Anda di halaman 1dari 6

C.

Ekonomi Pendidikan

Peranan ekonomi dalam dunia pendidikan cukup menentukan, tetapi bukan pemegang peranan
utama. Sebab ada hal lain yang lebih menetukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu pendidikan.
Memang benar dalam dunia modern ini hamper semuanya dikendalikan oleh uang. Sehingga tidak
mengherankan kalau tujuan kebanyakan orang bersekolalh adalah agar bias mencari uang atau
meningkatkan penghasilan seperti telah diceritakan pada bagian terdahulu. Akibatnya masyarakat yang
hidupnya untuk mencari uang menjadi super sibuk dalam urusan bisnis. Situasi seperti ini tampak sekali
dikota-kota besar.

Namun kenyataan menunjukkan, orang-orang yang bergelimang harta atau uang tidak
menjamin merasa bahagia dan damai hidupnya. Kenyataan ini pula menyebabkan orang-orang Barat
dan Negara kaya yang sudah mapan hidupnya karena kelebihan uang, banyak yang mencari kedamaian
ke dunia Timur. Mereka menoleh ke Timur untuk menemukan rahasia kedamaian dalam kehidupan.
Sebab , mereka melihat banyak orang Timur yang walaupun hidup serba pas-pasan, namun hatinya
tenteram. Bukankah kehidupan yang tenteram, damai dan bahagia dicari oleh manusia?

Dunia pendidikan adalah lembaga yang berkewajiban mengembangkan individu manusia.


Kearah mana tujuan hidup seseorang dan hidup yang bagaimana diinginkannya banyak dipengaruhi oleh
pendidikan yang dia terima di sekolah dan perguruan tinggi. Melihat kenyataan tersebut di atas, sudah
tentu pendidikan tidak akan membawa peserta didik kearah hidup yang membingungkan, menyusahkan
dan sengsara, walaupun bias mencari uang banyak. Ini berarti dunia pendidikan bukan dunia bisnis
tempat berlatih mencari uang banyak. Melainkan dunia pembinaan tempat peserta didik belajar agar
bias hidup wajar dan damai.

Sebagai tempat pembinaan, pendidikan tidak memandang ekonomi sebagai pemeran utama
seperti halnya di dunia bisnis. Ekonomi hanya sebagai pemegang peran yang cukup menentukan.
Mengapa demikian? Sebab tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan bisa berjalan
dengan baik dan lancer, sekolah yang roboh karena gempa atau disapu oleh gelombang tsunami,
membuat anak-anak dan guru mengungsi ke tempat lain seperti balai desa atau tempat ibadah untuk
belajar. Situasi seperti ini jelas dapat mengurangi intensitas proses belajar mengajar. Atau membuat
anak-anak belajar di lantai sambil duduk-duduk atau berbaring. Hal ini dapat mengurangi minat untuk
belajar. Sekolah yang tidak punya alat peraga akan membuat pemahaman anak-anak akan pelajaran itu
menjadi dangkal. Sekolah yang tidak mampu membeli buku baru akan membuat pengetahuan yang
diberikan kepada anak-anak ketinggalan zaman. Sekolah dengan SPP terlalu kecil membuat guru-guru
harus bekerja keras mencari tambahan di luar, yang membuat perhatian mereka berkurang dalam
mengajar. Demikian besar dampak negatif pendidikan yang ekonominya terbatas.

Namun situasi konomi tersebut diatas, tidak mesti mengakibatkan suatu sekolah menjadi mati.
Ada hal lain yang lebih , menentukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan
dibandingkan dengan ekonomi, yaitu dedikasi , keahlian dan keterampilan pengelola dan guru-guru nya.
Sebetulnya ini merupakan kunci keberhasilan suatu sekolah atau perguruan tinggi. Artinya, kalau
pengelola/penyelenggara dan guru-guru/dosen-dosen memiliki dedikasi yang memadai, ahli dalam
bidangnya masing-masing dan memiliki keterampilan yang mencukupi dalam melaksanakan tugasnya,
besar kemungkinan lembaga itu akan sukses melaksanakan misinya, walaupun dengan ekonomi yang
tidak memadai.

