-nCoV masuk ke tubuh manusia melalui
Reseptor ACE 2, sama seperti virus SARS.

D KARAKTERISTIK PENYAKIT

Gejala pada presentasi klinis


Gejala yang dilaporkan termasuk demam pada 90% kasus,[34] kelelahan dan batuk kering
pada 80% kasus,[34][77] dan sesak napas 20%, dengan gangguan pernapasan 15%.[78][79][77]
Sinar-X pada dada menunjukkan tanda-tanda di kedua paru-paru.[78][79] Tanda-tanda vital
umumnya stabil pada saat masuknya mereka yang dirawat di rumah sakit.[77] Tes darah
biasanya menunjukkan jumlah sel darah putih yang rendah (leukopenia dan
limfositopenia).[34]

Uji diagnostik
Pada 15 Januari 2020, WHO menerbitkan protokol pengujian diagnostik untuk 2019-nCoV,
yang dikembangkan oleh tim virologi dari Rumah Sakit Charité di Jerman.[39]

Kekhawatiran akan kurangnya laporan


Karena kurangnya tenaga medis dan peralatan medis di daerah yang terkena wabah, banyak
rumah sakit gagal mengidentifikasi kasus virus korona sementara banyak pasien dengan gejala
mirip virus korona diberi label sebagai "pneumonia berat".[80][81] Kebetulan, banyak dari
mereka yang mengalami gejala virus 2019-nCoV memutuskan untuk tinggal di rumah daripada
pergi ke rumah sakit karena waktu tunggu yang lama dan kondisi yang sempit.[82] Oleh

9
karena itu, peneliti dari Northeastern University dan Imperial College London memperkirakan
bahwa jumlah kasus ini mungkin lima atau 10 kali lebih besar dari yang dilaporkan.[83][84]

Kekhawatiran tambahan terjadi karena penanganan Tiongkok pada peristiwa merebaknya


SARS pada tahun 2003, di mana pemerintah Tiongkok menyembunyikan pasien yang terinfeksi
dari inspektur WHO dan melaporkan jumlah kasus SARS yang tidak dilaporkan.

D PENCEGAHAN DAN PENGADILAN

2019-nCoV saat ini tidak memiliki pengobatan yang efektif atau vaksin, meskipun upaya untuk
mengembangkan beberapa obat sedang dilakukan.[86][87] Gejala-gejalanya antara lain
demam, kesulitan bernapas dan batuk,[88] yang digambarkan sebagai gejala "Influenza".[89]
Untuk mencegah infeksi, WHO merekomendasikan "mencuci tangan secara teratur, menutupi
mulut dan hidung ketika batuk dan bersin … [dan] hindari kontak dekat dengan siapa pun
yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan (seperti batuk dan bersin)."[90] Meskipun
tidak ada perawatan khusus untuk virus korona manusia pada umumnya, Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit AS menyarankan bahwa warga yang terinfeksi virus ini dapat
meredakan gejalanya dengan minum obat flu biasa, minum cairan, dan istirahat.[91] Beberapa
negara mengharuskan warganya untuk melaporkan gejala mirip flu ke dokter mereka,
terutama jika mereka pernah mengunjungi daratan Tiongkok.[92]

Situasi di Wuhan sedang dipantau sehubungan dengan akan digelarnya putaran ketiga
Turnamen Kualifikasi Olimpiade Wanita AFC 2020, beberapa di antaranya digelar di kota ini
dari tanggal 3 hingga 9 Februari 2020.[93] Pada 22 Januari 2020, AFC mengumumkan bahwa
mereka akan memindahkan pertandingan Grup A yang sebelumnya dijadwalkan untuk
dimainkan di Wuhan—yang termasuk timnas masing-masing dari Australia, Tiongkok, Taiwan
dan Thailand—ke Nanjing karena wabah virus korona.[94] beberapa hari kemudian, AFC
mengumumkan bahwa bersama dengan Federasi Sepak Bola Australia mereka akan
memindahkan pertandingan tersebut ke Sydney.[95] Kualifikasi tinju Olimpiade 2020 wilayah
Asia-Pasifik, yang semula dijadwalkan akan diadakan di Wuhan pada tanggal 3-14 Februari,
juga dibatalkan dan dipindahkan ke Amman, Yordania yang akan diselenggarakan antara
tanggal 3-11 Maret 2020.[96][97]

