Anda di halaman 1dari 12

Tinjauan Tafsir Hadist dan Tafsir Medis Tentang Berakhirnya Sebuah Wabah

Mahmud, L.c dan dr. Syaefudin Ali Akhmad, MS.c


Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Alumni Al Fatah Temboro Magetan dan Alumni Yaman
Peneliti Pusat Studi BIOHUKI FK UII

Sebuah video telah beredar luas mengenai kapan selesainya wabah covid 19 berdasarkan
tinjuan syariat Islam. Di dalam video tersebut dijelaskan bahwa covid-19 akan berakhir pada
bulan Mei tepatnya awal Mei 2020.

Hal tersebut merujuk kepada hadits yang diriwayatkan oleh imam Abu Dawud dan imam
Ahmad dan yang lainnya, sebagaimana yang nuqil oleh imam as Sakhowi di dalam kitab Kasful
Khofa’ dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
bersabda:

"‫ رﻓﻌت اﻟﻌﺎھﺔ ﻋن ﻛل ﺑﻠدة‬،‫"إذا طﻠﻊ اﻟﻧﺟم ﺻﺑﺎﺣﺎ‬

Apabila telah muncul bintang pada waktu pagi maka diangkatlah penyakit dari setiap negeri

Syeikh Muhammad bin Abdul Baqi dalam kitab Syarah Az Zarqoni a'la Muwattho' Imam Malik
mengatakan,"Yang dikehendaki dari bintang tersebut adalah bintang Suroyya"(Juz 3. Hal.
395).

Tinjauan syariah dengan ilmu tafsir


A. Sanad Hadits
Syeikh Ismail al Ajluni menyebutkan hadits ini di dalam kitabnya “Kasful Khofa’ wa Muzilul
Ilbas a’mmasy taharo minal Ahadits a’la Alsinatin Nas” (Juz.1/ hal. 122, hadits no.291) dan
juga disebutkan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitab Fathul Bari (juz.4/hal.395) beliau
mengatakan:
‫ رﻓﻌت اﻟﻌﺎھﺔ ﻋن ﻛل ﺑﻠدة‬،‫إذا طﻠﻊ اﻟﻧﺟم ﺻﺑﺎﺣﺎ‬ "
Hadits di atas diriwayatkan oleh imam Abu Dawud dari Atho’ dari sahabat Abu Hurairah
Radhiyallahu Anhu, beliau memarfu’kannya (menyandarkan hadits ini kepada Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam).

Syeikh Ahmad Syakir mengatakan: Hadits di atas sanadnya lemah karena diantara perowi
hadits diatas terdapat I’slu bin Sufyan (yang menurut ulama jarh wa ta’dil beliau dhoif),
begitu juga Al Imam as Suyuthi menyebutkan hadits di atas di dalam kitab Jamius Shoghir,
beliau menyendarkan hadits tersebut kepada Imam At Thobroni dari sahabat Abu Hurairoh
dan beliau memberikan isyarat bahwa hadits tersebut adalah dhoif.

Namun ternyata banyak syawahid (Hadits yang sama maknanya walaupun berbeda
lafadznya) yang mendukung hadits tersebut, berikut beberapa ulama yang meriwayatkan
hadits pendukung hadits diatas:

a. Imam at Thobroni dalam mu'jam Shoghir (Juz. 1/ hal. 81) juga meriwayatkan dengan lafadz
((‫))إذا ارﺗﻔﻊ اﻟﻧﺟم رﻓﻌت اﻟﻌﺎھﺔ ﻋن ﻛل ﺑﻠد‬

Apabila sudah naik/ muncul bintang, maka diangkatlah penyakit dari semua negeri

b. Imam at Thobroni di dalam kitab Mu’jam Ausath (Juz.2/ hal. 78) juga meriwayatkan dengan
lafadz:

‫إذا طﻠﻌت اﻟﺛرﯾﺎ أﻣن اﻟزوع ﻣن اﻟﻌﺎھﺔ‬

Apabila muncul bulan Sturoyya maka tanaman telah aman dari kerusakan.

c. Imam I'slu bin Sufyan dari Atho' juga meriwayatkan:

((‫))ﻣﺎ طﻠﻊ اﻟﻧﺟم ﺻﺑﺎﺣﺎ ﻗط وﺑﻘوم ﻋﺎھﺔ إﻻ رﻓﻌت أو ﺧﻔت‬

Tidaklah muncul satu bintang pun pada suatu pagi, pada saat ada penyakit yang menimpa
suatu kaum, kecuali penyakit itu akan diangkat atau diringankan (dari kaum tersebut)"

d. Imam Ahmad juga meriwayatkan di dalam musnadnya (Juz.2/ hal. 2) dengan lafadz:

((‫ واﻟﻧﺟم اﻟﺛرﯾﺎ‬،‫))ﻣﺎ طﻠﻊ اﻟﻧﺟم ﻗط وﻓﻲ اﻷرض ﻣن اﻟﻌﺎھﺔ ﺷﻲء إﻻ رﻓﻊ‬

Tidaklah muncul satu bintang pada saat di bumi sedang terdapat musibah/ penyakit
kecuali penyakit tersebut akan diangkat.

