Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu (Hasil Review)

2.1.1 Pengukuran Arus Bocor pada Isolator


Gejala-gejala timbulnya polutan pada isolator ini sangat mudah sekali terjadi pada isolator
keramik yang banyak digunakan di Indonesia. Dengan iklim tropis ini isolator keramik mudah
terkontaminasi pada bagian permukaan yang membentuk formasi pita kering atau dry band dan
mempunyai sifat hidrofilik (menerima air). Untuk mengurangi dan mengatasi lewat denyar akibat
pengotoran (terkontaminasi) telah dikembangkan beberapa metode, yaitu pemilihan desain isolator
berdasarkan tingkat pengotoran daerah operasi, pencucian isolator secara periodik (periodic
washing), dan pelapisan permukaan (coating) dengan material tertentu untuk meningkatkan
kinerja isolator yang terkontaminasi.
D. Medianto (2001) telah melakukan studi bentuk gelombang arus bocor pada isolator
keramik pin 20 kV untuk lingkungan tepi pantai dengan menggunakan silicone compound
(senyawa polimer silikon) untuk meningkatkan kinerja dari isolator tersebut. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pada kondisi kelembaban tinggi, lapisan kondusif pada polutan akan semakin
mudah terjadi sehingga terbentuk pita kering yang dapat menimbulkan lewat denyar. Pada kondisi
demikian arus bocor yang terjadi pada permukaan isolator yang tidak dilapisi senyawa silikon
dapat mencapai 364 A berbanding dengan 118 A pada isolator yang dilapisi silikon. Hal yang
sama juga telah dilakukan oleh Suwarno (2000) dengan melakukan metode penyemprotan
senyawa silikon yang sebelumnya telah dilarutkan dengan larutan trichloroethane TCE II pada
isolator keramik jenis pos pin 20 kV. Kemudian pelapisan isolator ini diuji pada berbagai kondisi
lingkungan baik dalam kondisi bersih maupun dalam kondisi berpolutan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pada kondisi normal diperoleh puncak gelombang arus bocor pada kisaran
20 A, sedangkan pada kondisi isolator terpolusi puncak gelombang arus bocor meningkat hingga
lebih dari empat kali lipat kondisi normal. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan terjadinya
degradasi pada permukaan isolator yang akan menjadi jembatan akan terjadinya tembus listrik
(flashover).
2.1.2 Pengaruh Temperatur dan Kelembaban arus Bocor Isolator
Sehubungan dengan adanya pengaruh lingkungan terhadap penuaan isolator keramik dan
pengotoran polutan yang diikuti peningkatan arus bocor permukaan isolator keramik, maka
beberapa rujukan yang diperoleh dari peneliti sebelumnya juga telah melakukan penelitian
mengenai pengaruh temperatur dan kelembaban terhadap arus bocor isolator, diantaranya.
1. W. Wiratmaja dan Suwarno (2000), telah melakukan penelitian pengaruh temperatur dan
kelembaban arus bocor pada isolator keramik pospin 20 kV untuk berbagai jenis polusi.
Dalam penelitian ini isolator diuji pada kelembaban rendah (50%-60%, sedang(65% -
75%) dan tinggi (80% - 95%) pada temperatur dari 250 sampai 450. Hasil penelitian ini
melaporkan efek kelembaban memberi pengaruh yang signifikan bagi kenaikan arus bocor,
baik dalam kondisi bersih maupun terpolusi.
2. D. Medianto dan Suwarno (2000), melakukan pengukuran arus bocor pada isolator keramik
pospin 20 kV yang dibandingkan dengan pelapisan senyawa silikon. Dalam penelitian ini
kondisi awal pengukuran arus bocor isolator terlebih dahulu di tes di laboratorium dalam
keadaan basah dan kering. Setelah itu isolator ditempatkan di daerah pantai selama 1 bulan
dalam keadaan tidak bertegangan. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa penggunaan
senyawa silikon untuk melapisi permukaan isolator dapat menekan arus bocor pada
permukaan isolator terutama dalam keadaan berpolusi. Untuk isolator yang tidak dilapisi
senyawa silikon setelah berpolusi mengalami kenaikan arus bocor hampir 300%,
sedangkan isolator berpolusi yang sudah dilapisi senyawa silikon hanya mengalami
kenaikan sekitar 35%.
