Disusun Oleh :
Ahmad Fazrin Maulana
NPM. E1G018010
Pembimbing Akademik :
Dr. Yazid Ismi Intara, SP., M.Si.
NIP.19740727 200501 1 001
Halaman
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................. 2
1.4 Batasan Masalah................................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kelapa Sawit........................................................................................ 4
2.2 Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit...................................................................... 4
2.3 Minyak Kelapa Sawit........................................................................................... 5
2.4 Ekstraksi............................................................................................................... 6
2.5 Ekstraksi Minyak CPO Menggunakan Metode Wet Rendering.......................... 7
2.6 Teknik Pengolahan Buah Kelapa Sawit............................................................... 8
2.7 Perebusan Buah Kelapa Sawit............................................................................. 12
2.8 Sistem Perebusan Buah Sawit.............................................................................. 13
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Cara Penelitian..................................................................................................... 15
3.2 Rancangan Penelitian........................................................................................... 15
3.3 Pengumpulan Data............................................................................................... 16
3.4 Analisis Data........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 18
i
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.4 Batasan Masalah
1. Buah sawit yang digunakan dari varietas tenera.
2. Perebusan buah sawit dilakukan dengan cara tradisoinal dan menggunakan bahan
bakar tradisional.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2.1 Dura
Tempurung cukup tebal antara 2 hingga 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada
bagian luar tempurung. Daging buah relative tipis dengan persentase daging buah terhadap
buah bervariasi antara 35 hingga 50%. Kernel (daging 7 biji) biasanya besar dengan
kandungan minyak yang rendah. Dalam persilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon
induk betina.
2.2.2 Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya
tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis.
Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain. Varietas ini
dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase ini. Oleh sebab
itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera
dengan Dura akan menghasilkan Tenera
2.2.3 Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan
Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat ini.
Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 hingga 4 mm, dan terdapat
lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60
hingga 96% tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak daripada Dura, tetapi
ukuran tandannya relatif lebih kecil (SNI, 2006).
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran
homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agent. Pemisahan terjadi atas
dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran. Ekstraksi
termasuk proses pemisahan melalui dasar operasi difusi. Secara difusi proses pemisahan
terjadi karena adanya perpindahan solute, searah dari fasa diluen ke fasa solven sebagai akibat
beda potensial diantara dua fasa yang saling kontak sedemikian hingga pada suatu saat sistem
berada dalam keseimbangan (Herry, 2014).
Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu rendering (dry remdering dan wet
rendering), mechanical expression, dan solvent extraction (Ketaren, 1986).
2.4.1 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering,
penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk mengumpulkan
protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehinga mudah
ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya. Menurut pengerjaannya
rendering dibagi dalam dua cara, yaitu wet rendering dan dry rendering.
a. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup
dengan menggunakan temperature yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap
(40-60 psi). penggunaan temperatur rendah dalam proses wet rendering dilakukan jika
diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan
pada ketel yang dilengkapi dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran
tersebut dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 50 0C sampai diaduk. Minyak yang
diekstraksi akan naik ke atas dan kemudian dipisahkan.
B. Dry Rendering
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan steam
jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau
lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil
6
diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220 0F sampai 230 0F (105 0C – 110 0C). Ampas
bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak
yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak
dilakukan dari bagian atas ketel (Sudarmadji, 1989).
2.4.2 Mechanical Expression (Pengepresan Mekanis)
Pengepresan mekanis merupaka suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama
untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari
bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan
perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan
pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta
tempering atau pemasakan (Ketaren, 1986).
2.4.3 Solvent Extraction
Cara ekstraksi ini dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut dan digunakan untuk
bahan yang kandungan minyaknya rendah. Lemak dalam bahan dilarutkan dengan pelarut,
tetapi cara ini kurang efektif karena pelarut mahal dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan
dari pelarutnya dengan cara diuapkan. Selain itu, ampasnya harus dipisahkan dari pelarut
yang tertahan, sebelum dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak (Winarno, 1991).
