Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PEMELIHARAAN SALURAN TRANSMISI 70 KV SECTION 1


BOLOK - MAULAFA DI UNIT LAYANAN TRANSMISI DAN
GARDU INDUK (ULTG) KUPANG

Oleh

1. ALEXANDRIO BUNI NGANI (1806030004)


2. YOHANES NAHAK NAI ULU (1806030032)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
JANUARI 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

PEMELIHARAAN SALURAN TRANSMISI 70 KV SECTION 1


BOLOK - MAULAFA DI UNIT LAYANAN TRANSMISI DAN GARDU
INDUK (ULTG) KUPANG

Disusun Oleh :

1. ALEXANDRIO BUNI NGANI (1806030004)


2. YOHANES NAHAK NAI ULU (1806030032)

Laporan Kerja Praktek ini, disusun sesuai pelaksanaan dilokasi kerja praktek dan
telah diperiksa secara cermat sesuai dengan kaidah dan peraturan akademik yang
berlaku di lingkup Universitas Nusa Cendana Kupang.

Kupang,.........2022

Mengetahui Menyetujui
Koordinator Program Studi Teknik Dosen Pembimbing Kerja Praktek
Elektro

( Don E.D.G Pollo, ST, MT ) ( Dr. Ir. Sudirman Syam, ST, MT, IPM)
NIP : 197901142003121003 NIP: 196702111999031001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan pelaksanaan Kerja
Praktek (KP) di Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) Kupang dan
penulis juga dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kerja Praktek (KP) ini sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.

Laporan ini disusun berdasarkan data-data dan hasil pengerjaan yang


dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2022 sampai dengan 04 Maret 2022 di Unit
Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) Kupang. Kerja Praktek (KP) ini
merupakan kegiatan praktek kerja lapangan sebagai penerapan terhadap ilmu
pengetahuan khususnya di Program Studi Teknik Elektro (Teknik Tenaga Listrik)
yang telah di dapatkan dan dipelajari selama mengikuti perkuliahan di kelas baik
teori maupun praktek.

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata
Kuliah Kerja Praktek (KP). Dalam penyusunan laporan ini kami banyak mendapat
bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Menyadari akan hal itu, maka pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, Sang Maha Kuasa yang telah memberikan
limpahan anugerah dan lindungan pada umat-Nya.
2. Orang tua dan Saudara penulis yang sudah memberikan dukungan
dan doa.
3. Bapak Don E. D. G. Pollo, ST, MT selaku Koordinator Program
Studi Teknik Elektro Universitas Nusa Cendana Kupang.

4. Bapak Dr. Ir. Sudirman Syam, ST, MT, IPM selaku Dosen
Pembimbing Kerja Praktek.
5. Para Dosen Teknik Elektro Universitas Nusa Cendana.
6. Bapak Gedhe Arjana Permana Putra selaku Manajer Unit Layanan
Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) Kupang yang telah menerima
kami untuk melakukan Kerja Praktek.

ii
7. Bapak I Putu Gede Windu Sukadinata selaku Supervisor Operasi
Gardu Induk sekaligus Pembimbing Lapangan.
8. Bapak I Putu Agus Soni Aniarta selaku Supervisor Operasi dan
Pemeliharaan.
9. Abang Yoga Aditya Rahman, Abang Imran, Abang Kadek Gunawan
Putra, Abang Sebbasar Dikaisun Sinambela, Abang Glenn Enro
Messakh, Abang Arkastra Founder Anak Teknik, Abang Rico Radja
dan Abang Rocky Galla yang telah membimbing kami selama
kegiatan kerja praktek di Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk
(ULTG ) Kupang.
10. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan membimbing kami.

Laporan Kerja Praktek ini telah disusun dengan maksimal namun penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan Kerja Praktek (KP)
baik dari segi penulisan maupun materi. Untuk itu maka penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan laporan Kerja
Praktek (KP) ini.

Kupang, 25 Januari 2022

Penulis

iii
ABSTRAK

PEMELIHARAAN SALURAN TRANSMISI 70 KV SECTION 1 BOLOK -


MAULAFA DI UNIT LAYANAN TRANSMISI DAN GARDU INDUK
(ULTG) KUPANG

Oleh

ALEXANDRIO BUNI NGANI (1806030004)


YOHANES NAHAK NAI ULU (1806030032)

Kerja praktek ialah salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana Kupang,
dimana topik yang diambil untuk kegiatan kerja praktek ini adalah Pemeliharaan
Saluran Transmisi 70 kV Section 1 Bolok - Maulafa di Unit Layanan Transmisi
dan Gardu Induk (ULTG) Kupang. Kerja praktek ini berlangsung selama satu
setengah bulan terhitung dari tanggal 28 Januari 2022 sampai dengan 07 Maret
2022. Lokasi tempat kerja praktek yang dipilih adalah Kelurahan Sikumana,
Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tujuan dari kegiatan
Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui gambaran umum tentang Pemeliharaan
Saluran Transmisi 70 kV Section 1 Bolok – Maulafa dan untuk mengetahui sistem
pemeliharaan jangka pendek, menengah, dan panjang pada Unit Layanan Transmisi
dan Gardu Induk (ULTG) Kupang. Metode yang digunakan dalam kegiatan kerja
praktek ini adalah metode literatur dan observasi. Metode ini digunakan untuk
mengamati secara langsung sistem pemeliharaan saluran transmisi 70 kV section 1
di ULTG Kupang. Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah
proses kegiatan (Pemeriksaan, Perbaikan, Penggantian dan Pengujian) yang
bertujuan mempertahankan atau menjaga kondisi SUTT, sehingga dalam
pengoperasiannya SUTT dapat selalu berfungsi sesuai dengan karakteristik
desainnya dan mencegah terjadinya gangguan yang merusak. Pemeliharaan Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV di ULTG Kupang dibagi menjadi 3 yaitu
Pemeliharaan Jangka Pendek (Harian/Mingguan), Jangka Menengah (Bulanan) dan
Jangka Panjang (Tahunan).
Kata Kunci : SUTT 70 kV, Pemeliharaan

iv
ABSTRACT

Practical work is one of the courses that must be taken by students of the Electrical
Engineering Department, Faculty of Science and Engineering, Nusa Cendana
University Kupang, where the topic taken for this practical work activity is 70 kV
Transmission Line Maintenance Section 1 Bolok - Maulafa in the Transmission
Service Unit and Substation (ULTG) Kupang. This practical work lasts for one and
a half months starting from January 28, 2022, to March 07, 2022. The location of
the practical work place chosen is Sikumana Village, Maulafa District, Kupang
City, East Nusa Tenggara. The purpose of this Job Training activity is to find out
an overview of the 70 kV Transmission Line Maintenance Section 1 Bolok –
Maulafa and to find out the short, medium, and long term maintenance systems at
the Transmission Service Unit and Substation (ULTG) Kupang. The method used
in this practical work activity is the literature and observation method. This method
is used to directly observe the 70 kV section 1 transmission line maintenance system
at ULTG Kupang. Maintenance of High Voltage Air Ducts (SUTT) is a process of
activities (Inspection, Repair, Replacement and Testing) which aims to maintain or
maintain the condition of the SUTT, so that in its operation the SUTT can always
function according to its design characteristics and prevent damaging disturbances.
Maintenance of the 70 kV High Voltage Air Line (SUTT) at ULTG Kupang is divided
into 3, namely Short Term (Daily/Weekly) Maintenance, Medium Term (Monthly)
and Long Term (Annual).

Keywords: SUTT 70 kV, Maintenance

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT.............................................................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
NOTASI ............................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Kerja Praktek ................................................................................ 2
1.3 Manfaat Kerja Praktek .............................................................................. 2
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................... 3
1.4.1 Waktu Pelaksanaan ............................................................................ 3
1.4.2 Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek ................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN................................................... 4
2.1 Sejarah Singkat ......................................................................................... 4
2.1.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) .................................................... 4
2.1.2 Sejarah PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur .................................... 7
2.2 Visi, Misi, Motto Perusahaan, Tujuan Perusahaan, dan Penerapan Nilai -
Nilai Dalam Perusahaan............................................................................ 8
2.2.1 Visi Perusahaan.................................................................................. 8
2.2.2 Misi Perusahaan................................................................................. 8
2.2.3 Motto Perusahaan .............................................................................. 8
2.2.4 Tujuan Perusahaan............................................................................. 9
2.2.5 Penerapan Nilai-Nilai ........................................................................ 9

vi
2.3 Logo dan Makna Logo Perusahaan........................................................... 9
2.3.1 Bentuk Lambang................................................................................ 9
2.3.2 Elemen–Elemen Dasar Lambang..................................................... 10
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan. ............................................................. 11
BAB III LANDASAN TEORI .............................................................................. 12
3.1 Sistem Tenaga Listrik ............................................................................. 12
3.1.1 Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant) ......................................... 12
3.1.2 Transmisi Tenaga Listrik ................................................................. 12
3.1.3 Sistem Distribusi.............................................................................. 13
3.1.4 Beban Listrik................................................................................... 13
3.2 Saluran Transmisi ................................................................................... 13
3.2.1 Klasfikasi Saluran Transmisi ........................................................... 13
3.3 Komponen-Komponen Utama Saluran Transmisi Udara ....................... 14
3.3.1 Menara atau Tiang Transmisi .......................................................... 14
3.3.2 Isolator ............................................................................................. 15
3.3.3 Kawat Penghantar ............................................................................ 16
3.3.4 Kawat Tanah .................................................................................... 19
3.4 Sistem Proteksi Pada Saluran Transmisi Udara..................................... 19
3.4.1 Pengaman Dari Gangguan Petir....................................................... 19
3.4.2 Pengaman dari Getaran/ Stres Mekanis yang Ditimbulkan oleh
Angin ............................................................................................... 28
3.4.3 Pengaman dari Ancaman/ Kemungkinan Gangguan Akibat Manusia
......................................................................................................... 29
3.4.4 Pengaman dari Kemungkinan Gangguan Luar (Pesawat Udara,
Terjun Payung) ................................................................................ 30
3.4.5 Pengaman dari Urat Konduktor Putus ............................................. 31
3.4.6 Monitoring ....................................................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 33
4.1 Pemeliharaaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV ............ 33
4.1.1 Pengertian Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70
kV..................................................................................................... 33

vii
4.1.2 Tujuan Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70
kV..................................................................................................... 33
4.1.3 Jenis-Jenis Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
70 kV................................................................................................ 33
4.1.4 Peralatan Kerja dalam Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) 70 kV .................................................................................. 38
4.1.5 Alat Perlindungan Diri (APD) dalam Pemeliharaan Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV ..................................................... 41
4.2 Gangguan yang terjadi pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70
kV............................................................................................................ 42
4.3 Data Hasil Puncture Test ........................................................................ 43
4.4 Pembahasan............................................................................................. 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 51
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 51
5.2 Saran ....................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52
LAMPIRAN .......................................................................................................... 53

