Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENYAKIT LIMFOMA

MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

DOSEN PENGAMPUH : IBU NS. FINNY TUMIWA., S.KEP.,


M.KEP

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1 :

CHESILIA WULANDARI MOKOGINTA (02010010007)

SUCHI FATIKA MOKODOMPIT (02010010041)

PRILISKA MANDENG (02010010028)

MOUREN MARSELA SENDOW (02010010020)

RISYA DESTY NUR ARIFAH (02010010038)

THOMAS OBET SAPUTRA (02010010025)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN & TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA


KOTAMOBAGU

TAHUN 2021
i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkatrahmat-nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang“
PENYAKITLIMFOMA ”tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
untuk memenuhi tugas pada bidang studi matakuliah Keperawatan Medikal Bedah 1.Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Dalam penulisan makalah ini kelompok kami merasa masih banyak kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pembaca sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalahini.
Dengan ini kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, dan kami
ucapkan terimakasih pada Dosen Pengampuh Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan berbagai ilmu kepada
kami.

Kotamobagu, 19 November 2021


Penulis

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH....................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN.......................................................................................2
1.4 MANFAAT PENULISAN...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3

2.1 PENGERTIAN & KLASIFIKASI LIMFOMA...................................................3

2.2 EPIDEMIOLOGI LIMFOMA.............................................................................4

2.3 ETIOLOGI LIMFOMA.......................................................................................5

2.4 STADIUM LIMFOMA........................................................................................5

2.5 TANDA DAN GEJALA LIMFOMA..................................................................6

2.6 PATOFISIOLOGI & PATOGENESIS LIMFOMA...........................................6

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG LIMFOMA....................................................8

2.8 PENATALAKSANAAN LIMFOMA................................................................8

BAB III PENUTUP.................................................................................................10

3.1 KESIMPULAN...................................................................................................10

3.2 SARAN................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seiring perkembangan era yang semakin maju dimana perkembangan tersebut mencakup
seluruh aspek manusia, secara otomatis terjadi pergeseran pola kependudukan terutama pola
penyakit di masyarakat. Semula penyakit terbanyak yang ditemukan adalah penyakit infeksi
baik infeksi saluran nafas maupun gastro intestinal kepada penyakit penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker dan lain sebagainya.
Penyakit lymfoma non hodgkin adalah salah satu penyakit yang tergolong dalam kasus
interne/kasus penyakit dalam pada penyakit ini terjadi proliferasi abnormal sistem lymfoid
dan struktur yang membentuknya terutama menyerang kelenjar getah bening. LNH belum
diketahui secara pasti penyebabnya oleh karena itu penelitian terus dilakukan untuk
mengembangkan kasus ini.
Berbagai permasalahan dapat timbul karena kasus ini yang mana permasalahan tersebut
dapat menyangkut seluruh aspek kehidupan dari manusia baik secara fisik psikis, sosial
maupun spiritual, secara fisik dapat menimbulkan terganggunya pola nafas karena ada
penekanan atau kesulitan dalam menelan makanan sehingga mengakibatkan kurangnya
asupan nutrisi. Secara psikis penyakit ini dapat menimbulkan gangguan konsep diri terutama
mengenai body image, atupun bahkan bisa mengakibatkan perilaku menarik diri, secara
sosial bisa mengakibatkan kerusakan interaksi sosial karena perilaku menarik diri atau
kurang percaya diri dan secara spiritual bisa menyalahkan Tuhan atas penyakit yang
diberikan atau mungkin sebaliknya justru lebih tekun beribadah karena ingin cepat sembuh.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Bagaimana klasifikasi dari penyakit Limfoma?
2. Bagaimana kasus epidemiologi dari Limfoma?
3. Apa etiologi dari penyakit Limfoma?
4. Bagaimana stadium dari penyakit Limfoma ?
5. Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit Limfoma?
6. Bagaimana perjalanan patofisiologi dari Limfoma?
7. Bagaimana cara-cara pemeriksaan diagnostik dan laboratorium dari penyakit
Limfoma?
8. Bagaimana tindakan penatalaksanaan pada pasien penderita Limfoma?