Syeikh Muhammad bin Abdul Baqi dalam kitab Syarah Az Zarqoni a'la Muwattho' Imam
Malik mengatakan,"Yang dikehendaki dari bintang tersebut adalah bintang Suroyya, yang
muncul pada waktu pagi di permulaan musim panas""(Juz 3. Hal. 395)

e. Kemudian Imam Ahmad dan Baihaqi juga meriwayatkan dari Sahabat Ibnu Umar:

" ‫ ﻓﻘﯾل وﻣﺗﻰ ذﻟك ﯾﺎ أﺑﺎ ﻋﺑد اﻟرﺣﻣن ؟ ﻗﺎل إذا طﻠﻌت‬،‫ﻧﮭﻰ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم ﻋن ﺑﯾﻊ اﻟﺛﻣﺎر ﺣﺗﻰ ﯾؤﻣن ﻋﻠﯾﮭﺎ اﻟﻌﺎھﺔ‬
‫"اﻟﺛرﯾﺎ‬
Baginda Rasulullah shalallahu alaihi wa salam melarang jual beli buah sampai buah itu
(dianggap) sudah aman dari kerusakan, maka dikatakan/ ada yang bertanya kepada beliau,
kapankah itu (buah dianggap aman dari kerusakan) wahai Abu Abdurrahman (Nama
julukan Ibnu Umar) ?
Maka beliau menjawab: "Ketika muncul bintang suroyya". Imam Muhammad bin Abdul
Baqi mengatakan munculnya di waktu pagi hari pada permulaan musim panas, yaitu pada
saat cuaca sangat panas dan buah buahan mulai masak.

f. Imam Abu Hanifah juga meriwayatkan hadits yang hampir sama ma'nanya dari Imam A'tho',
namun di akhir hadits ada tambahan:

‫رﻓﻌت اﻟﻌﺎھﺔ ﻋن اﻟﺛﻣﺎر‬


(Ketika muncul bulan suroyya) akan diangkat penyakit-penyakit dari buah buahan"

g. Imam al Bazzar juga meriwayatkan hadits di atas di dalam musnadnya (no: 1292)
Dari beberapa riwayat di atas dapat disimpulkan sebagaimana yang ditulis oleh Syeikh Abu
Ja’far AT Thohawi di dalam kitab Syarah Musykilatul Astar (Juz. 6/ hal. 56) bahwa hadits di
atas karena ada beberapa penguatnya maka kedudukannya menjadi Hasan Li Ghoirihi
(yang bisa menjadi landasan sebuah hukum)

B. Pendapat ulama mengenai "A'hat"

Dalam hal ini ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama:

1. Sebagian ulama lebih condong untuk mengumumkan hadits tersebut (mencakup penyakit
yang menyerang tanaman dan yang lainnya)

Syeikh Ahmad Abdurrohman al Banna di dalam kitab Al Fathur Robbani li tartibil Musnad
Imam Ahmad As Syaibani Juz 20/ hal. 12 mengatakan:

(‫اﻟﻌﺎھﺔ( ﺗﺷﻣل اﻟﻣرض واﻟوﺑﺎء ﻓﻲ اﻟﻧﻔس أو اﻟﻣﺎل‬

Ma'na “A'hat” di dalam hadits diatas mencakup semua penyakit dan waba' yang menimpa
jiwa atau harta (Tidak hanya tanaman)

2. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dikehendaki dari “Ahat” di dalam hadits diatas
adalah kerusakan pada tanaman saja tidak pada yang lain.

Hal tersebut didukung oleh riwayat2 yang menjelaskan bahwa yang dikehendaki adalah
kerusakan tanaman bukan yang lainnya. Diantaranya:

a. Riwayat Imam Abu Hanifah yang di akhir hadits ada tambahan:

‫رﻓﻌت اﻟﻌﺎھﺔ ﻋن اﻟﺛﻣﺎر‬


(Ketika muncul bulan suroyya) akan diangkat penyakit2 dari buah buahan"

b. Imam Malik di dalam kitabnya Al Muwattho' meriwayatkan dari Sahabat Zaid bin Tsabit Al
Anshori

‫أﻧﮫ ﻛﺎن ﻻﯾﺑﯾﻊ ﺛﻣﺎره ﺣﺗﻰ ﺗطﻠﻊ اﻟﺛرﯾﺎ‬

Sesungguhnya beliau tidak menjual buah-buahan (semangka, mentimun dll) sampai muncul
bintang suroyya". Karena umumnya buah ketika itu sudah siap dipanen dan aman dari
kerusakan sehingga boleh untuk dijual belikan.

c. Imam Al Bukhari memberikan ta'liq di dalam kitab shohihnya terhadap hadits di atas, yang
diriwayatkan oleh Laits dari Abi Zinad dari Kharijah, namun diakhirnya ada tambahan:

‫ﺣﺗﻰ ﺗطﻠﻊ اﻟﺛرﯾﺎ ﻓﯾﺗﺑﯾن اﻷﺻﻔر ﻣن اﻷﺣﻣر‬


(Tidak boleh menjual buah yang di pohon) sehingga muncul bulan Sturoyya, maka ketika
muncul bintang itu akan tampak buah yang kuning dari yang merah