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo Perusahaan ................................................................................. 9


Gambar 2.2 Struktur organisasi ULTG Kupang PT. PLN (Persero) ................... 11
Gambar 3.1 Rangkaian Sistem Tenaga Listrik ..................................................... 12
Gambar 3.2 Menara transmisi (a) Saluran tunggal, (b) Saluran ganda ................. 15
Gambar 3.3 Jenis-jenis isolator porselin: (a) pasak, (b) pos saluran, dan (c)
gantung.................................................................................................................. 16
Gambar 3.4 Penampang kawat penghantar ACSR yang terdiri dari 7 serat baja
dan 24 serat aluminium ......................................................................................... 17
Gambar 3.5 Kawat penghantar jenis TASCR ....................................................... 18
Gambar 3.6 Bagian-bagian kawat penghantar ACCC ......................................... 18
Gambar 3.7 Kawat GSW/OPGW.......................................................................... 20
Gambar 3.8 Jumper GSW ..................................................................................... 22
Gambar 3.9 Arcing horn sisi penghantar .............................................................. 22
Gambar 3.10 Arcing horn sisi tower ..................................................................... 22
Gambar 3.11 Bentuk lain arching horn ................................................................. 23
Gambar 3.12 TLA ................................................................................................. 24
Gambar 3.13 Konduktor penghubung, kawat GSW/OPGW ke tanah ujung....... 26
Gambar 3.14 Pentanahan tower ............................................................................ 27
Gambar 3.15 (a) Spacer 4 konduktor, (b) Spacer 2 konduktor ............................. 28
Gambar 3.16 Armour rod...................................................................................... 28
Gambar 3.17 Counter weight ................................................................................ 29
Gambar 3.18 Vibration Damper........................................................................... 29
Gambar 3.19 ACD (Anti Climbing Device)/penghalang panjat ........................... 29
Gambar 3.20 Plat Rambu Bahaya ......................................................................... 30
Gambar 3.21 Bola Rambu..................................................................................... 30
Gambar 3.22 Lampu Penerbangan........................................................................ 31
Gambar 3.23 Repair Sleeve................................................................................... 31
Gambar 3.24 Armaour rod span............................................................................ 32
Gambar 3.25 Plat Informasi Tower....................................................................... 32
Gambar 3.26 Step Bolt.......................................................................................... 32

ix
Gambar 4. 1 Thermovisi ....................................................................................... 36
Gambar 4. 2 Insulator Tester................................................................................. 36
Gambar 4. 3 Toolkit .............................................................................................. 38
Gambar 4. 4 Hydraulic Crimping Tool ................................................................. 38
Gambar 4. 5 Voltage Tester .................................................................................. 39
Gambar 4. 6 Lever Block ...................................................................................... 39
Gambar 4. 7 Grounding Local .............................................................................. 39
Gambar 4. 8 Kawat Seling .................................................................................... 40
Gambar 4. 9 Katrol................................................................................................ 40
Gambar 4. 10 Tali Prusik (12 mm 200 meter).. ................................................... 40
Gambar 4. 11 Carabiner ........................................................................................ 41
Gambar 4. 12 Body Hernes................................................................................... 41
Gambar 4. 13 Helm Safety.................................................................................... 42
Gambar 4. 14 Sepatu safety .................................................................................. 42
Gambar 4. 15 Sarung Tangan................................................................................ 42
Gambar 4. 16 Hasil Puncture Test Line 1 Fasa R ................................................. 43
Gambar 4. 17 Kurva Hasil Puncture Test Line 1 Fasa R ...................................... 44
Gambar 4. 18 Hasil Puncture Test Line 1 Fasa S ................................................ 44
Gambar 4. 19 Kurva Hasil Puncture Test Line 1 Fasa S ...................................... 44
Gambar 4. 20 Hasil Puncture Test Line 1 Fasa T ................................................. 45
Gambar 4. 21 Kurva Hasil Puncture Test Line 1 Fasa T ...................................... 45
Gambar 4. 22 Hasil Puncture Test Line 2 Fasa R ................................................. 45
Gambar 4. 23 Kurva Hasil Puncture Test Line 2 Fasa R ...................................... 46
Gambar 4. 24 Hasil Puncture Test Line 2 Fasa S ................................................. 46
Gambar 4. 25 Kurva Hasil Puncture Test Line 2 Fasa S ...................................... 46
Gambar 4. 26 Hasil Puncture Test Line 2 Fasa T ................................................. 47
Gambar 4. 27 Kurva Hasil Puncture Test Line 2 Fasa T ...................................... 47
Gambar 4. 28 Penggantian skun kabel grounding tower ...................................... 48
Gambar 4. 29 Pengukuran suhu mengunakan Thermal Imager............................ 49
Gambar 4. 30 Penggantian keping – keping isolator ............................................ 49
Gambar 4. 31 Pengukuran nilai tiap keping isolator menggunakan
Insulator Tester ............................................................................. 50

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Waktu Pelaksaanan Kerja Praktek ......................................................... 3

xi
DAFTAR LAMPIRAN

A. Surat Balasan Ijin Kerja Praktek di ULTG Kupang.......................................52


B. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktek di ULTG Kupang............................53
C. Logbook Kegiatan...........................................................................................55
D. Dokumentasi Kegiatan Kerja Praktek.............................................................57
E. Kartu Konsultasi Laporan Kerja Praktek........................................................58

xii
NOTASI

Notasi Satuan Halaman

V = Tegangan Volt 13

m = Panjang meter 14

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik telah menjadi sumber energi utama bagi manusia. Hampir semua
aspek dalam kehidupan manusia memerlukan listrik. Di rumah, kita butuh listrik
untuk menghidupkan lampu, TV, radio, pompa air, sampai alat pendingin ruangan.
Di kantor, listrik dibutuhkan untuk komputer, perkakas listrik, mesin faks, sampai
alat pendingin ruangan. Lampu - lampu penerangan jalan dan lampu pengatur lalu
lintas tidak akan berfungsi tanpa adanya listrik. Rumah sakit tidak akan berfungsi
maksimal jika tidak ada listrik. Pabrik - pabrik tidak akan bisa berproduksi dan
banyak aspek lain yang sangat bergantung pada listrik. Untuk memenuhi kebutuhan
listrik tersebut, maka negara melalui PT. PLN (Persero) membangun pusat - pusat
pembangkit listrik untuk membangkitkan tenaga listrik yang kemudian akan
disalurkan kepada konsumen melalui sistem transmisi.
Sistem transmisi merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga saluran distribusi listrik (substation
distribution) sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumen pengguna listrik.
Untuk standar tegangan pada sistem transmisi di Indonesia diklarifikasikan sebagai
tegangan ekstra tinggi yaitu dengan nominal 500 kV dan tegangan tinggi dengan
nominal 70 kV dan 150 kV. Tujuan tegangan dinaikan agar dapat meminimalisir
rugi- rugi daya dan drop tegangan, karena penyaluran pasti melalui jalur yang
panjang, semakin panjang jalur maka akan semakin berpengaruh pada rugi daya jika
tegangan tidak dinaikan[1].
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) merupakan bagian dari sistem
transmisi yang berfungsi menyalurkan tenaga listrik berkapasitas besar dari
pembangkit tenaga listrik ke Gardu Induk. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
juga digunakan untuk menghubungkan satu Gardu Induk dengan Gardu Induk
lainnya. Di Indonesia, Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dimanfaatkan untuk
menyalurkan listrik bertegangan 70 kV dan 150 kV.

1
Pada sistem transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) tidak lepas
dari gangguan, baik itu gangguan internal maupun eksternal. Gangguan internal
seperti surja switching dan gangguan eksternal seperti sambaran surja petir. Maka
dari itu perlu dilakukan pemeliharaan secara berkala. Salah satu penyebab lainnya
gangguan yang terjadi yaitu korosi pada isolator, sehingga diperlukan penggantian
isolator pada saluran transmisi guna memastikan pasokan listrik tetap dalam
keadaan handal.
Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) Kupang merupakan Sub
Unit dari PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Timor yang
bertindak sebagai pengelola dan pemelihara saluran transmisi dan gardu induk pada
Sistem Timor di Nusa Tenggara Timur. Sistem saluran transmisi yang dipakai pada
Sistem Timor oleh PT. PLN (Persero) ialah sistem saluran udara (overhead
transmission line) 70 kV. Dalam menyalurkan tenaga listrik, PT PLN (Persero)
sebagai pihak penyedia harus tetap memastikan pasokan listrik tetap dalam keadaan
handal. Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka penulis
mengambil judul “Pemeliharaan Saluran Transmisi 70 kV Section 1 Bolok -
Maulafa di Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) Kupang”

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Untuk mengetahui gambaran umum tentang Pemeliharaan Saluran
Transmisi 70 kV Section 1 Bolok – Maulafa serta untuk mengetahui sistem
pemeliharaan jangka pendek, menengah, dan panjang pada Unit Layanan Transmisi
dan Gardu Induk (ULTG) Kupang

1.3 Manfaat Kerja Praktek


Untuk mengaplikasikan teori yang didapatkan dalam perkuliahan serta
membandingkan dengan persoalan yang dihadapi sesuai dengan realita di lapangan,
dan menambah pengalaman ketika berkecimpung di dunia kerja serta memperluas
cara berpikir mahasiswa tentang menyelesaikan masalah di lapangan.