1
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit Limfoma
2. Untuk mengetahui kasus epdidemologi dari Limfoma
3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit Limfoma
4. Untuk mengetahui stadium dari penyakit Limfoma
5. Untuk mengetahui tanda dan geiala dari penyakitlimfoma
6. Untuk mengetahui perjalanan patofisiologi dari Limfoma
7. Untuk mengetahui cara-cara pemeriksaan diagnostik dan laboratorium daripenyakit
Limfoma
8. Untuk mengetahui tindakan penatalaksanaan pada pasie penderita Limfoma

1.4 MANFAAT PENULISAN


 Manfaat bagi Tim Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat karya ilmiah dan menambah
wawasan khususnya tentang penyakit Limfoma dan ruang lingkupnya
 Manfaat bagi Pembaca
Menjadi bahan masukan dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama mengenai
konsep tentang Limfoma dan ruang lingkupnya dalam bidang kesehatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN & KLASIFIKASI LIMFOMA

Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem
limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah
limfoma malignum (maligna=ganas) Dalam kondisi normal, sel limfosa merupakan salah satu
sistem pertahanan tubuh. Sementara sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di
kelenjar getah bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma beredar
di dalam pembuluh limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah karena
itulah limfoma bisa juga timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang tersering
adalah di limpa dan sumsum tulang Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati,
dan otak.

Pengertian tentang limfoma maligna antara lain menurut Danielle, (1999) bahwa limfoma
adalah malignansi yang timbul dari sistem limfatik. Pengertian lain senting limfoma maligna
menurut Susan Martin Tacker. (1998) adalah suatu kelompok neoplasma yang berasal dari
jaringan limfoid. Sedangkan menurut Suzanne C. Smeltzer, (2001), mengemukakan bahwa
limfoma maligna adalah keganasan sel yang berasal dari sel limfoid. Pengertian lain tentang
limfoma maligna menurut Doenges, (1999) adalah kanker kelenjar limfoid.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa limfoma maligna adalah suatu
jaringan tumor padat yang berasal dari sel limfoid dan bersifat ganas.

Berdasarkan gambaran histopatologisaya, limfoma dibodakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Limfoma Hodgkin (LH)

Limfoma jenis ini memiliki dua tipe yaitu tipe klasik dan tipe nodular predominan limfosit, di
mana limfoma hodgkin tipe klasik memiliki empat. subtipe menurut Rye, antara lain: Nodular
Sclerosis Lymphocyte Predominance Lymphocyte Depletion, Mand Cellularity

b. Limfoma Non-Hodgkin (LNH)

Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi limforma non-hodgkin menjadi tiga kelompok
utama, antara lain :

 Limfoma derajat rendah

Kelompok ini meliputi tiga tumor, yaitu limfoma limfositik kecil. limfoma folikuler dengan sel
belah kecil dan limfoma folikuler campuran sel belah besar dan kecil.

 Limfoma Derajat Menengah

Ada empat tumor dalam kategori ini, yaitu limfoma folikuler sel besar, limfoma difus sel belah
kecil, limfoma difus campuran sel besar dan kecil, dan limfoma difus sel besar

3
 Limfoma Derajat Tinggi

Terdapat tiga tumor dalam kelompok ini, yaitu limfoma imunoblastik sel besar, limfoma
limfoblastik dan limfoma sel tidak belah kecil.

