Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

PERAN PEREMPUAN PADA ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT

TOLAKI DI DESA MENDIKONU KECAMATAN AMONGGEDO

KABUPATEN KONAWE

OLEH:

MEY DINASARI
N1A1 18 045

JURUSAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA


PIKIR

2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 7


2.2 Landasan Teori ................................................................................... 12
2.3 Kerangka Pikir .................................................................................... 13

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian ................................................................................. 17


3.2 Jenis Penelitian ................................................................................... 17
3.3 Teknik Penentuan Informan ............................................................... 17
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 18
3.4.1 Pengamatan Terlibat (Participation Observation) ......................... 18
3.4.2 Wawancara Mendalam (In-Depth Interview) ............................... 18
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkawinan merupakan kegiatan kebudayaan dalam masyarakat, dimana

kebudayaan mengenai perkawinan berbeda antara masyarakat satu dengan

masyarakat lainnya. Kebudayaan itu sendiri adalah seluruh cara kehidupan dari

masyarakat yang manapun tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup yaitu

bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih diinginkan. Karena itu bagi seorang

ahli ilmu sosial tidak ada masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan.

Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan dan setiap manusia adalah mahluk

berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam sesuatu kebudayaan (Ihromi

2006:18).

Perkawinan dimaksudkan untuk mengikat dua insan dalam mewujudkan

ketenangan dan keseimbangan hidup berumah tangga baik secara sosial, biologis

maupun psikologis guna menciptakan rasa kasih sayang dan rasa aman bagi

pihak-pihak yang terkait. Perkawinan pada masyarakat Indonesia, dalam hal ini

tidak terkecuali masyarakat Tolaki menganggap perkawinan merupakan salah satu

peristiwa adat yang sangat sakral. Hubungan itu tidak hanya melibatkan dua

individu saja atau hubungan pribadi, namun lebih merupakan terjalinnya

hubungan antara dua keluarga besar antara dua belah pihak.

Adat istiadat menurut Koentjaraningrat terdapat tiga tingkatan. Pertama

sistem nilai budaya yang merupakan tingkat paling tinggi dan paling abstrak dari

adat istiadat. Nilai – nilai budaya merupakan konsep – konsep mengenai apa yang

1
hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sebagian suatu masyarakat

mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup,

sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi

kepada kehidupan para warga masyarakat tadi. Kedua pandangan hidup,

pandangan hidup merupakan suatu sistem pedoman yang dianut oleh golongan-

golongan atau lebih sempit lagi, individu-individu khusus dalam masyarakat.

Ketiga ideologi, ideologi merupakan suatu sistem pedoman hidup atau cita – cita,

yang ingin sekali dicapai oleh banyak individu dalam masyarakat, tetapi yang

lebih khusus sifatnya daripada sistem nilai budaya (Koentjaraningrat, 2000).

Adat istiadat perkawinan tidak hanya menyangkut pihak laki – laki dan

perempuan saja, tetapi antar kedua pihak saling terkait dalam mewujudkan

kehidupan yang lebih baik. Peranan perempuan dan laki – laki dalam kehidupan

sosial tidak bisa terlepas dari konsep gender yang berlaku dalam masyarakat.

Gender adalah suatu sifat yang menempel dalam kehidupan sosial pada

kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun

kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik,

emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan,

perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat – sifat yang dapat

dipertukarkan. Namun pertukaran sifat antara laki – laki dan perempuan

mengakibatkan pandangan yang tidak lazim bagi sebagian masyarakat. Artinya

ada laki – laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada

perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dari sifat itu dapat terjadi

dari waktu kewaktu dan dari tempat ketempat yang lain. Semua hal yang dapat

2
dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki – laki, yang bisa berubah dari

waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya, maupun berbeda dari

suatu kelas ke kelas yang lain, itulah yang dikenal dengan konsep gender (Fakih,

2012).

Segala aktivitas masyarakat tidak terlepas dari peran dan fungsi antar

laki- laki dan perempuan. Peran dan fungsi laki-laki dan perempuan tercipta dari

tradisi- tradisi yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Salah satu tradisi yang ada

dalam masyarakat yaitu tentang tradisi dalam perkawinan yang di dalamnya

memuat tentang relasi gender mengenai peran dan fungsi antara laki-laki dan

perempuan dalam rumah tangga. Salah satu tradisi dalam perkawinan yang di

dalamnya terkait dengan relasi gender terdapat pada masyarakat Mendikonu.

