Anda di halaman 1dari 4

a.

Definisi
Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak sel dan sebagian fungsi tubuh
secara tidak normal (Arisman, 2009). Junaidi (2011) menyatakan racun adalah suatu zat atau
makanan yang menyebabkan efek bahaya bagi tubuh.
Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi setelah menyantap makanan yang
mengandung racun, berasal dari bahan beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan
dan bakteri (Arisman, 2009). Junaidi (2011) menyatakan keadaan darurat yang diakibatkan
masuknya suatu zat atau makanan ke dalam tubuh melalui mulut yang mengakibatkan bahaya
bagi tubuh disebut sebagai keracunan makanan.
Perez dan Luke’s (2014) menyatakan keracunan makanan adalah keracunan yang terjadi akibat
menelan makanan atau air yang mengandung bakteri, parasit, virus, jamur atau yang telah
terkontaminasi racun.
b. Etiologi (penyebab)
Penyebab keracunan adalah kuman clostridium botulinum yang hidup dengan kedap udara
(aneorobik). Yaitu ditempat-tempat yang tidak ada udaranya. Keracunan makanan dapat
disebabkan oleh pencemaran bahan-bahan kimia beracun, kontaminasi zat-zat kimia, mikroba,
bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam tubuh manusia
c. Tanda dan gejala
Gejala yang muncul akibat keracunan makanan bervariasi, tergantung dari zat yang
mengkontaminasi makanan yang dikonsumsi, gejala yang sering muncul antara lain diare, mual,
muntah, kram perut, dan sakit kepala
d. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama keracunan makanan yang dapat dilakukan adalah dengan mengupayakan
penderita untuk memuntahkan makanan yang telah dikonsumsi penderita. Cara yang bisa
dilakukan untuk merangsang muntahan adalah dengan memberikan minuman susu. Selain itu,
cara yang bisa dilakukan adalah dengan meminum segelas air yang telah dicampur dengan satu
sendok teh garam dan berikan minuman teh pekat
e. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat keracunan makanan adalah dehidrasi akibat muntah dan
diare yang dialami, bayi, orang tua, dan penderita dengan sistem imun yang lemah berisiko lebih
tinggi mengalami komplikasi ini.
f. Manifestasi klinis
Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala padas sistem saraf dan saluran cerna.
Suarjana menyatakan tanda gejala yang bisa terjadi pada saluran cerna adalah sakit perut, mual,
muntah, bahkan dapat menyebabkan diare. Tanda gejala yang biasa terjadi pada sistem saraf
adalah adanya rasa lemah, kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan ( paralisis) otot pernapasan.
g. Perawatannya
1. Penatalaksanaan kegawatan
Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan, setiap kasus keracunan harus diperlakukan
seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian terhadap tanda-tanda vital
seperti jalan napas, sirkulasi, dan penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Berikan
cairan intravena, oksigen, hisap lender dalam saluran pernafasan, hindari obat-obatan
depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan
dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.
Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag –
valve – mask.
3. Pemberian cairan intravena untuk pasien penurunan kesadaran
Penderita keracunan makanan yang parah dan mengalami dehidrasi harus mendapatkan
perawatan lanjutan. Dokter biasanya akan memberikan cairan melalui intravena atau infus.
Cairan ini bisa menggantikan cairan tubuh yang hilang serta menjaga agar tubuh tidak
terlalu lemah. Jika dokter memberikan obat-obatan maka bisa dilakukan secara langsung
lewat cairan infus.
4. Pemberian norit/zat karbon aktif
Menurut para ahli makanan dan dokter, pertolongan pertama yang bisa kita lakukan adalah
dengan memberikan karbon aktif atau arang aktif ke korban. Di pasaran, ada arang aktif
yang dijual. Salah satu yang terkenal norit.
Tablet berwarna hitam ini punya sifat arang aktif yang mampu menyerap apapun yang ada
di sekitarnya, termasuk racun. Semakin banyak yang dimakan, semakin banyak racun yang
diserap. Hanya saja, norit cuma menyerap racun yang masih di saluran pencernaan dan
belum ikut beredar dalam darah.
Meskipun norit mampu menyerap banyak racun, norit nyatanya juga menyerap zat gizi dan
vitamin yang terdapat pada makanan. Oleh karena itu, saat menenggak norit, korban juga
harus terus diberikan minum air putih untuk menggantikan zat yang ikut terserap norit.
AC diberikan dalam dosis 50 gram pada orang dewasa dan 1 g/kg (maksimal 50 gram) pada
anak-anak.
5. Kumbah lambung atau gastric lavage
Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun, atau
pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan
dalam 4 jam setelah keracunan. Pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah
lambung sebaiknya dikerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon
untuk mencegah aspirasi pneumonia.
6. Pemberian antidote/penawar
Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah mengatasi keadaan
sesuai dengan masalah. Atropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh
pada tempat penumpukan.
a) Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg.
b) Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit sampai timbul gejala-gejala
atropinisasi (muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8
dan 12 jam.
d) Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat
menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang
sering fatal.
7. Pemberian antibiotic
Untuk beberapa kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri maka perlu
dibantu dengan obat antibiotik. Obat ini harus diberikan oleh dokter yang merawat. Biasanya
penderita yang terlihat parah seperti diare dan muntah akut harus menerima obat antibiotik
ini. Selain itu penderita juga harus mendapatkan cairan pengganti lewat infus. Beberapa jenis
obat harus diberikan sesuai dengan penyebabnya, berikut beberapa terapi yang sering
diberikan oleh dokter:
a) Ciprofloxacin (Cipro)
b) Norfloksasin (Noroxin)
c) Trimetoprim / sulfametoksazol
d) Doxycycline
e) Rifaximin (Xifaxan, RedActiv, Flonorm)

8. Penilaian klinis
Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci. Beberapa
pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi keracunan,ialah:
a) Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang digunakan, termasuk yang
sering dipakai
b) Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas tentang obat yang
digunakan.
c) Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk pemeriksaan
toksikologi
d) Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik
Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan fungsi autonom yaitu
pemeriksaan tekanan darah,nadi,ukuran pupil,keringat,air liur, dan aktivitas peristaltik usus.
9. Terapi suportif, konsultasi, dan rehabilitasi
Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci. Beberapa
pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi keracunan,ialah:
e) Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang digunakan, termasuk yang
sering dipakai
f) Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas tentang obat yang
digunakan.
g) Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk pemeriksaan
toksikologi
h) Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik
Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan fungsi autonom yaitu
pemeriksaan tekanan darah,nadi,ukuran pupil,keringat,air liur, dan aktivitas peristaltik usus.

Anda mungkin juga menyukai