Anda di halaman 1dari 14

https://doi.org/10.18196/hi.

5293
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Pengembangan Kluster Industri Militer


India dari Sudut Pandang
Developmental State Theory
Ismiyatun
Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Wahid Hasyim Semarang
Sampangan, Jawa Tengah 50232, Indonesia
ismyunwahas@gmail.com
Diserahkan: 24 Agustus 2016, Diterima: 28 Desember 2016

Abstract
This research was held to investigate India government policy in military industry development by using the instrument of high technology cluster
for anticipating revolution on the military affairs. The novelty was lied on its description about Developmental State Theory (DST), especially state
domain and strategy toward market. India had half intervention characteristic. State owned enterprises was defended beside took collaboration
with the market. The strategy prefers the empowerment of competence qualification for the domestic firm, hold the political agencies networking
and diplomacy in order to support the regulation. High technology cluster could reinforce state domain and strategy because of its technology
venture which gave power to attain economic diplomacy.
Keywords: Developmental State Theory, State Domain, Military Industry Cluster

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menginvestigasi kebijakan pemerintah India dalam pengembangan industri militer melalui suatu kluster industri berteknologi
informasi, guna mengantisipasi fenomena revolusi dalam militer. Kebaruan penelitian ini terletak pada deskripsinya tentang teori negara developmentalis,
khususnya mengenai domain negara dan strategi yang dijalankan terhadap pasar. India memiliki karakteristik setengah intervensi, perusahaan negara
tetap dipertahankan disamping tingginya intensitas kolaborasi pasar. Spesifikasi strateginya lebih mengutamakan unsur penguatan melalui standar
kompetensi bagi firma domestik, penciptaan jaringan yang mendukung peningkatan agen politik dan diplomasi sebagai pendukung regulasi. Kluster
berteknologi tinggi dari sudut teori ini mampu menjadi penguat kelayakan atas tipologi domain negara serta strategi yang dihasilkannya
Kata kunci: Teori Negara Developmentalis, Domain Negara, Kluster Industri Militer

PENDAHULUAN
Industri militer India, pasca Perang Dingin, sering minimalisasi andil modal asing, sesuai dengan
dijadikan objek penelitian. Dari sudut pandang ungkapannya di bawah ini:
keamanan Hoyt (2007) memandang India memiliki “However, India failed to create a defense industry capable
tingkat kepedulian cukup tinggi untuk of supplying advanced weapon systems that would be
mengembangkan sub sektor ini. Targetnya adalah competitive with westen equipment. The technology gap
pemenuhan kebutuhan militer domestik sampai hasn’t closed”.
dengan tercapainya kenaikan tingkat kemandirian
bangsa dalam hal persenjataan modern. Di sisi lainnya Artikel ini menelaah kembali hasil dari dua pakar
Baskaran (2005) secara khusus meneliti sistem imbal tersebut, namun menggunakan sudut pandang
dagang persenjataan mereka. Dari perhitungan ekonomi politik dengan kerangka konseptual develop-
ekonomis, disimpulkan bahwa industri militer India mental state theory (DST). Aliran developmentalist, mulai
dipandang gagal mencapai tingkat kemandirian melalui bangkit kembali di akhir tahun 1980an sebagai
148 JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL
VOL. 5 EDISI 2 / OKTOBER 2016-MARET 2017

reinkarnasi dominasi pemerintah dalam pembangunan produksi dan inovasi bisa berjalan seimbang.
guna menjawab tantangan kaum neoliberalist dan Mempelajari industri militer dari sudut pandang ini,
globalisasi. Menurut (Weiss, 1998) globalisasi dan berarti menelaah kemampuan dari pemerintah sebagai
peran negara, tidak berkorelasi sebab akibat maupun eksekutif di dalam menghadapi jaringan pertahanan
hubungan yang bersifat zero sum game. Sebaliknya, internasional, menyelaraskannya dengan kebijakan
kedua konsep seimbang, dan tidak saling mengunci, perdagangan lainnya khususnya di dalam pasar modal
justru menjadi pemicu antara satu dengan lainnya. maupun investasi asing.
Negara memiliki kekuasaan, juga kedaulatan, DST sebagai suatu teori tentang tatanan yang
seharusnya mampu mengantisipasi dominasi MNC, dikembangkan negara berkembang sebagai antisipasi
keterbukaan ekonomi melalui regulasi domestik dan terhadap tuntutan penetrasi modal asing dalam
kerja sama internasional (Weiss, 2000). pembangunan nasional bisa diekplorasikan guna
Berbagai teori yang terangkum dalam DST menjelaskan fenomena pengembangan kluster industri
merupakan antisipasi yang dilakukan oleh negara militer di negara berkembang. India sebagai suatu
berkembang untuk mengantisipasi globalisasi, model menurut Mukherji (2016), bukan bersifat
tuntutan industrialisasi dan pembangunan nasional. klasik. Tatanan serta regulasinya memberikan
Konseptualisasi, teorisasi di dalamnya berkembang penguatan dalam kepemilikan saham perusahaan
lebih lambat apabila dibandingkan aspek praktis. negara namun dalam jangka panjang tidak menutup
Negara berkembang telah menjalankannya secara peluang diinvestasi atas entitas negara ini. Selain itu
langsung melalui kebijakan, meskipun para pembuat potensi swasta domestik sebagai agen pembangunan
kebijakan tidak mempelajari secara langsung DST. difasilitasi secara seimbang sejalan dengan usaha
Jepang bahkan telah menjalankan kebijakannya melalui peningkatan peran modal asing/katalisator.
konsep flying geese sebelum Johnson maupun Robert Dalam kasus India, sub sektor ini menjadi penguat
Wage menggunakannya sebagai negara model. dalih keberadaan DST sebagai tatanan utama
Industri militer, ditinjau dari perspektif teori ini perekonomian India secara global, sekaligus
tergolong sebagai salah satu sektor industri penyangga, menunjukkan data dinamika kebijakan persenjataan
tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan India. Kebijakan India dalam mengembangkan
persenjataan nasional, juga harus mampu berfungsi industri militer melalui kluster teknologi di Bangalore
secara ekonomis. Konsekuensinya sektor ini dalam dan sekitarnya, ditinjau dari corak, tatanan maupun
jangka pendek belum mampu berkontribusi dalam regulasi dalam koridor domain negara sebagai
peningkatan penghasilan maupun pertumbuhan antisipasi internalisasi modal asing dalam
ekonomi. Kemanfaatan atas pemberdayaannya lebih pembangunan domestik akan diuraikan lebih lanjut
diutamakan guna peningkatan ketahanan nasional, dalam artikel ini.
melalui kelengkapan angkatan bersenjata nasional Kebaruan artikel ini terletak pada deskripsi tentang
dengan persenjataan modern bukan dalam kerangka industri militer, kluster teknologi dan developmental
penciptaan lapangan kerja. state theory (DST). Agar mampu menciptakan
Dalam wacana teori ini, industri militer dapat profitabilitas, maka industri militer harus
dijadikan sebagai wahana bagi negara berkembang dikembangkan dalam suatu kluster berteknologi tinggi
untuk memperoleh kekuasaan struktural dalam bidang dan memperhatikan berbagai ketentuan yang tercakup
teknologi, sehingga pengembangannya melalui suatu dalam teori tersebut mengenai domain negara.
kluster teknologi, mutlak dilakukan guna Implementasi domain negara di India terbukti mampu
kelangsungannya. Makna kekuasaan struktural disini mempertahankan keberadaan DPSU sebagai salah satu
adalah terciptanya peluang dan pangsa pasar bagi instrumen pengendali negara dalam industri militer.
industri militer domestiknya sehingga kelangsungan Melalui DST, kluster teknologi mampu digunakan
149

sebagai wahana pembangunan guna menjawab dalam dua kelompok yakni:


