PADA ANAK
OLEH
NAMA :
1. ELSI TAPATAB
2. RIAN LOTE
3. NIKEN SELAN
4. HENDRA LASI
KUPANG
2021
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya dan kemudahan, kekuatan, serta kelancaran dalam penyususnan dan p
enyelesaian Studi Kasus yang berjudul“GambaranGangguan Eliminasi Fekal Pad
a Pasien Anak Dengan Hirschprung Disease
Penulis menyadari bahwa studi kasus ini masih banyak kekurangan da
n jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak y
ang bersifat membangun sangat diharapkan.
Kupang,17-september-2021
Penulis
DAFTAR ISI
3
Kata Pengantar...............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah. ............................................................................... 5
C. Tujuan Studi Kasus .............................................................................. 6
D. Manfaat Studi Kasus. ........................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori. .................................................................................... .10
1. Konsep Penyakit Hirschprung Disease. ........................................ 2
5 a.Definisi. .................................................................................... 2
5
b. Etiologi. .................................................................................... 26
c. Patofisiologi ... ......................................................................... 26
d. Manifestasi Klinis........ ............................................................ 27
e. Klasifikasi. ............................................................................... 28
f. Komplikasi. .............................................................................. 28
g. Penatalaksanaan. ...................................................................... 29
BAB I
4
PENDAHULUAN
gangguan eliminasi fekal ini tidak ditangani pasien dapat mengalami stres
katabolik dan respon inflamasi sistemik. Hal ini adalah kondisi terjadinya
peningkatan kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak dalam meningkatka
n kemampuan tubuh melawan infeksi. Proses penyembuhan penyakit terga
ntung dengan proses pemecahan protein menjadi glukosa, karena lemak ha
nya bisa memetabolisme apabila ada oksigen, sedangkan cadangan glukos
a terlalu sedikit yang diperlukan dalam penyembuhan jaringan. Respon me
tabolisme ini mempengaruhi morfologi dan fungsi saluran gastrointestinal
(Ibnu, Budipratama & Maskoen, 2014).
Peran perawat dalam menangani kasus hirschprung ini harus secar
a komprehensif yang dilakukan berdasarkan standar praktek keperawatan.
Peran perawat disini meliputi peran sebagai pelaksana, pendidik, peneliti d
an pengelola pelayanan kesehatan. Dalam upaya sebagai pelaksana pelaya
nan kesehatan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan secara la
ngsung maupun tidak langsung secara menyeluruh. Dalam upaya peneliti p
erawat mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip d
an metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkat
kan mutu asuhan atau pelayanan kesehatan yaitu dengan mengelola pelaya
nan maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen keperawat
an dalam paradigma keperawatan (Potter & Perry, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.Definisi
8
Gambar 2.1 Gambar colon yang normal pada sebelah kiri dan colon
yang mengalami dilatasi pada penyakitdisebelah kanan
b.Anatomi dan fiologi digesti
1.Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan
masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis,
asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung,
terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi
depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham),
menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
10
2.Tenggorokan(Faring)
4.Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian
yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan
dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan prekusor pepsin (enzim
yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel – sel lambung dari
kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida menciptakan suasana
yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein.
Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
11
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa
(sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan
lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adal
ah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong be
rupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan
dari usus.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4
m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam empedu.
12
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri
dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri),
kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang
terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
12 membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting
untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan
air, dan terjadilah diare.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.
Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem
saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika
defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar,
di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi
bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan
lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
13
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air
besar) yang merupakan fungsi utama anus (Pearce, 1999).
b. Etiologi
PATWAY
d. Manifestasi Klinis
setelah lahir.
d) Distensiabdomen
2) Masa bayi
b) Konstipasi
c) Distensiabdomen
enterokilitis)
f) Diare berdarah
g) Demam
h) Letargi berat
3) Masa kanak-kanak
a) Konstipasi
c) Distensiabdomen
e. Klasifikasi
g. Penatalaksanaan
a.Pengkajian Keperawatan
5) Pemeriksaan fisik
c. Perencanaan Keperawatan
Kolaborasi pemberian a
nalgetik,jika peru
.
d. Evaluasi Keperawatan
2 macam yaitu :
S : Subyektif
P : Perencanaan
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Kl
ien. Jakarta : Salemba Medika.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka C
ipta.
Browne . NT. (2008). Proket Guide to PediatAic Surgical Nursing Canada : American Pedia
tric Surgical Nurse Assosiation.
Carpenito, M. L. (2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, alih bahasa Indonesia, edisi. 1
0. Jakarta : EGC.
Elfianto D. Corputty, Harsali F., & Alwin Monoarfa (2015). Gambaran Pasien Hirschsprung
Di RSUP DR. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2010- September 2014. Jurnal e-
Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April
2015. Diakses 28 April 2019 dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/download/6822/6346
Doenges, Marilynn E. (2014). Manual Diagnosis Keperawatan : Rencana Intervensi, & Dok
umentasi Asuhan Keperawatan, alih bahasa Indonesia edisi 3. Jakarta : EGC
Henna N, Sheikh MA, Shaukat M, Nagi H. (2011) Children with clinical presentation of Hir
chsprung’s Disease - A Clinicopathlogical Experience. Pakistan. Biomedica vol . 27.
Hal. 1-4
Hidayat, Abdul. Aziz. Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika
Hidayat, Adul. Aziz. Alimul. (2011). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Ibnu, B, D.& Maskoen , T.T. (2014). Terapi Nutrisi pada pasien ICU. Medica Hospital. Vol
2 (3), 140-148. Diakses 5 Mei 2019 dari
https://www.medicalhospitalia.rskariadi.co.id/index.php/mh/article/viev185 96
Kasiati, Rosmalawati, Dwi W. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan.
Kozier Barbara, Erb Glenora. dkk (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konse, Pros
es dan Praktik. Edisi 7 Volume 1. Jakarta : EGC.
Kyle, Terri & Carman Susan., (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC
Mutaqqin A dan Sari U., (2013). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.
Nasrullah, Dede. (2014). Etika dan Hukum Keperawatan Untuk Mahasiswa dan Praktisi Kep
erawatan. Jakarta : Trans Info Medika.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa NANDA, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Yogyakarta : Medica
tion Publishing.
Nurhayati Dede, dkk. (2017). Kualitas Hidup Anak Usia Toddler Paska Kolostomi Di Bandu
ng.Nurseline Journal Volume 2 No./2017 Halaman
167. Diakses 17 Februari 2019 dari
https://media.neliti.com/media/publications/197135-ID-the-quality-of-lifeof-toddler-pos
t-colo.pdf
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Potter, P.A, Perry, A.G. (2010) Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses Dan Praktik. Ja
karta : Salemba Medika
Rochadi. 2012. Terapi Pembedahan dan Peran GENA RET Pada Penyakit Hirschsprung. Di
sertasi Pascasarjana FK UGM Yogyakarta
Rohmah, Nikmat & Walid Saiful. (2012). Proses Keperawatan & Aplikasi,Yogyakarta. Ar-R
uzz Medika.
Rosdahl & Kowalski. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar: (Dwi Widiarti, Anastasia Onn
y Tampubolon, Penerjemah). Edisi 10. Jakarta: EGC
Setiadi. (2015). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2. Yogyakarta : Grh
a Ilmu
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Tarwoto & Wartonah. (2010). KebutuhanDasar Manusia Dan Proses Keperawatan Edisi 4.
Salemba Medika : Jakarta
Tarwoto & Wartonah. (2015). KebutuhanDasar Manusia Dan Proses Keperawatan Edisi 6 S
alemba Medika : Jakarta