Anda di halaman 1dari 6

RESUME

ALIRAN JABARIYAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu :

Ahsabul Kahfi, M.Pd.

Disusun oleh :

Intan

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) AL-BAROKAH

PROGRAM STUDI S1

PRODI PAI

2022
A. Pengertian aliran jabariyah

Jabariyah adalah sebuah ideologi dan sekte bidah di dalam akidah yang muncul pada
abad ke-2 hijriah di Khurasan. Jabariyah memiliki keyakinan bahwa setiap manusia terpaksa
oleh takdir tanpa memiliki pilihan dan usaha dalam perbuatannya. Tokoh utamanya adalah Ja'ad
bin Dirham dan Jahm bin Shafwan.

Kata jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti “memaksa”. Di dalam al munjid dijelaskan
bahwa nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa atau
mengharuskan melakukan sesuatu.

Dapat Kita simpulkan bahwa aliran Jabariyah adalah aliran sekelompok orang yang
memahami bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan merupakan sebuah unsur keterpaksaan
atas kehendak Tuhan dikarenakan telah ditentukan oleh qadha’ dan qadar Tuhan. Jabariah adalah
pendapat yang tumbuh dalam masyarakat Islam yang melepaskan diri dari seluruh
tanggungjawab. Maka Manusia itu disamakan dengan makluk lain yang sepi dan bebas dari
tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, manusia itu diibaratkan benda
mati yang hanya bergerak dan digerakkan oleh Allah Pencipta, sesuai dengan apa yang
diinginkan-Nya. Dalam soal ini manusia itu dianggap tidak lain melainkan bulu di udara dibawa
angin menurut arah yang diinginkan-Nya.Maka manusia itu sunyi dan luput dari ikhtiar untuk
memilih apa yang diinginkannya sendiri.

B. Sejarah aliran jabariyah

Paham al-jabar pertama kali diperkenalkan oleh Ja’d bin Dirham (terbunuh 194 H) yang
kemudian disebarkan oleh Jahm Shafwan (125 H) dari kurasan. Dalam sejarah teologi islam,
Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran Jahmiyah dalam kalangan murji’ah. Ia duduk
sebagai sekertaris Suraih bin Al-haris dan menemaninya dalam gerakan melawan kekuasaan bani
Umayah. Aliran Jabariyah berpendapat bahwa hanya Allah SWT. sajalah yang menentukan dan
mengutuskan segala amal perbuatan manusia. Semua perbuatan itu sejak semula telah diketahui
AllahSWT. Dan semua amal perbuatan itu adalah berlaku dengan qodrat dan irodat-Nya.
Manusia tidak mencampurinya sama sekali. Usaha manusia sama sekali bukan ditentukan oleh
manusia sendiri. Qodrat dan irodat Allah SWT. adalah membekukan dan mencabut kekuasaan
manusia sama seklai. Pada hakikatnya segala pekerjaan dan gerak gerik manusia sehari-harinya
adalah merupakan paksaan (majbur) semata-mata. Kebaikan dan kejahatan itu pun semata-mata
paksaan pula, sekalipun nantinya manusia memperoleh balasana surga dan neraka. Paham
Jabariyah pertama kali diperkenalkan oleh Ja’ad bin Dirham, kemudian disebarluaskan oleh
Jahm bin Shafwan dari khurasan.
Dalam perkembangan paham ini juga dikembangkan oleh tokoh lainnya yang antara lain adalah
Al Husein bin Muhammad Najjar dan Ja’ad bin Dirham. Pendapat lain mengatakan bahwa
kemunculan aliran Jabariyah terpengaruh dari paham ajaran Yahudi dan Nasrani.  Yaitu Yahudi
yang bersekte Qurro dan Nasrani yang bersekte Yaqubiyah.

Sebagian ahli sejarah Islam menganggap bahwa Jaad bin Dirham mengambil paham
Jabariyah ini dari seorang Yahudi di Syam. Namun menurut Abu Zahrah agama Yahudi
bukanlah satu-satunya pemilik peran bagi kemunculan paham ini. Kemunculannya sangat
mungkin juga karena pengaruh paham orang-orang Persia yang banyak berlatar belakang agama
Majusi.