permasalahan sektoral khususnya atas pertahanan dan a) Structuralist developmental State, lebih bertumpu
teknologi informasi, karena ventura teknologi yang kepada peran negara dalam kebijakan industrialisasi,
diproduksinya memberikan kekuasaan guna dua opsinya adalah EOI (Export Oriented Industry)
menjalankan diplomasi ekonomi. Beberapa penelitian atau ISI (Import Substitution Industry). India, Afrika
terdahulu telah mengeksplorasinya tetapi dengan cara Selatan, Korea Selatan serta beberapa negara Asia
yang terpisah-pisah, sementara secara umum lembah Tenggara seperti Singapura adalah contoh negara
silikon identik dengan kapitalisme dan neo yang mengaplikasikan berbagai konsep dari tipe ini
liberalisme, tetapi melalui diplomasi ekonomi, DST ke dalam kebijakannya.
mampu memberdayakan kebijakan di balik b) Capitalist developmental State, membahas peran dan
pengembangan industri militer mereka. urgensi dominasi negara atas pasar sehingga
Antara DST, techno park, dan negara berkembang menciptakan suatu akumulasi modal dalam negara
memiliki benang merah terkait dengan karakteristik sebagai suatu lembaga yang memiliki kekuasaan
teori tersebut. Secara umum, terdapat tiga elemen sekaligus kedaulatan. Akumulasi modal oleh negara
krusial, state, strategy dan market. State menghasilkan ini menimbulkan suatu regim baru dari kelompok
konsep state domain, market – dalam hal ini diwakili NIC (Newly Industrial Country). Contoh negara yang
oleh jaringan/networking, transaksi, investor, dan tergolong kelompok ini adalah Jepang, Tiongkok,
MNC/Perusahaan Multinasional, sedangkan strategi dan Taiwan.
direpresentasikan oleh regulasi, penguatan Kelompok pertama mengupas berbagai kebijakan
kelembagaan, penciptaan agen politik (political agencies) dan strategi negara, termasuk melakukan subsidi
dan diplomasi. terhadap infant industry (industri kecil menengah)
Konsep pertama menunjukkan letak perbedaan sehingga mampu meningkatkan ekspor barang/jasa
India dari dua model klasik dalam DST. Tiongkok sebagai langkah awal menuju negara industri.
berciri khas fully intervention dan Korea Selatan justru Hubungan jangka panjang yang stabil antara state dan
sebaliknya, mengambil sikap minimized intervention. industri merupakan kunci bagi penciptaan pola khusus
Negara ini memiliki corak half intervention, disamping pembangunan dan kemampuan negara dalam
menjalankan kolaborasi dengan pasar, tetap melaksanakan pembangunan industri.
memperluas strategi yang memberikan kesempatan Kelompok kedua, menurut Chalmers Johnson
seluas-luasnya bagi firma domestik, baik level entitas (Öniº, 1991) berciri khas pembentukan suatu interna-
global maupun UKM. Karakteristik ini juga tional governed market bagi industri domestiknya melalui
berdampak pada spesifikasi strategi Pemerintah India pola kelembagaan regional berdasarkan pertumbuhan
terhadap pasar. Kecenderungan sikap kolaboratif ekonomi, produktivitas, dan kompetisi dengan
terhadap pasar, sebagaimana dimiliki oleh Tiongkok dominasi kepemimpinan tunggal negara tersebut. Baik
dan Korea Selatan tetap dipertahankan, namun Jepang, Tiongkok bahkan Taiwan masing-masing saling
pemerintah negara tersebut lebih mengutamakan berkompetisi guna meraih kedudukan sebagai
unsur penguatan melalui standar kompetensi bagi pemimpin negara berkembang. Mereka menjadi model
firma domestik, penciptaan jaringan yang mendukung state-led development di Asia Timur, dengan karakteristik
peningkatan political agencies bagi kaum diaspora di yang berbeda-beda.
luar negeri dan diplomasi sebagai pendukung regulasi. Model Jepang, menurut Johnson (1995)
merupakan kelanjutan dari kerangka flying geese, yang
KERANGKA PEMIKIRAN sudah dikembangkan oleh Akamatsu pada tahun 1935
Perkembangan aliran developmental paska Perang ketika menjadi penasehat Kaisar Meiji. Tiga
Dunia II dijelaskan oleh Berberoglu (1992) terbagi ke landasannya yang berfungsi sebagai agen pembangunan
150 JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL
VOL. 5 EDISI 2 / OKTOBER 2016-MARET 2017

adalah birokrat maupun teknokrat dari unsur ment Corporation). Peneliti lainnya, Mah (2011)
pemerintah, keiretzu (jaringan antar MNC), dan memperkuat melalui dalih efektifitas birokrasi dan
diplomasi ekonomi untuk menciptakan suatu jaringan kaum teknokrat di negara ini, sehingga mampu
work station di berbagai negara Asia. Embedded autonomy memberikan corak dan menjaga kelangsungan agar
state hanya ditunjukkan melalui dominasi kaum mereka tetap konsisten dengan pola developmentalist.
birokrat/teknokrat secara kelembagaan melalui MITI Penulis mencatat rekam jejak kebijakan India dalam
(Ministry of International Trade and Industry) yang koridor teori ini melalui beragam hasil penelitian yang
menginisiasikan diplomasi ekonomi melalui ODA dilakukan para ahli ekonomi politik, antara lain
(Official Development Assistance) untuk merintis Bagchi (2003). Menurutnya posisi India adalah sebuah
terbentuknya jaringan dengan negara tetangga yang negara dengan demokrasi liberal namun status
terletak dalam jangkauan kekuasaan regionalnya. kebijakan ekonominya justru tidak bersifat neoliberal,
Meskipun Tiongkok/Taiwan dan Jepang karena dominasi peran pemerintah senantiasa melekat,
menunjukkan dua model yang berbeda, namun mengendalikan kontribusi swasta dan modal asing.
merujuk pada penelitian Robert Wade (1990) dan Istilah yang diberikannya adalah embedding a developmen-
Seung (2005) mereka berada dalam jalur capitalist tal, diversified democracy in developmental state.
developmental state. Keberadaan Korea Selatan dengan Kebijakan industri militer yang dijalankan oleh
tiga penyangga ekonomi domestiknya, negara, bank negara dunia ketiga dilatarbelakangi berbagai motif
dan chaebol, menimbulkan suatu dilema apakah politis, ekonomis maupun prestise. Ditinjau dari
tergolong ke dalam salah satu kategori ataukah terlepas developmental state theory, interaksi dari ketiga aktor
dari keduanya sehingga membentuk kategori tersendiri. menghasilkan posisi tawar menawar antara pemerintah
Konflik yang muncul adalah jika diklasifikasikan tipe sebagai aktor yang memiliki kekuasaan politik, legislatif
pertama, karena spesifikasi blanket ISI (Patibandla, selaku pemegang hak ratifikasi dengan MNC
2000) lebih mewarnai corak kebijakannya, namun pertahanan sebagai aktor swasta internasional
kontribusi dari Hyundai, LG dan Samsung sebagai pemegang kekuasaan ekonomi, dalam urusan
chaebol justru mendekati tipe yang berbeda. Chin pengelolaan aset publik.
(2006) bahkan mengungkapkan bahwa negara ini India dikelompokkan sebagai developmental demo-
sedang bertransformasi menuju model Jepang/ cratic state. Sebagai negara demokrasi yang sedang
Tiongkok. mengalami transisi di dalam kebijakannya yang
Sementara, Pirie (2008) justru dalam artikelnya bercorak developmentalist state, berbeda dengan
mengungkapkan peningkatan keterlibatan kaum Tiongkok atau Korea Selatan. Tiongkok merupakan
chaebol, khususnya di masa Lee Myung Bak cenderung developmentalist state murni dengan single majority
membawa mereka menuju neoliberalisme. Meskipun bertumpu pada Partai Komunis Cina, sedangkan
demikian, manajemen Pemerintah Korea Selatan Korea Selatan adalah democratic developmental states,
terhadap chaebol dalam pengembangan kluster industri karena mampu menyeimbangkan dua konsep yang
militer di Daejeon kembali memperkokoh bukti berbeda, antara demokrasi dan pembangunan. Hasil
bahwa mereka tetap berada dalam koridor teori ini. penelitian para ahli ekonomi politik seperti,
Dinamisasi langkah kebijakan Korea Selatan sampai Martinussen (2001), Sinha (2003),
Pemerintahan Park Geun Hye diargumentasikan mengargumentasikan kebijakan ekonomi politik India
penulis masih dalam ranah kerangka teori ini dengan berbeda dengan Tiongkok atau Korea Selatan.
mengambil pijakan Minns (2001), otonomi negara Martinussen (2001) mendeskripsikan salah satu ciri
terimplikasikan melalui kebijakan dan otoritas khas kebijakan India setelah tahun 1991 adalah
finansial, melalui bank sentral serta pengelolaan asset menempatkan pemerintah dalam posisi seimbang
dengan pemberdayaan KAMCO (Korea Asset Manage- antara modal asing dengan swasta domestik.
151

