Disusun oleh : Chelsea Alfarelia Putri Taslyanto 5016201068
DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut ICA (1973) Kartografi adalah seni, ilmu pengetahuan dan teknologi tentang pembuatan petapeta, sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen-dokumen ilmiah dan hasil karya seni (Setyawati, 2013). Kartografi merupakan seni yang dikembangkan untuk membuat representasi permukaan bumi ke bidang datar. Namun, dalam perkembangannya Kartografi sangat diandalkan dalam membantu kegiatan pembelajaran yang terkait dengan aspek spasial. Geografi merupakan mata pelajaran yang fokusnya pada pengembangan berpikir spasial, sehingga kartografi menjadi sistem pendukung yang sangat diandalkan. Pemanfaatan kartografi dalam mengembangkan berpikir spasial tersebut telah diuji kehandalannya dalam sejumlah penelitian yang menunjukkan adanya kontribusi positif kartografi dalam mengembangkan kemampuan berpikir spasial (Setiawan, 2016). Objek kartografi adalah pembuatan peta sebagai refleksi dunia atau alam nyata (real world) yang setepat mungkin (Handoyo, 2009). Semakin tahun teknologi semakin berkembang dengan pesatnya. Dalam dekade terakhir, penggunaan informasi geografis telah berkembang secara eksponensial. Saat ini penggunaan SIG telah sangat terintegrasi ke dalam kehidupan seharihari Teknologi geospasial yang bekerja di belakang layar berbagai program seperti peningkatan energi, produksi pertanian, dan mengetahui neraca air. Pemetaan adalah fitur yang diharapkan dari aplikasi ponsel dan situs website. Teknologi SIG memungkinkan kita mencapai tujuan, membantu kondisi darurat dalam menemukan lokasi penyelamatan , dan semakin memberi kita pandangan yang lebih luas dari dunia kita. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang dibahas pada analisis ini yaitu: 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Kartografi? 1.2.2 Bagaimana sejarah perkembangan Ilmu Kartografi? 1.3 Tujuan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang dibahas pada analisis ini yaitu: 1.3.1 Mengetahui tentang Ilmu Kartografi 1.3.2 Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Ilmu Kartografi BAB II PEMBAHASAN 2.1 KARTOGRAFI Secara umum kartografi dapat didefinisikan sebagai penyajian informasi geospasial berdasarkan skala yang digunakan (Kraak and Ferjan, 2010). Kartografi telah mengalami perkembangan dari era manual menjadi digital. Kartografi digital meningkatkan akurasi dan kecepatan dalam penyajian peta, sehingga berpengaruh pula terhadap kualitas peta yang dihasilkan (Robinson, 1985). Di Indonesia, penerapan kartografi juga dilakukan dalam penyajian peta batas negara berupa peta Joint Border Mapping (JBM).
2.1. SEJARAH PETA DAN PERKEMBANGANNYA
2.1.1. Periode Awal Pemetaan (Kartografi) merupakan ilmu dan seni dalam pembuatan peta. Pertama kali, peta dibuat oleh bangsa Babilonia berupa lempengan berbentuk tablet dari tanah liat sekitar 2300 S.M. Pemetaan dijaman Yunani Kuno sangat maju pesat. Pada saat itu, Konsep dari Aristoteles bahwa bumi berbentuk bola bundar telah dikenal oleh para ahli filsafat (sekitar 350 S.M.) dan mendapat kesepakatan dari semua ahli bumi. Pemetaan di Yunani dan Roma mencapai kejayaannya oleh Ptolemaeus (Ptolemy, sekitar 85 – 165 M). Peta dunia yang dihasilkannya menggambarkan dunia lama dengan pembagian Garis Lintang (Latitude) sekitar 60° Lintang Utara (N) sampai dengan 30° Lintang Selatan (S). Dia menulis sebuah karya besar Guide to Geography (Geographike Hyphygesis). Dengan meninggalkan karangan yang dijadikan sebagai acuan ilmu Geografi yang mendunia sejak jaman kebangkitannya. Kartografi adalah seni dan ilmu pembuatan peta. Peta tertua yang diawetkan pada tablet tanah liat Babilonia dari sekitar 2300 SM Kartografi itu cukup maju di Yunani kuno. Konsep Bumi bulat itu terkenal di kalangan filsuf Yunani pada saat Aristoteles (ca. 350 SM) dan telah diterima oleh semua geografer. 