Karantina
Tiongkok

Karantina yang efektif untuk perjalanan keluar-masuk Wuhan diberlakukan mulai 23 Januari
2020, pukul 10.00 waktu setempat dan seterusnya. Penerbangan dan kereta api dari dan
menuju Wuhan, bus umum, sistem metro, dan lain-lain ditunda hingga pemberitahuan lebih
lanjut. Langkah ini merupakan upaya untuk menghentikan penyebaran virus dari Wuhan dan
untuk memastikan kesehatan dan keselamatan warganya, menurut Kantor Berita Xinhua.
Pertemuan skala besar dan tur kelompok juga ditunda.[98] Berbagai masalah logistik telah
terjadi setelah karantina, termasuk kenaikan harga pangan [99] dan kesulitan bagi staf medis
yang pergi ke rumah sakit.[100]

Pemerintah Tiongkok mengumumkan pukul 23.00 (UTC+8) pada tanggal 23 Januari untuk
menutup Kota Chibi efektif pukul 00.00 pada 24 Januari, didahului oleh kota-kota setingkat
prefektur seperti Huanggang, Ezhou, dan Wuhan.[101]

Karena kota Wuhan telah diisolasi, warga berebut ke toko-toko terdekat untuk menimbun
barang-barang penting. Ada banyak laporan tentang antrean panjang di supermarket, apotek,
dan pompa bensin — warga berbondong-bondong ke pompa bensin karena desas-desus palsu

10
tentang kehabisan bahan bakar. Setelah karantina, harga barang meningkat secara signifikan
di Wuhan.[102][103]

Seorang ahli epidemiologi dan ahli virus SARS dengan tim yang terdiri dari spesialis medis
yang baru saja terbang kembali ke Hong Kong setelah inspeksi satu hari mereka di Wuhan
mengatakan bahwa Wabah Wuhan setidaknya 10 kali lebih besar daripada SARS dan meminta
warga untuk menjauh dari Wuhan sesegera mungkin.[104][105][106][107]

Beberapa postingan di Weibo menunjukkan bahwa rumah sakit di Wuhan telah kelebihan
beban dengan ribuan orang yang demam dan sangat kritis terhadap keandalan angka-angka
statistik yang diumumkan oleh pemerintah Tiongkok meskipun postingan tersebut sekarang
dihapus karena alasan yang tidak diketahui.[108]

Internasional

Di luar Daratan Tiongkok, beberapa kapal pesiar dikarantina setelah penumpang mengalami
gejala atau dinyatakan positif SARS-nCoV-2. Costa Smeralda dikarantina pada 30 Januari di
dekat Civitavecchia, Italia, setelah penumpang mengalami gejala mirip flu - karantina berakhir
ketika tes untuk virus diputuskan negatif.[109] Dua kapal selanjutnya dikarantina pada 5
Februari yaitu Diamond Princess di Pelabuhan Yokohama, Jepang dan World Dream, yang
kembali ke Hong Kong setelah ditolak masuk ke Kaohsiung, Taiwan. Dalam kedua kasus,
penumpang dan kru dinyatakan positif.[110][111][112][113] Pada tanggal 10 Februari
penumpang diizinkan untuk turun dari World Dream "tanpa perlu karantina sendiri setelah
pergi."[114] Selain itu, meskipun tidak dikarantina kapal MS Westerdam ditolak masuk oleh
beberapa pelabuhan setelah meninggalkan Hong Kong pada 1 Februari.

Evakuasi diplomat dan warga negara asing dari Wuhan


Pemerintah Belgia, Filipina, Thailand dan Amerika Serikat merencanakan penerbangan
evakuasi untuk warga negaranya dari Tiongkok.[115][116][117][118] Brasil, Republik Ceko,
Prancis, Pakistan, India, Jepang, Korea Selatan dan Rusia juga mempertimbangkan tindakan
serupa.[119][120][121][122][123][124]

Sri Lanka dan Panama mulai memulangkan mahasiswa mereka dari Tiongkok.[125][126]
Myanmar mulai memulangkan lima puluh mahasiswa mereka dari sekitar Wuhan.[127]

Vietnam mengizinkan empat penerbangan luar biasa untuk membawa pulang penumpang
warganya dari Wuhan dari tanggal 24 hingga 27 Januari,[128] dan mengatur penerbangan
untuk mengevakuasi warga dan diplomat negara mereka.[129]