Sebagai suatu contoh adalah perguruan Santinikentan di India yang dikelola oleh Rabindranat
Tagore. Satu-satunya modal yang dimiliki oleh perguruan ini adalah semangat dan cita-cita tinggi untuk
membina anak-anak, ketika perguruan itu mulai berdiri. Mereka belajar di bawah pohon-pohon yang
rindang untuk menghindarkan diri dari kepanasan dan kehujanan. Para siswa belajar sambil duduk-
duduk mendengarkan guru bercerita. Untuk mendapatkan nafkah dan untuk mempertahankan hidpnya
para siswa belajar sambil bekerja. Mereka bercocok tanam, berternak, mengerjakan kerajinan tangan
dsb. Disekitar pegunungan itu. Dari hasil ini dan sumbangan-sumbangan lain mereka milai meningkatkan
sarana belajar, alat-alat belajar dan materi pembelajaran. Mereka para siswa dan guru hidup sebagai
kelompok besar dalam suatu asrama. Toleransi dan kegotong-royongan mereka tampak sangat besar.
Anak-anak taat dan patuh kepada petunjuk-petunjuk gurunya. Demikianlah walaupun perguruan itu
tidak dimulai dengan tunjangan dana yang memadai, perguruan itu bias berdiri, hidup dan semakin maju
berkat dedikasi keahlIan dan keterampIlan pengelola atau penyelenggara dan guru-gurunya.

Contoh lain adalah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia, yaitu pondok pesantren dan
seminar. Menurut hasil penelitian (Made Pidarta, 1988) kondisi lembaga pendidikan seperti ini pas-
pasan, malah ada sejumlah lembaga pendidikan yang ekonominya sangat minim. Walaupun demikian
lembaga-lembaga ini tetap survive sebab kerja sama mereka dengan orang tua dan masyarakat sangat
baik, disamping dedikasi mereka tinggi. Manakala mereka kekurangan dana, dikumpulkanlah para orang
tua dan tokoh-tokoh masyarakat untuk diajak berdiskusi memecahkan masalah dana pendidikan.
Semangat orang tua dan masyarakat pun tidak kalah dibandingkan dengan personalia pendidikan itu.
Dalam pertemuan itu, dengan tidak piker panjang mereka langsung menyertakan menyumbang
sejumlah dana. Adakalanya mereka menyerahkan barang untuk dijual agar bias jadi uang. Manakala
mereka tidak punya uang tunai.contoh ini juga menyatakan bahwa ekonomi bukan memegang peranan
yang terpenting dalam memajukan pendidikan. Peran ekonomi hanya cukup menentukan.

Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran proses
pendidikan. Bukan merupakan modal untuk dikembangkan, bukan untuk mendapatkan keuntungan.
Ekonomi pendidikan sama fungsinya dengan sumber-sumber pendidikan yang lain seperti guru,
kurikulum, alat peraga dsb. Untuk menyukseskan misi pendidikan yang semuanya bermuara pada
perkembangan peserta didik. Ekonomin merupakan salah satu bagian sumber pendidikan yang
membuat anak mampu mengembangkan afeksi, kognisi dan keterampilan. Termasuk memiliki
keterampilan tertentu untuk bias menjadi tenaga kerja yanga andal atau mampu menciptakan lapangan
kerja sendiri, cinta pada pekerjaan halus maupun kasar, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat.