Desa Mendikonu adalah desa yang termasuk dalam wilayah administrasi

Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Masyarakat Desa Mendikonu mempunyai sebuah tradisi perkawinan yang

digunakan oleh masyarakat suku Tolaki. Tradisi ini hanya berlaku apabila yang

menikah salah satu pengantinnya berasal dari masyarakat Desa Mendikonu yang

beretnis Tolaki. Masyarakat Desa Mendikonu menyebutnya dengan tradisi

kalosara. Tradisi ini biasanya dilakukan sebelum pasangan pengantin tersebut

disahkan secara hukum dan agama, maksudnya apabila pasangan ini telah

melakukan pernikahan dan menjadi sepasang suami istri yang sah dengan bukti

adanya keterangan suami istri pada pemuka adat atau buku nikah.

Peran adalah perangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang

yang berkedudukan di masyarakat. Pada prosesi pernikahan yang dilakukan

3
melalui taradisi etnis Tolaki, Perempuan sangat jarang terlihat untuk turut andil

dalam prosesi pernikahan. Dalam konteks inilah, eksistensi peran perempuan

dalam prosesi adat pernikahan suku Tolaki perlu dipertanyakan karena terkesan

hanya sedikit bisa mengambil peran saat prosesi adat pernikahan pada masyarakat

adat Tolaki di Desa Mendikonu.

Berdasarkan dari uraian penelitian terdahulu dan fenomena lapangan

tersebut, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang “Peran

Perempuan Pada Adat Pernikahan Masyarakat Tolaki di Desa Mendikonu

Kecmatan Amonggedo Kabupaten Konawe”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apa saja peran perempuan pada adat pernikahan masyarakat Tolaki di Desa

Mendikonu Kecmatan Amonggedo Kabupaten Konawe ?.

2. Apa kendala perempuan dalam pelaksanaan perannya pada a dat pernikahan

masyarakat Tolaki di Desa Mendikonu Kecmatan Amonggedo Kabupaten

Konawe ?.

3. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala pelaksanaan

peran perempuan pada adat pernikahan masyarakat Tolaki di Desa

Mendikonu Kecmatan Amonggedo Kabupaten Konawe ?.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah sebagai

berikut:

4
1. Untuk mendeskripsikan peran peran perempuan pada adat pernikahan

masyarakat Tolaki di Desa Mendikonu Kecmatan Amonggedo Kabupaten

Konawe.

2. Untuk mendeskripsikan kendala dalam pelaksanaan peran perempuan pada

adat pernikahan masyarakat Tolaki di Desa Mendikonu Kecamatan

Amonggedo Kabupaten Konawe.

3. Untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala

pelaksanaan peran perempuan pada adat pernikahan masyarakat Tolaki di

Desa Mendikonu Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari pelaksanaan

penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan

wacana keilmuan di bidang sosial dalam rangka melakukan penguatan literasi

antropologi.

2. Manfaat Praktis

1) Memberi masukan kepada masyarakat Tolaki dalam meningkatkan peran

peran perempuan pada adat pernikahan masyarakat Tolaki di Desa

Mendikonu Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe.

2) Memberi gambaran mengenai penguatan literasi adat pernikahan yang

terjadi pada peran perempuan dalam adat pernikahan masyarakat Tolaki di

Desa Mendikonu Kecmatan Amonggedo Kabupaten Konawe.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

DAN KERANGKA PIKIR

2.1.1 Tinjauan Pustaka

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

maka dia menjalankan suatu peran (Burhan, 2009).

Menurut Soerjono (1990), peran mencakup tiga hal, yaitu:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan.

b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai kelompok atau organisasi.