Dalam perjalan sejarahnya paham al-Jabariyyah mengalami perkembangan, Asy Syahrastani


membagi Jabariyah dalam dua bentuk yaitu:

1. Jabariyah murni, yang menolak adanya perbuatan berasal dari manusia dan memandang
manusia tidak memiliki kemampuan untuk berbuat apalagi upaya atau kekuatan. Semua
perbuatan adalah milik Allah Semata sehingga manusia hanyalah seperti kapas yang
diterpa angin, yang sama sekali tidak memiliki apa-apa dan tidak bisa berbuat apa-apa.
2. Jabariyah pertengahan atau moderat, yaitu yang mengakui adanya perbuatan manusia
namun perbuatan manusia tidak membatasi. Jabariyah moderat masih menganggap
bahwa manusia memiliki kekuatan-kekuatan pasif yang diberikan oleh Allah.

C. Doktrin doktrin aliran jabariyah

Secara umum doktrin-doktrin Aliran Jabariyah dapat digambarkan sebagaimana berikut ini:

1. Fatalisme, yakni kepasrahan total yang menganggap manusia tidak dapat melakukan apa-
apa malah tidak memiliki daya, dan dipaksa berbuat oleh Allah SWT.
2. Surga dan neraka tidak kekal tidak, dan tidak ada yang kekal selain Allah SWT.
3. Iman adalah makrifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini pendapat ini sama
dengan konsep iman yang diajarkan aliran murji’ah
4. Kalam Tuhan (al-Quran) adalah makhluk.
5. Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat.

Tokoh dan Doktrin Ajaran nya.

Menurut asy_syahratsani,jabariyah dapat di kelopmpok kan menjadi dua bagian yaitu:

1.jabariyah Ekstrim

Doktrin jabariyah ekstrim adalah segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan
yang timbul dari kemauannya sendiri.tetapi perbuatan yang di paksa kan atas dirinya
sendiri .

Diantara pemuka jabariyah ekstrim adalah:

1) jahm bin sufyan

Doktrin ajaran nya berkaitan dengan persoalan teologi adalah:

a.manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa.dia tidak mempunyai daya,tidak


mempunyai kehendak sendiri.

b.surga dan neraka tidak kekal ,tidak ada yang kekal selain allah.

c. Iman adalah ma'rifat atau membenarkan dalam hati.

d. Tidak memberi sifat bagi Allah yang mana sifat itu mungkin di berikan kepada
manusia, sebab itu berarti menyerupai Allah dalam sifat-sifat itu.

2) ja'ad bin dirham

Doktrin pokok ajarannya:


a. Al-quran adalah makhluk. Oleh karena itu dia baru, sesuatu yamg baru tidak dapat
disifatkan kepada Allah.

b. Allah tidak mempunyai sifat yang seruap dengan makhluk,seperti


berbicara,melihat,mendengar.

c. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya. d bin Dirham

D. CIRI-CIRI AJARAN JABARIYAH

Diantara ciri-ciri ajaran Jabariyah adalah :

1. Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap


perbuatannya baik yang jahat, buruk atau baik semata Allah semata yang
menentukannya.

2. Bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.

3. Ilmu Allah bersifat Huduts (baru)

4. Iman cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadhkan.

5. Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaanNya.

6. Bahwa surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah bersama
penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.

7. Bahwa Allah tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk surga.

8. Bahwa Alqur'an adalah makhluk dan bukan kalamullah

E. Dalil Aqli da Dalil Naqli Yang Menjadi Landasan Aliran Al Jabariyah

a. Dalil Naqli

QS. Al-Insan  30  :


ً ‫شاُؤ ونَ ِإاَّل َأن يَشَا َء هَّللا ُ ِإنَّ هَّللا َ َكانَ َعلِيما ً َح ِكيما‬
َ َ‫َو َما ت‬

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki
Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

b. Dalil Aqli

Makhluk tidak boleh mempunyai sifat sama dengan sifat Tuhan, dan kalau
itu terjadi, berarti menyamakan Tuhan dengan makhluknya. Mereka
menolak keadaan Allah  Maha Hidup dan Maha Mengetahui, namun ia
mengakui keadaan Allah Yang Maha Kuasa. Allahlah yang berbuat dan
menciptakan, oleh karena itu, makhluk tidak mempunyai kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai