N. Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat,
metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu
pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
a) Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat
dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat adalah:
1) Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat melalui wawancara, observasi,
studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta
faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas
terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi;
populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu
termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan
adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan
transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan
kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang
sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
2) Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah
diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis.
Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar
faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi
yang timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau
diagnosa keperawatan. Masalah tersebut terdiri dari:
a. Masalah sehat sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
3) Perumusan masalah dan diagnose keperawatan
4) Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan
urutan prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang
dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan
masyarakat antara lain:
a. Masalah yang ditetapkan dari data umum
b. Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan
kesehatan.
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan
tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap
dapat mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan
dengan mempertimbangkan:
a) Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat.
b) Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat.
c) Kemampuan dan sumber daya masyarakat.
d) Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat.
Kriteria skala prioritas:
1) Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap,
keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan
yang dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi.
2) Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada
suatu kurun waktu tertentu
3) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut
dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan
masyarakat.
4) Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara
pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya,
srana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul.
O. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
2) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan
3) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.
P. Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan
melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam
mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat adalah:
a) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait
b) Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya
c) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan
komunitas terdiri atas:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya
dan diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya
dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi
yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga
memprependek waktu sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat
diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer
lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal
dari ketidakmampuannya.
Q. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan.
Halhal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses)
dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai,
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang
harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu:
1. Daya guna
2. Hasil guna
3. Kelayakan
4. Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan
2. Perkembangan atau kemajuan proses
3. Efisiensi biaya
4. Efektifitas kerja
5. Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam
rangka waktu berapa?
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang
terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan
kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan
masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.
TINJAUAN TEORI
KONSEP PENYAKIT MALARIA
I. Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh
protozoa genus Plasmodium, ditandai dengan gejala demam rekuren, anemia
dan hepatosplenomegali. Penyakit malaria dapat menyerang secara berulang-
ulang dan dapat menyebabkan kematian (Soedarmo, 2010). Sedangkan meurut
ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang
disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai
dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam,
menggigil, anemia, dan pembesaran limpa (Harijanto, 2006).
II. Epidemiologi
Malaria ditemukan di daerah-daerah mulai 600 utara sampai dengan 320
selatan; dari daerah dengan ketinggian 2.666 m (Bolivia), sampai dengan
daerah yang letaknya 433 m di bawah permukaan laut (Dead sea) (Husada,
2006).
I. Etiologi
Malaria disebabkan parasit malaria, suatu protozoa darah yang termasuk
dalam phyllum Apicomplexa, kelas Sporozoa, subkelas Coccidiida, ordo
Eucoccidides, subordo Haemosporidiidea, famili Plasmodiidae, genus
Plasmodium (Nugroho, 2000).
Plasmodium merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia
terdapat empat spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum,
Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
Penularan manusia dapat dilakukan oleh nyamuk betina dari tribus anopheles.
Selain itu juga dapat ditularkan secara langsung melalui transfusi darah atau
jarum suntik yang tercemar serta ibu hamil kepada bayinya (Rampengan, 2000).
P. vivax menyebabkan malaria tertiana, P.malaria merupakan penyebab
malaria kuartana. P.ovale menyebabkan malaria ovale, sedangkan P.falciparum
menyebabkan malaria tropika. Spesies terkhir ini paling berbahaya karena
malaria yang ditimbulkan dapat menjadi berat. Hal ini disebabkan dalam waktu
singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan
berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh (Departemen Kesehatan RI,
2006; Nugroho, 2000).
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan
oleh nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya
sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria.
Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada
pula yang bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar.
Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a. Hidup di daerah tropis dan sub tropis, ditemukan hidup di dataran
rendah
b. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit
manusia
(menghisap darah)
d. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan
sudut 48 derajat
f. Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu
g. Lebih senang hidup di daerah rawa.
3.4 Klasifikasi
Menurut Arif Mansjoer, dkk (2001) pembagian jenis-jenis malaria
berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
1. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling
berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia
yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria
tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3
diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (DoubleChromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi
Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan
endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal.
Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi
tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black
Water Fever).
2. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan
Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/lebih biru.
Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-
kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae
mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/rossete. Bentuk
gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri
pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum.
Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan
komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema,
asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
3.5 Patofisiologi
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu
manusia dan nyamuk anopheles betina (Nugroho, 2000).
2.1 Siklus Pada Manusia (fase aseksual)
Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia,
sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam
peredaran darah selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan
masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang
menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati.
Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang
lebih 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak
langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk
dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam
sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat
bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat
menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke
dalam peredaran darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel
darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai
skizon (8-30 merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut
skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit
yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang
disebut dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah,
sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah merah dan membentuk
stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina (Nugroho, 2000).
2.2 Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina (fase seksual)
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina
melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi
ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Di luar dinding
lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi
sporozoit yang nantinya akan bersifat infektif dan siap ditularkan ke
manusia.
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari
sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang
ditandai dengan demam bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium.
Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk
sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan
mikroskopik (Nugroho, 2000).
Trias malaria secara keseluruhan dapat berlangsung antara 6-10 jam, lebih
sering terjadi pada infeksi P. vivax. Pada infeksi P. falciparum menggigil dapat
berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam
pada P. falsiparum, 36 jam pada P. vivax dan ovale, 60 jam pada P.malariae.
Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria, dan
lebih sering dijumpai pada penderita daerah endemik terutama pada anak-anak
dan ibu hamil. Beberapa mekanisme terjadinya anemia adalah Pengrusakan
eritrosit oleh parasit, hambatan eritropoeisis yang sementar, hemolisis karena
proses complement mediated immune complex, eritrofagositosis, penghambatan
pengeluaran retikulosit. Pembesaran limpa (splenomegali) akan teraba setelah 3
hari dari serangan infeksi akut dimana akan terjadi bengkak, nyeri dan hiperemis.
Limpa merupakan organ yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi
malaria, penelitian pada binatang percobaan, limpa menghapuskan eritrosit yang
terinfeksi melalui perubahan metabolisme, antigenik dan rheological dari
eritrosit yang terinfeksi (Nugroho, 2000; Harijanto, 2000).
Untuk memudahkan penatalaksanaan penanganan kasus malaria,
manifestasi klinis dikelompokkan menjadi:
(1) Malaria ringan atau tanpa komplikasi
Malaria ini umumnya disertai gejala dan tanda klinis yang ringan
terutama sakit kepala, demam, menggigil dan mual serta tanpa
kelainan fungsi organ. Kadangkadang dapat disertai dengan sedikit
penurunan trombosit dan sedikit peningkatan bilirubin serum. Gejala-
gejala klinis ini juga sering dijumpai oleh peneliti-peneliti lain. Gejala
dan tanda klinis lain yang juga dapat ditemukan adalah pusing, pucat,
tak nafsu makan, muntah, sakit perut, diare, lemah, myalgia,
hepatomegali dan splenomegali (Udomsangpetch, 1989).
(2) Malaria berat atau dengan komplikasi
Malaria berat adalah malaria falsiparum yang cenderung menjadi
fatal atau malaria dengan komplikasi dimana kemungkinan penyakit
lain sudah dapat disingkirkan. Lebih kurang 10% dari penderita
malaria falsiparum adalah malaria berat dengan angka kematian
18,8-40,0% (Hadisaputro, 1991).
3.11 Komplikasi
Komplikasi pada penyakit malaria menurut Arif Mansjoer, dkk (2001)
adalah :
1. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi
t(80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya
dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa
ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang-
kejang bersifat fokal atau menyeluruh.
2. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara
mendadak > 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka
kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya
anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan
kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.
3. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah
melahirkan. Frekuensi pernapasan meningkat merupakan komplikasi yang
berat yang menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan
cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN MALARIA
A. Pengkajian Komunitas
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi :
data inti dan data sub sistem.
