Anda di halaman 1dari 41

TINJAUAN TEORI

KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Perawatan Kesehatan Komunitas


Keperawatan komunitas perlu dikembangkan ditatanan pelayanan
kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan
keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas
menurut American Nurses Assicoation didasarkan pada asumsi:
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan
komponen pelayanan kesehatan.
3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana
hasil pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan
komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan
komunitas adalah:
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat
diterima semua orang.
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan
dalam hal ini komunitas.
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima
pelayanan perlu terjalin kerjasama yang baik.
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat
mendukung maupun mengahambat.
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut,
maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan
praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas,
keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap
kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan.
Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan
utama yang ditujukan pada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan
atau landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan
dasar komunitas. Keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 (empat) konsep pokok,
yang meliputi konsep manusia, kesehatan, masyarakat dan keperawatan.
Paradigma keperawatan ini menggambarkan hubungan teori-teori yang
membentuk susunan yang mengatur teori-teori itu berhubungan satu dengan
yang lain sehingga menimbulkan hal-hal yang perlu di selidiki.

B. Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas


1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,
kelompok khusus dan msyarakat dalam hal:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas
masalah
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/keperawatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka
hadapi
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah
kesehatan/keperawatan
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan/keperawatan
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (self care).
C. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit
yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan.
a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena
ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab,
maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik
secara fisik, mental maupun sosial.
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas
kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan
tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan
ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling
tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggotat
keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-
keluarga yang ada disekitarnya.
c. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
Termasuk diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan petumbuhannya, seperti: a. Ibu hamil
a) Bayi baru lahir
b) Balita
c) Anal usia sekolah
d) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan,
diantaranya adalah:
a) Penderita penyakit menular, seperti: DBD, TBC, Lepra,
AIDS, penyekit kelamin lainnya.
b) Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit
diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan
mental dan lain sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,
diantaranya:
a) Wanita tuna susila
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c) Kelompok-kelompok pekerja tertentu
d) Dan lain-lain
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya
adalah:
a. Panti werdha
b. Panti asuhan
c. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d. Penitipan balita
D. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah
ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang
saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai
tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak
permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik
maupun kesehatan khususnya.

E. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya adalah:
a) Sebagai Pendidik (Health Education)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara
terorganisirdalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
b) Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-
masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap
status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi
dan pengumpulan data.
c) Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Servises)
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan
puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team
kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan
kesehatan. Dengan demikian pelayanan kesehatan yang diberikan merupakan
suatu kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah antara satu dengan
yang lainnya.
d) Sebagai Pembaharuan (Inovator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu
terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam
merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan.
e) Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan
motivasi dalam meningkatkan keikutsertaan masyarakat individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh masyarakat misalnya: kegiatan posyandu, dana sehat, mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian, sehingga
ikut dalam berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan pengorganisasian
masyarakat dalam bidang kesehatan.
1) Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang
baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru
dan di contoh oleh masyarakat.
2) Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya oleh
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan
berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi sehari-hari. Dan perawat kesehatan diharapkan dapat
membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.
3) Sebagai Pengelola (Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai
dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
F. Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan
yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
G. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1. Penyuluhan kesehatan masyarakat
2. Peningkatan gizi
3. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
4. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5. Olahraga secara teratur
6. Rekreasi
7. Pendidikan seks.
H. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
a) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas
maupun kunjungan rumah
c) Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun
di rumah
d) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui
I. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
a) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas
dan rumah sakit.
c) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan
nifas.
d) Perawatan payudara
e) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
J. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-
kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta,
TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan:
a) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta,
patah tulang mapun kelainan bawaan
b) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi
manual yang mungkin dilakukan oleh perawat
K. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita
suatu penyakit, misalnya Malaria, AIDS.
L. Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas
Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat
mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat
pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan
praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a) Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu,
keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di
sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di
Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat.
b) Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka
merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
c) Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
d) Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka
hadapi
e) Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut
f) Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat
g) Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan
kesehatan
h) Melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan
masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan,
pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses
keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah
keperawatan.
i) Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan
komunitas
j) Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait.
k) Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan
dengan keperawatan dan kesehatan.
M. Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah
(problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan
dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikatkan dengan
upaya kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat
akan dapat diatsi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan
intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan
profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan
pendekatan terhadapat keluarga binaan disebut dengan family approach,
maka bila pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang
ke Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case
approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui
survei mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut
community approach.

N. Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat,
metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu
pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
a) Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat
dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat adalah:
1) Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat melalui wawancara, observasi,
studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta
faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas
terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi;
populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu
termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan
adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan
transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan
kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang
sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
2) Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah
diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis.
Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar
faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi
yang timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau
diagnosa keperawatan. Masalah tersebut terdiri dari:
a. Masalah sehat sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
3) Perumusan masalah dan diagnose keperawatan
4) Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan
urutan prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang
dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan
masyarakat antara lain:
a. Masalah yang ditetapkan dari data umum
b. Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan
kesehatan.
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan
tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap
dapat mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan
dengan mempertimbangkan:
a) Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat.
b) Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat.
c) Kemampuan dan sumber daya masyarakat.
d) Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat.
Kriteria skala prioritas:
1) Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap,
keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan
yang dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi.
2) Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada
suatu kurun waktu tertentu
3) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut
dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan
masyarakat.
4) Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara
pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya,
srana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul.
O. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
2) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan
3) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.
P. Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan
melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam
mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat adalah:
a) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait
b) Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya
c) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan
komunitas terdiri atas:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya
dan diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya
dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi
yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga
memprependek waktu sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat
diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer
lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal
dari ketidakmampuannya.
Q. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan.
Halhal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses)
dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai,
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang
harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu:
1. Daya guna
2. Hasil guna
3. Kelayakan
4. Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan
2. Perkembangan atau kemajuan proses
3. Efisiensi biaya
4. Efektifitas kerja
5. Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam
rangka waktu berapa?
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang
terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan
kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan
masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.
TINJAUAN TEORI
KONSEP PENYAKIT MALARIA

I. Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh
protozoa genus Plasmodium, ditandai dengan gejala demam rekuren, anemia
dan hepatosplenomegali. Penyakit malaria dapat menyerang secara berulang-
ulang dan dapat menyebabkan kematian (Soedarmo, 2010). Sedangkan meurut
ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang
disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai
dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam,
menggigil, anemia, dan pembesaran limpa (Harijanto, 2006).
II. Epidemiologi
Malaria ditemukan di daerah-daerah mulai 600 utara sampai dengan 320
selatan; dari daerah dengan ketinggian 2.666 m (Bolivia), sampai dengan
daerah yang letaknya 433 m di bawah permukaan laut (Dead sea) (Husada,
2006).

Gambar 1. Peta Daerah Endemi Malaria


Daerah yang sejak semula bebas malaria adalah daerah Pasifik Tengah dan
Selatan (Hawaii dan Selandia Baru). Di daerah-daerah tersebut, daur hidup
parasit malaria tidak dapat berlangsung karena tidak adanya vektor yang sesuai
(Husada, 2006).

Gambar 2. Peta Indonesia dengan Daerah Endemis Malaria


(Current Malaria Situation in Indonesia & ACT Malaria Activities. 2008.
Directorate of Vector Borne Disease Control Ministry of Health Indonesia)
Di Indonesia malaria ditemukan tersebar luas pada semua pulau dengan
derajat dan berat infeksi yang bervariasi. Malaria di suatu daerah dapat
ditemukan secara autokton, impor, induksi, introduksi atau reintroduksi (Husada,
2006).
Di daerah yang autokton, siklus hidup malaria dapat berlangsung karena
adanya manusia yang rentan (suspeptibel), nyamuk yang dapat menjadi vector
dan parasitnya. Keadaan malaria di daerah endemik tidak sama. Derajat
endemisitas dapat diukur dengan berbagai cara seperti angka limpa (spleen rate),
angka parasit (parasit rate), yang disebut malariometri (Husada, 2006).
Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Perbedaan prevalensi
menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan dengan perbedaan derajat
kekebalan karena variasi keterpaparan gigitan nyamuk (Nugroho, 2000;
Harijanto, 2006).
Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dapat terinfeksi malaria
adalah (Nugroho, 2000; Gunawan, 2000):
1. Ras atau suku bangsa
Prevalensi Hemoglobin S (HbS) pada penduduk Afrika cukup tinggi
sehingga lebih tahan terhadap infeksi P.falciparum karena HbS
menghambat perkembangbiakan
P.falciparum. 5
2. Kurangnya enzim tertentu.
Kurangnya enzim Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase (G6PD)
memberikan perlindungan terhadap infeksi P.falciparum yang berat.
Defisiensi enzim G6PD ini merupakan penyakit genetik dengan
manifestasi utama pada wanita.
3. Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu
menghancurkan Plasmodium yang masuk atau menghalangi
perkembangbiakannya.
Sejak tahun 1973 ditemukan pertamakali adanya kasus resistensi P.
falciparum terhadap klorokuin di Kalimantan Timur Sejak itu kasus resistensi
terhadap klorokuin yang dilaporkan semakin meluas Tahun 1990, dilaporkan
telah terjadi resistensi parasit P. falciparum terhadap klorokuin dan seluruh
provinsi di Indonesia. Selain itu, dilaporkan juga adanya kasus resistensi
plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) dibeberapa tempat di
Indonesia. Keadaan seperti ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
akibat penyakit malaria. Oleh sebab itu, upaya untuk menanggulangi masalah
resistensi tersebut (multiple drugs resistance), maka pemerintah telah
merekomendasikan obat pilihan pengganti klorokuin dan SP terhadap P.
falciparum dengan terapi kombinasi artemisinin (artemisinin combination
therapy).