2
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1.4.1 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan Kerja Praktek berlangsung selama satu setengah bulan
yakni dimulai dari 25 januari 2022 – 07 maret 2022 dengan pembagian jadwal
sebagai berikut:

Tabel 1. 1 Waktu Pelaksaanan Kerja Praktek


Minggu ke -
No Kegiatan
I II III IV V

Observasi Wawancara
1 Pengenalan Tempat Kerja
Praktek.
2 Identifikasi Masalah
3 Pengumpulan Data
Diskusi dan pengumpulan
4
laporan

1.4.2 Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek


Nama Instansi : Unit Layanan Transmisi Dan Gardu Induk (ULTG)
Kupang
Tempat Pelaksanaan : Saluran Transmisi 70 kV Section 1 Bolok - Maulafa
Alamat : Jln. Jalur 40, Kelurahan Sikumana, Kecamatan
Maulafa, Kota Kupang

3
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat


2.1.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero)
Sejarah berdirinya PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang diawali pada
tahun 1897, yaitu dengan dimulai digarapnya bidang listrik oleh salah satu
perusahaan Belanda (NV NIGM) yang ditandai dengan pendirian pusat
pembangkitan tenaga listrik (PLTU) yang berlokasi di Gambir.
Sejalan dengan pasang surutnya sejarah perjuangan bangsa, maka pada masa
pemerintahan Jepang NV NIGM (Belanda) diambil alih oleh Pemerintahan Jepang
yang pada akhirnya dialihkan ke perusahaan Djawa Denki Jogyosha Djakarta
Shisha.
Dengan berakhirnya kekuasaan Jepang pada 17 Agustus 1945, maka
dibentuklah Djawatan Listrik dan Gas Tjabang Djakarta yang selanjutnya
dikembalikan lagi kepada pemilik asal (NV NIGM) pada tahun 1947 dan namanya
berubah menjadi NV OGEM. Kemudian dengan berakhirnya masa konsensi NV
OGEM Cabang Jakarta yang selanjutnya diikuti dengan nasionalisasi oleh
Pemerintah Indonesia sesuai Keputusan Menteri PU dan Tenaga No. U 16/9/l
tanggal 30 Desember 1953, maka pada tanggal 01 januari 1954 dilakukan serah
terima dan pengelolaannya diserahkan ke Perusahaan Listrik Jakarta dengan
wilayah kerjanya adalah meliputi Jakarta Raya dan Ranting Kebayoran &
Tangerang.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka perubahan pun terus bergulir
sesuai kronologi berikut ini:
1. Berdasarkan UU No. 19 tahun 1960 dan PP No. 67 tahun 1961,
dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU
PLN) khusus untuk wilayah Jakarta dengan nama Perusahaan Listrik
Negara Exploitasi XII.

4
2. Berdasarkan SK Direksi BPU PLN No. Kpts/030/DIRPLN/62 tanggal
21 Desember 1962, wilayah kerja PLN Eksploitasi XII dibagi menjadi
7 buah distrik dengan kelas yang berbeda-beda.
3. Pada tahun 1965 terjadi perubahan tanggung jawab, dimana PLN
Exploitasi XII meliputi Cabang Gambir & Cempaka Putih, Jakarta
Kota, Kebayoran, Jatinegara & Cawang, Tangerang, dan Cabang
Tanjung Priok pada tahun 1970.
4. Berdasarkan PP No. 18 tahun 1972, status perusahaan Listrik negara
dirubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara.
5. Berdasarkan Peraturan Menteri PUTL No. 01/Prt/1973 tanggal 23
Maret 1973, PLN Exploitasi XII dirubah menjadi Perum Listrik Negara
Distribusi IV yang meliputi Cabang Gambir, Jakarta Kota, Kebayoran,
Jatinegara, Tanjung Priok, Tangerang dan Bengkel Karet.
6. Berdasarkan SK Menteri PUTL No. 45/Kpts/1976 tanggal 8 Agustus
1976, nama PLN Distribusi IV dirubah menjadi PLN Distribusi Jakarta
Raya dan Tangerang (sesuai SE Direksi PLN No. 025/PST/1976 tanggal
17 April 1976).
7. Berdasarkan penjelasan dan pengumuman Pemerintah tentang
pembentukan Kabinet Pembangunan III tanggal 29 Maret 1978, PLN
yang semula bernaung di bawah Departemen PUTL dialihkan menjadi
dibawah naungan Departemen Pertambangan dan Energi.
8. Pada kurun waktu 1984 s/d 1988 terjadi beberapa penambahan unit
kerja, sehingga PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang memiliki
tujuh cabang sebagai unsur pelaksana, satu unit pengatur distribusi dan
satu bengkel pemeliharaan kelistrikan. Dua yang disebut terakhir adalah
sebagai unsur penunjang.
9. Berdasarkan PP No. 23 tahun 1994 tanggal 16 juni 1994, PLN yang
dulunya dikenal sebagai PERUM berubah statusnya menjadi
PERSERO, sehingga namanya berubah menjadi PT PLN (Persero)
Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.
10. Berdasarkan White Paper Mentamben Agustus 1998, maka Pemerintah
meluncurkan kebijakan Restrukturisasi Sektor Ketenagalistrikan sesuai

5
Keputusan Menko WASPAN No. 39/KEP/MK.WASPAN/9/1998 serta
kebijakan PT PLN (Persero) Kantor Pusat, maka PT PLN (Persero)
Distribusi Jakarta Raya & Tangerang diarahkan kepada Strategic
Business Unit/Investment Centre.
11. Sehubungan dengan butir No. 10 di atas, maka Direksi PLN telah
mengeluarkan SK No. 161.K/010/DIR/2000 tanggal 05 September
2000 tentang organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi
Jakarta Raya dan Tangerang adalah sebagai berikut:
1) Unsur Pimpinan adalah General Manager.
2) Unsur pembantu pimpinan, meliputi bidang-bidang:
Pemasaran dan Pengembangan Usaha
Pelayanan Pelanggan
Komersil
Perencanaan
Operasi dan Pelayanan Gangguan
Pemeliharaan
Logistik
Teknologi Informasi
Keuangan
Akuntansi
Organisasi dan SDM
Hukum
Hubungan Masyarakat
Umum
3) Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern
4) Unit Pelayanan (UP)
5) Unit Pengelola Jaringan (UPJ)
6) Unit Gardu Induk
7) Unit Pengatur Distribusi (UPD)
12. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN
(Persero) No.010.K/010/DIR/2003 tanggal 16 Januari 2003 tentang
Organisasi PT PLN (Persero) Distribusi se Jawa-Bali sebagai berikut:

6
a. Unsur pimpinan adalah General Manager.
b. Unsur Pembantu pimpinan, meliputi bidang-bidang:
1) Perencanaan
2) Distribusi
3) Niaga
4) Keuangan
5) SDM dan Organisasi
6) Komunikasi Hukum dan Administrasi
7) Unsur Pengawasan, oleh Auditor Intern.
8) Area Pelayanan (AP)
9) Area Jaringan (AJ)
10) Area Pengatur Distribusi (APD)
11) Area Pelayanan Dan Jaringan

2.1.2 Sejarah PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur


PT PLN (Persero) dalam menjalankan usahanya, ditopang oleh beberapa unit
bisnis yang salah satu diantaranya adalaha Wilayah XI dengan Wilayah kerja
meliputu Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Dengan lahirnya
kebijakn pemerintah tentang otonomi daerah dan restrukturisasi pada tahun 1998,
maka PT. PLN (Persero) melakukan restrukturisasi organisasi dalam bentuk
pembentukan wilayah / unit bisnis baru. PLN wilayah XI merupakan salah satu unit
bisnis dengan wilayah kerja sangat luas sehingga dipandang perlu melakukan
pengembangan organisasi terhadapa unit kerja ini.
Pemekaran pun mulai dilakukan, tepatnya pada tanggal 20 Februari 2001
terbitlah Surat Keputusan Direksi Nomor 032.K/010/Dir/2001 yang menetapkan
tebentuknya PT. PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Timur yang masih
menginduk pada PLN Wilayah XI. PLN wilayah NTT akhirnya pada tanggal 25
Juni 2002 berdasarkan Surat Keputusan direksi nomor 087.K/010/Dir/2002, resmi
terbentuk menjadi PT. PLN wilayah Nusa Tenggara Timur.
Unit – unit yang terdapat dalam PT. PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara
Timur ialah :
1. Area Flores Bagian Barat

7
2. Area Flores Bagian Timur
3. Area Sumba
4. Area Kupang
Demi menjamin mutu dan kualiatas listrik, PT. PLN membangun suatu
jaringan transmsi 70 kV dibeberapa unit cabang, salah satunya yaitu pada Cab.
Kupang. Jaringan transmisi ini dibawai oleh suatu unit yang bekerja pada PLN
Sektor Nusa Teangga Timur yaitu Unit Layanan Tranmisi dan Gardu Induk (ULTG)
Kupang. Wilayah kerja unit ini meliputi 7 gardu induk (Bolok, Maulafa, Naibonat,
Nonohonis, Kefamananu, Atambua dan Atapupu) yang telah aktif beropesi.