2.1.2. Periode Pertengahan Sepanjang periode pertengahan, Peta-peta wilayah Eropa didominasi dengan cara pandang agama, yang dikenal dengan peta T-O. Pada bentuk beta seperti ini, Jerusalem dilukiskan di tengah-tengah sebelah timur yang diorientasikan menuju bagian atas peta. Penjelajahan Bangsa Viking pada abad 12 di Utara Atlantic, secara perlahan menyatukan pemahaman mengenai bumi. Sementara itu, ilmu kartografi terus berkembang dengan lebih praktis dan realistic di wilayah Arab, termasuk daerah Mediterania. Tentu saja, cara pembuatan peta masih dilukis dengan tangan, dimana penyebarannya masih sangat dibatasi. Selama periode Abad Pertengahan, peta Eropa didominasi oleh pandangan agama. Peta ATAS adalah hal biasa. Dalam format peta, Yerusalem digambarkan di pusat dan timur berorientasi pada bagian atas peta.eksplorasi Viking di Atlantik Utara secara bertahap dimasukkan ke dalam pandangan dunia dimulai pada abad ke-12. Sementara itu, kartografi dikembangkan lebih praktis dan realistis sepanjang garis di tanah Arab, termasuk wilayah Mediterania. Semua peta, tentu saja, ditarik dan diterangi dengan tangan, yang membuat distribusi peta sangat terbatas.
2.1.3. Periode Kejayaan
Penemuan alat cetak pembuat peta semakin banyak tersedia pada abad 15. Peta pada mulanya dicetak menggunakan papan kayu yang sudah diukir berupa peta. Percetakan dengan menggunakan lempeng tembaga yang diukir muncul pada abad 16 dan tetap menjadi standar pembuatan peta hingga teknik fotografis dikembangkan. Kemajuan utama dalam pembuatan peta mendapat perhatian sepanjang masa eksplorasi pada abad 15 dan 16. Para Pembuat peta mendapat jawaban dari Navigation Chart yang menyajikan garis pantai, pulau, sungai, pelabuhan dan simbol-simbol pelayaran. Termasuk garis-garis kompas dan paduan navigasi lainnya. Peta-peta ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi, digunakan untuk tujuan militer dan diplomatic hanya dimiliki oleh pemerintah sebagai dokumen rahasia negara. Pertama kali Peta Dunia disajikan secara utuh pada awal abad 16, meneruskan pelayaran dari Colombus dan yang lainnya untuk mencari dunia baru. Gerardus Mercator dari Flandes (Belgia) menjadi ahli pembuat peta terkenal pada pertengahan abad 16. Ia mengembangkan proyeksi silindris yang semakin luas digunakan untuk Navigation Chart dan Peta Global. Berdasarkan pada proyeksi ini ia menerbitkan sebuah peta pada tahun 1569. banyak proyeksi peta lain yang kemudian dikembangkan. Penemuan pencetakan membuat peta lebih banyak tersedia dimulai pada abad ke- 15. Peta berada di blok kayu pertama yang dicetak menggunakan diukir (lihat di atas). Di antara pembuat peta yang paling penting pada masa ini adalah Sebastian Münster di Basel (sekarang Swiss). Nya Geographia, yang diterbitkan pada tahun 1540, menjadi standar global baru untuk peta dunia. Percetakan dengan pelat tembaga terukir muncul pada abad 16 dan terus menjadi standar hingga teknik fotografi dikembangkan. Kemajuan besar dalam pemetaan terjadi pada Zaman Eksplorasi di abad 15 dan 16.pembuat Peta menanggapi dengan grafik navigasi, yang digambarkan garis pantai, pulau, sungai, pelabuhan, dan fitur yang menarik berlayar. baris Kompas dan bantuan navigasi lainnya termasuk, proyeksi peta baru dibuat, dan bola dibangun. peta dan bola dunia tersebut diselenggarakan di nilai besar untuk, militer, dan diplomatik tujuan ekonomi, dan sebagainya sering dianggap sebagai atau komersial rahasia nasional – atau kepemilikan peta rahasia. Seluruh-peta dunia pertama mulai muncul di awal abad ke-16, setelah pelayaran oleh Columbus dan orang lain untuk Dunia Baru. Peta dunia pertama benar biasanya dikreditkan ke Martin Waldseemüller di tahun 1507.Peta ini digunakan proyeksi Ptolemaic diperluas dan adalah peta pertama yang menggunakan nama Amerika untuk Dunia Baru. Gerardus Mercator dari Flanders (Belgia) adalah kartografer terkemuka dari pertengahan abad ke-16. Ia mengembangkan proyeksi silinder yang masih banyak digunakan untuk grafik navigasi dan peta global. Ia menerbitkan peta dunia pada 1569 yang didasarkan pada proyeksi ini. Banyak proyeksi peta lainnya segera dikembangkan.