I. Etiologi
Malaria disebabkan parasit malaria, suatu protozoa darah yang termasuk
dalam phyllum Apicomplexa, kelas Sporozoa, subkelas Coccidiida, ordo
Eucoccidides, subordo Haemosporidiidea, famili Plasmodiidae, genus
Plasmodium (Nugroho, 2000).
Plasmodium merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia
terdapat empat spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum,
Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
Penularan manusia dapat dilakukan oleh nyamuk betina dari tribus anopheles.
Selain itu juga dapat ditularkan secara langsung melalui transfusi darah atau
jarum suntik yang tercemar serta ibu hamil kepada bayinya (Rampengan, 2000).
P. vivax menyebabkan malaria tertiana, P.malaria merupakan penyebab
malaria kuartana. P.ovale menyebabkan malaria ovale, sedangkan P.falciparum
menyebabkan malaria tropika. Spesies terkhir ini paling berbahaya karena
malaria yang ditimbulkan dapat menjadi berat. Hal ini disebabkan dalam waktu
singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan
berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh (Departemen Kesehatan RI,
2006; Nugroho, 2000).
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan
oleh nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya
sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria.
Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada
pula yang bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar.
Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a. Hidup di daerah tropis dan sub tropis, ditemukan hidup di dataran
rendah
b. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit
manusia
(menghisap darah)
d. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan
sudut 48 derajat
f. Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu
g. Lebih senang hidup di daerah rawa.
3.4 Klasifikasi
Menurut Arif Mansjoer, dkk (2001) pembagian jenis-jenis malaria
berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
1. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling
berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia
yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria
tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3
diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (DoubleChromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi
Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan
endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal.
Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi
tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black
Water Fever).
2. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan
Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/lebih biru.
Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-
kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae
mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/rossete. Bentuk
gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri
pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum.
Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan
komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema,
asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.

3. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)


Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium
malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di
tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk
eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan
fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria
disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode
laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari
10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
4. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda
yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan
plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah
menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning
tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit,
kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48
jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari
sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis
plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria
yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali,
parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

3.5 Patofisiologi
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu
manusia dan nyamuk anopheles betina (Nugroho, 2000).
2.1 Siklus Pada Manusia (fase aseksual)
Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia,
sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam
peredaran darah selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan
masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang
menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati.
Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang
lebih 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak
langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk
dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam
sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat
bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat
menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke
dalam peredaran darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel
darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai
skizon (8-30 merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut
skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit
yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang
disebut dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah,
sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah merah dan membentuk
stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina (Nugroho, 2000).
2.2 Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina (fase seksual)
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina
melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi
ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Di luar dinding
lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi
sporozoit yang nantinya akan bersifat infektif dan siap ditularkan ke
manusia.
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari
sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang
ditandai dengan demam bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium.
Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk
sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan
mikroskopik (Nugroho, 2000).