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

Gender adalah konsep hubungan sosial yang membedakan peran laki-laki

dan perempuan perbedaan antara gender antara laki-laki dan perempuan, terjadi

melalui proses yang sangat panjang. Melalui proses sosialisasi, penguatan,

kontruksi sosial, kultural, keagamaan bahkan kekuasaan negara. Oleh karena

melalui proses yang panjang itulah, maka lama kelamaan perbedaan gender seolah

- olah ketentuan tuhan atau kodrat yang tidak dapat di ubah lagi. Demikian pula

6
sebaliknya, sosialisasi kontruksi sosial tentang gender secara evolusi pada

akhirnya mempengaruhi perkembangan sosial dan biologis masing-masing jenis

kelamin. Sepertinya gender laki- laki harus kuat dan agresif, sehingga dengan

kontruksi sosial semacam itu menjadi laki-laki terlatih dan termotivasi

mempertahankan sifat tersebut. dan akhirnya laki-laki menjadi lebih kuat dan

besar. Akan tetapi dengan berpedoman bahwa setiap sifat biasanya melihat pada

ienis kelamin tertentu dan sepanjang sifat tersebut dapat dipertukarkan. maka sifat

tersebut hasil kontruksi masyarakat, dan sama sekali bukan kodrat (Mansoer,

1997).

Adanya anggapan pada masyarakat kita bahwa kaum perempuan bersifat

memelihara, rajin dan tidak cocok jadi kepala keluarga. Akibatnya semua

pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab perempuan. Beragam peran dalam

kegiatan sehari-hari, seperti memasak, mencuci merawat anak-anak, bebenah dan

lain-lain dilakukan perempuan. Sehingga beban kerja perempuan jauh lebih besar

ketimbang laki-laki.

2.1.2 Konsep Perkawinan

2.1.2.1 Perkawinan Menurut UU No. 1 Tahun 74

Pengertian perkawinan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang

No. 1 Tahun 74 yang berbunyi sebagai berikut:

“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara paria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah

tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan keTuhanan Yang Maha

Esa”.

7
Pengertian perkawinan dari tersebut di atas, jelas bahwa perkawinan

memuat tidak hanya segi hukum formal tapi sampai pada maksud yang bersifat

sosial keagamaan, dengan disebutkannya” membentuk keluarga” dan berdasarkan

keTuhanan Yang Maha Esa, perkawinan juga tidak hanya merupakan ikatan lahir

atau batin melainkan keduanya. Sedangkan pengertian ikatan lahir dalam

perkawinan adalah ikatan akibat hukum antara seorang pria dengan seorang

wanita untuk hidup bersama sebagai suami istri dan ikatan lahir suami istri

merupakan hubungan formal yang sifatnya nyata, baik bagi yang mengikatkan

dirinya maupun orang lain atau masyarakat. Sedang yang dimaksud dengan rumah

tangga harmonis yakni bersyukur jika mendapat pasangan hidup yang mengerti

dan memahami akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, bersyukur jika

mendapat pasangan hidup yang mampu menemani dalam suka dan duka.

Perkawinan merupakan anjuran sebagai umat beragama Islam maka

hendaknya dilaksanakan menurut hukum masing-masing sebagaimana disebutkan

dalam pasal 2 ayat 1 UU No. 1 tentang “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan

menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu dalam kehidupan

masyarakat perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting sebab

perkawinan tidak hanya menyangkut wanita dan pria calon mempelai

menggunakan kedua orang tua kedua pihak, saudara-saudaranya dan keluarga

besar masing-masing.

2.1.2.2 Perkawinan Menurut Hukum Adat

Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting dalam

kehidupan masyarakat. Karena perkawinan tidak hanya menyangkut wanita dan

8
pria calon mempelai akan tetapi juga orang tua kedua belah pihak, saudara-

saudaranya bahkan keluarga besar.

Perkawinan menurut hukum adat merupakan hubungan kelamin antara

laki-laki dengan perempuan yang membawa hubungan lebih luas yaitu antara

kelompok kerabat laki-laki dan perempuan, bahkan antara masyarakat yang satu

dengan yang lain (Azizah, 1997).

Perkawinan biasanya diartikan sebagai ikatan lahir batin antara pria dan

wanita suami, istri dengan tujuan membentuk suatu keluarga bahagia dan kekal

berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa, dari pasangan demi pasangan terlahir bayi-

bayi yang akan melanjutkan keturunan mereka. Oleh karena itu bagi masyarakat

jawa khususnya perkawinan sangatlah menjadi makna yang sangat penting bagi

masyarakat Jawa, perkawinan bukan hanya merupakan pembentukan rumah

tangga yang baru tetapi juga membentuk ikatan dua keluarga besar yang bisa jadi

berbeda dalam segala hal.

Adapun tujuan perkawinan bagi masyarakat hukum adat yang bersifat

kekerabatan adalah untuk mempertahankan dan meneruskan keturunan menurut

garis kebapakan oleh karena itu sistim keturunan dan kekerabatan antar suku

bangsa Indonesia berbeda-beda, termasuk lingkungan dan agama yang dianut

berbeda-beda. Maka dari itu tujuan perkawinan adat bagi masyarakat adat juga

berbeda (Hadikusuma, 1983). Oleh karena itu juga sesuai kekeluargaan yang

berlaku kedua insan yang berkasihan akan memberitahu keluarga masing-masing

keluarganya bahwa mereka telah menemukan pasangan yang cocok dan ideal

untuk dijadikan suami/istri. Secara tradisional, pertimbangan penerimaan calon

9
pasangan berdasarkan pada bibit, bebet dan bobot.

Bibit artinya mempunyai latar kehidupan keluarga yang baik. Bebet

artinya calon pengantin, terutama pria mampu memenuhi kebutuhan keluarga.

Bobot artinya kedua calon pengantin adalah orang yang berkualitas, bermental

baik dan berpendidikan cukup dan yang biasa berlaku pada adat perkawinan

kedua belah pihak setelah orang tua atau keluarga menyetujui perkawinan maka

dilakukan langkah-langkah selanjutnya, menurut kebiasaan.

Penelitian Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini dan dapat

dijadikan sebagai bahan acuan yaitu:

1. Penelitian Hairunisa (2020) dengan judul “Peran Perempuan dalam Adat

Istiadat Gorontalo” menunjukkan peran perempuan lebih sedikit dibanding

laki-laki, dimana perempuan hanya dilibatkan pada bagian-bagian tertentu

saja seperti pramusaji, mendampingi laki-laki dalam proses pelamaran,

modelo, mohama, dan sebagai pengiring adat dan pengantin.

2. Penelitian Maria dan Lodowik (2019) dengan judul “Peran Perempuan

Adonara Dalam Budaya Upacara Perhelatan: Studi Fenomenologi Peran

Perempuan Adonara Pada Pernikahan Dan Kematian” menunjukkan

perempuan hanya diberi peran menghantarkan sarung tenun, selendang, dan

kain lainnya dalam upacara pernikahan dan kematian. Selain itu perempuan

juga berperan sebagai bine yang mempunyai kewajiban membantu saudara

laki-lakinya membawa hewan seperti babi atau kambing dalam upacara

pernikahan.

10
3. Penilitian dilakukan Nanda Putri Rizma (2019) dengan judul “Peran Gender

Perempuan Adat Tunggu Tubang Suku Semende Sumatera Selatan (Studi

Etnografi Desa Tanjung Raya Kabupaten Muaraenim)” menunjukan

transformasi perubahan adat yang dipengaruhi perkembangan global sehingga

makna kekuasaan sekalipun berada di perempuan tunggu tubang tapi

pengambil keputusan berada pada pihak mareje.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Feminisme

Teori feminisme merupakan perspektif teori tentang gender yang

dikembangkan dari studi-studi yang berpusat pada wanita. Teori feminisme pada

abad kedua puluh tidak dapat dipisahkan dari pemahaman feminisme sebagai

gerakan sosial. Feminisme berawal dari suatu gerakan sosial yang membela dan

memperjuangkan antara laki-laki dan perempuan.

Mansour (1996) menyebutkan beberapa pendekatan teori feminisme,

yaitu:

a. Feminisme Liberal

Feminisme Liberal berpendapat perempuan dapat mengklaim kesetaraan

dengan laki-laki berdasarkan kemampuan hakiki manusia untuk menjadi agen

moral yang menggunakan akalnya, bahwa ketimpangan gender adalah akibat

dari pola pembagian kerja yang seksis dan patriakal dan bahwa kesetaraan

gender dapat dihasilkan dengan mentransformasikan pembagian kerja

melalui pemolaan ulang institusi- intitusi kunci hukum, kerja, keluarga,

pendidikan dan media.