Implementasinya dijalankan melalui kebijakan fiskal industri militer sebagai salah satu sub sektor prioritas
dan non fiskal, termasuk di dalamnya regulasi status pembangunan dengan rujukan DST, menghasilkan
ratna bagi DPSU/Defense Public Sector Undertaking dan tuntunan penelahan lebih lanjut atas beragam
Raksha Udyog Ratna (RUR) menjadi ambang batas prasyarat yang melekat sehingga suatu negara disebut
investasi bagi firma domestik. Sementara Sinha (2003) berada dalam koridor teori ini:
kembali menegaskan, keberadaan model India ini a. Eksplorasi keberadaan domain negara (state domain).
terlihat dari harmonisasi hubungan antara pemerintah b. Deskripsi strategi terpilih, mencakup regulasi,
pusat dengan negara bagian. Segala regulasi terkait penguatan, penciptaan dukungan politik/political
dengan pemberdayaan sumber daya alam maupun agencies dan diplomasi.
manusia, menjadi kewenangan negara bagian. c. Identifikasi kelayakan kondisi pasar sehingga
Klausul ini kemudian memberikan peluang bagi memberikan peluang bekerjanya dua segmen DST
negara bagian guna mengembangkan beragam techno seperti tertuang pada poin a dan b.
park. Ketika terjadi inisiasi kebutuhan inkubasi Keberadaan techno park, dalam hal ini kluster
maupun katalisasi dalam suatu techno park sehingga industri militer, disebut sebagai variabel terpengaruh
mampu berkembang menjadi kluster industri militer, (dependent variable). Secara teoritik peneliti
maka pemerintah federal mengambil alih peran ini, mengindentifikasi korelasinya dengan strategi, domain
serta menjalankan langkah start up. negara serta kondisi pasar selaku variabel bebas (inde-
Kebijakan fiskal, sebagai salah satu unsur strategi pendent variable).
dalam model ini, menurut Nayar (2010), mutlak Techno park dan DST bersifat saling melengkapi satu
dijalani karena globalisasi dan liberalisasi merupakan dengan lainnya. Keduanya mutlak dibutuhkan negara
dua fenomena dalam satu kesatuan “ekonomi dan berkembang ketika meletakkan sub sektor ini sebagai
sosial”, dan negara sebagai penjaga dampak negatif dari salah satu prioritas pembangunan. Tanpa penerapan
keduanya dituntut menjalankan disiplin fiskal, di kerangka konseptual teori ini, khususnya sebagai
bawah kendali pemerintah federal/fiscal federalism. wahana political agent dalam konteks strategi, maka
Pengetatan disiplin fiskal ini harus dijalankan techno park yang dikembangkan serupa dengan wahana
menyeluruh atas segenap sektor pembangunan. sejenis di negara industri. Selain itu tatanannya
Kelangsungannya menuntut kepatuhan dari segenap berfungsi sebagai penjamin kelangsungan inovasi.
aktor pemangku kepentingan sektoral.
Kebijakan fiskal dan non fiskal menurut Low HASIL DAN PEMBAHASAN
(2004), merupakan bagian dari strategi pemerintah DOMAIN NEGARA DAN INTENSITAS AKTOR INDUSTRI
dalam DST, khususnya kategori penciptaan suatu MILITER INDIA
lingkungan bisnis yang kondusif. Dua kebijakan Istilah state domain dalam DST telah digunakan
tersebut menjadi bagian di dalamnya selain oleh beberapa peneliti teori ini, Öniº (1991)
memelihara tatanan politik, menciptakan dan memakainya untuk memaknai langkah intervensi,
memelihara tatanan hukum antara properti swasta dan keterlibatan pemerintah. Sementara Bolesta (2007)
hubungannya dengan pasar, penyediaan infrastruktur, memilih menggunakan istilah intervensi negara, baik
serta meminimaliasi terjadinya kekurangan sumber fully, minimized maupun half intervention. Doner (2005)
daya alam dan manusia. Elemen yang terakhir ini mulai menggunakan istilah ini dengan argumen negara
menjadi bagian yang cukup krusial dalam tidak hanya menjalankan intervensi saja melainkan
implementasi DST di berbagai negara berkembang juga pelembagaan dalam strategi terhadap pasar.
baik Tiongkok, Korea Selatan maupun India, Kajian industri militer dari sudut DST lebih
khususnya dalam pengembangan industri militer. ditujukan guna eksplorasi teori tersebut ke dalam
Dari ketiga pendapat ahli tentang India meneliti beragam sektor ekonomi maupun sub sektor ekonomi
152 JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL
VOL. 5 EDISI 2 / OKTOBER 2016-MARET 2017

maupun sub sektor industri dengan memperhatikan multinasional. Dalam industri militer, DRDO/Defence
berbagai ketentuan yang telah disepakati sebagai Research and Development Organization sebagai lembaga
koridornya. Merujuk kerangka teori di atas, ambang riset pemerintah yang didirikan pada tahun 1958
batas keberadaan domain negara adalah, mengkoordinir jaringan pusat penelitian dan
a. Embedded autonomy of state, tercermin melalui laboratorium militer. Karena perkembangannya cukup
dominasi perusahaan negara (State owned Enterprises/ pesat maka beberapa tahun kemudian, 1962 didirikan
SoE), kebijakan fiskal, non fiskal dan diplomasi Department of Defense Production sebagai lembaga
ekonomi atau militer, dan perencanaan produksi yang membawahi delapan DPSU dan 41
pembangunan. Ordnance Factories/OF (Gupta, 2012).
b. Keberadaan birokrat, teknokrat sebagai think tank. Keterlibatan industri militer domestik di India
Kelompok ini mempelopori perencanaan memiliki fungsi ganda bagi pemerintah maupun MNC
pembangunan sebagai suatu strategi atas pasar. pertahanan. Bagi pemerintah, partisipasi aktif firma
c. Terdapat konsensus di antara elit politik, meskipun domestik sebagai sub kontraktor dari SoE militer
kondisi politik domestik negara tersebut bersifat selain memberikan peluang efisiensi anggaran belanja
multi partai. militer, juga menjadi wahana transfer teknologi.
Meskipun memiliki latar belakang multi partai, Sementara bagi MNC pertahanan, pemberian
namun pertumbuhan konglomerasi di India kewenangan bagi firma domestik India untuk menjalin
cenderung secara langsung mendukung partai yang kerjasama dengan mereka, menjadi jalan untuk
berkuasa, intensitas lobinya di parlemen juga terbatas. merintis privatisasi industri militer di negara
Domain negara lebih ditentukan oleh bargaining position berkembang melalui kerja sama ventura antara swasta
dalam tubuh legislatif, bukan hasil lobby kaum baik domestik maupun internasional.
pengusaha. Wujud nyata domain negara type India
adalah peranannya sebagai manajer sekaligus STATUS RATNA DAN RUR SEBAGAI INSTRUMEN DST
penyeimbang antara swasta domestik dengan modal Pilihan posisi peran pemerintah sebagai manajer,
asing – dalam hal ini kontraktor pertahanan. fasilitator dan pemersatu bagi seluruh kelompok
Bentuk domain ini kemudian menentukan karakter kepentingan, juga berdampak dalam struktur
birokrat/teknokrat maupun RUR/swasta domestik kepemilikan saham SoE bidang militer, keterlibatan
yang bersifat netral dan otonom dari politik praktis lembaga departemen maupun otonom sebagai unsur
khususnya aktivitas partai politik. DPSU sebagai penunjang. Regulasi fundamental atas DPSU dan OF
perusahaan militer milik negara dan lembaga riset dijalankan melalui konsep hibah status ratna
sebagai inkubator juga mengikuti sifat ini. Di sisi sedangkan bagi firma domestik diberlakukan RUR.
lainnya konglomerasi yang dihasilkan jauh berbeda Pemberian status ratna bagi DPSU merupakan hak
dengan Tiongkok atau Korea Selatan. Di Negara otonomi, terkait dengan kedudukannya sebagai badan
pertama, mereka adalah bagian dari partai penguasa, usaha milik negara. Tujuannya adalah memberikan
sementara di negara kedua, mereka secara aktif terlibat kewenangan khususnya dalam kebijakan investasi,
dalam persaingan antar partai, bahkan pada suatu masa penjualan emisi saham baru melalui pasar bebas.
mampu menjadi penentu kebijakan partai penguasa. Peringkat maharatna memberikan keleluasaan investasi.
Karena sejak kemerdekaan, landasan kebijakan Kerja sama produksi, ventura serta penjualan saham
ekonomi India bersifat lebih menekankan dalam jumlah yang lebih besar, nominalnya sampai
pembangunan industri domestik, maka terbentuklah 5000 crore sementara kewenangan navratna hanya
jenis dan fungsi domain yang bersifat half intervention, terbatas sampai 1000 crore. Mini ratna memiliki
sehingga terjadi keseimbangan peran antara batasan lebih rendah lagi, 300–500 crore atau separuh
pemerintah, swasta domestik dan perusahaan dari laba bersih (The Times of India, 25 Desember
153