2.2 Visi, Misi, Motto Perusahaan, Tujuan Perusahaan, dan Penerapan


Nilai - Nilai Dalam Perusahaan
2.2.1 Visi Perusahaan
Adapun Visi dari PT PLN (Persero), yaitu “ diakui sebagai Perusahaan
Kelas Dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu
pada potensi insani”.

2.2.2 Misi Perusahaan


Adapun misi PT PLN (Persero) meliputi :
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan yang berwawasan lingkungan

2.2.3 Motto Perusahaan


Motto yang di pakai PT PLN (Persero) yaitu: “Listrik untuk Kehidupan yang
lebih baik”.

8
2.2.4 Tujuan Perusahaan
Maksud dan tujuan perseroan adalah untuk menyelenggarakan usaha
penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang
memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di
bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan
menerapkan prinsip–prinsip Perseroan Terbatas.

2.2.5 Penerapan Nilai-Nilai


✓ Saling Percaya;
✓ Integritas;
✓ Peduli; dan
✓ Pembelajar.

2.3 Logo dan Makna Logo Perusahaan


2.3.1 Bentuk Lambang
Bentuk, warna dan lambang Perusahaan resmi digunakan adalah sesuai yang
tercantum pada lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik
Negara No. 031/DIR/76 Tanggal 01 Juli 1976, mengenai Pembuatan Lambang
Perusahaan Umum Listrik Negara.

Gambar 2.1 Logo Perusahaan

9
2.3.2 Elemen–Elemen Dasar Lambang
1. Warna Kuning
Menjadikan bidang dasar bagi elemen - elemen lambang lainnya,
melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau
organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk
menggambarkan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga
melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insani
yang berkarya di perusahaan ini.
2. Petir atau Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung didalamnya sebagai
produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun
mengartikan kerja cepat tepat para insani PT PLN (Persero) dalam
memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang
merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik
pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap
insani perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan zaman.
3. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya energi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha
utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan
distribusi yang sering sejalan dengan kerja keras para insani PT PLN
(Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya.
Diberikan warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang
tepat) seperti halnya listrik yang diperlukan dalam kehidupan manusia.

10
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan.

Berikut ini struktur organisasi Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk
(ULTG) Kupang :

Gambar 2.2 Struktur organisasi ULTG Kupang PT. PLN (Persero)

11
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Sistem Tenaga Listrik


Suatu sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri atas empat unsur, yaitu
untuk membangkitkan, mentransmisikan, serta mendistribusikan tenaga listrik
sampai ke pusat beban. Secara garis besar sistem tenaga listrik dapat digambarkan
dengan skema gambar di bawah ini[2].

Gambar 3.1 Rangkaian Sistem Tenaga Listrik

3.1.1 Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant)


Pusat Pembangkit Listrik merupakan tempat energi listrik pertama kali
dibangkitkan, dimana terdapat turbin sebagai penggerak mula (Prime Mover) dan
generator yang membangkitkan listrik.

3.1.2 Transmisi Tenaga Listrik


Transmisi Tenaga Listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari
tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga saluran distribusi listrik
(substation distribution) sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumen
pengguna listrik.

12
3.1.3 Sistem Distribusi
Sistem Distribusi merupakan sub sistem tersendiri yang terdiri dari: Pusat
Pengatur (Distribution Control Center,DCC), Saluran tegangan menengah (6kV
dan 20kV yang juga biasa disebut tegangan distribusi primer) yang merupakan
saluran udara atau kabel tanah, gardu distribusi tegangan menengah yang terdiri dari
panel- panel pengatur tegangan menengah dan trafo sampai dengan panel-panel
distribusi tegangan rendah (380V, 220V) yang menghasilkan tegangan
kerja/tegangan jala-jalan untuk industri dan konsumen.

3.1.4 Beban Listrik


Beban Listrik adalah peralatan listrik dilokasi konsumen yang
memanfaatkan energi listrik dari sistem tersebut.

3.2 Saluran Transmisi


Saluran transmisi dalam suatu sistem tenaga merupakan saluran listrik
pemindah / transfer daya listrik dari daerah lain ke suatu tempat dengan jarak yang
cukup jauh dan dengan tegangan tertentu[3]. Pada sistem tenaga listrik, jarak antara
pembangkit dengan beban yang cukup jauh akan menimbukan adanya perubahan
kualitas tegangan. Dengan demikian sebuah saluran transmisi harus memiliki
berbagai komponen untuk menjaga kestabilan kualitas tenaga listrik yang
disalurkan[1]. Peralatan- peralatan pokok yang termasuk didalam sistem saluran
transmisi, yaitu:
1. Konduktor (kawat penghantar)
2. Menara transmisi (tower)
3. Isolator gantung
4. Kawat tanah atas
5. Peralatan-peralatan pendukung (tanduk api, damper, dan sebagainya)[2].

3.2.1 Klasfikasi Saluran Transmisi


1. Berdasarkan Pemasangannya

13
Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua
kategori, yaitu: Saluran Udara (Overhead Lines) dan Saluran Kabel
Bawah Tanah (Underground Cable).
2. Berdasarkan Tegangan
Ditinjau dari klasifikasi tegangannya, transmisi listrik dibagi menjadi :
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200 kV- 500 kV,
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV-150 kV, Saluran Kabel
Tegangan Tinggi (SKTT) 70 kV-150 kV[3].
3. Berdasarkan Panjang
Berdasarkan panjangnya saluran transmisi dapat di bagi menjadi tiga,
yaitu :
a. Saluran transmisi pendek (<80 km)
b. Saluran transmisi menengah (80 sampai 240 km)
c. Saluran transmisi panjang (>240 km)

3.3 Komponen-Komponen Utama Saluran Transmisi Udara


Dalam konstruksi saluran transmisi udara (Over Head Lines) komponen-
kompoen yang digunakan terdapat bermacam-macam, dan tiap peralatan tersebut
mempunyai fungsi berlainan yang menunjang terlaksananya fungsi dari saluran
transmisi, sehingga saluran tersebut dapat bekerja dengan baik[2].

3.3.1 Menara atau Tiang Transmisi


Menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran
transmisi yang bisa berupa menara baja, tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang
kayu. Tiang baja, beton atau kayu umumnya digunakan pada saluran dengan
tegangan kerja relatif rendah (di bawah 70 kV), sedangkan untuk saluran tegangan
tinggi atau ekstra tinggi menggunakan menara baja, seperti tampak pada Gambar
3.2 Menara baja dibagi sesuai fungsi-nya, yaitu menara dukung, menara sudut,
menara ujung, menara per-cabangan dan menara transposisi[4].

14
(a) (b)
Gambar 3.2 Menara transmisi (a) Saluran tunggal, (b) Saluran ganda

3.3.2 Isolator
Isolator berfungsi untuk mengisolasi bagian yang bertegangan dengan
bagian yang tidak bertegangan/ground, baik saat normal continous operation dan
saat terjadi surja (termasuk petir) di dalam saluran transmisi[5]. Jenis isolator yang
digunakan dalam saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas. Menurut
penggunaan dan konstruksinya dikenal ada tiga jenis isolator, yaitu isolator jenis
pasak, isolator jenis pos saluran dan isolator gantung[4]. Isolator jenis pasak dan
isolator pos saluran digunakan pada saluran transmisi dengan tegangan kerja yang
relatif rendah (kurang dari 22-33 kV), sedangkan isolator gantung dapat digandeng
menjadi pada rentangan isolator yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

15
(a) (b) (c)

Gambar 3.3 Jenis-jenis isolator porselin: (a) pasak, (b) pos saluran, dan
(c) gantung

3.3.3 Kawat Penghantar


Kawat penghantar adalah komponen yang memegang peranan penting
dalam menyalurkan tenaga listrik dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada saluran
transmisi udara biasanya kawat penghantar yang digunakan adalah kawat
penghantar (bare wire)[2]. Jenis kawat penghantar yang digunakan pada saluran
transmisi adalah tembaga dengan konduktivitas 100% (Cu 100%), tembaga dengan
konduktivitas 97,5 % (Cu 97,5%) atau aluminium dengan konduktivitas 6l% (Al
6l%)[4]. Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis dengan lambang
sebagai berikut:
1. ACSR (Alumunium Conductor Steel Reinforced)
Kawat penghantar jenis ini, bagian dalamnya berupa steel yang
mempunyai kuat mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya berupa
aluminium yang mempunyai konduktivitas tinggi. Untuk saluran
transmisi tegangan tinggi, di mana jarak antar tiang/menara jauhnya

16
sampai ratusan meter maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi.
Untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.
Gambar 3.4 memperlihatkan penampang dari suatu kawat
penghantar ACSR yang banyak digunakan. penghantar tersebut terdiri
dari 7 serat baja/steel (St) yang membentuk inti tengah, sedangkan di
sekelilingnya terdapat dua lapisan serat alumunium (AI) dengan 24 serat.
Kawat penghantar semacam ini dispesifikasikan sebagai 24Al/7St atau
24/7 saja[4].

Gambar 3.4 Penampang kawat penghantar ACSR yang terdiri


dari 7 serat baja dan 24 serat aluminium

2. TACSR (Thermal Aluminium Conductor Steel Reinforced)


Pada saluran transmisi yang mempunyai kapasitas penyaluran/
beban sistem tinggi maka dipasang konduktor jenis TACSR. Konduktor
jenis ini mempunyai kapasitas lebih besar tetapi berat konduktor tidak
mengalami perubahan yang banyak, tapi berpengaruh terhadap sagging.

17
Gambar 3.5 Kawat penghantar jenis TASCR

3. ACCC ( Aluminium Conductor Composite Core)


Konduktor jenis ini, bagian dalamnya berupa composite yang
mempunyai kuat mekanik tinggi, dikarenakan tidak dari bahan konduktif,
maka bahan ini tidak mengalami pemuaian saat dibebani arus maupun
tegangan. Untuk konduktor jenis ini tidak mengalami korosi cocok untuk
daerah pinggir pantai, sedangkan bagian luarnya berupa aluminium yang
mempunyai konduktivitas tinggi. Konduktor jenis ini dipilih karena
memiliki karakteristik high conductivity & low sag
conductor.

