PENYAKIT LIMFOMA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :
TAHUN 2021
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkatrahmat-nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang“
PENYAKITLIMFOMA ”tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
untuk memenuhi tugas pada bidang studi matakuliah Keperawatan Medikal Bedah 1.Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Dalam penulisan makalah ini kelompok kami merasa masih banyak kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pembaca sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalahini.
Dengan ini kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, dan kami
ucapkan terimakasih pada Dosen Pengampuh Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan berbagai ilmu kepada
kami.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................10
3.2 SARAN................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit Limfoma
2. Untuk mengetahui kasus epdidemologi dari Limfoma
3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit Limfoma
4. Untuk mengetahui stadium dari penyakit Limfoma
5. Untuk mengetahui tanda dan geiala dari penyakitlimfoma
6. Untuk mengetahui perjalanan patofisiologi dari Limfoma
7. Untuk mengetahui cara-cara pemeriksaan diagnostik dan laboratorium daripenyakit
Limfoma
8. Untuk mengetahui tindakan penatalaksanaan pada pasie penderita Limfoma
2
BAB II
PEMBAHASAN
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem
limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah
limfoma malignum (maligna=ganas) Dalam kondisi normal, sel limfosa merupakan salah satu
sistem pertahanan tubuh. Sementara sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di
kelenjar getah bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma beredar
di dalam pembuluh limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah karena
itulah limfoma bisa juga timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang tersering
adalah di limpa dan sumsum tulang Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati,
dan otak.
Pengertian tentang limfoma maligna antara lain menurut Danielle, (1999) bahwa limfoma
adalah malignansi yang timbul dari sistem limfatik. Pengertian lain senting limfoma maligna
menurut Susan Martin Tacker. (1998) adalah suatu kelompok neoplasma yang berasal dari
jaringan limfoid. Sedangkan menurut Suzanne C. Smeltzer, (2001), mengemukakan bahwa
limfoma maligna adalah keganasan sel yang berasal dari sel limfoid. Pengertian lain tentang
limfoma maligna menurut Doenges, (1999) adalah kanker kelenjar limfoid.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa limfoma maligna adalah suatu
jaringan tumor padat yang berasal dari sel limfoid dan bersifat ganas.
Limfoma jenis ini memiliki dua tipe yaitu tipe klasik dan tipe nodular predominan limfosit, di
mana limfoma hodgkin tipe klasik memiliki empat. subtipe menurut Rye, antara lain: Nodular
Sclerosis Lymphocyte Predominance Lymphocyte Depletion, Mand Cellularity
Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi limforma non-hodgkin menjadi tiga kelompok
utama, antara lain :
Kelompok ini meliputi tiga tumor, yaitu limfoma limfositik kecil. limfoma folikuler dengan sel
belah kecil dan limfoma folikuler campuran sel belah besar dan kecil.
Ada empat tumor dalam kategori ini, yaitu limfoma folikuler sel besar, limfoma difus sel belah
kecil, limfoma difus campuran sel besar dan kecil, dan limfoma difus sel besar
3
Limfoma Derajat Tinggi
Terdapat tiga tumor dalam kelompok ini, yaitu limfoma imunoblastik sel besar, limfoma
limfoblastik dan limfoma sel tidak belah kecil.
Perbedaan antara LH dengan LNH ditandai dengan adanya sel Reed Sternberg yang
bercampur dengan infiltrat sel radang yang bervariasi sel Reed Sternberg adalah suatu sel besar
berdiameter 15-45 mm, sering berinti ganda (binucleated), berlobus dua(bilohed), atau berinti
banyak (multinucleated) dengan selama amfotilik yang sangat banyak. Tampak jelas di dalam
inti sel adanya anak int yang besar seperti inklusi dan seperti "Mata burung hantu Confervet),
yang biasanya dikelilingi suatu hal yang bening
Gambar 1. Gambaran histopatologis (a) Limfoma Hodgkin denganSel Reed Sternberg dan
(b) Limfoma Non Hodgkin
Berbeda dengan LH, LNH lima kali lipat lebih sering terjadi danmenempati urutan ke-7
dari seluruh kasus penyakit kanker di seluruh dunia.Secara keseluruhan, LNH sedikit lebih
banyak terjadi pada pria daripada wanita.Rata-rata untuk semua tipe LNH terjadi pada usia di
atas 50 tahun.
Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia menduduki urutan ke-6
tersering. Sampai saat ini belum diketahui sepenuhnyamengapa angka kejadian penyakit ini terus
meningkat. Adanya hubungan yangerat antara penyakit AIDS dan penyakit ini memperkuat
dugaan adanyahubungan antara kejadian limfoma dengan kejadian infeksi sebelumnya
4
2.3 ETIOLOGI LIMFOMA
Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan pasti. Ada 4
penyebab kemungkinannya yaitu masih belum diketahui dengan pasti. Ada 4 kemungkinan
penyebabnya, yaitu : faktor keturunan, kelainansistem kekebalan, infeksi virus (HIV) atau
bakteria ( Helicobacter Pilori), virushuman T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr
virus (EBV), dantoksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
Dari keempat faktor diatas, terdapat faktor predisposisi yang memicumunculnya limfoma
pada seseorang, yaitu sebagai berikut :
1. Usia. Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa mudayaitu antara
18-35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun.
2. Jenis kelamin. Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh priadibandingkan
wanita.
3. Gaya hidup yang tidak sehat. Risiko Limfoma Maligna meningkat padaorang yang
mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, danyang terkena paparan UV.
4. Pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggiterkena
limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian.Hal ini disebabkan
adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
1. Stadium I : Penyebaran limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu kelenjar
getah bening.
2. Stadium II : Penyebaran limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah
bening tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.
3. Stadium III : Penyebaran limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah
bening serta pada dada dan perut.
4. Stadium IV : Penyebaran limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya pada
organ lain satu juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru atau otak.
5
2.5 TANDA DAN GEJALA LIMFOMA
Tanda dan gejala dari limfoma dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi dari limfoma.
Adapun tanda dan gejala dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut :
Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan genetik pada sel-sel tubuh
manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang dapat menginduksi terjadinya keganasan. Gen gen
tersebut adalah proto-onkogen,gen supresor tumor, gen yang mengatur apoptosis, gen yang
berperan dalam kebaikan DNA.
Gen lain berperan dalam terjadinya kanker yaitu gen yang mengatur apoptosis dan gen
yang mengatur perbaikan DNA jika terjadi kerusakan. Gen yang mengatur apoptosis membuat
suatu sel mengalami kematian yang terprogram, sehingga sel tidak dapat melakukan fungsinya
lagi termasu regenerasi. Jika gen ini mengalami inaktivasi, maka sel-sel yang sudah tua dan
6
seharusnya sudah mati menjadi tetap hidup dan tetap bisa melaksanakan fungsi regenerasinya,
sehingga proliferasi sel menjadi berlebihan. Selain itu, gagalnya gen yang mengatur perbaikan
DNA akan menginduksi terjadinya mutasi sel normal menjadi sel kanker.
7
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG LIMFOMA
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening yang
terkena, untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk mendeteksi limfoma memerlukan
pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum dan pemeriksaan darah. Biopsi
atau penentuanstadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu
doktermendiagnosis Limfoma
. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma maligna, yaitusebagai beikut :
1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah beningyang membesar
2. Biopsi aspirasi jarum halus, jaringan diambil dari kelenjar getah beningdengan jarum
suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau responterhadap pengobatan
3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang pangguluntuk melihat
apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang
a. Pembedahan
Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan yangterbatas dalam
pengobatan limfoma. Untuk beberapa jenis limfoma, sepertilimfoma gaster yang terbatas
pada bagian perut saja atau jika ada resiko perforasi, obstruksi, dan perdarahan masif,
pembedahan masih menjadi pilihan utama. Namun, sejauh ini pembedahan hanya
dilakukan untukmendukung proses penegakan diagnosis melalui surgical biopsy
b. Radioterapi
Radioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengobatanlimfoma, terutama
limfoma hodgkin di mana penyebaran penyakit ini lebihsulit untuk diprediksi. Beberapa
jenis radioterapi yang tersedia telah banyakdigunakan untuk mengobati limfoma hodgkin
seperti radioimunoterapi danradioisotope. Radioimunoterapi menggunakan antibodi
monoclonal sepertiCD20 dan CD22 untuk melawan antigen spesifik dari limfoma
secaralangsung, sedangkan radioisotope menggunakan Iodine atau Ytrium untukiradiasi
sel-sel tumor secara selektif. Teknik radiasi yang digunakandidasarkan pada stadium
limfoma itu sendiri, yaitu:Untuk stadium I dan IIsecara mantel radikal, Untuk stadium III
A/B secara total nodal radioterapi,Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation,
Untuk stadium IVsecara total body irradiation
8
Gambar 2. Berbagai macam teknik radiasi
c. Kemoterapi
Merupakan teknik pengobatan keganasan yang telah lama digunakan dan banyak obat-
obatan kemoterapi telah menunjukkan efeknya terhadaplimfoma.
d. Imunoterapi
Bahan yang digunakan dalam terapi ini adalah Interferon-α, di mana interferon-α
berperan untuk menstimulasi sistem imun yang menurun akibat pemberian kemoterapi
e. Transplantasi sumsum tulang
Transplasntasi sumsum tulang merupakan terapi pilihan apabila limfomatidak membaik
dengan pengobatan konvensional atau jika pasien mengalami pajanan ulang (relaps). Ada
dua cara dalam melakukan transplantasisumsum tulang, yaitu secara alogenik dan secara
autologus. Transplantasisecara alogenik membutuhkan donor sumsum yang sesuai
dengan sumsum penderita. Donor tersebut bisa berasal dari saudara kembar,
saudarakandung, atau siapapun asalkan sumsum tulangnya sesuai dengan sumsum tulang
penderita. Sedangkan transplantasi secara autologus, donor sumsumtulang berasal dari
sumsum tulang penderita yang masih bagus diambilkemudian dibersihkan dan dibekukan
untuk selanjutnya ditanamkan kembalidalam tubuh penderita agar dapat menggantikan
sumsum tulang yang telahrusak.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, Tim Penulis dapat menarik beberapakesimpulan
bahwa :
1. Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari
sistemlimfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit
2. Berdasarkan gambaran histopatologisnya, limfoma dibedakan menjadi dua jenis,yaitu
: Limfoma Hodgkin (LH) dan Limfoma Non-Hodgkin (LNH). FormulasiKerja
(Working Formulation) membagi limfoma non-hodgkin menjadi tigakelompok
utama, antara lain :Limfoma Derajat Rendah, Limfoma DerajatMenengah, dan
Limfoma Derajat Tinggi
3. Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia mendudukiurutan
ke-6 tersering
4. Ada 4 kemungkinan penyebabnya, yaitu : faktor keturunan, kelainan
sistemkekebalan, infeksi virus seperti (HIV) atau bakteria (Helicobacter Pilori),
virushuman T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), dan
toksinlingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia)
5. Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium
6. Tanda dan gejala dari limfoma dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi darilimfoma
7. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan,PET
scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah
8. Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui berbagai cara,
yaitusebagai berikut : Pembedahan, Radioterapi, Kemoterapi, Transplantasi
sumsumtulang, dan Imunoterapi
3.2 SARAN
Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulisadalah :
mahasiswa dapat menginterpretasikan dengan baik dalam melakukan
tindakankeperawatan dalam praktik, khususnya padapasien yang mengalami
penyakitLimfoma Maligna
10
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Text Book of Medical – Surgical Nursing
(Agung,Penerjemah). Philadelphia
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Hand Book Of Nursing Diagnosis.(Monica
Ester,Penerjemah). Philadelphia.
Doenges, M. 2000. Nursing Care Planns(I Made Kariasa, Penerjemah). Philadelphia.F.A
Davis Company
Niakurniasih, Sudiariandini S. (1997). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Henderson, M.A. 1992. Ilmu Bedah Perawat. Jakarta : Yayasan Mesentha Medica
Schwartz, Seymour. 2000. Intisari Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta :
BukuKedokteran EGC
11