2009). berjalur produksi barang/jasa militer. RUR sebagai


Di antara kesembilan perusahaan, sampai tahun representasi swasta global memiliki karakteristik serta
2016, baru HAL (Hindustan Aeronautics Ltd.) dan BEL peran krusial yang sebanding dengan chaebol di Korea
(Bharat Electronics Ltd.) yang telah berstatus navratna, Selatan. Sebagai bagian dari birokrat, Kelkar Committee
sedangkan keenam perusahaan lainnya masih berstatus telah membuka jalan ke arah desinvestasi, namun
mini ratna kategori 1. Satu-satunya DPSU yang belum permasalahan utama terletak pada fungsi khusus
mampu meraih status ratna adalah HSL (Hindustan DPSU/OF dalam anggaran defisit adalah sebagai
Shipyard Ltd). Perusahaan ini terbebani produksi kapal wahana pemenuhan kebutuhan Angkatan Bersenjata
selam bertenaga nuklir serta kualifikasi sistem India, agar tingkat ketergantungan terhadap
penjaminan mutu, ISO 9001 sebagai suatu perusahaan persenjataan impor maupun investasi asing bisa
perkapalan modern sehingga menderita defisit sejak berkurang. Beban ini berdampak pada pajak tidak
tahun 2013 sampai 2016 (The Times of India, 24 langsung atas produksinya. Penetapan kuantitas atas
Desember 2009). pajak tidak langsung yang cukup tinggi bagi DPSU
Tiga belas perusahaan multinasional India justru akan membebani pemerintah sendiri sebagai
berkategori RUR terlahir dari rekomendasi Kelkar pembeli utama. Para pembuat kebijakan lainnya
Committee dengan tujuan peningkatan kompetensi berkehendak mempertahankan perimbangan andil dari
swasta sebagai rekanan DPSU maupun jaringan pemangku industri militer (Behera, 2013).
pertahanan internasional. Vijay Kelkar dalam Sebagai jalan tengah, kriteria hibah status ratna
rekomendasinya mengungkapkan tingginya persaingan merupakan rujukan penjaminan mutu secara
dalam inovasi persenjataan semakin memperberat menyeluruh mulai dari peluang kenaikan harga saham,
DPSU dalam usaha peningkatan statusnya menuju sampai dengan prediksi disinvestasi dan potensi pasar
maharatna. Pemberian kewenangan yang lebih besar produksi barang maupun jasa perusahaan. Nominal
kepada beberapa entitas global milik bangsa India ambang batas yang telah ditetapkan terhadap PSU
menjadi salah satu alternatif antisipasi (Sharma, The maupun firma domestik telah dipertimbangkan para
Hindu, 08 Agustus 2008). pembuat kebijakan sehingga isu disinvestasi bukan
Proses penetapan statusnya memerlukan waktu menjadi sebuah fenomena yang terlarang namun justru
sampai empat tahun, karena Kementrian Pertahanan diantisipasi dengan tuntutan kualitas serta
India (MOD) membutuhkan konsultasi serta kompetensinya guna bersaing dalam pasar global
pertimbangan yang cukup mendalam dengan CII (Kelkar, Inclusion, Januari – Maret 2010).
(Confederation of Indian Industry) dan Federation of Indian Kriteria setiap ratna bagi setiap DPSU menjadi
Chambers of Commerce and Industry (FICCI). Tahun pembatasan secara kuantitatif terhadap kompetensi
2007 terbentuk komite seleksi tingkat tinggi (Sengupta mereka melalui instrumen fiskal di atas. Komitmen
Committee) atas RUR. Komite ini menetapkan batasan pemerintah dalam mengkontrol kualitas produksi
kualifikasi RUR sepadan dengan status navratna. Nilai barang maupun jasa yang dihasilkan secara langsung
kontrak minimum bagi mereka sebagai rekanan DPSU tercermin dari konsistensinya untuk mengikuti setiap
maupun kontraktor pertahanan adalah Rs 1000 crore tahapan perkembangan mereka serta berusaha
bagi jalur kendaraan baja dan Rs 5000 crore untuk mengendalikannya melalui instrumen fiskal tersebut.
pesawat dan kelautan (Behera, 2008). Sebagai pemegang saham utama, pemerintah bisa
Hibah status ratna dan RUR berdampak pada melakukan percepatan menuju status navratna dengan
kecenderungan interaksi kelompok kepentingan prediksi emisi saham dalam pasar modal harus mampu
(domestik) dengan jaringan kontraktor pertahanan dan menaikkan ketiga segmen utama (Koner, 2014).
karakteristik bisnis militer. Tidak semua entitas swasta Kompetensi RUR menempatkan mereka sebagai
global India berkonsentrasi serta memiliki divisi peringkat pertama ketika pelelangan beragam proyek
154 JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL
VOL. 5 EDISI 2 / OKTOBER 2016-MARET 2017