3.7 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis penderita malaria sangat beragam, dari yang tanpa gejala
sampai dengan yang berat. Di daerah endemi malaria, manifestasi klinis tersebut
sudah sangat dikenal oleh tenaga kehatan bahkan penderita dapat mendiagnosis
penyakitnya sendiri. Pada daerah non endemis diperlukan pengalaman untuk
mengarah ke diagnosis malaria. Banyak faktor yang mempengaruhi manifestasi
klinis tersebut, antara lain:
1. Status kekebalan yang biasanya berhubungan dengan tingkat
endemisitas tempat tinggalnya.
2. Beratnya infeksi (kepadatan parasit).
3. Jenis dan strain Plasmodium.
4. Status gizi.
5. Sudah minum obat anti malaria.
6. Keadaan lain penderita (bayi, hamil, orang tua, menderita sakit lain).
7. Faktor genetik (HbF, defisiensi G6PD, ovalositosis, dan lain-lain)
Biasanya penderita yang tinggal atau berasal dari daerah endemis telah
mempunyai kekebalan terhadap malaria sehingga manifestasi klinisnya lebih
ringan dibandingkan penderita yang tidak kebal. Oleh sebab itu malaria berat
sering didapatkan pada penderita tidak kebal bahkan dapat berakibat fatal.
Secara umum, bila kepadatan parasit tinggi, biasanya risiko menjadi malaria
berat lebih besar. Walaupun demikian tidak jarang didapatkan penderita malaria
berat dengan kepadatan parasit rendah dan sebaliknya (Hadisaputro, 1991;
Tjitra, 2000).
Hal ini dapat terjadi karena manifestasi klinis malaria dipengaruhi oleh
banyak faktor. Malaria berat umumnya disebabkan oleh P. falciparum. Di
samping itu malaria falsiparum merupakan jenis malaria yang telah dilaporkan
resisten terhadap klorokuin maupun multidrug (Tjitra, 2000). Di Irian dikenal P.
vivax Chesson strain yang lebih sulit dapat disembuhkan. Status gizi sangat
mempengaruhi kekebalan tubuh terhadap infeksi terutama pada anak-anak,
sehingga tak mengherankan malaria pada anak kurang gizi sering berkembang
menjadi berat.
Manifestasi klinis penderita yang sudah minum obat anti-malaria atau
minum profilaksis biasanya dapat lebih ringan atau menjadi tidak jelas. Pada
penderita dengan defisiensi G6PD dapat disertai dengan hemoglobinuria. Anak-
anak, ibu hamil dan orang tua, biasanya lebih rentan terhadap infeksi. Malaria
pada kehamilan dapat menyebabkan abortus, kematian janin, bayi lahir mati,
berat badan lahir rendah, malaria kongenital, partus sulit, anemia, gangguan
fungsi ginjal dan hipoglikemia. Infeksi malaria lebih sulit terjadi pada penderita
dengan HbF, defisiensi G6PD, dan ovalositosis.
Manifestasi umum malaria (Harijanto, 2006):
1. Masa inkubasi
Biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung pada spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjang untuk P. malariae),
beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat
resistensi hospes.
2. Keluhan prodromal
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa:
kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada
tulang atau otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-
kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi
pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P.
malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat
mendadak.
3. Gejala-gejala umum
Gejala klasik yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxysm)
secara berurutan:
a. Periode dingin
Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering
membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat
menggigil, sering seluruh badan gemetar dan gigi-gigi saling
terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode
ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.
b. Periode panas
Muka penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat
dan panas badan tetap tinggi dapat sampai 40°C atau lebih,
penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala,
nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan
darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak).
Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau
lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
c. Periode berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,
sampai basah temperatur turun, penderita merasa capek dan
sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan
dapat melakukan pekerjaan biasa.

Trias malaria secara keseluruhan dapat berlangsung antara 6-10 jam, lebih
sering terjadi pada infeksi P. vivax. Pada infeksi P. falciparum menggigil dapat
berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam
pada P. falsiparum, 36 jam pada P. vivax dan ovale, 60 jam pada P.malariae.
Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria, dan
lebih sering dijumpai pada penderita daerah endemik terutama pada anak-anak
dan ibu hamil. Beberapa mekanisme terjadinya anemia adalah Pengrusakan
eritrosit oleh parasit, hambatan eritropoeisis yang sementar, hemolisis karena
proses complement mediated immune complex, eritrofagositosis, penghambatan
pengeluaran retikulosit. Pembesaran limpa (splenomegali) akan teraba setelah 3
hari dari serangan infeksi akut dimana akan terjadi bengkak, nyeri dan hiperemis.
Limpa merupakan organ yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi
malaria, penelitian pada binatang percobaan, limpa menghapuskan eritrosit yang
terinfeksi melalui perubahan metabolisme, antigenik dan rheological dari
eritrosit yang terinfeksi (Nugroho, 2000; Harijanto, 2000).
Untuk memudahkan penatalaksanaan penanganan kasus malaria,
manifestasi klinis dikelompokkan menjadi:
(1) Malaria ringan atau tanpa komplikasi
Malaria ini umumnya disertai gejala dan tanda klinis yang ringan
terutama sakit kepala, demam, menggigil dan mual serta tanpa
kelainan fungsi organ. Kadangkadang dapat disertai dengan sedikit
penurunan trombosit dan sedikit peningkatan bilirubin serum. Gejala-
gejala klinis ini juga sering dijumpai oleh peneliti-peneliti lain. Gejala
dan tanda klinis lain yang juga dapat ditemukan adalah pusing, pucat,
tak nafsu makan, muntah, sakit perut, diare, lemah, myalgia,
hepatomegali dan splenomegali (Udomsangpetch, 1989).
(2) Malaria berat atau dengan komplikasi
Malaria berat adalah malaria falsiparum yang cenderung menjadi
fatal atau malaria dengan komplikasi dimana kemungkinan penyakit
lain sudah dapat disingkirkan. Lebih kurang 10% dari penderita
malaria falsiparum adalah malaria berat dengan angka kematian
18,8-40,0% (Hadisaputro, 1991).

