Anda di halaman 1dari 1

Konsentrasi NaOH dapat berubah-ubah selama penyimpanan dikarenakan reaksi oksidasi

selama penyimpanan dan juga bisa disebabkan oleh sifat NaOH yang higroskopis, sehingga
dapat mengubah konsentrasinya selama penyimpanan, sehingga NaOH perlu distandarisasi
dengan larutan baku primer asam oksalat. Larutan asam oksalat digunakan sebagai larutan baku
primer dikarenakan asam oksalat mudah didapat dan mempunyai kemurnian yang sangat tinggi
(100 ± 2)% atau dapat dimurnikan dengan penghabluran kembali, tidak berubah selama
penimbangan; tidak teroksidasi oleh O2 dari udara, mudah larut, tidak higroskopik, sehingga
dapat digunakan sebagai larutan baku primer (Basset et al., 1994).
Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali dengan tujuan untuk meminimalisisr kesalahan titrasi
dimana titrasi pertama sebagai kontrol, titrasi kedua sebagai pembanding,dan titrasi ketiga
sebagai pengkoreksi. Volume NaOH masing-masing 9,8 mL, 9,8 mL, dan 9,7 mL. Kemudian
didapatkan rata-rata normalitas baku dari NaOH yaitu 0,511 N. Secara teoritis, titik ekuivalen
kadar dari natrium hidroksida sebenarnya adalah 0,5 N, hal ini terjadi mungkin dikarenakan
penentuan titik akhir titraso secara visual yang menyebabkan perbedaan sejumlah volume yang
digunakan, akibat adanya sifat dari NaOH yang higroskopis sehingga dapat menyerap air di
udara yang menyebabkan perubahan kadar dalam larutan selama pembuatan dan penyimpanan.
Nilai simpangan baku relatif yang didapat dari standarisasi NaOH adalah 0, 587 %. Dilihat dari
nilai simpangan baku relatif standarisasi NaOH yang didapat, pengulangan sudah presisi karena
hasil simpangan baku relatif yang didapat tidak lebih dari 2% sehingga metode yang digunakan
sudah valid (Gandjar dan Rohman, 2007).
Larutan HCl juga harus dilakukan standardisasi dikarenakan HCl merupakan suatu larutan
baku sekunder. HCl harus distandarisasi karena larutan ini mudah menguap dan mudah bereaksi
dengan senyawa lain diudara (Higroskopis), selain itu HCl mudah menyerap uap air, dan
menyerap CO2 pada waktu proses penimbangannya sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi
larutan tersebut. HCl dibakukan dengan menggunakan trometamin P dengan menggunakan
indikator bromkresol hijau. Standarisasi HCl dilakukan sebanyak 3 kali, volume HCl yang
digunakan adalah 40,2 mL, 40,6 mL, dan 39,7 mL. Dari proses standarisasi, didapat konsentrasi
HCl sebesar 0,503 N dengan nilai standar deviasi relatif sebesar 1,098 %. Dilihat dari nilai
standar deviasi relative yang didapat tersebut, dapat dikatan bahwa validasi metode presisi
standardisasi HCl sudah valid karena memiliki nilai RSD dibawah nilai 2% (Kemenkes RI,
2014).

Anda mungkin juga menyukai