pemerintah maupun kerja sama dengan modal asing, Shipyard Ltd., Mazagon Dock Ltd., Garden Reach Ship-
sesuai dengan ketentuan DPP. Beberapa perusahaan builders & Engineers Ltd. dan Hindustan Shipyard Ltd.
multinasional milik Bangsa India yang belum mampu sebagai perusahan militer negara bidang perkapalan
mencapai status tersebut tetap didorong serta (Chhibber, 2013).
diberikan kesempatan menjalankan bisnis jasa militer Peran sebagai rekanan pemerintah dalam industi
melalui sistem BPO – outsourcing. Masa ROI (tingkat militer juga dikembangkan Godrej. Melalui Precision
pengembalian investasi) bagi industri militer cukup Division Ltd. Divisi militer ini memiliki dua anak
lama, apabila jumlah aktiva lancar yang dimiliki belum perusahaan dalam bisnis militer, Godrej and Boyce
cukup besar sesuai dengan kuantitas RUR, maka Ltd. dan Godrej Aerospace Ltd.. Yang pertama
perusahaan tersebut akan memiliki masalah finansial di berkonsentrasi guna inisiasi kerja sama ventura atau
awal pengerjaan suatu tender persenjataan (Behera, produksi, khususnya dengan kontraktor pertahanan
2008). atau PMSC. Salah satu hasilnya adalah Efacec
Ketentuan RUR secara fiskal merupakan standar Engenharia dari Portugis untuk pembuatan robot dan
penjaminan mutu bagi perusahaan yang berinisiasi pesawat nir awak. Sedangkan yang terakhir lebih
memperbesar atau merintis jalur produksi militer. ditujukan sebagai fasilitasi sub kontraktor, baik
Prediksi Vijay Kelkar atas sistem Public Private domestik maupun asing (firstpost.com, 14 Agustus
Patnership ini (jagranjosh.com, 29 Desember 2015) 2014).
dalam jangka panjang akan mampu meringankan Kirloskar Ltd. merupakan perusahaan alat berat
beban pembelanjaan militer negara, sekaligus ternama India dengan keunggulan dalam pompa dan
memperkuat posisi mereka sebagai salah satu tiang generator. Perusahaan ini menjadi pintu masuk
penyangga industri militer nasional. Kebijakan ini juga Toyota, dalam usaha perluasan jaringan investasi
memberikan ciri khas bagi India, khususnya penguatan otomotifnya di India. Pasca 2008, Divisi “Kirloskar
swasta domestik yang sebanding dengan usaha Brother Ltd.” (KBL) ditugaskan menginisiasikan bisnis
peningkatan kapasitas perusahaan negara guna militer, khususnya sebagai penyedia peralatan serta
menciptakan situasi kondusif bagi kontraktor suku cadang pesawat, landasan peluncuran roket atau
pertahanan maupun modal asing sebagai katalisator rudal balistik. Dukungan Toyota memberikan dampak
sub sektor industri ini (Singh, 2010). Tata Group, global bagi perusahaan ini. Sampai tahun 2014,
misalnya telah memiliki jangkauan bisnis militer mulai perusahaan ini telah menjadi sub kontraktor
dari pesawat, peluru kendali, arm drone sampai dengan pembuatan dry dock, port trust dan infrastruktur
kelistrikan dan jasa konsultansi militer. Begitu pula perkapalan lainnya bagi Angkatan Laut India. Melalui
dengan Mahindra & Mahindra Ltd., entitas global ini konsep “Fluid Management System”, KBL berhasil
bahkan mampu memperluas jalur produksi militernya, menjadi penyalur beragam jenis pompa modern
tidak hanya dalam senjata altileri, namun sampai pada seperti concrete volute, BHM T130 bagi kepentingan
pemprosesan baja dan jasa militer, khususnya bagi proyek pembangkit energi nuklir atau kelistrikan baik
penerbangan (Behera, 2013). domestik maupun PMSC. Kapasitasnya sebagai RUR
Sebagian saham Larsen & Toubro dipegang mampu mengimbangi Tata Power Ltd.. Bisnis
pemerintah sehingga secara langsung perusahaan ini internasionalnya per tahun 2013 telah mampu
berkonsentrasi sebagai sub kontraktor DRDO, ISRO menyumbangkan 30% dari penghasilan perusahaan
serta DPSU bidang Kelautan dalam mengembangkan (Atarodi, 2010).
persenjataan modern seperti rudal balistik, landasan Hinduja Group sebagai Holding Company dari
peluncuran roket, dan kapal selam bertenaga nuklir. Ashok Leyland, memiliki strategi pengembangan
Meskipun secara kuantitas kontribusinya terbatas, tersendiri. Sebagai entitas global yang telah mencapai
namun mampu mengurangi tingkat kerugian Goa peringkat RUR, divisi ekspor perusahaan kemudian
155

bergabung dengan dua entitas global terkemuka dalam pendidikan asing di satu sisi, sementara di sisi lainnya
konsultasi dan manajemen, Capgemini Ltd. (Perancis) mengkontrol pengembangan divisi berjalur jasa
dan Frost & Sullivan Ltd. (AS). Melalui keduanya militernya secara langsung tetap di bawah kendali
maka perusahaan bisa memasarkan berbagai produksi perusahaan. Sementara Wipro Technology justru
persenjataan dan jasa konsultasinya ke berbagai sangat menekankan kerja sama ventura/produksi
belahan dunia, khususnya Asia Pasifik dan Afrika. dengan kontraktor pertahanan utama seperti Boeing,
Perusahaan lainnya dalam kelompok konsorsium ini, Lockheed Martin, Northrop and Grumman, Airbus,
yakni Hinduja Technology Ltd. melengkapi fasilitas dan BAE. Sedangkan HCL Technologies lebih
penawaran produksi maupun jasa Ashok Leyland Defense meningkatkan fungsinya sebagai konsultan
System sehingga prediksi satu dasawarsa ke depan, penerbangan (Chhibber, 2013).
perusahaan tidak hanya terkonsentrasi pada sistem
persenjataan bagi angkatan darat maupun para militer PENGEMBANGAN KLUSTER INDUSTRI MILITER MELALUI
saja, melainkan juga penerbangan dan C4ISR TECHNO PARK
(capgemini.com, 13 Nov 2014). Neumann (1994) mengemukakan bahwa kluster
Kalyani Group bahkan berkembang cukup pesat industri berteknologi tinggi di bidang informasi akan
setelah Bharat Forge menerima status RUR mampu memberikan peluang negara Dunia Ketiga
(showdailys.com, 7 Feb 2014). Perkembangan empat untuk mengkomersialisasikan industri militernya
belas anak perusahaannya mampu mendukung karena tingkat pembelanjaan dalam litbang militer
kompetensinya sebagai entitas global bidang dalam kondisi tertentu justru akan menguntungkan
infrastruktur dan forging. Keragaman divisinya cukup sistem ekonomi domestik jika bisnis militer ini
lengkap mulai dari jasa konsultan, penyalur bahan dilakukan dengan cara maupun kaidah industri sipil
mentah baja sampai penyedia beragam suku cadang termasuk teknik dan materialnya. Penelitiannya
yang sangat dibutuhkan berbagai sub sektor industri. membantah hasil penelitian Degler (1983) atas
Bharat Forge sebagai ujung tombak, memiliki beberapa LDC (Least Developed Country) termasuk
manajemen tersendiri, di bawah kendali BF Invest- India, bahwa secara kuantitatif, sedikit sekali dampak
ment Ltd.. Di samping itu Hikal Ltd. menjamin positif pengeluaran militer terhadap pembangunan,
kelangsungan inovasi beragam produksinya melalui bahkan lebih besar negatifnya karena banyak
beragam riset. Sejak tahun 2014 telah dilakukan kerja mengurangi tabungan nasional.
sama ventura dengan Elbit Systems sebagai perusahaan Lebih lanjut lagi dikemukakan Neumann (1995)
senapan terkemuka milik pemerintah Israel makna komersialisasi industri militer adalah
(kalyanigroup.com, 19 September 2015). kemampuan suatu LDC untuk menangkap peluang,
Tiga perusahaan multinasional India berkualifikasi sesuai dengan kemampuan serta keunggulan regional
RUR yang tersisa adalah Infosys Technologies Ltd., yang dimilikinya sehingga tetap mampu menjual
Wipro Technologies Ltd. dan HCL Technologies Ltd.. produk industri militernya, meskipun dalam wujud
Ketiganya bergerak dalam bidang computer dan IT. jasa. Military support – training, dukungan logistik,
Meskipun kontribusinya dalam industri militer informasi intelijen, sebagai salah satu bentuk jasa
bertema sejenis yakni jasa konsultasi IT bagi militer non-combatant yang sarat dengan teknologi
kepentingan militer/pertahanan, C4ISR (Command, tinggi, telah mampu menunjukkan kontribusinya
Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveil- dalam industri militer. Negara penggunanya bisa negara
lance and Recognaissance) dan Penerbangan maupun Barat maupun berkembang di sekitarnya yang sedang
masing-masing memiliki spesifikasi berbeda antara satu terlibat konflik. India, sudah lama merintis trainer
dengan lainnya. Infosys lebih menekankan pada dua sebagai bentuk output industri militernya sehingga
konsentrasi: kerja sama riset dengan institusi meskipun ekspor persenjataan mereka relatif kecil,
156 JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL
VOL. 5 EDISI 2 / OKTOBER 2016-MARET 2017

namun kerjasamanya dengan Argentina, Brazil, mampu finansial internasional bagi industrinya. Leslie (1996)
mencatat 80% produksi sistem persenjataan di negara bahkan mengungkapkan jika beberapa negara
Dunia Ketiga. berkembang di Asia menggunakan kluster teknologi ini
Adam Segal (2004) pun sependapat, AS tidak untuk mencapai keunggulan regional. Hanya coraknya
mungkin menghambat laju perkembangan industri berbeda, di sana dominasi pemerintah terlihat
militer di negara kawan maupun rivalnya – baik di menonjol. Leslie menyebutkan dua contoh negara
Barat maupun LDC. Tuntutan inovasi yang dengan konsep pengembangan lembah silikon yang
berkesinambungan semakin menyulitkan negara Adi berbeda. AS di satu sisi mengembangkan dengan
Kuasa tersebut untuk mempertahankan posisinya di liberalisasi dan privatisasi, sedangkan Korea Selatan
tempat teratas apabila tidak melakukan perubahan mengintegrasikannya dengan kebijakan pemerintah,
kebijakan di bidang militer sejak dini. Kendala utama khususnya di bidang pendidikan, riset dan strategi
yang dihadapi oleh negara Adi Kuasa tersebut adalah pembangunan.
peningkatan kompleksitas dalam keamanan regional Breznitz (2007) meneliti pengembangan kluster
tidak memungkinkan lagi sistem monopoli, justru teknologi di Israel, Taiwan, dan Irlandia. Hasil
dengan kerjasama internasional akan mampu penelitiannya menegaskan urgensi peran pemerintah
menciptakan suatu pasar modal yang menguntungkan dengan alasan untuk menanggulangi kegagalan pasar,
kedua belah pihak. karena di satu sisi tuntutan pembiayaan yang cukup
Sejalan dengan konsep yang dikemukakan kedua tinggi sementara dari segi permintaan tidak mampu
ilmuwan di atas, Bitzinger (2009) berpendapat bahwa memberikan daya beli yang sebanding. Modal ventura,
negara Dunia Ketiga tetap mampu berkontribusi menjadi tidak optimal dalam pengalokasian sumber
dalam industri militer global di Abad 21 ini asal daya. Selain itu, menurutnya, kebijakan pemerintah
berkonsentrasi pada keberadaan RMA yang berbasis merupakan langkah yang cukup krusial karena proses
teknologi informasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa inovasi itu sendiri bersifat kerja kolektif antara
dampak dari RMA terhadap pengembangan industri pemerintah dan swasta. Sehingga, pemerintah harus
militer adalah keberadaan suatu link antara orang, secara aktif memfasilitasi link antara industri domestik
platform, senjata, sensor, dan berbagai keputusan dengan pasar global baik dengan jaringan produksi
tentang bantuan militer dari negara lain ke dalam maupun finansial.
suatu jaringan tunggal. Andrew L. Ross (2008) Kaitan antara DST dengan techno park, terletak pada
menyebutnya dengan istilah NCW (Network Centric strategi yang diambil oleh negara model secara khusus
Warfare). dalam kluster ini sebagai antisipasi terhadap pasar.
Setelah itu pengembangan kluster industri di Segmen yang menonjol adalah penguatan, penciptaan
dalamnya, termasuk militer, merupakan political agent dan diplomasi. Penelitian Yun (2002)
pengembangan jalur produk dari teknologi informasi atas kaum diaspora Tionghoa berkebangsaan Taiwan di
sifat RMA sendiri. Menurut peneliti lainnya, Sloan AS menunjukkan keberhasilan pemerintah Taipei
(2000) coraknya telah menuntun kluster industri untuk menarik kaum diaspora Cina sehingga bersedia
militer di dalamnya ke arah dua spesifikasi produk, kembali ke tanah airnya, merupakan ancaman bagi
yakni: a) persenjataan dan pesawat tempur dengan neoliberalisme. Min Ye (2009) bahkan
ketepatan bidikan terhadap sasaran, meskipun berjarak mengemukakan, keberadaan jaringan diaspora
ratusan mil kilometer (precise strike) dan b) satelit dan Tionghoa yang kuat dengan pemerintah lokal di PRC
chip yang memiliki kemampuan battlespace awareness melalui mekanisme difusi, mampu mendorong
dalam menjalankan. Pemerintah Beijing sehingga semakin kolaboratif
Bagi negara berkembang, kluster ini menjadi terhadap pasar, dan berdampak pada pembentukan
wahana alih teknologi serta memperoleh dukungan zona ekonomi khusus serta desakan reformasi terhadap
157

kebijakan atas SoE. terlihat nyata dalam dinamika DPP sampai tahun
Dalam kaitan antara diplomasi dengan penciptaan 2013, khususnya pada perubahan komposisi kerja
political agent melalui techno park sebagai instrumen sama ventura/produksi pada setiap konsep – buy, make,
insentif, sehingga terjadi suatu ikatan, kepedulian buy and make serta segmen – low technology mature system,
sampai dengan partisipasi terhadap pembangunan high technology complex system dan strategic, complex and
domestik tanah air mereka, Rana (2014) security sentive system. Wacana yang tersirat adalah sikap
membandingkan usaha diplomasi antara India dengan terbuka yang lebih luas terhadap modal asing/jaringan
Tiongkok dalam kerangka peningkatan political agent kontraktor pertahanan namun tetap menjaga dampak
dari kaum diaspora masing-masing. Tiongkok negatifnya dengan tuntutan pelaksanaan alih teknologi
dipandang lebih berhasil karena didukung oleh melalui konsep buy and make diiringi dengan tuntutan
beragam konsorsium bisnis Cina serta kaum internal bagi modal manusia dengan konsep make.
profesional, sedangkan India mengalami kendala Dua jenis kebijakan moneternya – devaluasi dan
minimnya fasilitasi pemerintah terhadap keinginan, holding/sekuritas, saling melengkapi sehingga negara ini
aspirasi kaum diaspora India. terbebas dari dampak negatif penurunan nilai rupee
atas US $ oleh RBI (Reserve Bank of India). Konsorsium
KEBIJAKAN FISKAL DAN NON FISKAL SEBAGAI CIRI KHAS yang telah dibentuk RUR memiliki konsep sekuritas
INDIA DALAM DST dan ruang gerak luas dan fleksibel, khususnya pasar
Sebagai strategi terhadap pasar, kedua kebijakan, modal di Eropa. Ketika ekonomi domestik sedang
baik fiskal maupun non fiskal, secara sederhana terpuruk akibat krisis moneter maupun dampak
mampu memberikan sebuah tatanan fundamental bagi devaluasi, kondisi industri militer tidak terpengaruh
negara ini sehingga secara kontekstual tetap berada di karena ketersediaan pasar bagi jalur produksi jasa
jalur DST sehingga Mukherji (2016) menyebut India militer tetap stabil, karena terjamin oleh keberadaan
sebagai model non klasik, karena corak dua kebijakan pangsa pasar tradisional maupun potensial. Sektor jasa
ini. Posisi industri militer sebagai salah satu sub sektor secara umum tahan terhadap krisis moneter. Selain itu
prioritas India, membuat dua kebijakan ini terlihat konsorsium milik RUR memiliki sekuritas berbasis
nyata perbedaannya dengan Tiongkok dan Korea pasar modal Eropa, padahal devaluasi dilakukan atas
Selatan sebagai dua model klasik. US $, sehingga berbagai valas Eropa yang bersifat hard
DPP (Defense Procurement Procedure) sebagai kebijakan currency, cenderung menstabilkan likuiditas perusahaan
fiskal khusus bagi industri militer memiliki komposisi mereka.
perimbangan yang lebih longgar bagi modal asing Tata Sons sebagai konsorsium milik Tata group
dalam segmen tertentu, namun tetap memberikan menempatkan bisnis militer sebagai salah satu prioritas
ruang gerak bagi perusahaan negara dan firma domestik utama mereka. Konsorsium ini bahkan pernah
– entitas global maupun industri berskala kecil dan mengakuisisi saham Daewoo ketika mengalami
menengah. Sementara kreasi dalam SEZ (Specific kebangkrutan dan dijual di pasar modal Eropa.
Economic Zone) meskipun tidak mencakup klausul Beberapa tahun kemudian seluruh saham miliknya
subsidi gaji pegawai berkebangsaan India yang bekerja dijual kepada KAMCO (Korea Asset Management
pada modal asing seperti dua negara sebelumnya, Corporation) yang kemudian dialihkan pada POSCO
namun tetap mampu menjadikan zona tersebut (Pohang Iron and Steel Company). Kontribusi yang serupa
sebagai lokasi pasar tenaga kerja internasional. juga diberikan tiga konsorsium swasta lainnya,
Kedua kebijakan di atas, merupakan hasil andil Hinduja Group, Godrej and Boyce Mfg Co Ltd. dan
yang seimbang diantara pembuat kebijakan India, Kalyani Investment Company Ltd.. Keempatnya
dimotori oleh kaum birokrat. Aspek rasionalitas lebih menjadi pembeda India dengan Tiongkok maupun
didahulukan daripada kepentingan parsial. Hal ini Korea Selatan. Di kedua negara tersebut tidak terdapat
158 JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL
VOL. 5 EDISI 2 / OKTOBER 2016-MARET 2017