3.8 Pemeriksaan Laboratorium


Untuk menegakkan diagnosis malaria dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan, antara lain:
1. Pemeriksaan mikroskopis
 Darah
Terdapat dua sediaan untuk pemeriksaan mikroskopis darah, yaitu
sediaan darah hapus tebal dan sediaan darah hapus tipis. Pada
pemeriksaan ini bisa melihat jenis plasmodium dan stadium-stadiumnya.
Pemeriksaan ini banyak dan sering dilakukan karena dapat dilakukan
puskesmas, lapangan maupun rumah sakit. Untuk melihat kepadatan
parasit, ada dua metode yang digunakan yaitu semi-kuantitatif dan
kuantitatif. Metode yang biasa digunakan adalah metode semi-kuantitatif
dengan rincian sebagai berikut :
(-) : SDr negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB).
Sedangkan untuk metode kuantitatif, pada SDr tebal menghitung
jumlah parasit/200 leukosit dan SDr tipis penghitungannya adalah jumlah
parasit/1000 eritrosit.
 Pulasan Intradermal (Intradermal Smears)
Penelitian di Cina belum lama ini, memperlihatkan bahwa pulasan
dari darah intradermal lebih banyak mengandung stadium matur/matang
dari Plasmodium falciparum daripada pulasan darah perifer. Penemuan ini
bisa menjadi pertimbangan untuk mendiagnosis malaria berat dengan lebih
baik dan akurat. Pulasan ini hasilnya dapat positif atau dapat juga terlihat
pigmen yang mengandung leukosit setelah dinyatakan negative pada
pulasan darah perifer. Untuk uji kesensitifitasannya, pulasan intradermal
sebanding dengan pulasan darah dari sumsum tulang yang lebih sensitif
dari pulasan darah perifer.
2. Tes Diagnostik Cepat (Rapid Diagnostic Test)
Metode ini untuk mendeteksi adanya antigen malaria dengan cara
imunokromatografi. Tes ini dapat dengan cepat didapatkan hasilnya,
namun lemah dalam hal spesifitas dan sensitifitas. Tes ini biasanya
digunakan pada KLB (Kejadian Luar Biasa) yang membutuhkan hasil yang
cepat di lapangan supaya cepat untuk ditanggulangi.

3.9 Penatalaksanaan Malaria


Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun
tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik
serta memutuskan rantai penularan. Semua obat anti malaria tidak boleh
diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung, oleh
sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti
malaria.
Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin,
sulfadoksinpirimetamin, kina, primakuin, serta derivate artemisin. Klorokuin
merupakan obat antimalaria standar untuk profilaksis, pengobatan malaria klinis
dan pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi dalam program
pemberantasan malaria, sulfadoksin-pirimetamin digunakan untuk pengobatan
radikal penderita malaria falciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat anti
malaria pilihan untuk pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi.
Selain itu kina juga digunakan untuk pengobatan malaria berat atau malaria
dengan komplikasi. Primakuin digunakan sebagai obat antimalaria pelengkap
pada malaria klinis, pengobatan radikal dan pengobatan malaria berat. Artemisin
digunakan untuk pengobatan malaria tanpa atau dengan komplikasi yang
resisten multidrugs (Tjitra, 2000).
Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria. Khusus di
Rumah Sakit, obat tersebut dapat digunakan dengan kombinasi obat antimalaria
lain, untuk mengobati penderita resisten multidrugs. Obat antibiotika yang sudah
diujicoba sebagai profilaksis dan pengobatan malaria diantaranya adalah
derivate tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksazoltrimetoprim dan
siprofloksasin. Obat-obat tersebut digunakan bersama obat anti malaria yang
bekerja cepat dan menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina.