Selain sebagai penunjang proses pendidikan, ekonomi pendidikan juga berfungsi sebagai materi
pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan manusia. Seperti diketahui, anak-anak jika dewasa
kelak, hidupnya tidak akan bias lepas dari masalah-masalah ekonomi. Oleh sebab itu, salah satu tugas
perkembangan yang harus mereka laksanakan adalah mengembangkan diri bertalian dengan ekonomi
seperti telah disebutkan diatas. Untuk mencapai sasaran itu pendidikan perlu menyiapkan materi atau
lingkungan belajar yang mengandung perekonomian. Materi ini tidak haru merupakan bidang studi
tersendiri, melainkan dapat diselipkan pada pelajaran-pelajaran yang lain. Dalam matematika anak-anak
dapat belajar perkalian, pembagian, penambahan, pengurangan dan soal-soal jual beli yang sederhana.
Dalam pelajaran IPS dapat dimasukkan prinsip-prinsip ekonomi. Dalam pelajaran Pancasila dan
Kewarganegaraan dapat dimasukkan sikap-sikap hidup sederhana dan hemat. Begitu seterusnya pada
bidang-bidang studi yang lain. Dan dalam waktu-waktu tertentu ada baiknya menciptakan pengalaman
khusus yang mengandung ekonomi, misalnya survey tentang tata cara perdagangan di took swalayan.
Atau anak-anak disuruh mencari masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat untuk mereka cari
pemecahannya bersama.

Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas dalam hal-hal berikut:

1. Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dilihat sendiri atau bersama para siswa,
orang tua, masyarakat atau yang tidak bias dipinjam dan ditemukan di lapangan, seperti:
a. Prasarana
b. Sarana
c. Media
d. Alat belajar/peraga
e. Barang habis pakai
f. Materi pelajaran
2. Membiayai segala perlengkapan gedung seperti air, listrik, telepon, televise dan radio.
3. Membayar jasa segala kegiatan pendidikan seperti pertemuan-pertemuan, perayaan-perayaan,
panitia-panitia, darmawisata, pertemuan ilmiah dsb.
4. Untuk materi pelajaran pendidikan ekonomi sederhana, agar bisa mengembangkan individu
yang berperilaku ekonomi, seperti:
a. Hidup hemat
b. Bersikap efisien
c. Memiliki keterampilan produktif
d. Memiliki etos kerja
e. Mengerti prinsip-prinsip ekonomi
5. Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para pesonalia pendidikan.
6. Meningkatkan motivasi kerja.
7. Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja.

Sekarang, mari kita bahas mengenai sumber-sumber dana pendidikan! Seperti diketahui dana –
pendidikan di Indonesia sangat terbatas. Oleh sebab itu, ada kewajiban suatu lembaga pendidikan
untuk memperbanyak sumber-sumber dana yang mungkin bisa digali adalah sbb:

1. Dari pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian-penelitian bersaing,


pertandingan karya ilmiah anak-anak dan perlombaan-perlombaan lainnya.
2. Dari kerja sama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha. Kerja sama
ini bisa dalam bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan proyek
pengembangan bersama.
3. Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu daerah
kecil dsb. Program ini dirancang bersama antara lembaga pendidikan dengan pemerintah
setempat dan masyarakat. Dengan cara ini, bukan orang tua siswa saja yang akan membayar
dana pendidikan, melainkan semua masyarakat.
4. Usaha-usaha lain, misalnya:
a. Mengadakan seni pentas keliling atau dipentaskan dimasyarakat.
b. Menjual hasil karya nyata anak-anak.
c. Membuat bazar.
d. Mendirikan kafetaria.
e. Mendirikan toko keperluan personalia pendidikan dan anak-anak.
f. Mencari donatur tetap.
g. Mengumpulkan sumbangan.
h. Mengaktifkan komite sekolah khusus dalam meningkatkan dana pendidikan.

Inilah cara mendapatkan dana tambahan disamping dana pendidikan yang didapat dari
pemerintah untuk lembaga pendidikan negeri dan dari yayasan untuk lembaga pendidikan swasta.