Gambar 3.6 Bagian-bagian kawat penghantar ACCC

Keunggulan Konduktor ACCC:


a. Daya Hantar

18
Konduktor ACCC dapat menyalurkan arus dua kali lipat
dibanding Konduktor biasa/konvensional.
Core/Inti yang lebih ringan memungkinkan penambahan luas
aluminium sampai 28.
b. Mengurangi Losses
Pada kondisi beban sama mengurangi losses 30 sampai 40%
dibanding konduktor dengan diamater dan berat yang sama.
c. Kekuatan Berat
Hybrid Carbon Composite Core lebih kuat dan lebih ringan
dari steel core/ inti baja.
d. Bentang lebih Panjang
Lebih kuat dan dimensi yang stabil memungkinkan span
lebih panjang atau tower yg lebih rendah[5].

3.3.4 Kawat Tanah


Kawat tanah atau ground wires disebut juga sebagai kawat pelindung atau
shield wires yang berguna untuk melindungi kawat penghantar atau kawat fasa
terhadap sambaran petir. Jadi kawat tanah itu dipasang di atas kawat fasa. Sebagai
kawat tanah umumnya dipakai kawat baja (steel wires) yang lebih murah tetapi tidak
jarang juga memakai kawat ACSR.

3.4 Sistem Proteksi Pada Saluran Transmisi Udara


Sistem proteksi pada saluran transmisi udara adalah pengaman instalasi dari
gangguan petir, getaran/ stres mekanis yang ditimbulkan oleh angin, ancaman/
kemungkinan gangguan akibat manusia, gangguan dari luar (tertabrak pesawat
udara, terjun payung dan lain - lain) dan juga pengaman dari urat konduktor
putus[5].

3.4.1 Pengaman Dari Gangguan Petir


Saluran transmisi udara merupakan instalasi penting yang menjadi target
mudah (easy target) bagi sambaran petir karena strukturnya yang tinggi dan berada
pada lokasi yang terbuka. Sambaran petir pada saluran transmisi udara merupakan

19
suntikan muatan listrik. Suntikan muatan ini menimbulkan kenaikan tegangan pada
saluran transmisi udara, sehingga pada saluran transmisi udara timbul tegangan
lebih berbentuk gelombang impuls dan merambat ke ujung-ujung saluran transmisi
udara. Tegangan lebih akibat sambaran petir sering disebut surja petir.
Jika tegangan lebih surja petir tiba di GI, maka tegangan lebih tersebut akan
merusak isolasi peralatan GI. Oleh karena itu, perlu dibuat alat pelindung agar
tegangan surja yang tiba di GI tidak melebihi kekuatan isolasi peralatan GI.
Komponen-komponen yang termasuk dalam fungsi proteksi petir adalah semua
komponen pada saluran transmisi udara yang berfungsi dalam melindungi saluran
transmisi dari sambaran petir, yang terdiri dari:
1. Kawat Ground Steel Wire (GSW)/Optic Ground Wire (OPGW)
Kawat GSW/ OPGW adalah media untuk melindungi konduktor fasa
dari sambaran petir. Kawat ini dipasang di atas konduktor fasa dengan
sudut perlindungan yang sekecil mungkin, dengan anggapan petir
menyambar dari atas konduktor. Namun, jika petir menyambar dari
samping maka dapat mengakibatkan konduktor fasa tersambar dan dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan.

Gambar 3.7 Kawat GSW/OPGW

Kawat GSW/ OPGW terbuat dari baja yang sudah digalvanis,


maupun sudah dilapisi dengan aluminium. Pada saluran transmisi udara
yang dibangun mulai tahun 1990an, di dalam ground wire difungsikan

20
fiber optic untuk keperluan telemetri, teleproteksi maupun
telekomunikasi yang dikenal dengan OPGW (Optic Ground Wire),
sehingga mempunyai beberapa fungsi.
Jumlah Kawat GSW/ OPGW pada saluran transmisi udara paling
sedikit ada satu buah di atas konduktor fasa, namun umumnya dipasang
dua buah. Pemasangan satu buah konduktor tanah untuk dua penghantar
akan membuat sudut perlindungan menjadi besar sehingga konduktor
fasa mudah tersambar petir.
Pada tipe tower tension, pemasangan Kawat GSW/ OPGW dapat
menggunakan dead end compression dan protection rods yang dilengkapi
helical dead end . Sedangkan pada tipe tower suspension digunakan
suspension clamp untuk memegang kawat GSW/ OPGW.
2. Jumper GSW
Untuk menjaga hubungan Kawat GSW dan OPGW dengan tower,
maka pada ujung travers Kawat GSW/ OPGW dipasang jumper GSW
yang dihubungkan ke kawat GSW. Kawat penghubung terbuat dari kawat
GSW yang dipotong dengan panjang yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
Jumper GSW pada tipe tower tension dipasang antara tower dan
Kawat GSW/ OPGW serta antar dead end compression atau protection
rods yang dilengkapi helical dead end kawat GSW/ OPGW. Hal ini
dimaksudkan agar arus gangguan petir dapat mengalir langsung ke tower
maupun antar kawat GSW/ OPGW. Sedangkan pada tipe tower
suspension, Jumper GSW dipasang pada tower dan disambungkan ke
kawat GSW/ OPGW dengan klem penghubung (pararel grup, wire clipe)
ataupun dengan memasangnya pada suspension clamp kawat GSW/
OPGW.

21
Gambar 3.8 Jumper GSW
3. Arcing Horn

Alat pelindung proteksi petir yang paling sederhana adalah arcing


horn. Arcing horn berfungsi memotong tegangan impuls petir secara
pasif (tidak mampu memadamkan follow current dengan sendirinya).
Arcing horn terpasang pada saluran transmisi udara yaitu:
a. Arcing horn sisi penghantar

Gambar 3.9 Arcing horn sisi penghantar

b. Arcing horn sisi tower

Gambar 3.10 Arcing horn sisi tower

c. Bentuk lain dari arching horn

22
Gambar 3.11 Bentuk lain arching horn

4. Transmision Line Arrester (TLA)


Pada dasarnya Jalur transmisi dirancang dengan baik sehingga kebal
terhadap sambaran petir. Parameter penting dalam desain tower adalah
geometeri, ketinggian, shiled wire dan tingkat pentanahan tower. Namun
dalam beberapa kasus tidak mungkin untuk merancang dengan sempurna,
hanya solusi optimal yang dapat dilakukan. Optimalisasi ini berdasarkan
keseimbangan biaya dari desain dan outage yang dapat ditoleransi.
Mengingat geografis jalur transmisi memiliki life cycle dan kebutuhan
pelanggan terhadap tingkat pelayanan semakin tinggi. Sementara
perubahan desain jalur transmisi biasanya mahal, memasang arrester petir
pada saluran transmisi TLA merupakan solusi yang efektif untuk
meningkatkan reliability sistem.
Sebuah transmission lightning arrester harus mampu bertindak
sebagai insulator, mengalirkan beberapa miliampere arus bocor ke tanah
pada tegangan sistem dan berubah menjadi konduktor yang sangat baik,
mengalirkan ribuan ampere arus surja ke tanah, memiliki tegangan yang
lebih rendah daripada tegangan withstand string insulator ketika terjadi
tegangan lebih, dan menghilangan arus susulan mengalir dari sistem

23
melalui TLA (power follow current) setelah surja petir berhasil
didisipasikan.
TLA dapat melindungi sistem dari kejadian-kejadian sebagai
berikut:
a. Back flashover
Kejadian dimana petir menyambar bagian-bagian grounding
sistem (seperti tower dan GSW) tetapi arus petir tidak dapat dialirkan
ke tanah karena impact local grounding desainya yang tidak bekerja
dengan baik.
b. Flash over
Kejadian dimana perlindungan GSW tidak maksimal sehingga
petir menyambar langsung pada konduktor.

Gambar 3. 12 TLA

Komponen utama dari TLA


a. Clamp
Alat yang dipasangkan pada konduktor penghantar ke TLA yang
berfungsi untuk memegang konduktor penghantar. Pada jenis
konduktor penghantar yang memiliki permukaan lebih banyak
kompoisisi Alumunium seperti ACCC, maka konduktor harus
dilapisi armour rod untuk mengurangi kelelahan bahan.
b. Corona ring

24
Peran korona ring adalah untuk mendistribusikan gradien medan
listrik dan menurunkan nilai maksimum di bawah ambang batas
corona, mencegah debit korona.
c. Insulator Housing
Adalah tabung yang terbuat dari aluminium yang dilapisi
insulator. Tabung ini merupakan ruang untuk material metal oksida
pembentuk TLA. Biasanya insulator pelapis yang digunakan adalah
tipe siikon, karena memiliki bobot yang ringan.
d. Disconnector
Adalah alat yang dipasangkan pada TLA sisi tidak bertegangan
yang diteruskan ke konduktor grounding. Disconnector akan bekerja
memutuskan, apabila kondisi TLA sudah rusak.
e. Grounding
Adalah konduktor yang dipasangkan pada TLA yang fungsinya
untuk meneruskan arus petir dan arus bocor ke tanah.
f. Arrester Coondition Monitoring (ACM)
Adalah alat ukur untuk mengetahui data arus bocor dan data petir
yang melewati TLA tersebut. Untuk mengetahui data petir dan data
TLA tersebut maka diperlukan download data arus petir (Leakage
Current) dan arus bocor (Leakage Current).
5. Konduktor Penghubung
Pada tiang saluran transmisi udara yang berlokasi di daerah petir
tinggi biasanya dipasang konduktor penghubung. Bahan yang dipakai
untuk konduktor penghubung umumnya sama dengan bahan kawat GSW/
OPGW. Konduktor penghubung ini berfungsi sebagai media berjalannya
surja petir dengan nilai induktansi yang lebih rendah daripada induktansi
tower agar arus petir yang menyambar kawat GSW/ OPGW maupun
tower saluran transmisi udara dapat langsung disalurkan ke tanah.