1. Data Inti Komunitas meliputi :
a) Lokasi
b) Data demografi
1) Jumlah penderita malaria
2) Jumlah penderita malaria (berdasarkan jenis kelamin,
berdasarkan kelompok penderita Malaria, berdasarkan Tipe
Malaria
B. Data Sub System
1. Data lingkungan fisik meliputi sumber air dan air minum, saluran
pembuangan air/sampah, jamban, keadaan rumah, halaman rumah
2. Fasilitas umum dan kesehatan
3. Ekonomi meliputi karekteristik pekerjaan, penghasilan rata-rata
perbulan, pengeluaran rata-rata perbulan
4. Keamanan dan transportasi
5. Politik dan pemerintahan
6. Sistem komunikasi
7. Pendidikan
8. Rekreasi
Defisiensi pengetahuan
tentang malaria di
……………..berhubungan
dengan ………………….
ditandai dengan
……………………
4.5 Intervensi
Diagnosa Tujuan Rencana Sasaran Metode Media Waktu Tempat
Keperawatan Tindakan
Resiko tinggi Tujuan Umum : 1. Bina Warga di Ceramah, 1. Proposal Waktu Tempat
penularan malaria di Tidak terjangkitnya hubungan …………… Tanya 2. Leafleat pelaksanaan pelaksanaan
………….. berhubungan / terjadinya saling jawab, 3. Flipchart kegiatan kegiatan
dengan …………….. penularan penyakit percaya diskusi.
ditandai di………….. dengan
dengan………… Tujuan Khusus : masyarakat
- Masyarakat 2. Penyuluhan
mengetahui kesehatan
tentang Malaria tentang cara
dan cara pencegahan
mencegah dan cara
Malaria. penanganan
Masyarakat Malaria.
mengetahui cara 3. Mencegah
pengobatan / dan
penatalaksanaan melakukan
Malaria. deteksi dini
- Masyarakat terjadinya
mulai penularan
memperdulikan malaria.
kesehatannya
dengan melakukan
pengobatan secara
intensif.
2. Defisiensi Tujuan Umum : 1. Berikan Warga di 1. Bekerja sama 1. Proposal Waktu Tempat
pengetahuan Tidak terjadinya health …………… dengan kader 2. Leafleat pelaksanaan pelaksanaan
tentang malaria di penyakit Menular education untuk 3. Flipchart kegiatan kegiatan
……………..berhubung malaria di tentang cara melakukan
an dengan ……………. pencegahan persiapan
…………………. ditandai Tujuan Khusus : terjadinya posyandu.
dengan - Masyarakat penularan 2. Komunikasi
…………………… mengetahui penyakit 3. Informasi
tentang penyakit malaria 4. Edukasi
menular dan cara 2. Penyuluhan
pencegahannya. kesehatan
tentang
penyebab,
cara
pencegahana
dan cara
penanganan
malaria.
4.6 Implementasi
Implementasi merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Implementasi diberikan secara langsung maupun tidak
langsung kepada masyarakat dan kebutuhan masyarakat. Pada umumnya
tindakan keperawatan komunitas yang dilakukan sesuai dengan teori yaitu
berfokus pada upaya meningkatkan, mempertahankan, memperbaiki kesehatan,
mencegah penyakit dan rehabilitasi dengan menggunakan strategi yaitu proses
kelompok, health promotion dan partnership. Tindakan pelaksanaan atau
implementasi yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah keperawatan
komunitas adalah hasil kerja sama dengan masyarakat.
4.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang digunakan untuk
menilai keberhasilan dari pemecahan masalah keperawatan komunitas yang ada.
Dari evaluasi yang dilaksanakan dapat diketahui masalah keperawatan
komunitas dapat terpecahkan seluruh, sebagian, atau tidak terpecahkan tetapi
menimbulkan masalah baru. Kegiatan evaluasi yang dilakukan adalah mengukur
keberhasilan mengumpulkan data dan menganalisa. Kegiatan ini dilakukan
bersama dengan masyarakat.