2.1.4. Periode Modern
Peta terus berkembang pada abad 17, 18 dan 19 secara lebih akurat dan nyata dengan menggunakan metode-metode yang ilmiah. Banyak Negara melakukan pemetaan sebagai program nasional. Meskipun demikian, sebagian belahan dunia banyak yang tidak diketahui walaupun menggunakan potret udara dengan melajutkan perjalanan Perang Dunia II. Pemetaan Modern berdasarkan pada kombinasi penginderaan jauh (Remote Sensing) dan pengecekan lapangan (Ground Observation). Geographic Information Systems (GIS) muncul pada periode 1970-80-an. GIS menggeser paradigma pembuatan peta. Pemetaan secara tradisional (Berupa Kertas) menuju pemetaan yang menampilkan gambar dan database secara bersamaan dengan menggunakan Informasi geografi. Pada GIS, database, analisa dan tampilan secara fisik dan konseptual dipisahkan dengan penanganan data geografinya. Sistem Informasi Geografis meliputi perangkat keras computer (Hardware), perangkat lunak (Software), data digital, Pengguna, sistem kerja, dan instansi pengumpul data, menyimpan, menganalisa dan menampilkan informasi georeferensi mengenai bumi (Nyerges 1993). Peta menjadi semakin akurat dan faktual selama abad ke-17, 18 dan 19 dengan penerapan metode ilmiah. Banyak negara melakukan program pemetaan nasional. Meskipun demikian, sebagian besar dunia ini kurang diketahui sampai meluasnya penggunaan foto udara berikut perang Dunia I. Kartografi Modern didasarkan pada kombinasi pengamatan tanah dan penginderaan jauh. Sistem Informasi Geografis (GIS) muncul pada periode-80 1970. GIS merupakan perubahan besar dalam paradigma kartografi. Dalam tradisional (kertas) kartografi, peta itu dipandang baik sebagai database dan menampilkan informasi geografis. Untuk GIS, database, analisis, dan menampilkan secara fisik dan konseptual aspek terpisah dari penanganan data geografis. Sistem Informasi Geografis terdiri dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data digital, orang, organisasi, dan lembaga untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menampilkan informasi bergeoreferensi tentang bumi (Nyerges 1993). BAB III KESIMPULAN Kartografi merupakan penyajian informasi geospasial dari gabungan antara ilmu, seni, dan teknologi pembuatan peta yang kelak berguna untuk pendidikan, instansi, dan masyarakat luas. Kartografi mengalami perkembangan yang pesat seiring berkembangnya teknologi pada era ini. Kartografi memiliki tiga periode dalam pengembangannya yaitu periode awal, pertengahan, kejayaan, dan modern. Hingga muncul pemetaan dengan teknologi digital pada saat ini. DAFTAR PUSTAKA Asiyah, S., Putri, M. K., Heldayani, E., Oktavia, M., Chairunisa, E. D., & Aryaningrum, K. PEMANFAATAN SENI KARTOGRAFI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL SISWA SMA NEGERI 1 PEMULUTAN. JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, 26(1), 12-15. Puspasari, B. D., & Wicaksono, F. Y. E. KEBUTUHAN ARSIP DINAMIS UNTUK PENGELOLAAN, PENATAAN, DAN PEMANTAUAN PERKEMBANGAN LAHAN PARKIR DI JOGJAKARTA. Susetyo, D. B., Hakim, Y. F., Arimjaya, I. W. K., & Ainiyah, R. (2014). Aspek kartografi peta joint border mapping (JBM) Republik Indonesia-Malaysia. GEOMATIKA, 20(1).