Syeikh Ahmad Abdurrohman al Banna berkata di dalam kitab “Fathur Robbani”:

‫ ﻓﺎﻟﻣراد ﻋﺎھﺔ اﻟﺛﻣﺎر ﺧﺎﺻﮫ‬،‫ﻗﯾل أراد ﺑﮭذا أرض اﻟﺣﺟﺎز ﻷن اﻟﺣﺻﺎد ﯾﻘﻊ ﺑﮭﺎ ﻓﻲ أﯾﺎر وﺗدرك اﻟﺛﻣﺎر وﺗﺄﻣن ﻣن اﻟﻌﮭﺎت‬
‫وﷲ أﻋﻠم‬

Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dalam hadits ini adalah tanah Hijaz
Krn masa panen di Hijaz itu pada bulan Mei, pada waktu itu buah bisa dipanen dan sudah
dianggap aman dari kerusakan, dan yang dikehendaki dari "Al A'hat" menurut pendapat ini
adalah kerusakan pada tanaman secara khusus bukan yang lainnya.

C. Pendapat Ulama Mengenai Bintang Suroyya dan Waktu Kemunculannya

Syeikh Ahmad Abdurrohman al Banna di dalam kitab Al Fathur Robbani li tartibil Musnad
Imam Ahmad As Syaibani Juz 20/ hal. 12 mengatakan:

‫ ﻓﺈﻧﮫ اﺳﻣﮭﺎ ﺑﺎﻟﻐﻠﺑﺔ ﻟﻌدم ﺧﻔﺎﺋﮭﺎ ﻟﻛﺛرﺗﮭﺎ‬،‫ﯾﻌﻧﻲ اﻟﺛرﯾﺎ‬

Yang dimaksud dengan "bintang"(di dalam hadits diatas) adalah bintang sturoyya, secara
umum dikatakan sturoyya karena tidak samar (jelas terlihat)

Syeikh Muhammad bin Abdul Baqi di dalam kitab Syarah Az Zarqoni a'la Muwattho (Juz 3/
hal.395) mengatakan:

"Suroyya" adalah bintang yang dikenal oleh orang Arab waktu itu" karena umumnya kalau
sudah muncul bintang suroyya maka buah itu sudah "Buduwus Sholah" (siap dipanen) dan
selamat dari "A'hat" (penyakit yang bisa merusakkannya)

Syeikh Zakaria al Kandahlawi di dalam kitab Aujazul Masalik ila Muwattho Imam Malik (Juz.12/
hal. 403) menyebutkan beberapa pendapat ulama mengenai suroyya, diantaranya:

a. Imam Ibnu Abdil Bar di dalam kitab At Tamhid mengatakan:

‫ وﻻ ﺧﻼف ﻓﻲ ذﻟك وطﻠوﻋﮭﺎ ﺻﺑﺎﺣﺎ ﻻﺛﻧﺗﻲ ﻋﺷرة ﻟﯾﻠﺔ ﺗﻣﺿﻲ ﻣن ﺷﮭر أﯾﺎر وھو ﺷﮭر ﻣﺎﯾو‬،‫اﻟﻧﺟم اﻟﺛرﯾﺎ‬

Bintang yang dimaksud adalah bintang Suroyya, (tidak ada perbedaan dalam hal tersebut)
dan munculnya bintang tersebut pada waktu subuh setelah lewat 12 malam dari bulan Mei

b. Al Imam Fakhruddin Ar Rozi di dalam kitab at Tafsir al Kabir juga mengatakan:

‫إﻧﺎ اﻟﺛرﯾﺎ إذا ظﮭرت ﻣن اﻟﻣﺷرق ﺑﺎﻟﺑﻛر ﺣﺎن إدراك اﻟﺛﻣﺎر وإذا ظﮭرت ﺑﺎﻟﻌﺷﺎء أواﺧر اﻟﺧرﯾف ﺗﻘل اﻷﻣراض‬
Bintang Suroyya apabila sudah tampak dari arah timur di permulaan (musim) maka sudah
dekat waktu memanen buah, dan apabila muncul diakhir musim gugur maka penyakit
menjadi berkurang

c. Imam Ibnu Qayyim berkata:

،‫ وأﺻﺢ اﻟﻔﺻول ﻓﺻل اﻟرﺑﯾﻊ‬،‫ﻛﺛرة اﻷﻣراض ﻓﻲ اﻟﺧرﯾف‬

Penyakit itu banyak terjadi pada musim gugur, dan paling sehatnya musim adalah musim semi

d. Imam Buqroth (‫ )ﺑﻘراط‬mengatakan:

‫ وأﻣﺎ اﻟرﺑﯾﻊ ﻓﺄﺻﺢ اﻷوﻗﺎت ﻛﻠﮭﺎ وأﻗﻠﮭﺎ ﻣوﺗﺎ‬،‫إن ﻓﻲ اﻟﺧرﯾف أﺷد ﻣﺎ ﯾﻛون اﻷﻣراض وأﻗﺗل‬