Evaluasi hasil kegiatan telah dilakukan untuk menilai efektifitas kegiatan
sesaat setelah kegiatan dilakukan dan evaluasi yang dilakukan pada akhir
program untuk menilai aktifitas jangka panjang yang akan dilakukan sebagai
rencana tindak lanjut. Evaluasi secara umum dilakukan setelah mahasiswa selesai
melaksanakan kegiatan yang direncanakan.
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Malaria merupakan suatu penyakit yang bersifat akut maupun kronik,
yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, yang ditandai
dengan demam, anemia dan pembesaran limpa.
2. Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu P.
falciparum, P. ovale, P. vivax, dan P. malariae.
3. Klasifikasi malaria ada 4 yaitu P. falciparum, P. ovale, P. vivax, dan P.
malariae.
4. Patofisologi malaria ada 2 yaitu fase seksual (dalam tubuh nyamuk
anopheles betina) dan fase aseksual (dalam tubuh manusia).
5. Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit,
inang dan lingkungan.
6. Manifestasin klinik dari penyakit malaria ditandai dengan gejala
prodromal, trias malaria (menggigil-panas-berkeringat), anemia dan
splenomegali.
7. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan mikroskopik (darah dan
Pulasan Intradermal (Intradermal Smears) dan Tes Diagnostik Cepat
(Rapid Diagnostic Test).
8. Penatalaksanaan untuk malaria falsiparum, lini pertama: artesunat +
amodiakuin + primakuin, lini kedua: kina + dosksisiklin/tetrasiklin +
primakuin. Pengobatan malaria vivax dan ovale, lini pertama: klorokuin
+ primakuin, jika resistensi klorokuin: kina + primakuin, jika relaps:
naikkan dosis primakuin. Pengobatan malaria malariae diberikan
klorokuin. Untuk profilaksis dapat digunakan dosksisiklin dan klorokuin.
9. Pencegahan ditujukan untuk orang yang tinggal di daerah endemis
maupun yang ingin pergi ke daerah endemis : Pengendalian vektor,
Proteksi personal/Personal Protection, dan Vaksin Malaria.
38
10. Komplikasi pada penyakit malaria adalah malaria otak, anemia berat
dan edema paru.
11. Prognosis Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan
ketepatan diagnosis serta pengobatan. Pada malaria berat yang tidak
ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak 15%,
dewasa 20% dan pada kehamilan meningkat sampai 50%. Prognosis
malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik daripada
gangguan 2 atau lebih fungsi organ.
5.2 Saran
Perlunya dilakukan program pemberantasan malaria melalui kegiatan:
1. Menghindari atau mengurangi kontak atau gigitan nyamuk anopheles.
a) Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunkan berbagai
insektisida.
b) Membunuh jentik baik secara kimiawi (larvasida) maupun biologik
(ikan, dan sebagainya).
c) Mengurangi tempat perindukan.
d) Mengobati penderita malaria.
e) Pemberian pengobatan pencegahan.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien kepada pasien yang meliputi
diagnosis secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
3. Menganjurkan kepada masyarakat yang akan bepergian ke daerah
endemis malaria agar mengkonsumsi kemoprofilaksis malaria.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
Pribadi, W. 2000. Parasit Malaria. Dalam: gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W
(editor). Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UI. Hal: 171-97.
Purwaningsih S. 2000. Diagnosis Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC. Hal: 185-92.
Rampengan, TH. 2000. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan.
Jakarta: EGC. Hal: 249-60.
Soedarmo, S, dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis, Edisi ke-2. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Tjitra E. 2000. Obat Anti Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC. Hal: 194-204.
Udomsangpetch R, Wahlin B, Carlson J dkk. 1989. Plasmodium falciparum
infected erythrocytes from spontaneous erythrocyte rosettes. J Experiment
Med. 169: 1835-1840.
Zulkarnaen, I. 2000. Malaria Berat (Malaria Pernisiosa). Dalam: Noer S et al
(editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. Hal: 504-7.
41