3. Selanjutnya D. Medianto dan Suwarno (2001), melanjutkan hasil penelitiannya untuk
lingkungan tepi pantai dengan melihat bentuk gelombang arus bocor untuk empat kondisi
pelapisan senyawa silikon isolator yang berbeda, yakni tebal lapisan 0,6 mm, 0,3 mm 0,1
mm dan 0,0 mm. Dengan kelembaban 85-95% sesudah terpolusi menunjukkan bahwa dari
segi fisik terlihat ada perubahan pada permukaan isolator-isolator tersebut. Untuk
permukaan isolator yang dilapisi senyawa silikon berwarna bening, setelah terpolusi
berubah menjadi keruh. Sedangkan permukaan isolator yang tidak dilapisi senyawa silikon
berwarna mengkilat, setelah terpolusi permukaannya terlihaat suram. Kemudian bentuk
gelombang arus bocor pada isolator terpolusi tidak berupa sinusoidal murni, dan
amplitudo terbesar terjadi pada lapisan yang paling tipis, yakni 0,1 mm.
Berkaitan dengan kekurangan sifat-sifat dari isolator keramik ini, maka beberapa dekade tahun
terakhir ini isolator polimer secara bertahap telah dikembangkan sebagai alternatif pengganti
porselin/keramik dan gelas.Ada beberapa jenis isolator bahan polimer diantaranya terbuat dari
bahan Ethylene Propylene Diene Monomer (EPDM), Silikon rubber (SIR) dan Ethyle Prophylene
Rubber (EPR) (Anton, 2001). Kelebihan material polimer ini adalah memiliki sifat dielektrik,
resistivitas volume, sifat termal, kekuatan mekanik, ringan, pemasangan dan penanganan yang
lebih baik dibandingkan porselen dan gelas (Salama, 2000). Meskipun demikian material polimer
umumnya rentan terhadap pengaruh lingkungan (intensitas radiasi UV, temperatur , kelembaban,
atau hujan) dan polusi tinggi serta terpaan medan listrik yang dapat menyebabkan degradasi dan
selanjutnya mengakibatkan penuaan (aging).

2.1.3 Pengaruh Lingkungan Terhadap Isolator


Sehubungan dengan adanya pengaruh lingkungan terhadap penuaan isolator polimer yang
bisa menghilangkan sifat hidrofobik dan diikuti peningkatan arus bocor permukaan isolator, maka
beberapa penelitan sebelumnya telah dilakukan oleh Tim Peneliti sebagai berikut:
1. Salama, dkk (1999), melakukan studi sifat hidrofobik Silicone Rubber untuk bahan isolator
tegangan tinggi. Dalam penelitian dikemukakan bahwa jenis isolator polimer silicone
rubber (karet silikon) merupakan material isolator baru yang baik dipakai untuk isolasi
bagian luar. Kelebihan material ini dibandingkan dengan bahan keramik dan jenis polimer
lain karena memiliki sifat dielektrik ( tan  dan r) yang baik, sangat ringan, tahan gempa
mudah penangannya dan pemasangannya.
2. Salama, dkk (2000), melakukan penelitian pengaruh lingkungan terhadap penuaan material
isolasi polimer dengan menggunakan analisa SEM dan Spektroskopi IR. Dalam penelitian
ini digunakan bahan uji material RTV dan HTV elastomer silikon untuk mengevaluasi
gejala kerusakan dan perubahan struktur kimia permukaan polimer yang mengalami
penuaan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan struktur kimia dari kedua
material tersebut, tetapi tidak menghilangkan sifat hidrofobiknya dengan adanya
pengukuran sudut kontak masih lebih besar dari 900.
3. Salama, dkk (2001), melakukan analisis dampak iklim tropis pada sifat hidrofobik dan
dielektrik material isolasi elastomer silikon. Hasil penelitian menujukkan bahwa
kelembaban dan hujan dominan menekan turunnya hidrofobik dan peningkatan dielektrik
elastomer silikon. Kemudian kelembaban memberikan pengaruh yang dominan pada
permeabilitas dan faktor disipasi, sedangkan hujan berpengaruh terhadap perubahan sudut
kontak.