Selanjutnya, mari kita bahas mengenai pengelolaan pembiayaan pendidikan, yang dalam
administrasi pendidikan yang dikenal dengan istilah administrasi keuangan! Administrasi ini pada
prinsipnya sama antara di sekolah negeri dengan sekolah swasta bahkan juga pada organisasi-organisasi
lainnya. Hanya saja pada lembaga pendidikan negeri termasuk perguruan tinggi, rambu-rambu yang
harus diikuti lebih banyak daripada di lembaga pendidikan swasta, dengan maksud agar lebih mudah
mengawasi, tidak banyak kebocoran dan untuk meningkatkan efisiensi. Rambu-rambu ini dibuat oleh
pemerintah.

Seperti diketahui setiap lembaga pendidikan mengelola sejumlah dana pendidikan yang
bersumber dari pemerintah (untuk lembaga pendidikan negeri), masyarakat dan usaha lembaga itu
sendiri. Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dijadikan ti ga kelompok, yaitu:

1. Dana rutin, ialah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin, seperti gaji, pendidikan,
penelitian, pengabdian masyarakat, perkantoran, biaya pemeliharaan dsb.
2. Dana pembangunan ialah dana yang dipakai membiayai pembangunan-pembangunan dalam
berbagai bidang. Yang dimaksudkan dengan pembangunan-pembangunan disini adalah
membangun yang belum ada, seperti prasarana dan sarana, alat-alat belajar, media,
pembentukan kurikulum baru dsb.
3. Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum
dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan atau untuk memperbear dana itu.
4. Dana usaha lembaga sendiri yang penggunaannya sama dengan 3 butir diatas.

Untuk lembaga pendidikan negeri, dana rutin dan dana pembangunan yang sumbernya dari
pemerintah diberi rambu-rambu pemakaiannya. Dengan demikian, kegiatan-kegiatannya sudah
ditentukan dan besar dana untuk masing-masing kegiatan juga sudah ditentukan. Dana untuk satu
kegiatan kalau tidak habis dipakai tidak boleh dipindahkan ke kegiatan yang lain. Dana itu menjadi
hangus dan harus dikirim kembali ke pusat.

Pengelolaan ekonomi pendidikan mencakup mencari sumber dana tambahan dan menerima
dari pemerintah, menyimpan dana, merencanakan penggunaannya, memakai dana, mengawasi
pemakaian sehingga mencapai tujuan secara efisien. Yang bertugas mengelola ekonomi pendidikan ini
adalah administrator atau pemimpin lembaga pendidikan yang dibantu oleh badan perencana dan
bendahara. Bagian pengelolaan yang penting untuk diperhatikan adalah perencanaan dan pengawasan.
Perencanaan yang tepat dan pelaksanaan pemakaian dana yang sering diawasin dapat membuat
pembiayaan pendidikan menjadi efisien.

Ada tiga macam perencanaan biaya pendidikan sbb:

1. Perencanaan secara tradisional, yaitu dengan menentukan macam-macam kegiatan pendidikan,


kemudian masing-masing kegiatan ditentukan biayanya.
2. SP4 (Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran). Pengaturan jenis-jenis
kegiatan dilakukan secara sistem atau lembaga pendidikan dipandang sebagai sistem dari segi
pembiayaan. Alokasi dana disusun atas dasar realita. Dan semua kegiatan diorientasikan kepada
pencapaian tujuan pendidikan. Anggaran tahun lalu menjadi umpan balik bagi anggaran tahun
ini (perencanaan bergulir).
3. ZBB (Zero Base Badgeting). Hanya direncanakan untuk satu tahun anggaran. Tiap-tiap kegiatan
ditentukan biaya minimum, beberapa kegiatan dapat diberikan tambahan biaya atas
pertimbangan tertentu. Setiap tahun menentukan biaya baru walaupun program yang dibiayai
memakan waktu beberapa tahun.

Perencanaan biaya yang paling banyak dipakai adalah SP4.