10
c. Stripping (Perontokan buah)
Proses stripping berfungsi untuk memisahkan buah sawit dari tandannya. Buah yang
telah disterilisasi selanjutnya diangkat dengan menggunakan hoisting crane dan
dituang ke dalam mesin thresher melalui hooper yang berfungsi untuk menampung
buah yang telah disterilisasi. Stripping dilakukan dengan membanting buah dalam
drum putar kecepatan putarannya 23-25 rpm. Buah yang terpipil akan jatuh melalui
sela-sela mesin dan ditampung oleh fruit elevator dan dibawa dengan distributing
conveyor untuk didistribusikan ke unit digester. Massa brondolan ini disebut Mass
Passing to Digester (MPD) dimana brondolan ini mengandung kelopak, spiklet, dan
sampah lainnya.
d. Digestion (Pencacahan)
Proses pencacahan dalam digester, buah diaduk dan dilumat agar memudahkan
terpisahnya daging buah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri
tegak di dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang diikatkan
pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. Pisau pengaduk ini berfungsi untuk
merajang buah sehingga terjadi pelepasan biji dan pemecahan minyak. Proses
pengadukan berlangsung selama 30 menit, setelah massa buah dari proses pengadukan
selesai kemudian dimasukan ke dalam alat pengepresan (screw press).
e. Pressing (Pengepresan)
Proses ini berfungsi untuk melepaskan minyak sawit dalam buah menggunakan uap
panas dan memberi tekanan secara mekanik sehingga diperoleh minyak kasar (crude
oil) dari daging buah. Tahapan ini juga berfungsi untuk ekstraksi minyak secara
mekanis dengan mesin screw press. Mesin screw press ini bekerja dengan cara
memeras cacahan sawit untuk mendapatkan minyak sawit. Pengepresan minyak sawit
ini nantinya akan menghasilkan minyak kotor dan ampas. Minyak kotor dari sawit ini
nantinya akan dilakukan pemurnian di tahapan selanjutnya. Ampas dari hasil
pengepresan masih bercampur dengan nut dan membentuk gumpalan lalu akan
dipecah dan dipisahkan antara ampas dan nut dengan alat yang bernama cake beaker
conveyer atau pemisah ampas kempa.
f. Screening
Proses screening berfungsi untuk memisahkan air dan kotoran dari minyak sawit yang
dihasilkan. Pada proses ini digunakan peralatan seperti vibrating screen untuk
memisahkan kotoran padat sehingga kandungan air dapat terpisah dari minyak. Cairan
hasil proses pressing terdiri dari campuran minyak, air, dan padatan bukan minyak
atau disebut Non Oily Solids (NOS). Screening bertujuan untuk memisahkan NOS
11
yang berukuran besar dari minyak agar diperoleh minyak yang sesuai standar pada
proses selanjutnya.
g. Purification (Pemurnian)
Tahapan pemurnian ini berfungsi untuk menghasilkan minyak yang baik dan
berkualitas. Pemurnian minyak juga berfungsi untuk memisahkan kotoran dan
kontaminan lain yang berusaha mengurangi atau menurunkan kualitas minyak. Proses
pemurnian minyak sawit menggunakan sistem pengendapan, sentrifugasi dan
penguapan. Sistem tersebut akan memurnikan minyak dari kotoran atau kontaminan
yang bercampur dengan minyak sawit.