konsorsium swasta yang memiliki keterlibatan cukup Sementara strategi sangat melekat dalam kebijakan
besar dalam industri militer. fiskal dan non fiskal.
India termasuk negara pendukung IMF dan aktif Herring (1999) mengungkapkan, karakter domain
menggunakan hak SDR setiap dilanda krisis. Melalui negara yang disebutnya dengan istilah embedded particu-
sistem anggaran defisit yang sangat ketat, bersama sama larism, menjadi kunci utama kegagalan negara ini agar
dengan Tiongkok, negara ini tercatat berhasil tetap berada dalam koridor developmentalist. Negara
menggunakan fasilitasi kredit lembaga ini untuk dipandang lemah dan tidak mampu mengatasi
mengatasi ketimpangan neraca pembayaran serta krisis persoalan sosial ekonomi selain karena pemerintah
moneter tanpa invervensi eksternal dalam penetapan federal New Delhi lemah dibandingkan dengan negara
kebijakan anggaran secara langsung. Kedua negara bagian, konflik antar partai politik semakin
dipandang telah mampu mengantisipasi dampak memperburuk kondisi negara ini.
negatifnya baik melalui kebijakan fiskal maupun Sinha (2005) mengkritisi pendapat ini dengan
moneter. mengungkapkan istilah kegagalan bagi India dalam hal
Tahun 2014, mencatat kinerja perekonomian India ini karena mereka meninjaunya dari kerangka domain
mengalami peningkatan GDP cukup tinggi, meskipun negara bersifat fully intervention, seperti di Jepang, dan
usai menuai krisis moneter akibat fluktuasi harga di sisi lainnya keberhasilan peningkatan pertumbuhan
minyak dunia di tahun 2012. Pada tahun tersebut ekonomi India hanya dipandang sebagai hasil
prosentase kenaikan sebesar 7.17%. Prediksi para liberalisasi atas pasar. Menurutnya klaim atas kegagalan
ekonom, berdasarkan forecast prosentase kenaikan maupun keberhasilan India merupakan suatu puzzle
GDP, jika Pemerintah senantiasa konsisten dalam yang hilang namun para peneliti justru memandang
sikapnya terhadap FDI sebagai katalisator dari sudut pandang lainnya di luar kerangka DST.
pembangunan, maka angka ini akan terus meningkat Sinha (2003) kemudian berusaha mengelaborasikan
sampai tahun 2018 sehingga menjadi 7.65% (Master, keberadaan domain negara dalam pemerintahan India
2014). melalui wawancara terhadap sejumlah birokrat dan
pelaku bisnis tentang pembuat kebijakan negara
KESIMPULAN tersebut. Hasilnya adalah suatu konsep baru di ranah
DST tumbuh dan berkembang lebih berwujud DST, India telah menunjukkan keberadaan half
sebagai suatu tatanan, bukan merupakan teori yang intervention, suatu komposisi seimbang di antara para
bersifat statis melainkan berkembang sesuai dengan pembuat kebijakan, dimana di dalamnya mencakup
tuntutan dan kebutuhan LDC dalam mengantisipasi para pelaku bisnis, legislatif, bahkan negara bagian.
langkah progresif modal asing – FDI dan portofolio. Artikel ini menjadi salah satu pendukung konsep
Ketika para pakar meneliti beragam masalah yang yang diletakkan oleh Sinha. Paparan dalam berbagai
dihadapi negara berkembang dalam pembangunan, bab menunjukkan keberadaan unsur utama half
maka DST muncul sebagai salah satu teori rujukan. intervention ini seperti jajaran birokrasi yang mampu
Pemberian label suatu negara menggunakan DST atau berfungsi sebagai pelopor think tank of development
tidak, bukan dilakukan oleh negara, melainkan para seperti, DRDO, Kelkar Committe, lembaga riset.
pakar melalui beragam dalih. Keberadaan India sebagai Dalam beberapa persoalan pembangunan sektoral,
model DST, terletak pada dua konsep utamanya yakni supremasi pemikiran mereka di atas pertikaian antar
domain negara dan strateginya terhadap pasar. Sifat partai di India. Pemerintahan bisa dipegang secara
domain negara mengikuti peran pemerintah yakni bergantian oleh Congress Party atau BJP (Bharatiya
sebagai pemersatu, fasilitator tunggal sekaligus menjadi Janata Party) namun pemikiran para birokrat tersebut
menjadi manajer atas berbagai jenis investasi. Sifat half secara berkesinambungan tetap diimplementasikan.
intervention secara melekat dalam tipe domain ini. Selain itu dari kalangan pebisnis, kelompok RUR
159