Sesungguhnya pada musim gugur adalah puncaknya terjadi penyakit mematikan, adapun
musim semi adalah musim yg paling sehat dan paling sedikit terjadi kematian

e. Imam Al Baji mengatakan :

‫ وﻓﻲ ذﻟك ﯾﺑدو ﺻﻼح اﻟﺛﻣﺎر ﻓﻲ‬،‫ وھو ﺷﮭر أﯾﺎر‬،‫إن طﻠوع اﻟﺛرﯾﺎ ﻣﻊ اﻟﻔﺟر إﻧﻣﺎ ﯾﻛون ﻓﻲ اﻟﻧﺻف اﻵﺧر ﻣن ﺷﮭر ﻣﺎﯾو‬
‫اﻟﺣﺟﺎز وﯾظﮭر اﻹزھﺎء ﻓﯾﮭﺎ وﺗﻧﺟو ﻣن اﻟﻌﺎھﺔ ﻓﻲ اﻷﻏﻠب‬

Munculnya bintang Sturoyya di waktu pagi itu terjadi pada separuh yang terakhir dari bulan
Mei, pada waktu itu buah sudah siap dipanen dan dianggap aman dari segala penyakit yang
bisa merusakkannya.

D. Maksud Akan Diangkat Bala’

Syeikh Ahmad Abdurrohman al Banna di dalam kitab Al Fathur Robbani li tartibil Musnad
Imam Ahmad As Syaibani Juz 20/ hal. 12 mengatakan:

‫رﻓﻌت ﻧﮭﺎﺋﯾﺎ أو أﺧذت ﻓﻲ اﻟﻧﻘص واﻻﻧﺣطﺎط‬

Maksud kata diangkat bala di dalam hadits tersebut bisa berarti diangkat secara keseluruhan
atau bisa juga berarti berkurang dari sebelumnya

‫ﻗﺎل اﻟﻌﻠﻣﺎء وﻣدة ﻣﻐﯾﺑﮭﺎ ﻧﯾف وﺧﻣﺳون ﻟﯾﻠﺔ ﻷﻧﮭﺎ ﺗﺧﻔﻰ ﻟﻘرﺑﮭﺎ ﻣن اﻟﺷﻣس ﻗﺑﻠﮭﺎ وﺑﻌدھﺎ ﻓﺈذا ﺑﻌدت ﻋﻧﮭﺎ ظﮭرت ﻓﻲ اﻟﺷرق‬
،‫وﻗت اﻟﺻﺑﺢ‬

Para ulama mengatakan: masa menghilangnya bintang tersebut sekitar 50 malam (naifun wa
khomsun/ antar 51 sampai 53), karena bintang tersebut awalnya tidak terlihat (samar)
disebabkan kedekatannya dengan matahari sebelum masa muncul dan sesudahnya, maka
ketika sudah menjauh dari matahari bintang tersebut akan tampak diarah timur pada waktu
subuh

Bisa disimpulka secara ilmu hadist bahwa hadits tersebut oleh para ulama disebutkan dalam
masalah jual beli buah (seperti semangka, mentimun dan lain lain). Tidak boleh seseorang
menjual buah yang masih di pohon kecuali sudah siap di panen (bukan masih pentil). Hal itu
bertujuan agar tidak ada pihak yang dirugikan, karena apabila membeli buah yang masih baru
muncul, kemudian datang hama sehingga gagal panen maka tentu ada pihak yang dirugikan.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Umar radhiallohu anhu:

" ‫ ﻓﻘﯾل وﻣﺗﻰ ذﻟك ﯾﺎ أﺑﺎ ﻋﺑد اﻟرﺣﻣن ؟ ﻗﺎل إذا طﻠﻌت‬،‫ﻧﮭﻰ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم ﻋن ﺑﯾﻊ اﻟﺛﻣﺎر ﺣﺗﻰ ﯾؤﻣن ﻋﻠﯾﮭﺎ اﻟﻌﺎھﺔ‬
‫"اﻟﺛرﯾﺎ‬

Baginda Rasulullah shalallahu alaihi wa salam melarang jual beli buah sampai buah itu
(dianggap) sudah aman dari kerusakan, maka dikatakan/ ada yang bertanya kepada beliau,
kapankah itu (buah dianggap aman dari kerusakan) wahai Abu Abdurrahman (Nama julukan
Ibnu Umar) ?
Maka beliau menjawab: "Ketika muncul bintang Tsuroyya". Imam Muhammad bin Abdul Baqi
mengatakan munculnya di waktu pagi hari pada permulaan musim panas, yaitu pada saat
cuaca sangat panas dan buah buahan mulai masak. (HR. Ahmad dan Baihaqi)

Hadits diatas secara jelas menerangkan masalah jual beli buah diperbolehkan dengan syarat
buahnya sudah siap panen dan dianggap aman dari terserang penyakit. Dan tanda buah itu
sudah siap di panen adalah dengan datangnya bintang Tsuroyya.