25
Gambar 3.13 Konduktor penghubung, kawat GSW/OPGW ke
tanah ujung
Ujung bagian atas konduktor ini dihubungkan langsung dengan
kawat GSW/ OPGW menggunakan klem sambungan atau dihubungkan
dengan batang penangkap petir yang dipasang di atas tower. Sedangkan
ujung bagian bawahnya dihubungkan dengan pentanahan tower. Dengan
pemasangan konduktor penghubung diharapkan tidak terjadi arus balik
yang nilainya lebih besar daripada arus sambaran petir yang
sesungguhnya, sehingga gangguan pada transmisi dapat berkurang.
6. Rod Pentanahan (Grounding)
Rod pentanahan adalah perlengkapan pembumian sistem transmisi
yang berfungsi untuk meneruskan arus listrik dari tower SUTT maupun
SUTET ke tanah dan menghindari terjadinya back flashover pada
insulator saat grounding sistem terkena sambaran petir. Pentanahan tower
terdiri dari konduktor tembaga atau konduktor baja yang diklem pada pipa
pentanahan yang ditanam di dekat pondasi tiang, atau dengan menanam
plat aluminium/ tembaga disekitar pondasi tower yang berfungsi untuk
mengalirkan arus dari konduktor tanah akibat sambaran petir.

26
Gambar 3.14 Pentanahan tower
Jenis-jenis pentanahan tower pada saluran tranmisi udara:
a. Electroda bar, yaitu suatu rel logam yang ditanam di dalam
tanah. Pentanahan ini paling sederhana dan efektif, dimana nilai
tahanan tanah adalah rendah.
b. Electroda plat, yaitu plat logam yang ditanam di dalam tanah
secara horisontal atau vertikal. Pentanahan ini umumnya untuk
pengamanan terhadap petir.
c. Counter poise electrode, yaitu suatu konduktor yang digelar
secara horisontal di dalam tanah. Pentanahan ini dibuat pada
daerah yang nilai tahanan tanahnya tinggi atau untuk
memperbaiki nilai tahanan pentanahan.
d. Mesh electrode, yaitu sejumlah konduktor yang digelar secara
horisontal di tanah yang umumnya cocok untuk daerah
kemiringan.
Komponen-komponen pentanahan tower:
a. Konduktor pentanahan, terbuat dari bahan yang
konduktifitasnya besar.
b. Klem pentanahan atau sepatu kabel.
c. Batang pentanahan.
d. Klem sambungan konduktor pentanahan.

27
3.4.2 Pengaman dari Getaran/ Stres Mekanis yang Ditimbulkan oleh Angin
1. Spacer
Komponen ini berfungsi sebagai pemisah/ perentang dan sekaligus
sebagai peredam getaran pada konduktor dan juga menjaga agar konduktor
pada satu bundle fasa bergerak seirama.

(a) (b)

Gambar 3.15 (a) Spacer 4 konduktor, (b) Spacer 2 konduktor

2. Armour Rod
Komponen ini berfungsi melindungi alumunium konduktor dari stres
mekanis dititik junction dengan insulator pada tower suspension.

Gambar 3.16 Armour rod


3. Counter Weight

Komponen ini berfungsi menjaga jumper konduktor agar stabil


diposisinya sehingga tidak bersentuhan dengan tower saat tertiup angin atau
terjadi goncangan.

28
Gambar 3.17 Counter weight
4. Vibration Damper

Komponen ini berfungsi sebagai peredam getaran pada titik titik


terminasi antara konduktor dan insulator.

Gambar 3. 18 Vibration Damper

3.4.3 Pengaman dari Ancaman/ Kemungkinan Gangguan Akibat Manusia


1. ACD (Anti Climbing Device)/ Penghalang Panjat
Komponen ini berfungsi untuk mencegah/ menghambat manusia
yang tidak berkepentingan untuk memanjat tower. Penghalang panjat
dibuat runcing, berjarak 10 cm dengan yang lainnya dan dipasang di
setiap kaki tower dibawah Rambu tanda bahaya.

Gambar 3.19 ACD (Anti Climbing Device)/penghalang panjat

29
2. Plat Rambu Bahaya
Komponen ini berfungsi untuk memberikan peringatan bahaya
tegangan tinggi/tegangan ekstra tinggi.

Gambar 3.20 Plat Rambu Bahaya

3.4.4 Pengaman dari Kemungkinan Gangguan Luar (Pesawat Udara,


Terjun Payung)
1. Bola Rambu
Komponen ini berfungsi untuk memberi tanda bagi pilot pesawat dan
nakoda kapal tentang keberadaan saluran transmisi udara. Bola rambu
dipasang di kawat GSW/ OPGW.

Gambar 3.21 Bola Rambu

2. Aviation Lamp (Lampu penerbangan)


Lampu penerbangan adalah rambu peringatan berupa lampu
terhadap lalu lintas udara, berfungsi untuk memberi tanda kepada pilot
pesawat terbang bahwa terdapat konduktor saluran transmisi.

30
Gambar 3.22 Lampu Penerbangan

3.4.5 Pengaman dari Urat Konduktor Putus


1. Repair Sleeve
Komponen ini berfungsi untuk melindungi alumunium konduktor
dari putus urat alumunium konduktor tersebut. Repair sleeve dipasang
pada kondisi urat alumunium konduktor putus maksimal 4 urat.

Gambar 3.23 Repair Sleeve

2. Armour Rod Span


Komponen ini berfungsi untuk melindungi alumunium konduktor
dari putus urat alumunium konduktor tersebut. Armaour rod span
dipasang pada kondisi urat alumunium konduktor putus maksimal 3 urat.

31
Gambar 3.24 Armaour rod span

3.4.6 Monitoring
1. Plat Informasi Tower
Komponen ini berfungsi untuk memberikan informasi kepada
petugas pemeliharaan tentang saluran transmisi yang hendak dipelihara/
dimonitor.

Gambar 3.25 Plat Informasi Tower

2. Tangga panjat (Step bolt)


Komponen ini berfungsi untuk memberikan kemudahan kepada
petugas untuk melakukan pemanjatan tower. Step bolt dipasang dari atas
ACD ke sepanjang badan tower hingga traves GSW/ OPGW.

Gambar 3. 26 Step Bolt

32
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeliharaaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV


4.1.1 Pengertian Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70
kV
Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) memegang peranan
sangat penting dalam menunjang kualitas dan keandalan penyediaan tenaga listrik
kepada konsumen. Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah
proses kegiatan (Pemeriksaan, Perbaikan, Penggantian dan Pengujian) yang
bertujuan mempertahankan atau menjaga kondisi Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT), sehingga dalam pengoperasiannya Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dapat selalu berfungsi sesuai dengan karakteristik desainnya dan mencegah
terjadinya gangguan yang merusak.

4.1.2 Tujuan Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV


a. Mempertahankan kemampuan kerja peralatan.
b. Memperpanjang live time peralatan.
c. Menghilangakan, Mengurangi resiko kerusakan.
d. Mengemabalikan kemampuan kerja peralatan.
e. Mengurangi kerugian secara ekonomis.
f. Meningkatkan keandalan sistem operasinya.

4.1.3 Jenis-Jenis Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70


kV
Jenis-jenis pemeliharaan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu[5]:
1. Pemeliharaan Preventif (Preventive Maintenance)
Pemeliharaan Preventif adalah pemeliharaan yang dilaksanakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan
unjuk kerja yang optimal sesuai umur teknisnya.
Pemeliharaan ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

33
a) Pemeliharaan Rutin
Adalah pemeliharaan secara berkala dengan melakukan
inspeksi dan pengujian fungsi untuk mendeteksi adanya potensi
kelainan atau kegagalan pada peralatan agar selalu dalam keadaan
baik dengan keandalan dan daya guna yang optimal. Dalam
pelaksanaannya, pemeliharaan rutin SUTT terdiri dari:
Ground Patrol: Pemeliharaan mingguan dan triwulan
Climb Up Inspection: Pemeliharaan yang dilaksanakan
minimal 1 (satu) kali dalam 5 Tahun
Secara garis besar, ruang lingkup pemeliharaan rutin meliputi:
In Service Visual Inspection
Adalah pekerjaan pemantauan/ pemeriksaan secara
berkala/periodik kondisi peralatan saat operasi dengan hanya
memanfaatkan indera penglihatan dan alat ukur bantu
sederhana sebagai pendeteksi.
Ground patrol
Ground patrol adalah jenis pekerjaan pemantauan
/pemeriksaan harian terhadap jalur transmisi tanpa memanjat
tower dilakukan oleh Line walker (petugas ground patrol)
secara terjadwal.
Climb up inspection
Climb up inspection adalah jenis pekerjaan pemeriksaan
terhadap tower berikut perlengkapannya dilakukan oleh
Climber (petugas pemeliharaan) dengan cara memanjat tower
pada SUTT yang dalam keadaan bertegangan.

b) Predictive Maintenance
Disebut juga dengan Pemeliharaan Berbasis Kondisi (Condition
Based Maintenance). Adalah pemeliharaan yang dilakukan
dengan cara melakukan monitor dan membuat analisa tren
terhadap hasil pemeliharaan untuk dapat memprediksi kondisi dan
gejala kerusakan secara dini. Hasil monitor dan analisa tren

34
hasil Predictitive Maintenance merupakan input yang dijadikan
sebagai acuan tindak lanjut untuk Planned Corrective
Maintenance.
Ruang lingkup Predictive Maintenance meliputi:
In Service Measurement
Adalah pengujian yang dilakukan saat peralatan operasi
(bertegangan) untuk dapat memprediksi kondisi dan gejala
kerusakan peralatan. Untuk SUTT, uraian kegiatan yang
dilaksanakan meliputi pengujian Thermovisi, Ranging Meter,
Puncture Insulator, Resistansi pentanahan tower.
a) Pengujian Thermovisi
Selama beroperasi, peralatan yang menyalurkan arus listrik
akan mengalami pemanasan karena adanya I 2 R. Bagian yang
sering mengalami pemanasan dan harus diperhatikan adalah
terminal dan sambungan, terutama antara dua metl yang
berbeda serta penampang konduktor yang mengecil karena
korosi atau rantas. Kenaikan I 2 R, disamping meningkatkan
rugi-rugi juga dapat berakibat buruk karena bila panas
meningkat, kekuatan mekanis dari konduktor melemah,
konduktor bertambah panjang, penampang mengecil, panas
bertambah besar, demikian seterusnya, sehingga konduktor
putus.
Pengukuran panas secara langsung pada peralatan listrik
yang sedang beroperasi tidak mungkin dilakukan terutama
untuk SUTT, karena tegangannya yang tinggi. Deteksi panas
secara tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan
metode Thermovisi.