4. Inna Kurniati, Suwarno dan Salama (2001), melaporkan hasil penelitiannya mengenai
pengaruh iklim tropis terhadap parameter-parameter r, tan , dan kehilangan berat dari
material isolasi polimer elastomer silikon. Hasil penelitian menunjukkan material
elastomer silikon dengan kandungan filler 29,9% memiliki kinerja yang paling optimal.
Sedangkan pada peneliti lainnya diperoleh beberapa rujukan mengenai pengaruh lingkungan
terhadap penuaan isolator polimer, diantaranya:
1. Gorur, R.S. (1991), melakukan penelitian pengaruh lingkungan terhadap penuaan isolator
polimer. Dalam penelitian ini dilakukan kombinasi radiasi ultraviolet (uv) dengan
temperatur lingkungan yang tinggi. Perubahan degradasi isolator dapat dilihat adanya
perubahan warna dan munculnya pengapuran pada permukaan polimer.
2. Kaerner, H.C. (1995), melakukan penelitian terjadinya penuaan isolator polimer terhadap
pengaruh kelembaban dan curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan terjadinya erosi
pada permukaan polimer. Perbedaan tekanan parsial antara bahan dan atmosfir/lingkungan
memungkinkan penetrasi kelembaban ke dalam polimer. Gejala ini akan memperburuk
sifat dielektrik dan penurunan sifat permukaan isolator yang dapat menghilangkan sifat
hidrofobik, terjadinya keretakan dan erosi pada permukaan isolator yang semakin hebat,
serta diikuti peningkatan arus bocor permukaan.
3. Anton, Tumiran, Hamzah Berahim. (2001), melakukan penelitian mengenai watak
hidrofobik permukaan bahan isolasi karet silikon untuk isolator tegangan tinggi dengan
penuaan dipercepat. Dalam penelitian ini difokuskan pada efek polutan terhadap
hidrofobik permukaan bahan isolator karet silikon. Selain itu penelitian dilakukan dengan
mempelajari hubungan ESDD (Equivalent Salt Deposit Density) terhadap sifat hidrofobik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar ESDD mengakibatkan sudut
kontaknya semakin besar, akan tetapi perubahan arus bocor tidak terlalu besar.
4. Dian Permanasari dan Suwarno (2001), melakukan studi bentuk gelombang arus bocor
pada isolator polimer pasangan luar terhadap pengaruh kelembaban dan temperatur. Jenis
polimer yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan polimer EPDM jenis pin 20 kV.
Kondisi pengujian dilakukan berbagai tingkat kelembaban dan kondisi isolator bersih.
Hasil penelitian menunjukkan besarnya arus bocor pada kondisi bersih sangat bergantung
pada besarnya tegangan yang diberikan, sedangkan temperatur tidak banyak memberikan
kontribusi terhadap perubahan arus bocor. THD makin turun untuk kelembaban yanga
semakin tinggi karena lapisan konduktif yang terbentuk akan mengurangi kandungan
harmonik dari arus bocor, sedangkan bentuk gelombang arus bocor pada isolator EPDM
untuk kelembaban yang berbeda cenderung konstan. Hal ini menunjukkan bahwa
permukaan isolator polimer EPDM pada kondisi bersih mempunyai sifat hidrofobik yang
baik.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Pengertian Isolator
Secara umum definisi atau pengertian Isolator adalah bahan yang tidak dapat atau sulit
melakukan perpindahan muatan listrik. Di dalam bahan isolator valensi elektronnya terikat
kuat dengan atom atomnya. Bahan bahan tersebut dipakai dalam beberapa alat elektronika
sebagai isolator atau penghambat mengalirnya arus listrik. Isolator bisa digunakan juga untuk
penopan beban atau pemisah antara konduktor tanpa membuat arus mengalir ke luar atau antara
konduktor. Istilah ini juga dipakai untuk memberi nama alat yang digunakan untuk menyangga
kabel transmisi listrik di tiang listrik.
