Anda di halaman 1dari 7

PRINSIP

2.1. Parasetamol
Parasetamol atau acetaminophen atau 4-hidroksi asetalinida merupakan
salah satu obat bebas yang sering dijumpai. Parasetamol memiliki khasiat sebagai
obat analgesik dan antipiretik (Noviza dkk., 2015). Beberapa bentuk sediaan
parasetamol yang sering dijumpai masyarakat, seperti tablet, suspensi, dan larutan
oral. Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat (Kemenkes RI, 2014). Rumus
bangun dari parasetamol sebagai berikut:

Gambar 1. Rumus Bangun Parasetamol (Kemenkes RI, 2014)


Berdasarkan rumus bangun dapat ditentukan sifat fisik dan kimia dari
parasetamol. Parasetamol memiliki bentuk berupa serbuk hablur, berwarna putih,
tidak berbau, dan rasa sedikit pahit. Kelarutan dari parasetamol, yaitu larut dalam
air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N serta mudah larut dalam etanol.
Rentang titik lebur dari parasetamol adalah 168˚-172˚. Rumus molekul
parasetamol C8H9NO2 dan berat molekul 151,16 g/mol (Kemenkes RI, 2014).
Parasetamol memiliki perbedaan panjang gelombang antara larutan asam
dan larutan basa atau alkali. Pada larutan asam absorbansi senyawa parasetamol
dengan panjang gelombang 245 nm adalah 668 A1%/1cm, sedangkan dalam larutan
basa

1
absorbansi senyawa parasetamol dengan panjang gelombang 257 nm adalah 715
A1%/1cm (Moffat dkk., 2014).

Gambar 2. Spektrum UV Parasetamol (Moffat dkk., 2014)

2.2. Spektrofotometri UV
Spektrofotometri UV-Vis merupakan suatu teknik fisika dari spektroskopi
optik yang menggunakan cahaya tampak, ultraviolet, dan cahaya di dekat rentang
inframerah. Selama 35 tahun terakhir, spektrofotometri UV-Vis secara umum
telah digunakan menjadi instrumen analitis yang paling penting di laboratorium
modern meskipun dalam banyak aplikasi teknik lain dapat digunakan. Akan tetapi,
spektrofotometri UV-Vis memiliki keunggulan, seperti kesederhanaan
penggunaan, fleksibilitas, kecepatan, ketepatan, dan keefektivitasan biayanya
(Shah et al., 2015). Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi
spektroskopi serapan ultraviolet, cahaya tampak, inframerah, dan serapan atom
(Kemenkes RI, 2014).
Metode analisis spektrofotometri UV-Vis didasarkan pada pengukuran
penyerapan cahaya monokromatik oleh senyawa tidak berwarna di jalur
ultraviolet dekat spektrum (200-380 nm). Metode ini didasarkan pada hukum
Bouger Lambert Beer yang menetapkan bahwa absorbansi solusi berbanding lurus
dengan konsentrasi analit (Shah et al., 2015). Hukum Bouger Lambert Beer dapat
dirumuskan sebagai berikut:

A = a.b.c

Keterangan: A = Absorbansi; a = Absorpsivitas molar (M-1cm-1); b = panjang


lintasan kuvet (cm); dan c = konsentrasi (M)