35
Gambar 4. 1 Thermovisi

b) Pengujian Puncture Insulator


Menurut IEC 1211 tahun 1994, Insulator of Ceramic
Material or Glass for Overhead Lines with a Nominal Voltage
Greater than 1000 V – Puncture Testing, definisi Puncture test
adalah tes dengan memberikan tegangan impulse pada piring
insulator. Namun, definisi puncture test dilapangan adalah
pengukuran distribusi potensial antar keping insulator dalam
satu renceng dengan menggunakan alat Pekerjaan Dalam
Keadaan Bertegangan (PDKB) yang dikenal sebagai
Transmision Tester, sehingga pekerjaannya pun harus
dilaksanakan secara PDKB.

Gambar 4. 2 Insulator Tester


c) Pemeliharaan Pasca Gangguan
Adalah pemeliharaan yang dilaksanakan setelah peralatan
mengalami gangguan dengan kegiatan pemeliharaan yang
dilaksanakan meliputi In ServiceVisual Inspection (Ground

36
Patrol: melakukan pengecekan jalur setelah reclose/ trip akibat
gangguan eksternal, dilanjutkan Climb Up Inspection untuk
memastikan sumber gangguan) dan In Service Measurement
(Thermovisi, puncture insulator/ ITeCe, Download TLA).

2. Corrective Maintenace
Corrective Maintenace Adalah pemeliharaan yang dilakukan karena
peralatan mengalami kelainan/ unjuk kerja rendah pada saat menjalankan
fungsinya atau kerusakan (berdasarkan Condition Assesment dari Preventive
Maintenance), dengan tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula
melalui perbaikan (repair) ataupun penggantian (replace). Di dalam
pelaksanaannya, Corrective Maintenance dapat dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu:
a) Planned
Adalah pemeliharaan yang dilakukan karena peralatan mengalami
kelainan/ unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya, dengan
tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula melalui perbaikan
(repair) ataupun penggantian (replace) secara terencana. Acuan tindak
lanjut yang digunakan pada Planned Corrective Maintenance
berdasarkan hasil pemeriksaan Ground patrol, Climb up inspection dan
pengujian pada Predictive Maintenance.
b) Unplanned
Disebut juga dengan Pemeliharaan Breakdown. Adalah
pemeliharaan yang dilakukan karena peralatan mengalami kerusakan
secara tiba-tiba sehingga menyebabkan pemadaman. Untuk
mengembalikan pada kondisi semula perlu dilakukan perbaikan besar
(repair) atau penggantian (replace).

37
4.1.4 Peralatan Kerja dalam Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) 70 kV
Peralatan kerja yang dipakai untuk pemeliharaan Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) 70 kV :
1. Toolkit
Berfungsi sebagai alat bantu dalam melakukan pekerjaan. Toolkit terdiri
dari berbagai macam ukuran dan juga material bantu lainnya seperti obeng,
tang dan kunci-kunci lainnya.

Gambar 4. 3 Toolkit
2. Hydraulic Crimping Tool
Hydraulic crimping tool atau tang press hidrolik adalah alat yang
berfungsi untuk mengkoneksikan kabel dengan skun dengan cara di jepit
atau di press.

Gambar 4. 4 Hydraulic Crimping Tool


3. Voltage Tester

Voltage Tester di pakai untuk mengetahui ada atau tidaknya tegangan


listrik pada line yang dikerjakan. Alat ini sangat mudah digunakan,

38
pengguna hanya menghubungkan bagian ujung alat tersebut ke sumber
listrik yang hendak di uji.

Gambar 4. 5 Voltage Tester


4. Lever Block

Lever Block ini berfungsi untuk mengangkat sekaligus menahan beban


dari konduktor pada saat penggantian isolator.

Gambar 4. 6 Lever Block


5. Gounding Local

Fungsi dari grounding local ini untuk melindungi keselamatan pengguna.


Jika ada kebocoran, tegangan akan langsung dialirkan ke tanah.

Gambar 4. 7 Grounding Local


6. Kawat Seling

Fungsi kawat seling adalah untuk membantu mengangkat, menarik


sekaligus menahan beban dari konduktor.

39
Gambar 4. 8 Kawat Seling

7. Katrol
Katrol berfungsi untuk menarik atau mengangkat peralatan – peralatan
yang berat ke atas tower dan juga menurunkan kembali peralatan –
peralatan dari atas tower jika pekerjaan di atas tower telah selesai.

Gambar 4. 9 Katrol

8. Tali Prusik (12 mm 200 meter)


Tali prusik berfungsi sebagai tali katrol sementara yang dihubungkan
dengan carabiner, kemudian dikaitkan pada peralatan – peralatan yang
hendak di bawah ke atas tower.

Gambar 4. 10 Tali Prusik (12 mm 200 meter)

40
9. Carabiner
Fungsi carabiner yaitu untuk menghubungkan dua benda, misalnya tali
Prusik dengan tas yang di isi kunci-kunci, isolator dan lainnya, seperti pada
proses pergantian isolator pada saluran transmisi.

Gambar 4. 11 Carabiner

4.1.5 Alat Perlindungan Diri (APD) dalam Pemeliharaan Saluran Udara


Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV
1. Full Body Hernes
Fungsi full body hernes untuk melindungi tubuh pada saat jatuh dari
ketinggian saat bekerja diatas tower.

Gambar 4. 12 Body Hernes

2. Helm Safety
Helm safety berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, pukulan
atau kejatuhan benda tajam dan berat yang atau meluncur dari atas tower.
Helm ini juga berfungsi melindungi kepala dari radiasi panas, api, percikan
bahan kimia atau suhu yang ekstrim.

41
Gambar 4. 13 Helm Safety
3. Sepatu Safety

Sepatu safety berfungsi untuk melindungi pemakai dari sengatan listrik


pada saat proses pemeliharaan saluran transmisi.

Gambar 4. 14 Sepatu safety

4. Sarung tangan
Sarung tang berfungsi melindungi tangan terhadap bahaya listrik,
mekanik, kimia, panas dan lain – lain.

Gambar 4. 15 Sarung Tangan

4.2 Gangguan yang terjadi pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
70 kV
Ada beberapa gangguan yang terjadi pada Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Sambaran Petir

42
Gangguan pada saluran transmisi yang sering terjadi ialah gangguan yang
disebabkan karena adanya sambaran petir pada kawat transmisi, baik pada
kawat tanah maupun pada kawat fasa. Sambaran petir secara langsung pada
kawat tanah mengakibatkan terjadinya fenomena lompatan api balik atau
back flashover. Terjadinya back flashover dapat menyebabkan kerusakan
pada isolator oleh karena panas yang di hasilkan busur di sepanjang
permukaan isolator. Tidak semua sambaran petir mengakibatkan back
flashover pada isolasi saluran, fenomena ini terjadi apabila saat kawat tanah
tersambar petir dan sisa arus yang mengalir ke sistem pentanahan kembali
lagi ke ke puncak tower melalui tower transmisi. Dengan kata lain fenomena
back flashover terjadi bila tegangan pada isolator lebih besar atau sama
dengan tegangan critical flashover sehingga lompatan api terjadi pada
isolator tersebut.
2. Kondisi Tanah
Kondisi tanah yang kering dan bebatuan maka nilai pentanahannya akan
semakin besar. Pentanahan yang tinggi akan mempengaruhi proses
penyaluran arus gangguan ke tanah.
3. Korosi
Korosi yang terjadi pada isolator merupakan salah satu penyebab
terjadinya gangguan dalam menyalurkan energi listrik sehingga segera
mungkin dilakukan penggantian isolator.
4. Manusia
Tindakan pencurian bagian tower, seperti terjadinya pemotongan pada
kabel grounding pada kaki tower.
4.3 Data Hasil Puncture Test
Berikut adalah data hasil puncture test section 1 Bolok - Maulafa pada
tower 26 (single suspension) :
1) Penghantar Bolok – Maulafa Line 1 Fasa R

Gambar 4. 16 Hasil Puncture Test Line 1 Fasa R

43
Gambar 4. 17 Kurva Hasil Puncture Test Line 1 Fasa R

Berdasarkan hasil puncture test pada line 1 fasa R diatas hasil dari
nilai tegangan tembus pada setiap keping isolator nilainya baik,
sehingga tidak diperlukan penggantian keping isolator.
2) Penghantar Bolok – Maulafa Line 1 Fasa S

Gambar 4. 18 Hasil Puncture Test Line 1 Fasa S

Gambar 4. 19 Kurva Hasil Puncture Test Line 1 Fasa S

44
Berdasarkan hasil puncture test pada line 1 fasa S diatas hasil dari
nilai tegangan tembus pada setiap keping isolator nilainya ada yang baik
ada juga buruk, yakni keping isolator 5 dan 7 sehingga diperlukan
penggantian keping isolator tersebut.
3) Penghantar Bolok – Maulafa Line 1 Fasa T