Pada tanggal 29 Januari, Australia dan Selandia Baru mengumumkan bahwa mereka akan
bekerja sama untuk mengevakuasi warganya dari Wuhan ke Pulau Natal. Ada antara 50-82
warga Selandia Baru di Wuhan dan 600 warga Australia di provinsi Hubei termasuk 140 anak-
anak asal Australia di Wuhan.[130][131]

Pada tanggal 29 Januari, Korea Selatan membuat persiapan menit terakhir untuk mengangkut
sekitar 700 warga Korea Selatan dari Wuhan, termasuk menyelesaikan rincian logistik dengan
Pemerintah Tiongkok. Para pejabat Korea Selatan menyiapkan dua pesawat dengan dua set
tim medis yang terdiri dari sekitar 20 dokter, perawat, dan pejabat.[132]

Pada 1 Februari, sebuah pesawat carteran berangkat dari Thailand ke Wuhan untuk
mengevakuasi 64 warga negara Thailand yang dipimpin oleh Menteri Kesehatan Masyarakat
Anutin Charnvirakul. Pesawat itu termasuk tim medis yang berspesialisasi dalam infeksi
saluran pernapasan dan obat darurat.[133]

11
Pada tanggal 2 Februari 2020, tim perwira dari Kedutaan Besar Malaysia di Beijing bergegas
ke Wuhan melalui jalur darat untuk menyelamatkan dan mengevakuasi 120 warganya dari
Wuhan dan sekitarnya. Perintah evakuasi dilakukan setelah keputusan Kabinet pada tanggal
29 Januari 2020.[134]

Rumah Sakit khusus

Sebuah rumah sakit khusus bernama Rumah Sakit Huoshenshan telah dibangun sebagai upaya
penanggulangan terhadap wabah virus korona dan untuk mengkarantina pasien dengan lebih
baik. Dilaporkan, pemerintah Kota Wuhan telah meminta sebuah badan usaha milik negara
(China Construction Third Bureau Group) untuk membangun kembali tempat akomodasi di
Wuhan menjadi Pusat Terapi Virus dengan kecepatan tercepat dibandingkan dengan saat
wabah SARS pada tahun 2003.[135] Pada 24 Januari, pihak otoritas Wuhan merinci
perencanaannya, mengatakan mereka berencana membangun Rumah Sakit Huoshenshan
dalam waktu enam hari sejak pengumuman dan mulai beroperasi pada 3 Februari 2020.
Rumah sakit khusus tersebut akan memiliki 813 tempat tidur[136] dan itu akan memakan
lahan sebesar 25.000 meter persegi. Rumah sakit itu dibuat berdasarkan pada Rumah Sakit
Xiaotangshan, yang dibuat akibat wabah SARS tahun 2003, itu sendiri dibangun hanya dalam
waktu seminggu.[137][138] Media pemerintah melaporkan bahwa terdapat 1.500 pekerja dan
hampir 300 unit mesin konstruksi di lokasi pada puncaknya, dan tim cadangan lain dari 2.000
pekerja telah berkumpul.[139]

Otoritas setempat mengumumkan rencana untuk membangun rumah sakit khusus kedua pada
25 Januari yang akan dinamai Rumah Sakit Leishenshan, dengan kapasitas 1.600 tempat tidur;
[140] Rumah sakit tersebut mulai beroperasi pada 6 Februari.[141][142] Beberapa orang
menyuarakan keprihatinan mereka melalui media sosial, mengatakan keputusan pihak
berwenang untuk membangun rumah sakit lain dalam waktu yang sangat singkat
menunjukkan tingkat keparahan wabah ini bisa jauh lebih buruk dari yang diperkirakan.[143]

Pada 24 Januari 2020, pihak berwenang mengumumkan bahwa mereka akan mengubah
bangunan kosong di Distrik Huangzhou, Huanggang menjadi rumah sakit berkapasitas 1.000
tempat tidur bernama Pusat Medis Regional Gunung Dabie. Konstruksi dimulai pada hari
berikutnya oleh 500 personel dan gedung tersebut mulai menerima pasien pada 28 Januari
2020 pukul 22.30 waktu setempat

12
DAFTAR PUSTAKA

http://gilangilhamfitriyanto.blogspot.com/
https://www.romadecade.org/pengertian-olahraga/#!
https://bangbu15.blogspot.com/2016/04/makalah-kesehatan-olahraga.html
2

13

Anda mungkin juga menyukai