Namun juga ada beberapa riwayat yang umum, seperti hadits yang diriwayatkan oleh imam
Ahmad dan yang lain dari Abu Hurairoh radhiallohu anhu, bahwa apabila datang bintang
Tsuroyya maka akan diangkat penyakit dari bumi.
Dari sini ulama berbeda pendapat, ada yang mengumumkannya dan adapula yang
mengkhususkannya kepada buah – buahan

Dan sangat penting kita fahami bahwa munculnya bintang itu hanya sebagai tanda dan bukan
menjadi ukuran pasti.
Bahkan para ulama yang berpendapat hadits itu khusus untuk buah buahan juga berpendapat
demikian, diantaranya:

a. Imam al Baji sebagaimana yang dinuqil oleh syeikh Zakaria al Kandahlawi di dalam kitab
“Aujazul Masalik”(Juz. 12/ hal. 402) mengatakan:

‫ وﻓﻲ ذﻟك ﯾﺑدو ﺻﻼح اﻟﺛﻣﺎر ﻓﻲ‬،‫ وھو ﺷﮭر أﯾﺎر‬،‫إن طﻠوع اﻟﺛرﯾﺎ ﻣﻊ اﻟﻔﺟر إﻧﻣﺎ ﯾﻛون ﻓﻲ ﻧﺻف اﻵﺧر ﻣن ﺷﮭر ﻣﺎﯾو‬
‫ وأﻣﺎ طﻠوع اﻟﺛرﯾﺎ ﻓﻠﯾس ﺑﺣد‬...............‫إﻟﻰ أن ﻗﺎل‬... ،‫اﻟﺣﺟﺎز‬
Sesungguhnya munculnya Tsurayya pada waktu fajar itu terjadi pada separuh yang akhir dari
bulan Mei, pada waktu itu (umumnya) buah di Hijaz sudah siap panen, adapun munculnya
bintang Tsurayya maka tidak bisa menjadi ukuran (kebolehan menjual buah atau tidak)

b. Imam Al Qo’nabi di dalam kitab “Al Mabsuth” juga meriwayatkan dari Imam Malik, bahwa
beliau mengatakan:

‫ أﻧﮫ ﻻﯾﺑﺎح اﻟﺑﯾﻊ ﺑﻧﻔس طﻠوع اﻟﺛرﯾﺎ ﺣﺗﻰ ﯾﺑدو ﺻﻼﺣﮭﺎ‬،‫ وﻣﻌﻧﻰ ذﻟك ﻋﻧدي‬،‫ﻟﯾس اﻟﻌﻣل ﻋﻠﻰ ھذا‬
Yang dijadikan pedoman bukanlah ini (munculnya bintang) makna hadits tersebut menurut
saya adalah tidak boleh menjual buah hanya dengan berpatokan kepada munculnya bintang
Tsurayya sampai (dipastikan) buahnya sudah "Buduwus Sholah" bagus dan siap dipanen.

c. Imam As Syakhowi dan Al Hafidz ibnu Hajar al Asqolani juga menegaskan:

‫ وﻗد ﺑﯾﻧﮫ ﻓﻲ اﻟﺣدﯾث ﺣﺗﻰ ﯾﺗﺑﯾن اﻷﺻﻔر ﻣن اﻷﺣﻣر‬،‫ وطﻠوع اﻟﻧﺟم ﻋﻼﻣﺔ ﻟﮫ‬،‫واﻟﻣﻌﺗﺑر ﻓﻲ اﻟﺣﻘﯾﻘﺔ اﻟﻧﺿﺞ‬

Yang dapat dijadikan pedoman (hakikatnya) adalah masaknya buah, adapun munculnya
bintang hanya sebagai tanda bahwa buah (secara umum sudah masak) dan hal ini juga sudah
tersurat di dalam hadits "Sehingga tampak buah yang kuning dari yang merah"

E. Tafsir medis atau science atas hilangnya wabah

Wabah terjadi karena ada interaksi penting dari tiga hal utama yaitu adanya bibit penyakit
atau agent bisa berupa virus, bakteri dan jamur serta parasite, factor host atau daya tahan
manusia dan factor lingkungan baik lingkungan fisik (benda-benda peranta), biologis (hewan
dan tumbuhan) dan social (populasi atau kepadatan penduduk). Teori tersebut dikenal
dengan istilah segitiga epidemiologi atau segitiga Gordon seperti tampak pada gambar di
bawah ini.

Gambar 1. Segitiga Epidemiologi


Karakter virus corona yang baru sebagai penyebab civid-19 ternyata memiliki kemampuan
mutasi yang cepat sehingga menyebabkan virulensi bisa berubah dan merepotkan system
tubuh untuk mengatasinya. Infeksi berulang sangat mungkin terjadi dengan jenis virus baru
yang telah mengalami mutasi sehingga sel memori tubuh tidak mengenali. Hal ini
menyebabkan tubuh mengulang lagi respon imun dari awal yang membutuhkan waktu 1
minggu untuk memproduksi sistem imun adaptif yang spesifik. Dampak dengan mutasi yang
cepat akan sulit untuk menemukan vaksin yang efektif karena begitu vaksin ditemukan
ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan strain baru yang telah mengalami mutasi.