maupun non RUR juga kaum diaspora senantiasa Ross, Andrew L. Peter Dombrowski. 2008. “The Revolution in Military
Affairs, Transformation and the Defence Industry”. Security
mendukung keberlanjutan program yang telah
Challenges, Vol. 4, No. 4 (Summer)
diletakkan landasan oleh lembaga ini. Segal, Adam. 2004. Is America Losing Its Edge? Innovation in a
Globalized World. Foreign Affairs. Vol 83 No 6 (Nov – Dec)
Seung, Wook Baek. 2005. “Does China Follow the East Asian Develop-
REFERENSI
ment Model”. Journal of Contemporary Asia Vol 35 no 4
JURNAL Sinha, Aseema. 2003. “Rethinking the Developmental State Model:
Bolesta, Andrzej. 2007. “China as Developmentalist State”. Divided Leviathan and Subnational Comparisons in India”. Com-
Montenegrin Journal of Economics No 5 (June). parative Politics Vol 35 No 4 (July)
Chin, Lim Hyun and Jan Jin- Ho. “Between Neoliberalism and Democ- Sloan, Elinor. 2000. “Canada and the Revolution in Military Affairs:
racy: the Transformation of the Developmental State in South Current Response and Future Opportunities”. Canadian Military
Korea”. Development and Society Volume 35 No 1 (June). Journal (Autumn)
Degler, Saadet and Ron Smith. 1983. “Military expenditures and
Growth in Less developed Countries. Journal of Conflict Resolution,
Vol 27 No 2 (June). BUKU
Doner, Richard F (et. al.). 2005. “Systemic Vurnerability and the Origins Atarodi, Alexander (et. al.). 2010. “India: A defence and Securiry
of Developmental States: Northeast and Southeast Asia in Primer”. Monograf of FOI. Stockholm: FOI Press
Comparative Perspective”. International Organization 59 (Spring) Bagchi, Amiya Kumar. 2003. The Developmental State in History and in
Gupta, PK. 2012. “General Study of Public Sector Undertakings: the Twentieth Century. New Delhi: Regency Publications
Growth of PSUs and How Effectively Financially Managed are our Baskaran, Angathevar. 2005. “The Role of Offsets in Indian Defense
PSUs”. Basic, Applied and Social Sciences. Volume II Oct Procurement Policy” dalam Jurgen Brauer, dan J Paul Dunne. 2005.
Koner, Sri Santosh (et. al.). 2014. “Disinvestment of Public Sector in Arm Trade and Economic Development: Theory, Policy and Cases
India: Concept and Different Issues.” Journal of Economics and in Arms Trade Offsets. New York: Routlegde.
Finance Vol 3 Issue 6 (May – Jun) Behera, Laxman K. 2013. “Indian defence Industry Issues of Self
Leslie, Suart W and Robert H Kargon. 1996. “Selling Silicon Valley: Reliance”. IDSA Monograf Series No 21. New Delhi: Institute for
Frederick Terman” model for Regional Advantage. The Bussines Defence Studies and Analyses Press
History Review, Vol 70 No 4 (Winter) Berberoglu, Berch. 1992. The Political Economy of Development:
Minns, John. 2001. “Of Miracles and Models: the Rise and decline of Development Theory and The Prospect for Change. New York:
the Developmental State in South Korea”. Third World Quarterly State University of New York Press
(Vol. 22 No 6) Bitzinger, Richard A. 2009. The Modern Defense Industry: Political,
Min, Ye. 2009 “Policy Learning of Diffusion: How China Opened to Economy, Technological Issues. California: ABC-CLIO
Foreign Direct Invesment”. Journal of East Asian Studies Vol 9 No 3 Breznitz, Dan. 2007. Innovations and the State: Political Choice and
(Sept – Dec) Strategies for Growth in Israel, Taiwan and Ireland. New Haven:
Neuman, Stephanie G. 1984. “International Stratification and Third Yale University Press.
World Military Industries”. International Organization Vol 38 No 1 Chhibber Brajesh (et. al.). 2013. “A bright Future for India’s Defense
(Winter) Industry?”Monograf of McKinsey on Goverment. New Delhi:
_____ 1994. “Arm Transfers, Military Assistance, and Defense McKinsey Press
Industries: Socio economic Burden or Opportunity?”. Annal of the Herring, Ronald J. 1999. “Embedded Particularism: India’s Failed
American Academy of Political and Social Science Vol 535: The Developmental State dalam Meredith Woo and Cumings. 1999. The
Arm Trade: Problem and Prospect in the Post Cold War World (Sept) Developmental State. London: Cornel University State Press
_____ 1995. “The Arm Trade, Military Assistance and Recent Wars: Hoyt, Timothy D. 2007. Military Industry and Regional Defense Policy:
Change and Continuity”. Annal of The American Academy of India, Iraq and Israel. New York: Routlegde
Political and Social Science, Vol 541: Small Wars (September) Johnson, Chalmers. 1995. Japan: Who Governs?: The Rise of the
Öniº, Ziya. 1991. “The Logic of the Developmental State Asia’s Next developmental State. New York: W.W. Norton Company Inc
Giant: South Korea and Late Industrialization by Alice H. Amsden; Martinussen, John Degnbol. 2001. Policies, Institutions, and Industrial
The Political Economy of the New Asian Industrialism by Frederic C. Development: Coping with Liberalisation and International
Deyo; MITI and the Japanese Miracle by Chalmers Johnson; Competition in India. New Delhi: Sage Publications India Pvt Ltd
Governing the Market: Economic Theory and the Role Leamer, Edward E. 1995. The Heckscher Ohlin Model in Theory and
ofGovernment in East Asian Industrialization by Robert Practice. New Jersey: Pricenton University Press
Wade”(Article Review). Comparative Politics, Vol. 24, No. 1 (Oct) Low, Linda. 2004. Developmental States: Relevancy, Redundancy, or
Patibandla (et. al.). 2000. “Import Substitution with Free Trade: Case of Reconfiguration. New: York: Nova Science Publishers, Inc
India’s Software Industry”. Economic and Political Weekly Vol 35 Martinussen, John Degnbol. 2001. Policies, Institutions, and Industrial
No 15 (April) Development: Coping with Liberalisation and International
Rana, Kishan S. 2014. “Diplomacy Systems and Processes: Comparing Competition in India. New Delhi: Sage Publications India Pvt Ltd
India and China. China Report 50: 4 Mukherji, Rahul. 2016. “Is India a Developmental State” dalam Yin,
160 JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL
VOL. 5 EDISI 2 / OKTOBER 2016-MARET 2017

Wah Chu (ed).2016. The Asian Developmental State: Reexamina- Report 2013 – 2014” tersedia dalam http://
tions and New Departures. London: Palgrave Macmillian www.moneycontrol.com/bse_annualreports/5002410314.pdf
Nayar, Baldev Raj. 2010. Globalization and Politics in India. Oxford: diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pukul 13.30
Oxford University Press “Maharatna status for mega PSUs gets nod”. The Times of India. 25
Pirie, Iain. 2008. The Korean Developmental State: from Dirigisme to December 2009. data diakses pada tanggal 23 Feb 2014 pukul
Neo-liberalism. New York: Routledge 12.14 Wib
Sinha, Aseema. 2005. Regional Root of Developmental Politics in India: Masters, Jonathan. October 2014. The International Monetary Fund-
A Divided Leviathan. Indianapolis: Indiana University Press Introduction” dalam http://www.imf.org/external/np/fin/tad/
Wade, Robert. 1990. Governing the Market: Economic Theory and exfin2.aspx?memberkey1=430&date1Key=2015-03-31data
the role of Government in East Asia Industrialization. New Jersey: diakses pada tanggal 3 Mei 2015 pukul 06.30
Princeton University Press Nune, Shavan. 29 Dec 2015. “Report of Vijay Kelkar Committee on
Yun, Han Chu. 2002. “Re-engineering the Developmentalist State in Revisiting & Revitalizing PPP Model released” tersedia dalam http://
Age of Globalization: Taiwan in Defiance of Neoliberalism”. The www.jagranjosh.com/current-affairs/report-of-vijay-kelkar-
China Review Vol 2 No 1 (Spring) committee-on-revisiting-revitalizing-ppp-model-released-
1451371983-1 data diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pukul
MAKALAH INTERNASIONAL 13.30
Mah, Luis. 2011. “Lesson from Korea to Africa: Leaders, Politics and “On National Security Interest, Govt Moves Hindustan Shipyard to
Developmental States. International paper for 4th European Defence Ministry”. The Times of India. 24 December 2009 data
Conference on African Studies 17th June 2011 Uppsala (Swedia) diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pukul 13.30
oleh CEsA (Centro de Estudossobre Africa e do Desenvolvimento)
lembaga riset dari Insituto Superior de Economia e Gestao da
UniversidadeTecnica de Lisboa
Gupta, Poonam and Barry Eichengreen. 2011. “The Service Sector as
India’s Road to Economic Growth. Working paper that was
presented to National Bureau of Economic Research (NBER) on
February.

INTERNET
“Ashok Leyland Enriches Massive Data with Superior BI Capabilities”
tersedia dalam https://www.capgemini.com/resource-file- data
diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pukul 13.30 access/resource/
pdf/
ashok_leyland_enriches_massive_data_with_superior_bi_capabilities.pdf
Behera, Laxman K. 2008. “Private Sector Participation in India Defence
Industry” tersedia dalam http://www.idsa.in/taxonomy/term/593
data diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pukul 13.30
“Defence may Notify Companies cleared for Raksha Udyog Ratna
Status”. The HINDU. 8 August 2008 data diakses pada tanggal 19
Januari 2015 pukul 13.30
General Knowledge Today. News. April 2013. “Minimum Support Price
Scheme” tersedia dalam http://www.gktoday.in/minimum-support-
prices/ data diakses pada tanggal 28 April 2015 pukul 15.30
“How Godrej Helped India in Its Fight for Freedom” tersedia dalam
http://www.firstpost.com/india/sponsored-how-godrej-helped-
india-in-its-fight-for-freedom-1663841.html data diakses pada
tanggal 28 April 2015 pukul 15.30
“Kalyani Group to Intensify its Focus on defence Business” tersedia
dalam http://www.kalyanigroup.com/
Show%20Dayli_Feb%207,2014_%20Kaylan%
i 20group%20n
i tensfiy%20tis%20busn i %20Defence%20Busn
i ess%20n i ess.pdf
data diakses pada tanggal 28 April 2015 pukul 15.30
Kelkar, Vijay. 2010. “On Strategies for Disinvestment & Privatisation”.
Inclusion Jan –March 2010 tersedia dalam http://inclusion.skoch.in/
story/521/on-strategies-for—disinvestment-&-privatisation-
821.html data diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pukul 13.30
“Kirloskar Brothers Limited- a Kirloskar Group Company 94th Annual

Anda mungkin juga menyukai