Ketika menyusun biaya khusus untuk mengadakan alat-alat belajar tertentu, Gorton (1983)
mengingatkan kita agar (1) mengadakan rasional tentang perlunya mengadakan barang itu, (2)
mempertimbangkan apakah pemakai mempunyai pengetahuan dan keterampilan memakai alat itu dan
(3) pilih alat yang benar-benar esensial, yang penting bagi kemajuan pendidikan. Dengan cara ini
pengadaan atas dasar yang penting punya atau agar memiliki lebih banyak, dapat dihindarkan.
Disamping itu Gortong juga menyarankan agar alat-alat yang diadakan bersifat spesifik untuk
meningkatkan belajar tertentu yang khas.

Dalam menentukan biaya pada setiap kegiatan haruslah memperhatikan: (Vaizey, 1969).

1. Perubahan harga di pasar.


2. Perubahan jumlah barang yang diperlukan.
3. Pertambahan jumlah siswa.
4. Peningkatan standar pendidikan
5. Tingkat umur peserta didik. Makin tua anak pada umumnya makin banyak membutuhkan
perlengkapan belajar.
Dengan demikian biaya-biaya ini harus direview setiap tahun. Sehingga biaya-biaya ini mungkin
tetap nilainya, bertambah besar dan semakin kecil.

Penerimaan dana harus dipertanggungjawabkan melalui pemakaian yang jelas. Ada kalanya
dana yang baru diterima disimpan di bank kalau belum dipakai dalam waktu dekat. Semua jenis
dana dipertanggungjawabkan kepada badan atau organisasi pemberi dana.

1. Dana rutin dan dana pembangunan yang bersumber dari pemerintah bagi lembaga pendidikan
negeri dipertanggung-jawabkan dengan SPJ (Surat Pertanggungjawaban) yang disertai dengan
bukti-bukti pembayaran yang sah.
2. Dana dari Yayasan bagi lembaga pendidikan swasta dipertanggungjawabkan dalam bentuk
laporan yang juga disertai bukti-bukti pembayaran yang sah.
3. Dana dari masyarakat baik pada lembaga pendidikan negeri maupun swasta
dipertanggungjawabkan dalam laporan yang disertai bukti-bukti pembayaran yang sah kepada
wakil-wakil masyarakat.
4. Dana yang diupayakan sendiri oleh lembaga pendidikan bersangkutan dipertanggungjawabkan
kepada personalia lembaga yang juga disertai dengan bukti-bukti pembayaran yang sah.

Pertanggungjawaban ini dilakukan oleh bendahara yang disahkan oleh administrator, baik
pertanggungjawaban kepada pemerintah, yayasan, komite sekolah maupun kepada personalia
lembaga pendidikan itu sendiri.

Dalam menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan ini perlu disertakan: (Gorton, 1983)

1. Berapa banyak uang yang terserap secara nyata.


2. Berapa banyak uang sisa.
3. Berapa banyak uang yang dibelanjakan, tetapi barang yang dibeli tidak dapat dipakai karena
beberapa sebab. Sebab-sebab ini perlu dijelaskan.

Dengan cara ini pemakaian dana pendidikan benar-benar dapat diawasi secara ketat. Lagipula
mekanisme seperti ini dapat memberikan umpan balik secara mendetail untuk perencaan tahun
berikutnya.

Sebelum membahas efisiensi dan efektivitas pembiayaan pendidikan, ada baiknya disarikan dulu
ekonomi pendidikan ini sbb:

1. Ekonomi pendidikan memegang peran cukup penting walaupun bukan yang terpenting, dalam
menyukseskan misi pendidikan.
2. Fungsi ekonomi pendidikan adalah sebagai penunjang kelancaran proses pendidikan dan
sebagai materi pelajaran untuk membentuk manusia ekonomi.
3. Sumber dana pendidikan selain dari pemerintah atau yayasan dan masyarakat, lembaga
pendidikan masih bisa menggali sumber-sumber lain sebanyak mungkin.
4. Dana pendidikan perlu dikelola secara professional, pada umumnya dengan SP4 dan
dipertanggungjawabkan dengan bukti-bukti pembelian yang sah.

Anda mungkin juga menyukai