Teori paling mungkin untuk membuat kekebalan tubuh host atau individu supaya efektif
melawan virus adalah teori Herd Immunity. Jika ditemukan vaksin yang efektif terhadap
Covid-19 maka dengan program vaksinasi yang mencakup 75 % populasi akan memberikan
perlindungan secara berjamaah pada suatu populasi dari infeksi virus. Sayangnya vaksin
tersebut paling cepat bisa diproduksi secara aman setelah serangkaian uji preklinik dan uji
klinik dalam waktu 1,5 tahun. Oleh karena itu teori Herd Immunity dengan program vaksinasi
tidak segera bisa dilakukan dan pilihannya adalah membiarkan orang orang terinfeksi supaya
muncul kekebalan tubuh secara otomatis pada 75% populasi. Populasi 75 % ini dipilih yang
paling tahan dan hanya sakit ringan saja sesuai teori bahwa terdapat 81 % populasi yang
terinfeksi dengan covid-19 dengan gejala ringan. Masalahnya adalah apakah covid-19 bisa
memilih pasien yang memiliki daya tahan tubuh kuat dan hanya menimbulkan gejala ringan
saja. Faktanya banyak pasien yang berusia muda yang dianggap kuat pertahanan tubuhnya
kuat malah tumbang sedangkan ada pula usia tua di atas 70 tahun yang masih hidup meskipun
sama sama berat penyakitnya. Jika diserahkan begitu saja kondisi outbreak ini sampai muncul
kekebalan di komunitas tentu kapasitas rumah sakit tidak akan mampu untuk memberikan
pelayanan kesehatan dan rawan terjadi krisis medis atau kegawatdaruratan kesehatan
masyarakat. Akibatnya tenaga medis dan paramedic banyak yang tumbang menjadi korban
karena paling besar risiko tertular dengan APD yang minim.

Karakter virus corona sebagai agent yang wajib ada dalam pandemi covid-19 menjadi
perhatian utama para ahli virus dan kedokteran untuk menemukan antiviral dan vaksinnya.
Virus itu akan tersebar karena pergerakan manusia yang terinfeksi melalui media yang sesuai
dari droplet dan menyebar karena kontak erat, kontak dekat dan kontak area. Karakter virus
juga menentukan apakah virus yang low pathogenic (novel beta coronavirus tipe S) atau
highly pathogenic (novel beta coronavirus tipe L). Respon terhadapa tipe highly pathogenic
juga berbeda beda tergantung kondisi daya tahan tubuh dan umur seseorang. Saat virus
tersebar maka membutuhkan lingkungan yang sesuai seperti suhu optimal dan media. WHO
telah merilis bahwa virus Covid-19 akan mati pada suhu 56 derajat C. Virus akan lebih mudah
menyebar pada suhu 5-11 derajat Celsius pada negara di zona lintang utara 30-50 derajat LU.
Menurut peneliti dari China, virus corona Covid-19 akan cepat menyebar pada suhu 8 derajat
Celsius dan virus akan stabil atau turun transmisinya pada suhu yang lebih panas dan lebih
lembab. Oleh karena itu kondisi lingkungan dengan kepadatan jumlah penduduknya dan
daya tahan tubuh orang yang terpapar sangat menentukan lama tidaknya wabah ini
berlangsung. Awalnya para peneliti di China menghubungkan pola penyebaran virus ini
dengan kondisi cuaca dimana virus lebih mudah menyebar pada musim dingin. Pendapat ini
dibantah oleh WHO karena virus ini muncul baru sama sekali dan berbeda dengan virus flu
yang tergantung suhu rendah. Oleh karena itu yang lebih penting adalah tindakan
pencegahan nyata seperti jaga jarak, lindungi dari paparan dengan masker dan APD, serta
perkuat daya tahan tubuh serta sering cuci tangan. Oleh karena teori yang tepat untuk
menggambarkan dinamika status kesehatan pada kondisi wabah ini lebih tepat jika
menggunakan teori Blum seperti pada gambar dibawah ini.

Preventif, promotif, kuratif,


dan rehabilitatif

Gambar 2. Teori Blum

Menurut Blum bahwa factor pelayanan kesehatan berkontribusi 20 persen, factor perilaku
berkontribusi 30 persen, factor lingkungan berkontribusi sebesar 40 persen dan faktor
bawaan daya tahan tubuh (faktor usia lanjut) berkontribusi 10 persen terhadap status
kesehatan seseorang. Hal ini tentunya bisa berubah tergantung jenis penyakitnya. Perilaku
merokok, usia tuapada situasi saat ini dengan adanya wabah covid-19 akan berkontribusi
lebih besar untuk terkena penyakit. Upaya pemerintah dengan program pencegahan dan
pengobatan bisa membatu 20% dalam menjaga status kesehatan. Faktor perilaku berbasis
keyakinan agama dengan karantina seperti pada jaman Nabi Muhammad yang sesuai dalam
situasi wabah juga membantu sekitar 30% dalam manjaga status kesehatan dan bahkan bisa
menjadi factor penentu utama status kesehatan seseorang. Ibnu Sina (980-1037), seorang
ahli kedokteran dari Persia bahkan menganjurkan program al-Arba’iniya (empat puluh hari)
untuk mengisolasi orang yang sakit pada saat terjadi wabah. Dalam bahasa Italia istilah empat
puluh itu diadopsi dengan istilah quarantana atau quarantena yang berarti juga empat puluh.
Saat ini kita mengenalnya dengan istilah karantina yang waktunya tergantung pada masa
inkubasi penyakit. Untuk wabah Covid-19 waktu karantina minimal 14 hari sampai dengan 24
hari. Jika dikalkulasikan maka kira kira wabah akan terjadi selama 54 hari sampai dengan 64
hari.