13
a. Sistem perebusan satu puncak (Single peak) Uap panas pada temperatur 130 – 150o C
dialirkan ke dalam ketel perebusan sambil menaikkan tekanan. Apabila tekanan telah
mencapai norma tertentu misalnya 2,3 kg/cm2.
b. Sistem perebusan dua puncak (Double peak) , maka tekanan dipertahankan selama
waktu tertentu, kemudian tekanan diturunkan dan perebusan dianggap selesai. Sistem
perebusan ini dipakai pada pabrik kelapa sawit tua sebelum tahun 1970. Uap panas
dengan temperatur didinginkan dialirkan kedalam ketel rebusan sambil menaikkan
pada tekanan tertentu. Setelah tekanan mencapai seperti diinginkan tekanan
diturunkan secara bertahap – tahap, kemudian tekanan dinaikkan kembali. Pada
puncak terakhir dibuat lebih tinggi dan lebih lama dibandingkan dengan puncak
pertama. Sistem perebusan dua puncak jarang dipakai pada saat ini, tetapi masih dapat
ditemukan dipabrik – pabrik tertentu.
c. Sistem perebusan tiga puncak (Trippel peak) Sistem ini paling banyak digunakan pada
saat sekarang, karena dianggap lebih efesien dapat dilihat dari segi kehilangan minyak
dalam pengolahan. Sistem perebusan ini dimana jumlah puncak yang terbentuk selama
proses tiga puncak akibat dari tindakan pemasukan uap dan pembuangan uap,
dilanjutkan dengan pemanasan uap, penahanan dan pembuangan uap selama proses
perebusan satu siklus.
Proses perebusan tandan sawit merupakan suatu proses yang penting yang
menentukan kualitas minyak sawit yang dihasilkan dalam pengolahan CPO. Faktor yang
menentukan dalam perebusan tandan sawit antara lain suhu dan tekanan pada boiler serta
lama perebusan. Sistem perebusan yang biasa dilakukan dalam pengolahan CPO adalah
sistem dua puncak dan tiga puncak tekanan (double dan triple peak) dengan tekanan 2,8
sampai 3,2 kg/cm2 (Supriyanto, 2017).
Yang terpenting dalam proses rebusan ini adalah jumlah buah kelapa sawit dan
tekanan uap air dalam Sterilizer (salah satu bagian dari stasiun rebusan). Semakin besar buah
kelapa sawit mendapat tekanan uap air untuk waktu tertentu, semakin cepat terjadi
pemasakan. Sehingga dalam waktu yang sudah ditentukan dapat menghasilkan CPO yang
bagus dan berkualitas. Supaya tidak terjadi kesalahan dalam memasak buah sawit, baik dalam
jumlah sawit yang akan diolah maupun tekanan uap air yang diberikan serta kapan buah sawit
dapat ditarik dari stasiun rebusan, maka dari itu perlu dirancang suatu sistem yang dapat
membantu dalam pengolahan buah kelapa sawit (Wenda, 2017).
14
BAB III
METODE PENELITIAN
Badan Pusat Statistik (BPS), 2016. Direktori Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia.
Lukito, P. A. Dan Sudradjat. 2017. Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit Terhadap
Kandungan Free Fatty Acid dan Rendemen CPO Di Kebun Talisayan I Berau. Jurnal
Bul. Agrohorti 5 (1) : 37-44.
Pandu, Imam Sudibyo Adib. 2017. Pengaruh Ukuran Berat Tandan, Tingkat Kematangan
Buah Dan Masa Rebus Tandan Buah Segar Sawit Terhadap Sifat Fisik Dan Kimia
Hasil Rebusan Di Pt Bi Nusantara Teknologi Bengkulu. Doctoral dissertation,
Universitas Andalas.
Putri, M. M., Yazid, I. I., & Pandu, I. 2019. Kajian Ekstraksi Crude Palm Oil (CPO)
Menggunakan Metode Wet Rendering Terhadap Perlakuan Suhu Dan Lama
Pemanasan. Doctoral dissertation, Universitas Bengkulu.
Supriyanto, G. (2017). Analisa Minyak Hilang Selama Proses Pengolahan CPO Akibat Lama
Perebusan Tandan Buah Segar. Agroteknose (Jurnal Teknologi dan Enjiniring
Pertanian), 3(2).
Wenda, Yesi Hairian. 2017. Simulasi Pengoptimalan Waktu Memasak Buah Kelapa Sawit
Dengan Logika Fuzzy. Menara Ilmu, 11(77).
16