2
2.2.1. Prinsip Spektrofotometri UV
Spektrofotometri UV-Vis memiliki prinsip kerja, yaitu jika cahaya
monokromatik melewati suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (I), sebagian dipantulkan (lr), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Pada
penentuan secara kualitatif berdasarkan puncak-puncak yang dihasilkan spektrum
dari suatu unsur tertentu pada panjang gelombang tertentu, sedangkan penentuan
secara kuantitatif berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan dari spektrum
dengan adanya senyawa pengompleks sesuai unsur yang dianalisisnya
(Yanlinastuti dan Fatimah., 2017). Beberapa instrumen dari spektrofotometer UV-
Vis yaitu:
1. Sumber radiasi atau sumber cahaya memiliki fungsi sebagai pendonor energi
radiasi pada daerah panjang gelombang yang tepat untuk pengukuran dan
mempertahankan intensitas sinar yang tetap pada pengukuran.
2. Monokromator berfungsi menghasilkan radiasi monokromatis yang
diperoleh dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis
(Warono dan Syamsudin, 2013).
3. Kuvet adalah wadah bahan yang akan diukur serapan atau absorbennya
(Warono dan Syamsudin, 2013).
4. Detektor merupakan material yang dapat menyerap energi dari foton dan
mengubahnya dalam bentuk lain, yaitu energi listrik (Warono dan
Syamsudin, 2013).
5. Display mengubah sinar listrik dari detektor menjadi pembacaan yang
berupa meter atau angka yang sesuai dengan hasil yang dianalisis (Warono
dan Syamsudin, 2013).

3
Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jilid 2. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Moffat, A. C., M. D. Osselton, B. Widdop, L. Y. Galichet. 2014. Clarke's Analysis
of Drugs and Poisons. 3rd Edition. London: Pharmaceutical Press.
Noviza, D., N. Febriyanti, S. Umar. 2015. Solubilsasi Parasetamol dengan Ryoto®
Sugar Ester dan Propilenglikol. Sains Farmasi dan Klinis. 1(2): 132-139.
Shah, R. S., R. B. Pawar, P. P. Gayakar. 2015. UV-Visible Spectroscopy-A Review.
International Journal of Institutional Pharmacy and Life Sciences. 5(5).
Warono, D. dan Syamsudin. 2013. Unjuk Kerja Spektrofotometri untuk Analisa Zat
Aktif Ketoprofen. Konversi. 2(2): 57-65.
Yanlinastuti dan S. Fatimah. 2017. Pengaruh Konsentrasi Pelarut untuk
Menentukan Kadar Zirkonium dalam Panduan U-Zr dengan Menggunakan
Metode Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Teknologi. 9(17): 22-33.

4
2. SKEMA
2.1 Prosedur Penetapan Spektrum Absorbansi (Panjang gelombang
maksimum)

Dimasukkan larutan seri parasetamol dengan konsentrasi 6 ppm ke


dalam kuvet (sel sampel) dan kuvet lain berisi pelarut tanpa bahan obat
(sel blanko).

Diukur absorbansi sel hingga relatif terhadap sel blanko menggunakan


spektrofotometer pada daerah radiasi ultraviolet, dilakukan dengan
mencatat pembacaan setiap interval 3 nm, dimulai dari 220 sampai
350.

Kemudian dibuat garis spektrum pada kertas grafik dengan memplot


nilai absorbansi terhadap gelombang dan tentukan gelombang
maksimum parasetamol.

2.2 Prosedur Pembuatan Kurva Baku Kalibrasi (Multiple Calibration)

Disiapkan beberapa macam deret konsentrasi (3,4,6,8, dan 11


ppm), kemudian ditentukan absorbansinya pada ƛ maks.

5
Dibuat plot hukum Lambert-Beer pada kertas grafik antara absorbansi
(ordinat) terhadap konsentrasi (absis).

Kemudian ditentukan persamaan regresi linear serta dihitung absorvitas


jenis
(a) pada absorvitas molar dari parasetamol.

2.3 Prosedur Penentuan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet (Farmakope


Indonesia III)

Ditimbang sejumlah serbuk tablet setara dengan 150 mg, kemudian


tambahkan dengan 50 mL NaOH 0,1. N.

Diencerkan dengan 100 mL akuades selama 15 menit, lalu


ditambahkan air secukupnya hingga 20 mL, dicampur dan disaring.

Diencerkan 10 mL filtrat dengan aquades secukupnya hingga 100 mL.


Pada 10 mL ditambahkan 10 mL NaOH 0,1 N kemudian diencerkan
dengan air secukupnya hingga 100 mL, lalu diukur serapan larutan pada
Panjang
gelombang maksimum.

6
7

Anda mungkin juga menyukai