Ketua BNPB dengan latar belakang ilmu kebencanaan berbasis pada analisis data cuaca dan
pengaruh geografis melaporkan bahwa dengan suhu dan kelembaban yang tinggi di Indonesia
mampu menurunkan transmisi virus karena virus tidak tahan panas. Dalam teori kebencanaan
secara umum risiko bencana dapat diuraikan sebagai fungsi dari potensi bahaya (hazard) dan
kerawanan (vulnerability) yang dapat dikombinakan dengan kemampuan mengatasi bencana
(coping capacity). Suatu risiko bencana (R) akan menurun jika kapasitas atau kemampuan
menghadapi bencana itu ditingkatkan seperti tampak pada gambar beriktu ini.
Risiko bencana dapat diturunkan dengan menurunkan “hazard” dalam hal ini virus covid yang
mudah mati dengan suhu panas. Penurunan faktor hazard atau potensi bencana
(keterancaman) tidak akan berpengaruh besar dalam menurunkan risiko pandemic Covid-19
jika denominator atau penyebutnya sebagai bilangan pembagi terlalu kecil. Bilangan pembagi
tersebut adalah kapasitas atau kemampuan menghadapai bencana. Bencana covid-19 telah
menyebabkan kapasitas menghadapi bencana menurun dengan kelangkaan APD, masker,
dan banyaknya tenaga kesehatan yang menjadi korban covid-19 (sebagai pasien maupun
meninggal dunia). Secara otomatis akan meningkatkan risiko bencana yang bersifat multi
sectoral, multi-phase, multi-level, dan multi stakeholder. Dalam hal ini BNPB telah
mengumumkan masa tanggap darurat sampai dengan tanggal 29 Mei 2020. Selain itu
kapasitas menghadapai bencana juga menurun karena dana yang tersedia terbatas bahkan
APBN telah minus Rp. 850 trilyun. Masa tanggap darurat boleh selesai sampai 29 Mei 2020
tetapi masa pemulihan ekonomi akan butuh waktu lebih lama lagi bertahun tahun. Hal ini
diakui oleh gubernur BI yang tiap hari menangis melihat kondisi perekonomian dan nilai tukar
rupiah semakin jatuh. Pada gambar 3 dibawah ini pada kuadran tanggap darurat mungkin bisa
selesai dalam beberapa bulan sampai Akhir Mei 2020 tetapi masa pemulihan akan lebih lama
lagi. Hanya dengan pertolongan Allah saja bangsa Indonesia akan selamat dan bisa bangkit
kembali dengan sebuah harapan baru dan akan perubahan mind set dan mentalitas melalui
revolusi mental yang sesungguhnya.

Gambaar 3. Siklus Penangana Bencana


Belajar dari pengalaman china dan negara lain dalam mengendalikan wabah diperlukan waktu
antara 2-3 bulan dengan upaya nyata, mati matian dan sungguh sungguh untuk memutuskan
rantai penularan mulai dari karantina wilayah (lockdown), isolasi, jaga jarak, deteksi kasus
dengan cepat melalui tracing dan screening penderita serta pelayanan kesehatan yang siap
siaga. Namun karena wabah ini sudah menjadi pandemic ke seluruh dunia maka ancaman
yang baru adalah terjadinya serangan gelombang kedua dengan munculnya kasus-kasus
imported dari negara lain. Hal ini membuat masa terjadinya wabah akan semakin Panjang.
Apalagi dengan kecenderungan pada serangan kedua ini hampair 40% kasus positif covid 19
adalah asymptomatic sehingga data jumlah penderita covid-19 yang dilaporkan tidak
mencerminkan kasus sebenarnya di masyarakat. Tentu hal ini akan semakin sulit untuk
membatasi penyebaran dan penularan covid-19 sehingga waktu pandemic semakin lama.
Belajar dari pengalaman terburuk kasus pandemic Influenza di Spanyol yang menyebabkan
50 -100 juta kematian atau seperlima populasi dunia meninggal dunia maka pandemic bisa
berlangsung sampai 2 tahun dari Januari 1918 sd December 1920. Angka 19 pada covid ini
mengingatkan pada angka 1918 sd 1920 pandemi Influena di Spanyol dan pilpres 2019. Tentu
tidak ada hubungan antara Epidemi pilpres 2019 dengan kematian 450 orang anggota KPU
dengan pandemic covid-19 dengan case fatality rate 3 % sekitar 200 orang meninggal di
Indonesia. Dampak pilpres bisa dirasakan selama 5 tahun sedangkan pandemic covid-19 bisa
lebih lama lagi dengan pasukan buzzernya masing masing. Apakah pandemic covid-19 akan
seperti pandemic influenza 1918. Demikian juga wabah Ebola di Guinea dan Kongo Afrika
Barat berlangsung 2 tahun dari 2014-206.