3.10 Pencegahan Malaria


Pencegahan ditujukan untuk orang yang tinggal di daerah endemis maupun
yang ingin pergi ke daerah endemis :
1. Pengendalian vektor
• Bisa menggunakan larvasida untuk memberantas jentik-jentik.
• Semprot insektisida untuk membasmi nyamuk dewasa.
• Penggunaan pembunuh serangga yang mengandung DEET (10-35%)
atau picaridin 7%.
2. Proteksi personal/Personal Protection
Adalah suatu tindakan yang dapat melindungi orang terhadap infeksi,
seperti :
• Menghindari gigitan nyamuk pada waktu puncak nyamuk mengisap
(petang dan matahari terbenam).
• Penggunaan jala bed (kelambu) yang direndam insektisida
sebelumnya
• Kawat nyamuk, penolak serangga.
• Memakai baju yang cocok dan tertutup.
• Penggunaan obat-obat profilaksis jika ingin bepergian ke daerah
endemis.
3. Vaksin Malaria
Parasit malaria mempunyai siklus hidup yang komplek, sehingga vaksin
berbeda-beda untuk setiap stadium, seperti :
• Stadium aseksual eksoeritrositik
Cara kerjanya menghambat terjadinya gejala klinis maupun transmisi
penyakit di daerah endemis. Contohnya, circumsporozoite protein (CSP),
Thrombospondin-related adhesion protein (TRAP), Liver stage antigen
(LSA).
• Stadium aseksual eritrositik
Cara kerjanya menghambat terjadinya infeksi parasit terhadap
eritrosit, mengeliminasi parasit dalam eritrosit dan mencegah terjadinya
sekuesterasi parasit di kapiler organ dalam sehingga dapat mencegah
terjadinya malaria berat. Contohnya, merozoite surface protein (MSP),
ring infected erythrocyte surface antigen (RESA), apical membrane
antigen-1 (AMA-1).
• Stadium seksual
Cara kerjanya menghambat atau mengurangi transmisi malaria di suatu daerah.
Contohnya, Pfs 28 dan Pfs 25.

3.11 Komplikasi
Komplikasi pada penyakit malaria menurut Arif Mansjoer, dkk (2001)
adalah :
1. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi
t(80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya
dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa
ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang-
kejang bersifat fokal atau menyeluruh.
2. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara
mendadak > 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka
kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya
anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan
kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.
3. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah
melahirkan. Frekuensi pernapasan meningkat merupakan komplikasi yang
berat yang menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan
cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN MALARIA

A. Pengkajian Komunitas
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi :
data inti dan data sub sistem.
1. Data Inti Komunitas meliputi :
a) Lokasi
b) Data demografi
1) Jumlah penderita malaria
2) Jumlah penderita malaria (berdasarkan jenis kelamin,
berdasarkan kelompok penderita Malaria, berdasarkan Tipe
Malaria
B. Data Sub System
1. Data lingkungan fisik meliputi sumber air dan air minum, saluran
pembuangan air/sampah, jamban, keadaan rumah, halaman rumah
2. Fasilitas umum dan kesehatan
3. Ekonomi meliputi karekteristik pekerjaan, penghasilan rata-rata
perbulan, pengeluaran rata-rata perbulan
4. Keamanan dan transportasi
5. Politik dan pemerintahan
6. Sistem komunikasi
7. Pendidikan
8. Rekreasi

4.2 Analisa Data


Meliputi data fokus (data subyektif dan obyektif) etiologi dan masalah
keperawatan
4.3 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penularan malaria di ………….. berhubungan dengan
…………….. ditandai dengan…………
2. Defisiensi pengetahuan tentang malaria di ……………..berhubungan
dengan …………………. ditandai dengan ……………………

4.4 Prioritas Masalah


Perubahan Penelesaian Score
Pentingnya positif untuk untuk
penyelesaia penyelesaian di peningkatan
n masalah komunitas 0 : kwalitas hidup
Diagnosa keperawatan
1 : rendah tidak ada 0 : tidak ada
2 : sedang 1 : rendah 1 : rendah
3 : tinggi 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi
Resiko tinggi penularan
malaria di …………..
berhubungan dengan
…………….. ditandai
dengan…………

