Anda di halaman 1dari 2

III.

1 Hasil percobaan (salin dari laporan sementara bagian data dan hasil pengamatan, factor NaOH tidak
usah ditulis)

III.2 Pembahasan (paragraf, tidak perlu kalimat pasif)

- Fungsi bahan yang digunakan, mana yang larutan standar primer dan sekunder pada reaksi standarisasi
dan reaksi penentuan kadar asam cuka

a. Dalam reaksi standarisasi, NaoH berfungsi sebagai titran yang merupakan larutan standar sekunder
atau larutan yang konsentrasinya tidak pasti sehingga perlu dilakukan standararisasi untuk mengetahui
molaritasnya dengan melibatkan larutan asam oksalat sebagai larutan standar primer /larutan yang
relatif stabil karena dihasilkan dari penimbangan yang akurat sehingga konsentrasinya dapat diketahui
secara pasti/. Berikut adalah reaksi yang terjadi saat standarisasi larutan NaOH ;

2NaOH + H2C2O4 ---- Na2C2O4 + H2O

Pada standarisasi NaOH, larutan NaOH didalam enlemyer ditambhakan indikator pp untuk mengetahui
titik akhir titrasi yaitu dimana, titrasi berhenti dilakukan karena perubahan warna pada larutan (Regina
Tutik Padmaningrum, 2008). Perubahan ini akibat perubahan ph pada larutan. Jika saat awal larutan
berwarna merah muda, hal itu dikarenakan larutan NaOH didalam Enlemeyer bersifat basa. Setelah
dititrasi dengan asam oksalat larutan akan menjadi bening karena ph larutan akan berubah menjadi
asam.

b. Sedangkan dalam reaksi penentuan kadar asam cuka, NaOH berperan sebagai larutan standar primer
karena sudah diketahui konsentrasinya dan larutan cuka sebegai larutan standar sekunder yang akan
dicari konsentrasinya. Saat reaksi penentuan kadar asam cuka, reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:

CH3COOH (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + H2O

(Salirawati & Padmaningrum, 2015)

Sebelum dilakukan titrasi, larutan asam cuka yang sudah ditambahkan dengan indikatoor pp berwarna
bening karena larutan asam cuka bersifat asam. Setelah dititrasi dengan NaOH larutan akan berubah
warna menjadi merah muda. Hal ini dikarenakan mol asam cuka sudah habis digunakan untuk bereaksi
dengan NaOH sehinggga kemudian NaOH yang diteteskan bereaksi dengan indikator pp yang
mengindikasikan larutan menjadi basa dengan perubahan warna menjadi merah muda.

- Reaksi kimia yang terjadi; perubahan warna saat titrasi dan penyebabnya

- Fungsi perlakuan (kenapa NaOH harus distandarisasi, kenapa erlenmeyer harus dikocok, kenapa titrasi
dilakukan 3 kali, dll.)

Saat titrasi enlemeyer harus dikocok untuk memastikan larutan akan tercampur dan bereaksi sempurna
sehingga perubahan warna juga akan terlihat jelas. Titrasi juga dilakukan sebanyak 3 kali untuk
membandingkan hasil yang didapat apakah hasilnya akan sama atau jauh berbeda.

- Bahas hasil yang didapat (apakah konsentrasi NaOH hasil standarisasi sesuai dengan konsentrasi awal
(0,1 M)? Jika tidak, kenapa? Jika volume yang didapat pada 3 kali titrasi berbeda sangat jauh, dibahas
kenapa bisa terjadi, kadar asam cuka yang didapat berapa)
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa molaritas rata2 NaOH yaitu 0,094.
Hasil ini berbeda dengan konsentrasi awal yaiitu 0,1. Hal ini dikarenakan NaOH mudah menguap
sehingga menjadikan zat ini tidak stabil dan konsentrasinya berubah-ubah. NaOH juga merupakan zat
yang higrokopis sehingga mudah menarik air dari lingkungan sekitarnya. Dari konsentrasi NaOH yang
didapatkan, kadar asam cuka yang diperoleh adalah 0,1 persen.

- Jawab pertanyaan di laporan sementara (tidak usah ditulis soalnya, langsung saja pakai kalimat jawab)

Selain menggunakan asam oksalat, standarsasi NaOH juga bisa menggunakan larutan kalium hidrogen
phtalat. Dengan menggunakan 0,377 gr KHC8H4O4 dihasilakan molaritas larutan NaOH 7,39 ml sebesar
0,54 mol/L.

Standarisasi asam cuka dengan NaOH ini, jika mengahasilkan larutan yang terlalu pink mengakibatkan
molritas asam cuka yang didapatkan juga akan semakin besar, sebab larutan NaOH yang dipakai juga
banyak. Menginagt pula bahwa semakin basa suatu larutan maka warna akan semakin pink juga. Hal ini
berarti nilai molaritas sebanding dengan volume yang digunakan.

Saat titrasi asam cuka, tetesan NaOH tidak boleh menempel di di

IV. Kesimpulan (menjawab tujuan, kalau tujuannya 2 ya kesimpulannya 2; boleh di poin-poin)

V. Daftar pustaka (minimal 3, boleh jurnal/buku /ebook/e-journal

Regina Tutik Padmaningrum. (2008). TITRASI IODOMETRI. Jurdik Kimia, UNY, 1–6.
Salirawati, D., & Padmaningrum, R. T. (2015). Pengembangan prosedur penentuan kadar asam cuka
secara titrasi asam – basa dengan berbagai indikator alami (sebagai alternatif praktikum titrasi
asam – basa di sma). Jurnal Pendidikan Kimia FMIPA UNY, 1–6.

Anda mungkin juga menyukai