Perbedaan antara LH dengan LNH ditandai dengan adanya sel Reed Sternberg yang
bercampur dengan infiltrat sel radang yang bervariasi sel Reed Sternberg adalah suatu sel besar
berdiameter 15-45 mm, sering berinti ganda (binucleated), berlobus dua(bilohed), atau berinti
banyak (multinucleated) dengan selama amfotilik yang sangat banyak. Tampak jelas di dalam
inti sel adanya anak int yang besar seperti inklusi dan seperti "Mata burung hantu Confervet),
yang biasanya dikelilingi suatu hal yang bening

Gambar 1. Gambaran histopatologis (a) Limfoma Hodgkin denganSel Reed Sternberg dan
(b) Limfoma Non Hodgkin

2.2 EPIDEMIOLOGI LIMFOMA

Pada tahun 2002. tercatat 02.000 kasus LH di seluruh dunia. Di negara-negara


berkembang ada dua tipe limfoma hodgkin yang paling sering terjadi. yaitu mixed cellularity dan
limphocyte depletion, sedangkan di negara-negara yang sudah maju lebih banyak limfoma
hodgkin tipe modular sclerosis Limfoma hodgkin lebih sering terjadi pada pria daripada wanita
dengan distribusi usia antara 15-34 tahun dan di atas 55 tahun.

Berbeda dengan LH, LNH lima kali lipat lebih sering terjadi danmenempati urutan ke-7
dari seluruh kasus penyakit kanker di seluruh dunia.Secara keseluruhan, LNH sedikit lebih
banyak terjadi pada pria daripada wanita.Rata-rata untuk semua tipe LNH terjadi pada usia di
atas 50 tahun.

Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia menduduki urutan ke-6
tersering. Sampai saat ini belum diketahui sepenuhnyamengapa angka kejadian penyakit ini terus
meningkat. Adanya hubungan yangerat antara penyakit AIDS dan penyakit ini memperkuat
dugaan adanyahubungan antara kejadian limfoma dengan kejadian infeksi sebelumnya

4
2.3 ETIOLOGI LIMFOMA

Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan pasti. Ada 4
penyebab kemungkinannya yaitu masih belum diketahui dengan pasti. Ada 4 kemungkinan
penyebabnya, yaitu : faktor keturunan, kelainansistem kekebalan, infeksi virus (HIV) atau
bakteria ( Helicobacter Pilori), virushuman T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr
virus (EBV), dantoksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).

Dari keempat faktor diatas, terdapat faktor predisposisi yang memicumunculnya limfoma
pada seseorang, yaitu sebagai berikut :

1. Usia. Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa mudayaitu antara
18-35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun.
2. Jenis kelamin. Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh priadibandingkan
wanita.
3. Gaya hidup yang tidak sehat. Risiko Limfoma Maligna meningkat padaorang yang
mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, danyang terkena paparan UV.
4. Pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggiterkena
limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian.Hal ini disebabkan
adanya paparan herbisida dan pelarut organik.

2.4 STADIUM LIMFOMA

Penyebaran limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II sering


dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara Stadium III dan IV
dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.

1. Stadium I : Penyebaran limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu kelenjar
getah bening.
2. Stadium II : Penyebaran limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah
bening tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.
3. Stadium III : Penyebaran limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah
bening serta pada dada dan perut.
4. Stadium IV : Penyebaran limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya pada
organ lain satu juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru atau otak.

5
2.5 TANDA DAN GEJALA LIMFOMA

Tanda dan gejala dari limfoma dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi dari limfoma.
Adapun tanda dan gejala dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut :

Pemerikasaan Limfoma Hodgkin Limfoma Non-Hodgkin


Asimtomatik limfadenopati Asimtomatiklimfadenopati
Gejala sistemik (demamintermitten, Gejala sistemik(demam
keringat malam, BBturun) intermitten,keringat malam,
Nyeri dada, batuk, napas pendek berat badan turun)
Anamnesis
Pruritus Mudah lelah
Nyeri tulang atau nyeri punggung Gejala obstruksi
GI(Gatrointestinal) tractdan
Urinary tract