Beberapa bahan seperti kertas, kaca atau teflon juga merupakan bahan isolator yang sangat
baik dan bahkan beberapa bahan sintetis juga masih bisa dikatakan baik untuk dipakai sebagai
isolator kabel Sedangkan untuk karet atau plastik adalah bahan bahan yang dipilih sebagai
isolator kabel sebab lebih mudah dibentuk atau diproses dan masih bisa menyumbat
aliran listrik di voltase menengah dari ratusan bahkan hingga mencapai ribuan volt.
2.2. Macam Jenis Isolator
Fungsi dari isolator adalah untuk mencegah bocornya arus listrik dari konduktor. Berikut
ini akan kami jelaskan apa saja jenis jenis isolator dan contoh isolator.

1. Bahan Padat
Bahan padat merupakan bahan isolator yang tidak bisa berubah bentuk dengan sangat
mudah mengikuti wadahnya. Beberapa jenis isolator padat diantaranya adalah :
a. Bahan Tambang
Bahan tambang merupakan bahan yang berasal dan ada di penggalian dalam tanah berbentuk biji
seperti pualam, batu tulis dan sebagainya yang harus diproses terlebih dulu untuk memperoleh
bahan yang diinginkan. Beberapa macam bahan tambang tersebut diantaranya adalah:
 Asbes : Bahan berserat, tidak kuat serta mudah putus namun sebetulnya kuat untuk
isolator listrik.
 Batu pualam : Batu kapur atau dolomit yakni bongkahan batu besar yang dipotong
potong menjadi lempengan tebal dengan ukuran tertentu.
 Mika: Memiliki sifat teknis baik sehingga cukup sering dipakai sebagai bahan isolator.
 Mikanit : Mika yang sudah mengalami perubahan bentuk atau susunan bahan sesuai
dengan keperluan. Penggunaan mika terkadang juga ditambahkan dengan pita, kertas
atau kain supaya bisa menghasilkan ketebalan yang diinginkan dan agar bisa
meningkatkan daya sekat listrik serta menambah kekuatan mekanis supaya tidak retak
ketika dilipat atau digulung.
 Mikafolium: Sejenis mikanit dan sebagai bahan yang memakai mika yang ditaburkan
di atas lapisan kertas lipis dengan perekat pernis serta bahan sintetis lainnya.
Mikafolium sangat mudah dibengkokkan dengan cara pemanasan serta dipakai sebagai
isolator untuk membungkus kawat atau bahan lilitan mesin listrik tegangan tinggi.
b). Bahan Berserat
Bahan dasar yang dipakai untuk bahan berserat berasal dari 3 macam yakni binatang, tumbuh
tumbuhan serta bahan tiruan atau sintetis. Sebetulnya, bahan ini tidak cukup baik digunakan untuk
isolator listrik sebab sifatnya yang bisa menyerap cairan. Sementara cairan tersebut bisa merusak
isolator yang kemudian menyebabkan daya sekat menurun.
Namun karena beberapa faktor seperti bahan mudah didapat, hargannya yang murah, daya mekanis
cukup kuat, fleksibel, dapat disusun berlapis lapis dan dicampur dengan zat tertentu untuk
meningkatkan daya sekat, daya mekanis serta daya tahan panas, maka bahan berserat juga
digunakan untuk isolator listrik. Beberapa contoh bahan berserat diantaranya adalah:
 Benang : Bisa digunakan sebagai isolator kawat yang banyak dipakai untuk isolator
kawat halus dalam pembuatan pesawat pesawat seperti pengukuran listrik.
 Tekstil : Digunakan pada bidang kelistrikan sebagai isolator kawat lilitan mesin listrik,
pengikat dan lain sebagainya.
 Kertas: Bahan kertas merupakan selulosa yang terbuat dari sel tumbuhan. Kertas yang
terlalu kering atau lembab kekuatan isolatornya akan berkurang sebab sangat menyerap
cairan sehingga kertas dilapisi isolator. Pemakaian kertas untuk isolator tidak hanya
untuk pembalut lilitan kawat dan kumparan namun juga untuk isolator kabel serta
kondensator kertas.
c). Gelas dan Keramik
Gelas adalah isolator baik untuk arus listrik namun kekuatan mekanisnya kecil dan juga rapuh
tidak seperti bahan keramik. Pemakaiannya dalam teknik listrik diantaranya adalah untuk
membuat bola lampu pijar, termometer kontak untuk mengontrol suhu tertentu seperti untuk
tempat penetasan telur dan lain sebagainya.