Defisiensi pengetahuan
tentang malaria di
……………..berhubungan
dengan ………………….
ditandai dengan
……………………
4.5 Intervensi
Diagnosa Tujuan Rencana Sasaran Metode Media Waktu Tempat
Keperawatan Tindakan
Resiko tinggi Tujuan Umum : 1. Bina Warga di Ceramah, 1. Proposal Waktu Tempat
penularan malaria di Tidak terjangkitnya hubungan …………… Tanya 2. Leafleat pelaksanaan pelaksanaan
………….. berhubungan / terjadinya saling jawab, 3. Flipchart kegiatan kegiatan
dengan …………….. penularan penyakit percaya diskusi.
ditandai di………….. dengan
dengan………… Tujuan Khusus : masyarakat
- Masyarakat 2. Penyuluhan
mengetahui kesehatan
tentang Malaria tentang cara
dan cara pencegahan
mencegah dan cara
Malaria. penanganan
Masyarakat Malaria.
mengetahui cara 3. Mencegah
pengobatan / dan
penatalaksanaan melakukan
Malaria. deteksi dini
- Masyarakat terjadinya
mulai penularan
memperdulikan malaria.
kesehatannya
dengan melakukan
pengobatan secara
intensif.
2. Defisiensi Tujuan Umum : 1. Berikan Warga di 1. Bekerja sama 1. Proposal Waktu Tempat
pengetahuan Tidak terjadinya health …………… dengan kader 2. Leafleat pelaksanaan pelaksanaan
tentang malaria di penyakit Menular education untuk 3. Flipchart kegiatan kegiatan
……………..berhubung malaria di tentang cara melakukan
an dengan ……………. pencegahan persiapan
…………………. ditandai Tujuan Khusus : terjadinya posyandu.
dengan - Masyarakat penularan 2. Komunikasi
…………………… mengetahui penyakit 3. Informasi
tentang penyakit malaria 4. Edukasi
menular dan cara 2. Penyuluhan
pencegahannya. kesehatan
tentang
penyebab,
cara
pencegahana
dan cara
penanganan
malaria.
4.6 Implementasi
Implementasi merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Implementasi diberikan secara langsung maupun tidak
langsung kepada masyarakat dan kebutuhan masyarakat. Pada umumnya
tindakan keperawatan komunitas yang dilakukan sesuai dengan teori yaitu
berfokus pada upaya meningkatkan, mempertahankan, memperbaiki kesehatan,
mencegah penyakit dan rehabilitasi dengan menggunakan strategi yaitu proses
kelompok, health promotion dan partnership. Tindakan pelaksanaan atau
implementasi yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah keperawatan
komunitas adalah hasil kerja sama dengan masyarakat.

4.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang digunakan untuk
menilai keberhasilan dari pemecahan masalah keperawatan komunitas yang ada.
Dari evaluasi yang dilaksanakan dapat diketahui masalah keperawatan
komunitas dapat terpecahkan seluruh, sebagian, atau tidak terpecahkan tetapi
menimbulkan masalah baru. Kegiatan evaluasi yang dilakukan adalah mengukur
keberhasilan mengumpulkan data dan menganalisa. Kegiatan ini dilakukan
bersama dengan masyarakat.
Evaluasi hasil kegiatan telah dilakukan untuk menilai efektifitas kegiatan
sesaat setelah kegiatan dilakukan dan evaluasi yang dilakukan pada akhir
program untuk menilai aktifitas jangka panjang yang akan dilakukan sebagai
rencana tindak lanjut. Evaluasi secara umum dilakukan setelah mahasiswa selesai
melaksanakan kegiatan yang direncanakan.