11
b. Feminisme Radikal

Feminisme radikal memiliki dua keyakinan sentral, pertama, bahwa

perempuan memiliki nilai positif sebagai perempuan. Kedua, bahwa

perempuan dimanapun berada ditindas oleh sistem patriarki. Feminisme

radikal melihat bahwa dalam setiap institusi keluarga dan di dalam struktur

masyarakat yang paling mendasar terdapat penindasan. Struktur penindasan

yang paling mendasar adalah sistem patriarki dimana penindasan yang paling

mendasar adalah sistem patriarki dimana penindasan ini terjadi pada laki-laki

yang menindas perempuan.

c. Feminisme Sosialis

Feminisme sosialis mengembangkan tiga tujuan (1) untuk melakukan kritik

atas penindasan berbeda namun saling terkait yang dilakukan oleh patriarki

dan kapitalisme dari sudut pandang pengalaman perempuan. (2)

mengembangkan metode yang eksplisit dan tepat untuk melakukan analisis

sosial dari pemahaman yang luas tentang materialism historis. (3) memasukkan

pemahaman tentang signifikasi gagasan ke dalam kehidupan manusia.

Femnisme sosialis telah menetapkan proyek formal yaitu mencapai sintesis dan

langkah teoritis di luar teori feminis.

2.3 Kerangka Pikir

Desa Mendikonu adalah desa jyang termasuk dalam wilayah administrasi

Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Masyarakat Desa Mendikonu mempunyai sebuah tradisi perkawinan yang

digunakan oleh masyarakat suku Tolaki. Masyarakat Desa Mendikonu

12
menyebutnya dengan tradisi kalosara. Tradisi ini biasanya dilakukan sebelum

pasangan pengantin tersebut disahkan secara hukum dan agama, maksudnya

apabila pasangan ini telah melakukan pernikahan dan menjadi sepasang suami

istri yang sah dengan bukti adanya keterangan suami istri pada pemuka atau buku

nikah.

Adat istiadat menurut Koentjaraningrat terdapat tiga tingkatan. Pertama

sistem nilai budaya yang merupakan tingkat paling tinggi dan paling abstrak dari

adat istiadat. Nilai – nilai budaya merupakan konsep – konsep mengenai apa yang

hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sebagian suatu masyarakat

mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup,

sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi

kepada kehidupan para warga masyarakat tadi. Kedua pandangan hidup,

pandangan hidup merupakan suatu sistem pedoman yang dianut oleh golongan-

golongan atau lebih sempit lagi, individu-individu khusus dalam masyarakat.

Ketiga ideologi, ideologi merupakan suatu sistem pedoman hidup atau cita – cita,

yang ingin sekali dicapai oleh banyak individu dalam masyarakat, tetapi yang

lebih khusus sifatnya daripada sistem nilai budaya (Koentjaraningrat, 2000).

Segala aktivitas masyarakat tidak terlepas dari peran dan fungsi antar

laki- laki dan perempuan. Peran dan fungsi laki-laki dan perempuan tercipta dari

tradisi- tradisi yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Salah satu tradisi yang ada

dalam masyarakat yaitu tentang tradisi dalam perkawinan yang di dalamnya

memuat tentang relasi gender mengenai peran dan fungsi antara laki-laki dan

perempuan dalam rumah tangga. Namun peran perempuan pada adat pernikahan

13
yang khususnya pernikahan adat Tolaki sangat jarang ditemukan perempuan

memiliki peran aktif dalam adat pernikahan khususnya adat kalosara.

Feminisme Liberal berpendapat perempuan dapat mengklaim kesetaraan

dengan laki-laki berdasarkan kemampuan hakiki manusia untuk menjadi agen

moral yang menggunakan akalnya, bahwa ketimpangan gender adalah akibat

dari pola pembagian kerja yang seksis dan patriakal dan bahwa kesetaraan

gender dapat dihasilkan dengan mentransformasikan pembagian kerja melalui

pemolaan ulang institusi- intitusi kunci hukum, kerja, keluarga, pendidikan dan

media.

Feminisme radikal memiliki dua keyakinan sentral, pertama, bahwa

perempuan memiliki nilai positif sebagai perempuan. Kedua, bahwa perempuan

dimanapun berada ditindas oleh sistem patriarki. Feminisme radikal melihat

bahwa dalam setiap institusi keluarga dan di dalam struktur masyarakat yang

paling mendasar terdapat penindasan. Struktur penindasan yang paling

mendasar adalah sistem patriarki dimana penindasan yang paling mendasar

adalah sistem patriarki dimana penindasan ini terjadi pada laki-laki yang

menindas perempuan.