Teraba pembesaran limonodi pada satu Melibatkan banyakkelenjar


kelompok kelenjar(cervix, axilla, inguinal) perifer
Cincin Waldeyer dan kelenjarmesenteric Cincin Waldeyer
jarang terkena Dankelenjar mesentericsering
Hepatomegali dan Splenomegali terkena
Sindrom Vena Cava Superior Hepatomegali
Gejala susunan saraf pusat(degenerasi danSplenomegali
serebral dan neuropati) Massa di abdomendan testis

Tabel 1.1 Tanda dan gejala limfoma

2.6 PATIFISIOLOGI DAN PATOGENESIS LIMFOMA

Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan genetik pada sel-sel tubuh
manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang dapat menginduksi terjadinya keganasan. Gen gen
tersebut adalah proto-onkogen,gen supresor tumor, gen yang mengatur apoptosis, gen yang
berperan dalam kebaikan DNA.

Proto-onkogen merupakan gen seluler mormal yang mempengaruhi pertumbuhan dan


diferensisasi, gen ini dapat bermutasi menjadi onkogen yang produknya dapat menyebabkan
transformasi neoplastik, sedangkan gen supresor tumer adalah gen yang dapat menekan
proliferasi sel (antionkogen). Normalnya kedua gen ini bekerja secara sinergis sehingga proses
terjadinya keganasan dapa di cegah. Namun jika terjadi aktivasi proto-onkogen menjadi onkogen
serta terjadi inaktivasi gen supresor tumor, maka suatu sel akan terus melakukan proliferasi tanpa
henti.

Gen lain berperan dalam terjadinya kanker yaitu gen yang mengatur apoptosis dan gen
yang mengatur perbaikan DNA jika terjadi kerusakan. Gen yang mengatur apoptosis membuat
suatu sel mengalami kematian yang terprogram, sehingga sel tidak dapat melakukan fungsinya
lagi termasu regenerasi. Jika gen ini mengalami inaktivasi, maka sel-sel yang sudah tua dan

6
seharusnya sudah mati menjadi tetap hidup dan tetap bisa melaksanakan fungsi regenerasinya,
sehingga proliferasi sel menjadi berlebihan. Selain itu, gagalnya gen yang mengatur perbaikan
DNA akan menginduksi terjadinya mutasi sel normal menjadi sel kanker.

Bagan 1. Bagan patogenesis limfoma

7
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG LIMFOMA

Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening yang
terkena, untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk mendeteksi limfoma memerlukan
pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum dan pemeriksaan darah. Biopsi
atau penentuanstadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu
doktermendiagnosis Limfoma

. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma maligna, yaitusebagai beikut :

1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah beningyang membesar
2. Biopsi aspirasi jarum halus, jaringan diambil dari kelenjar getah beningdengan jarum
suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau responterhadap pengobatan
3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang pangguluntuk melihat
apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang

2.8 PENATALAKSANAAN LIMFOMA

Untuk terapi bronchitis disesuaikan dengan penyebab, karena bronkitis biasanya


disebabkan oleh virus maka belum ada obat kausal. Obat yang sehari,chloral hidrat 30 mg/Kg
BB sebagai sedatif.

Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui berbagai cara,yaitu sebagai


berikut :

a. Pembedahan
Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan yangterbatas dalam
pengobatan limfoma. Untuk beberapa jenis limfoma, sepertilimfoma gaster yang terbatas
pada bagian perut saja atau jika ada resiko perforasi, obstruksi, dan perdarahan masif,
pembedahan masih menjadi pilihan utama. Namun, sejauh ini pembedahan hanya
dilakukan untukmendukung proses penegakan diagnosis melalui surgical biopsy
b. Radioterapi
Radioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengobatanlimfoma, terutama
limfoma hodgkin di mana penyebaran penyakit ini lebihsulit untuk diprediksi. Beberapa
jenis radioterapi yang tersedia telah banyakdigunakan untuk mengobati limfoma hodgkin
seperti radioimunoterapi danradioisotope. Radioimunoterapi menggunakan antibodi
monoclonal sepertiCD20 dan CD22 untuk melawan antigen spesifik dari limfoma
secaralangsung, sedangkan radioisotope menggunakan Iodine atau Ytrium untukiradiasi
sel-sel tumor secara selektif. Teknik radiasi yang digunakandidasarkan pada stadium
limfoma itu sendiri, yaitu:Untuk stadium I dan IIsecara mantel radikal, Untuk stadium III
A/B secara total nodal radioterapi,Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation,
Untuk stadium IVsecara total body irradiation