37
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Malaria merupakan suatu penyakit yang bersifat akut maupun kronik,
yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, yang ditandai
dengan demam, anemia dan pembesaran limpa.
2. Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu P.
falciparum, P. ovale, P. vivax, dan P. malariae.
3. Klasifikasi malaria ada 4 yaitu P. falciparum, P. ovale, P. vivax, dan P.
malariae.
4. Patofisologi malaria ada 2 yaitu fase seksual (dalam tubuh nyamuk
anopheles betina) dan fase aseksual (dalam tubuh manusia).
5. Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit,
inang dan lingkungan.
6. Manifestasin klinik dari penyakit malaria ditandai dengan gejala
prodromal, trias malaria (menggigil-panas-berkeringat), anemia dan
splenomegali.
7. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan mikroskopik (darah dan
Pulasan Intradermal (Intradermal Smears) dan Tes Diagnostik Cepat
(Rapid Diagnostic Test).
8. Penatalaksanaan untuk malaria falsiparum, lini pertama: artesunat +
amodiakuin + primakuin, lini kedua: kina + dosksisiklin/tetrasiklin +
primakuin. Pengobatan malaria vivax dan ovale, lini pertama: klorokuin
+ primakuin, jika resistensi klorokuin: kina + primakuin, jika relaps:
naikkan dosis primakuin. Pengobatan malaria malariae diberikan
klorokuin. Untuk profilaksis dapat digunakan dosksisiklin dan klorokuin.
9. Pencegahan ditujukan untuk orang yang tinggal di daerah endemis
maupun yang ingin pergi ke daerah endemis : Pengendalian vektor,
Proteksi personal/Personal Protection, dan Vaksin Malaria.

38
10. Komplikasi pada penyakit malaria adalah malaria otak, anemia berat
dan edema paru.
11. Prognosis Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan
ketepatan diagnosis serta pengobatan. Pada malaria berat yang tidak
ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak 15%,
dewasa 20% dan pada kehamilan meningkat sampai 50%. Prognosis
malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik daripada
gangguan 2 atau lebih fungsi organ.

5.2 Saran
Perlunya dilakukan program pemberantasan malaria melalui kegiatan:
1. Menghindari atau mengurangi kontak atau gigitan nyamuk anopheles.
a) Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunkan berbagai
insektisida.
b) Membunuh jentik baik secara kimiawi (larvasida) maupun biologik
(ikan, dan sebagainya).
c) Mengurangi tempat perindukan.
d) Mengobati penderita malaria.
e) Pemberian pengobatan pencegahan.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien kepada pasien yang meliputi
diagnosis secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
3. Menganjurkan kepada masyarakat yang akan bepergian ke daerah
endemis malaria agar mengkonsumsi kemoprofilaksis malaria.

39
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1991. Malaria : Epidemiologi I.


Direktorat Jenderal PPM & PLP.
Departemen Kesehatan RI. 2001. Malaria. Diunduh dari:
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/516-
penyakitmalaria-dan-tbc-menyebabkan-170000-kematian-setiap-tahun-
diindonesia.html. Pada tanggal 5 Juni 2013.
Departemen Kesehatan RI. 2006.Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di
Indonesia. Jakarta. Hal: 1-12, 15-23, 67-68.
Gunawan, S. 2000. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis Dan Penanganan. Jakarta:
EGC. Hal: 1-15.
Harijanto, PN, Langi J, Richie TL. 2000. Patogenesis Malaria Berat. Dalam:
Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi
Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC. Hal: 118-26.
Hadisaputro, S, Ardana K, Djamil A. 1991. Pola klinik dan pengelolaan malaria
berat di RSU RA Kartini, Jepara, Jawa Tengah. Kumpulan Makalah
Simposium Malaria. Jakarta: FKUI.
Harijanto, PN. 2006. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 1754-60.
Husada, Srisasi Ganda. 2006. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta:
FKUI. Hal: 171-209.
Kartono, M. 2003. Nyamuk Anopheles: Vektor Penyakit Malaria. Jakarta:
MEDIKA No.XX, tahun XXIX. Hal: 615.
Nugroho, A & Tumewu WM. 2000. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam:
Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi
Klinis Dan Penanganan. Jakarta: EGC. Hal: 38-52.
KEPMENKES. 2007. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria. Keputusan
Menteri Kesehatan. No:041/MENKES/SK/I/2007.

40
Pribadi, W. 2000. Parasit Malaria. Dalam: gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W
(editor). Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UI. Hal: 171-97.
Purwaningsih S. 2000. Diagnosis Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC. Hal: 185-92.
Rampengan, TH. 2000. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan.
Jakarta: EGC. Hal: 249-60.
Soedarmo, S, dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis, Edisi ke-2. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Tjitra E. 2000. Obat Anti Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC. Hal: 194-204.
Udomsangpetch R, Wahlin B, Carlson J dkk. 1989. Plasmodium falciparum
infected erythrocytes from spontaneous erythrocyte rosettes. J Experiment
Med. 169: 1835-1840.
Zulkarnaen, I. 2000. Malaria Berat (Malaria Pernisiosa). Dalam: Noer S et al
(editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. Hal: 504-7.

41

Anda mungkin juga menyukai