Sedangkan keramik bisa didapat dari bahan galian lewat proses pemanasan yang kemudian dibuat
barang keramik seperti cangkir teko dan dalam teknik listrik dipakai untuk isolator lonceng dan
juga mantel. Keramik yang dipakai untuk kebutuhan teknik listrik harus memiliki daya sekat yang
besar serta bisa menahan gaya mekanis yang besar seperti steatit dan juga porselin.
d). Plastik
Plastik adalah kombinasi dua bahan yakni bahan perekat seperti resin atau damar dan juga bitumin
dengan bahan pengisi serbuk kayu, serbuk batu dan katun. Sebenarnya, ada banyak bahan plastik
seperti salah satunya bakelit dn plastik sendiri terdiri dari 2 jenis, yakni :
 Thermoplastik : Akan lunak pada suhu 600 derajat celsius dan pemanasan hingga
mencair tidak akan merubah struktur kimiawi.
 Thermosetting plastik : Sesudah mengalami proses pencairan dan menjadi barang, maka
akan mengalami perubahan struktur kimiawi sehingga tidak bisa kembali lunak meski
dipanaskan. Beberapa bahan pengisi paduan pada pembuatan plastik selain yang sudah
disebutkan diantaranya adalah kain kapas, mika, aplha selulosa, grafit, asbes, kertas,
kanvas dan juga karbon.
2. Bahan Cair
Isolasi menggunakan bahan cair biasanya difungsikan sebagai bahan pengisi pada beberapa
peralatan listrik, Beberapa contohnya yaitu : rheostat, transformator dsb. Dalam hal ini, bahan
isolasi cair memiliki fungsi utama sebagai isolator arus listrik dan juga sekaligus berfungsi sebagai
pendingin. Maka dari itu bahan isolator cair memiliki syarat harus mempunyai tegangan tembus
yang besar serta mempunyai daya hantar panas yang cukup tinggi.
2.2.2 Minyak transformator
Minyak transformator difungsikan untuk mengeluarkan panas yang disebabkan oleh arus
listrik dalam kumparan serta untuk melindungi kumparan transformator dari pengaruh air.
1. Bahan Gas
a). Udara
Udara juga bisa berfungsi sebagai bahan isolasi yang tentunya mudah didapat karena mempunyai
tegangan tembus cukup besar yakni sekitar 30kV/cm. Susunan udara yang terdapat di permukaan
bumi, terdiri atas 20% Oksigen (O2), 79% Nitrogen (N2) sedangkan sisanya yang sekitar 1%
terdiri dari banyak unsur lainnya seperti : karbondioksida, Argon, Neon, Helium, Kripton, dan
lain-lain.
Pada sistem jaringan tenaga listrik, udara memiliki peran sebagai bahan penyekat antar kawat
konduktor atau antara kawat konduktor dengan tanah. Diketahui pada tekanan yang tidak terlalu
tinggi, udara merupakan bahan penyekat yang baik dan terbukti kebocoran melalui udara adalah
kecil sekali. Tetapi pada kondisi tekanan yang cukup tinggi, maka dapat berpotensi terjadi loncatan
elektron di udara. Udara juga sering digunakan sebagai pendingin.
b). Sulfur Heksafluorida (SF6)
Sulfur heksafluorida (SF6) merupakan suatu gas yang dihasilkan dari reaksi eksotermis antara
unsur sulfur dengan fluor. Sulfur heksafluorida merupakan gas terberat dengan massa jenis 6,14
kg/m3 atau sekitar lima kali berat udara. Gas ini tidak mudah terbakar, tidak larut dalam air, tidak
berwarna serta tidak berbau. Tegangan tembusnya cukup tinggi yaitu sekitar 75 kV/cm. Gas ini
sangat tepat digunakan untuk pendingin pada peralatan listrik yang dapat menimbulkan panas dan
bunga api.

Anda mungkin juga menyukai