Dengan memperhatikan berbagai faktor di atas, para ahli matematika dan statistik dengan
menggunakan pendekatan model matematika yang disimulasi menggunakan mechine
learning atau program computer artifisial intelligence telah menghitung prediksi masa wabah
akan berakhir.

Simulasi dari ahli matematika UNS dengan menggunakan model matematika dalam waktu
100 sehari sampai bulan Juni 2020 diperkirakan akan terjadi puncak wabah pada bulan Mei
2020 dan menurun pada bulan Juni dengan jumlah penderita sekitar 2,5 % dari populasi yang
ada. Model matematika tersebut dengan asumsi bahwa kemampuan transmisi virus 2,6, dan
factor paparan (factor Beta) dan daya tahan tubuh serta kemampuan negara dan masyarakat
dalam melakukan isolasi, karantina atau lockdown (faktor alfa) serta perawatan kepada yang
sakit (faktor teta) yang bisa dikendalikan. Inilah ketakutan terhadap angka 2,5 %. Dengan
demikian tidak heran mengapa terjadi ketakutan di mana mana. Apabila Yogjakarta dengan
jumlah penduduk kurang lebih 2 juta maka kurang lebih jumlah penderita maksimal mencapai
50.000 pasien Covid-19 dan maksimal akan ada 6.750.000 pasien Covid-19 di Indonesia.
Apalagi sampai ini tidak vaksin dan tidak obat yang efektif untuk menangkal virus corona
membuat ketakutan bertambah bagi yang dinyatakan positif. Beberapa obat second line
seperti lopinavir-ritonavir (avigan), kloroquin, tocilizumab, dan remdesivir bisa bermanfaat
sesuai keadaan pasien tergantung ada tidaknya faktor penyerta atau komorbid.

Pakar lain dari FMIPA UGM dengan menggunakan model probabilistic data-driven model
(PPDM) telah memprediksi wabah covid-19 akan berakhir pada tanggal 29 Mei 2020 dengan
pasien paling sedikit 6.174 orang sedangkan jumlah maksimal pasien tidak disebutkan bisa
jadi sama dengan 2,5 % dari populasi. Melalui model tersebut diperkirakan akan ada
penambahan maksimal total penderita Covid-19 terjadi pada minggu kedua April 2020 yaitu
berkisar antara tanggal 7 hingga 11 April 2020. Perhitungan dari pakar UGM dengan asumsi
faktor eksternal dibatasi seperti faktor suhu, jumlah populasi dan kepadatan penduduk dan
pemerintah dengan sungguh sungguh melakukan pembatasan secara ketat dengan karantina
wilayah. Hasil perhitungan dari tim FMIPA UGM telah dengan model PDDM telah dicoba dan
dibandingkan dengan berbagai model statistic pembelajaran mesin (machine learning), dan
runtun waktu seperti kurva Gompertz, logistic model, model eksponensial, ARIMA dan model
lainnya.

Kesimpulan
Penafsiran kapan wabah akan berakhir dari sumber ilmu Syariah dengan ilmu tafsir hadist dan
tafsir ilmu medis serta science lainnya memiliki interpretasi yang berbeda beda dan tidak ada
kepastian kapan wabah itu berakhir. Prediksi wabah akan berakhir pada bulan Mei 2020 baik
secara syriah maupun science dengan konsekwensi ada upaya atau ikhtiar yang dilakukan
seperrti petunjuk Nabi Muhammad dan Ibnu sina dengan program karantina wilayah selama
40 hari yang sesuai dengan science beserta upaya upaya lainnya. Wabah bisa juga berakhir
sampai 2 tahun jika merujuk kepada kejadian kejadian wabah di dunia ini pada tahun 1918
dan 2014 sampai betul betul aman tidak ada lagi baru yang terjadi.
Namun semua ini adalah prediksi/ pendapat ulama dan ilmuwan yang berasal dari ijtihad
(yang belum pasti kebenarannya) dan analisis data ilmiah. Mudah mudahan Alloh menjaga
kita semua dan mengangkat wabah ini secepatnya dengan ikhtiar yang benar dan tawakal
yang sejati. Allah berjanji bahwa Allah tidak mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak
mengubah dirinya sendiri. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan mindset dan revolusi
mental dari maksiat kepada taubat dan taat kepada Nya. Saatnya kita menggalang persatuan
sejati untuk Indonesia yang baru Meskipun dengan hutang menumpuk asal kita kompak dan
tidak saling mengkhianati semoga ada jalan keluar dari krisis ini. Marilah kita jujur apa adanya
dan jangan ada lagi dusta diantara kita.

Aamiiin ya Robbal A’lamiiin

Anda mungkin juga menyukai