Gambar 4. 20 Hasil Puncture Test Line 1 Fasa T

Gambar 4. 21 Kurva Hasil Puncture Test Line 1 Fasa T

Berdasarkan hasil puncture test pada line 1 fasa T diatas hasil dari
nilai tegangan tembus pada setiap keping isolator nilainya ada yang baik
ada juga buruk, yakni keping isolator 8 saja yang nilai tegangan
tembusnya buruk, sehingga diperlukan penggantian keping isolator
tersebut.
4) Penghantar Bolok – Maulafa Line 2 Fasa R

Gambar 4. 22 Hasil Puncture Test Line 2 Fasa R

45
Gambar 4. 23 Kurva Hasil Puncture Test Line 2 Fasa R

Berdasarkan hasil puncture test pada line 2 fasa R diatas hasil dari
nilai tegangan tembus pada setiap keping isolator nilainya baik,
sehingga tidak diperlukan penggantian keping isolator.
5) Penghantar Bolok – Maulafa Line 2 Fasa S

Gambar 4. 24 Hasil Puncture Test Line 2 Fasa S

Gambar 4. 25 Kurva Hasil Puncture Test Line 2 Fasa S

46
Berdasarkan hasil puncture test pada line 2 fasa S diatas hasil dari
nilai tegangan tembus pada setiap keping isolator nilainya ada yang baik
ada juga buruk, yakni keping isolator 8 saja yang nilai tegangan
tembusnya buruk, sehingga diperlukan penggantian keping isolator
tersebut.
6) Penghantar Bolok – Maulafa Line 2 Fasa T

Gambar 4. 26 Hasil Puncture Test Line 2 Fasa T

Gambar 4. 27 Kurva Hasil Puncture Test Line 2 Fasa T

Berdasarkan hasil puncture test pada line 2 fasa R diatas hasil dari
nilai tegangan tembus pada setiap keping isolator nilainya baik,
sehingga tidak diperlukan penggantian keping isolator.

4.4 Pembahasan
Pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan selama 1 bulan 15 hari dimulai dari
25 Januari - 07 Maret 2022. Dalam kerja praktek yang kami ikuti megenai
“Pemeliharaan Saluran Transmisi 70 kV Section 1 Bolok - Maulafa di Unit Layanan
Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) Kupang” terdapat beberap jangka
pemeliharaan yang dilakukan, yaitu: Pemeliharaan Jangka Pendek

47
(Harian/Mingguan), Pemeliharaan Jangka Menengah (Bulanan) dan Pemeliharaan
Jangka Panjang (Tahunan).
1. Pemeliharaan Jangka Pendek (Harian/Mingguan)
Pemeliharaan Jangka Pendek (Harian/Mingguan) adalah pemeliharaan ini
dilakukan setiap hari atau setiap minggu, tindakan yang dilakukan untuk
menjaga aset saluran transmisi atau memperbaiki agar selalu dalam keadaan
normal dalam proses penyaluran listrik hingga sampai ke konsumen.
Pemeliharaan jangka pendek ini meliputi:
a. Pemeriksaan kondisi conductor jumper.
b. Pemeriksaan ada atau tidaknya benda asing pada struktur tower.
c. Pemeriksaan kondisi insulator line.
d. Pemeriksaan kondisi/kelengkapan mur dan baut sambungan rangka
tower.
e. Pemeriksaan kondisi grounding tower dan kondisi jumper TLA.

Gambar 4. 28 Penggantian skun kabel grounding tower

2. Pemeliharaan Jangka Menengah (Bulanan)


Pemeliharaan jangka menengah (Bulanan) adalah pemeliharaan yang
dilakukan setiap bulan, tiga bulan atau enam bulan sekali, pemeliharaan ini
guna melihat kondisi kelengkapan tower serta memperbaiki jika terdapat
kerusakan pada tower. Pemeliharan jangka menengah meliputi:
a. Pemeriksaan kondisi/kelengkapan mur dan baut sambungan rangka
tower.
b. Pemeriksaan kondisi/kelengkapan bracing/member/besi diagonal.

48
c. Pemeriksaan kondisi/posisi arching horn.
d. Pemeriksaan kelengkapan patok batas dan lampu indicator.
e. Pengukuran suhu pada clamp jumper joint dan conductor jumper.

Gambar 4. 29 Pengukuran suhu mengunakan Thermal Imager

3. Pemeliharaan Jangka Panjang (Tahunan)


Pemeliharaan Jangka Panjang (Tahunan) adalah pemeliharaan yang
dilakukan setiap satu tahun atau lima tahun sekali, pemeliharaan jangka panjang
ini dilakukan dengan memeriksa kondisi dan mengukur grounding tower.
Pemeliharaan jangka panjang ini meliputi:
a. Pemeriksaan kondisi conductor joint.
b. Pemeriksaan kondisi insulator/isolasi.

Gambar 4. 30 Penggantian keping – keping isolator

49
c. Pemeriksaan kondisi seluruh struktur tower.
d. Pemeriksaan kondisi junction, seperti; Pemeriksaan kondisi strain
clamp, Pemeriksaan kondisi link bolt socket dan Pemeriksaan kondisi
strain clamp.
e. Pemeriksaan kondisi Proteksi Petir, seperti; Pemeriksaan kondisi
konduktor, Pemeriksaan kondisi/kelengkapan armour rod, Pemeriksaan
kondisi pentanahan (grounding) dan Pemeriksaan kondisi jumper &
disconecting swicth TLA, Pemeriksaan warna lampu indikasi,
pemeriksaan kondisi insulator TLA.
f. Monitoring, seperti; pemeriksaan kondisi/kelengkapan baut panjat (step
bolt), Pemeriksaan kondisi/kelengkapan plat informasi tower dan
Pemeriksaan kondisi/kelengkapan plat tanda penghantar.
g. Pentanahan (Grounding), seperti; Pengukuran nilai pentanahan,
Pengukuran nilai tiap keping insulator dan Pemeriksaan angka counter
TLA dan lampu indikasi.

Gambar 4. 31 Pengukuran nilai tiap keping isolator menggunakan


Insulator Tester

50
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan dan laporan kerja praktek yang telah dikerjakan di
Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk Kupang, dapat disimpulkan bahwa:
1. Transmisi Tenaga Listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik
dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga saluran
distribusi listrik (substation distribution) sehingga dapat disalurkan
sampai pada konsumen pengguna listrik.
2. Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah proses
kegiatan (Pemeriksaan, Perbaikan, Penggantian dan Pengujian) yang
bertujuan mempertahankan atau menjaga kondisi Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT), sehingga dalam pengoperasiannya Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dapat selalu berfungsi sesuai dengan
karakteristik desainnya dan mencegah terjadinya gangguan yang
merusak. Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di Unit
Layanan Gardu Induk dan Transmisi (ULTG) Kupang dibagi menjadi 3
yaitu Pemeliharaan Jangka Pendek (Harian/Mingguan), Pemeliharaan
Jangka Menengah (Bulanan) dan Pemeliharaan Jangka Panjang
(Tahunan).

5.2 Saran
1. Agar keandalan listrik terkhususnya di Pulau Timor dapat terpenuhi
maka perlu adanya Tim Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB)
untuk sistem transmisi baik itu 70 kV maupun 150 kV sehingga tidak lagi
ada pemadaman akibat pemeliharaan jaringan transmisi.

51
DAFTAR PUSTAKA

[1] C. A. Santjiatodjaja, L. S. Patras, G. Mangindaan, and J. T. Elektro-ft,


“Analisa Gelombang Berjalan Pada Saluran Transmisi 70 kV Gardu Induk
Teling,” 2019.
[2] H. Purnomo, Analisis Sistem Daya. 2016.
[3] W. F. Galla, A. S. Sampeallo, and A. Lenjo, “Analisis Tegangan Saluran
Transmisi 70 kV Pada Sistem Timor Dengan Parameter ABCD,” J. Media
Elektro, 2020.
[4] Cekmas Cekdin, Trasnmisi Daya Listrik. 2013.
[5] P. P. (Persero), Buku Pedoman Pemeliharaan Saluran Udara Tegangan
Tinggi dan Ekstra Tinggi. No. 0520-3.K/DIR. 2014.

52
LAMPIRAN

A. Surat Balasan Ijin Kerja Praktek di ULTG Kupang

53
B. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktek di ULTG Kupang

54
55
C. Logbook Kegiatan

56
57
D. Dokumentasi Kegiatan Kerja Praktek

58
E. Kartu Konsultasi Laporan Kerja Praktek

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

KARTU KONSULTASI LAPORAN KERJA PRAKTEK

Judul Kerja Praktek : Pemeliharaan Saluran Transmisi 70 kV Section 1


Bolok – Maulafa Di Unit Layanan Transmisi Dan
Gardu Induk (ULTG) Kupang
Nama Mahasiswa : 1. Alexandrio Buni Ngani (1806030004)
2. Yohanes Nahak Nai Ulu (1806030032)
Bidang Minat : Teknik Tenaga Listrik (TTL)
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sudirman Syam, ST, MT, IPM

Tanggal
No Materi Saran Paraf
Konsultasi

5 Mei 2022 Bab 1 Ikuti strukutr penulisan KP

24 Mei 2022 Bab 4 Tambahkan foto KP dlm Bab 4

26 Mei 2022 ACC

Kupang,. . . . . 2022

Mengetahui Menyetujui
Koordinator Program Studi Teknik Dosen Pembimbing Kerja Praktek
Elektro

(Don E.D.G Pollo, ST, MT ) Dr. Ir. Sudirman Syam, ST, MT, IPM
NIP: 197901142003121003 NIP: 196702111999031001

59

Anda mungkin juga menyukai