Feminisme sosialis mengembangkan tiga tujuan (1) untuk melakukan

kritik atas penindasan berbeda namun saling terkait yang dilakukan oleh

patriarki dan kapitalisme dari sudut pandang pengalaman perempuan. (2)

mengembangkan metode yang eksplisit dan tepat untuk melakukan analisis

sosial dari pemahaman yang luas tentang materialism historis. (3) memasukkan

pemahaman tentang signifikasi gagasan ke dalam kehidupan manusia.

14
Femnisme sosialis telah menetapkan proyek formal yaitu mencapai sintesis dan

langkah teoritis di luar teori feminis.

Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini peneliti

menggunakan kerangka pikir sebagai berikut:

Skema 2.1. Kerangka Konseptual

Pernikahan Suku Tolaki

Adat Peran Perempuan

Rumusan Masalah 1 Rumusan Masalah 2 Rumusan Masalah 3

Apa saja peran perempuan Apa kendala perempuan Bagaimana upaya yang
pada adat pernikahan dalam pelaksanaan dilakukan dalam mengatasi
masyarakat Tolaki di Desa perannya pada adat kendala pelaksanaan peran
Mendikonu Kecamatan pernikahan masyarakat perempuan pada adat
Amonggedo Kabupaten Tolaki di Desa Mendikonu pernikahan masyarakat
Konawe?. Kecamatan Amonggedo Tolaki di Desa Mendikonu
Kabupaten Konawe?. Kecamatan Amonggedo
Kabupaten Konawe?.

Teori

1. Feminisme liberal
2. Feminisme radikal
3. Feminisme sosialis

(Mansour, 1996)

Judul Penelitian:

Peran Perempuan Pada Adat Pernikahan Masyarakat Tolaki di


Desa Mendikonu Kecmatan Amonggedo Kabupaten Konawe

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Mendikonu Kecamatan Amonggedo

Kabupaten Konawe. Penentuan lokasi ditentukan dengan pertimbangan karena

masyarakat Amonggedo masih mempertahankan tradisi kalosara. Selain itu,

dalam tradisi kalosara terdapat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sehingga

pelaksanaannya tetap konsisten dan terpelihara. Penelitian ini akan dilaksanankan

pada bulan Maret 2022.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, penulis memberikan gambaran

(deskripsi) dengan mengutamakan pengungkapan fakta-fakta, data dan informasi

secara detail tentang proses pelaksanaan peran tokoh adat perempuan di Desa

Amonggedo, Kabupaten Konawe.

3.3 Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian ini, dilakukan sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Penentuan informan sesuai dengan sistem purposive

sampling, yaitu menentukan informan terdiri dari informan kunci (key informant)

dan informan biasa. Alasan peneliti menggunakan purposive sampling karena

hanya tokoh adat perempuan Suku Tolaki yang ada di Desa Amonggedo,

Kabupaten Konawe yang menjadi fokus penelitian sehingga diharapkan dapat

menjawab permasaalahan penelitian. Penentuan informan yang baik minimal

memiliki persyaratan berikut yaitu: enkulturasi penuh, keterlibatan langsung,

16
suasana budaya yang tidak dikenal, waktu yang cukup dan non-analitis. Dalam

proses melakukan wawancara dengan informan adalah, bahwa informan pertama

yang dipilih harus memenuhi lima persyaratan tersebut (Spradley, 2006: 68).

Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan informan

biasa. Informan kunci yaitu 2 orang tokoh adat perempuan dan informan biasa

yaitu 2 orang tokoh adat laki-laki.

Penentuan informan di atas adalah atas pertimbangan bahwa mereka

mengetahui tata cara pelaksanaan tradisi perkawinan suku Tolaki pada masyarakat

Amonggedo di Kabupaten Konawe.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkenan dengan

permasaalahan penelitian, maka penelitian ini dilakukan dengan teknik

pengamatan terlibat (participation observation) dan wawancara mendalam (in-

depth interview).

3.4.1 Pengamatan Terlibat (Participation Observation)

Pengamatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini berguna untuk

mengumpulkan data-data di lapangan yang berupa peristiwa atau kejadian yang

benar-benar nyata atau dapat dikatakan sebagai pengamatan yang dilakukan

secara langsung. Peneliti akan berkunjung dan mengamati secara langsung di

lokasi penelitian tentang proses pelaksanaan peran tokoh adat perempuan suku

Tolaki dan mengetahui alasan mengapa peran tokoh adat perempuan suku Tolaki

masih dipertahankan oleh masyarakat Amonggedo yang ada di Kabupaten

Konawe. Selain itu peneliti juga melakukan dokumentasi berupa pengambilan

17
data atau gambar mengenai proses pelaksanaan peran tokoh adat perempuan suku

Tolaki dan catatan di Kantor Camat Amonggedo berupa gambaran umum lokasi

penelitian sebagai kelengkapan penelitian.