8
Gambar 2. Berbagai macam teknik radiasi

c. Kemoterapi
Merupakan teknik pengobatan keganasan yang telah lama digunakan dan banyak obat-
obatan kemoterapi telah menunjukkan efeknya terhadaplimfoma.
d. Imunoterapi
Bahan yang digunakan dalam terapi ini adalah Interferon-α, di mana interferon-α
berperan untuk menstimulasi sistem imun yang menurun akibat pemberian kemoterapi
e. Transplantasi sumsum tulang
Transplasntasi sumsum tulang merupakan terapi pilihan apabila limfomatidak membaik
dengan pengobatan konvensional atau jika pasien mengalami pajanan ulang (relaps). Ada
dua cara dalam melakukan transplantasisumsum tulang, yaitu secara alogenik dan secara
autologus. Transplantasisecara alogenik membutuhkan donor sumsum yang sesuai
dengan sumsum penderita. Donor tersebut bisa berasal dari saudara kembar,
saudarakandung, atau siapapun asalkan sumsum tulangnya sesuai dengan sumsum tulang
penderita. Sedangkan transplantasi secara autologus, donor sumsumtulang berasal dari
sumsum tulang penderita yang masih bagus diambilkemudian dibersihkan dan dibekukan
untuk selanjutnya ditanamkan kembalidalam tubuh penderita agar dapat menggantikan
sumsum tulang yang telahrusak.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, Tim Penulis dapat menarik beberapakesimpulan
bahwa :
1. Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari
sistemlimfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit
2. Berdasarkan gambaran histopatologisnya, limfoma dibedakan menjadi dua jenis,yaitu
: Limfoma Hodgkin (LH) dan Limfoma Non-Hodgkin (LNH). FormulasiKerja
(Working Formulation) membagi limfoma non-hodgkin menjadi tigakelompok
utama, antara lain :Limfoma Derajat Rendah, Limfoma DerajatMenengah, dan
Limfoma Derajat Tinggi
3. Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia mendudukiurutan
ke-6 tersering
4. Ada 4 kemungkinan penyebabnya, yaitu : faktor keturunan, kelainan
sistemkekebalan, infeksi virus seperti (HIV) atau bakteria (Helicobacter Pilori),
virushuman T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), dan
toksinlingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia)
5. Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium
6. Tanda dan gejala dari limfoma dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi darilimfoma
7. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan,PET
scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah
8. Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui berbagai cara,
yaitusebagai berikut : Pembedahan, Radioterapi, Kemoterapi, Transplantasi
sumsumtulang, dan Imunoterapi

3.2 SARAN

Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulisadalah :
mahasiswa dapat menginterpretasikan dengan baik dalam melakukan
tindakankeperawatan dalam praktik, khususnya padapasien yang mengalami
penyakitLimfoma Maligna

10
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Text Book of Medical – Surgical Nursing
(Agung,Penerjemah). Philadelphia
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Hand Book Of Nursing Diagnosis.(Monica
Ester,Penerjemah). Philadelphia.
Doenges, M. 2000. Nursing Care Planns(I Made Kariasa, Penerjemah). Philadelphia.F.A
Davis Company
Niakurniasih, Sudiariandini S. (1997). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Henderson, M.A. 1992. Ilmu Bedah Perawat. Jakarta : Yayasan Mesentha Medica
Schwartz, Seymour. 2000. Intisari Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta :
BukuKedokteran EGC

11

Anda mungkin juga menyukai