3.4.2 Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Teknik wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan

mengadakan tatap muka secara langsung beserta informan yang telah dipilih dan

disertai tanya jawab dengan menggunakan pedoman wawancara berupa

pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti dalam proses

penggalian informasi terkait dengan permasaalahan penelitian, sehingga peneliti

dapat menggali informasi sedetail mungkin dari setiap informan. Hal-hal utama

yang menjadi fokus wawancara dalam penelitian ini adalah bagaimana prosesi

pelaksanaan peran tokoh adat perempuan suku Tolaki dan bagaimana

kebertahanan proses pelaksanaan peran tokoh adat perempuan suku Tolaki di

Amonggedo Kabupaten Konawe.

Dalam proses wawancara peneliti menggunakan alat perekam suara berupa

telepon genggam (Handphone). Sebelum menggunakan alat perekam tersebut,

peneliti meminta izin terlebih dahulu dengan narasumber. Untuk memperoleh data

yang akurat dan lengkap, peneliti harus memperhatikan dan mendengarkan

dengan seksama apa yang disampaikan oleh narasumber pada saat wawancara

sedang berlangsung, dan wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

bersifat deskriptif.

18
3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu

analisis dengan merinci dan menjelaskan secara panjang lebar keterkaitan data

penelitian dalam bentuk kalimat (Sugiyono, 2015). Langkah-langkah yang

dilakukan untuk menjawab rumusan masalah adalah:

1. Mendeskripsikan gerakan literasi sekolah dengan menjabarkan tahapan-

tahapan perkawinan yang dilakukan oleh masyarakat Tolaki di Desa

Mendikonu.

2. Menguraikan peranan perempuan dalam prosesi adat perkawinan suku Tolaki.

3. Menjabarkan kendala-kendala pelaksanaan peran perempuan dalam proses

perkawinan suku Tolaki.

4. Mendeskripsikan solusi-solusi pengentasan kendala peran perempuan dalam

proses perkawinan suku Tolaki.

19
DAFTAR PUSTAKA

Affandy, D. E. A. (2012). An exploration local wisdom priority in public


butgeting process of local government: case study in East Java. Jurnal
Ecores, Vol 31, No (5), 61-76, ISSN: 2229-6158.

Bungin Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.
Fakih, Mansour. 1996. Menggeser Konsepsi Gender dan Transformasi Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
--------------------. 1997. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hafid, A. 2013. Kalosara sebagai instrumen utama dalam kehidupan sosial
budaya masyarakat Tolaki di Sulawesi Tenggara. Makalah disajikan dalam
Prakongres Kebudayaan Indonesia, di Jakarta.
Hairunisa. 2020. Peran Perempuan dalam Adat Istiadat Gorontalo. As-Syams:
Journal Hukum Islam Vol. 1, No. 2. Agustus 2020, 96-120 ISSN: 2622-965X
Hadikusuma, Hilman. 1983. Hukum Waris Adat. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Ihromi, T.O. 2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
---------------------. 2004. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Maria & Lodowik. 2019. Peran Perempuan Adonara Dalam Budaya Upacara
Perhelatan: Studi Fenomenologi Peran Perempuan Adonara Pada
Pernikahan Dan Kematian. CALATHU: Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 1
Nomor 1, Februari 2019: 68 –79.
Nanda Putri Rizma .2019. Peran Gender Perempuan Adat Tunggu Tubang Suku
Semende Sumatera Selatan (Studi Etnografi Desa Tanjung Raya Kabupaten
Muaraenim). Skripsi. Universitas Bina Darma. Palembang.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono.2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Sujarweni, Wiratna. 2015. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Tarimana, A. 1993. Kebudayaan Tolaki. Jakarta: Balai Pustaka.

Undang -Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan


Wagiran. 2012. Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu
Hayuning Bawana (Identifikasi Nilai-nilai Karakter Berbasis Budaya).
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai