0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang susunan badan peradilan di Indonesia yang terdiri atas empat lingkungan peradilan yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara. Juga membahas mengenai kewenangan Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi dan berbagai pengadilan khusus di lingkungan peradilan negeri.
Dokumen tersebut membahas tentang susunan badan peradilan di Indonesia yang terdiri atas empat lingkungan peradilan yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara. Juga membahas mengenai kewenangan Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi dan berbagai pengadilan khusus di lingkungan peradilan negeri.
Dokumen tersebut membahas tentang susunan badan peradilan di Indonesia yang terdiri atas empat lingkungan peradilan yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara. Juga membahas mengenai kewenangan Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi dan berbagai pengadilan khusus di lingkungan peradilan negeri.
Indonesia • Pasal 10 ayat (1) UU No 4 Tahun 2004, dikenal empat lingkungan peradilan di Indonesia yaitu : • a. Peradilan Umum (UU No 8 Tahun 2004) • b. Peradilan Agama (UU No 3 Tahun 2006) Dalam perdalilan agama membawahi Pengadilan Agama Negeri • c. Peradilan Militer (UU No 31 Tahun 1997) • d. Peradilan Tata Usaha Negara (UU No 9 Tahun 2004) Kewenangan Mahkamah Agung RI adalah (ayat 2 pasal 10 UU no 4 tahun 2004): •a. Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan dimana semua lingkungan peradilan yang berada dibawah Mahkamah Agung. • b. Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undangundang terhadap Pengadilan khusus yang berada dilingkungan pengadilan negeri yaitu : • 1. Pengadilan niaga (pasal 280 UU No.4 Tahun 1998 Tentang kepailitan) • 2. Pengadilan anak (pasal 2 UU No.3 Tahun 1997 Tentang pengadilan anak) • 3. Pengadilan hak asasi manusia (pasal 2 UU No.26 Tahun 2000 Tentang pengadilan HAM) • 4. Pengadilan tindak pidana korupsi • 5. Pengadilan hubungan industrial (pasal 1 angka 17 UU No.2 Tahun 2004 Tentang penyelesaian Perselisihan hubungan industrial.) • 6. Pengadilan perikanan. SURAT KUASA (LASTGIVING) •A. PENGERTIAN SURAT KUASA (1792 BW) “Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seseorang memberikan kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya, untuk dan atas namanya menyelenggarakan suatu urusan” • UNSURNYA 1. Ada pemberi kuasa 2. Penerima kuasa B. BERAKHIRNYA KUASA • 1. Pemberi kuasa menarik kembali secara sepihak. Ketentuan pencabutan kembali kuasa oleh pemberi kuasa, diatur lebih lanjut dalam pasal 1814 KUHPerdata dengan acuan. : • a) Pencabutan tanpa melakukan persetujuan dari penerima kuasa • b) Pencabutan dapat dilakukan secara tegas dalam bentuk mencabut secara tegas dan tertulis atau meminta kembali surat kuasa dari penerima kuasa. • c) Pencabutan secara diam-diam berdasarkan pasal 1816 KUHPerdata. 2. Salah satu pihak meninggal dunia • Dengan sendirinya pemberian kuasa berakhir demi hukum. • 3. Penerima kuasa melepas kuasa. Pasal 1817 KUHPerdata memberi hak secara sepihak kepada kuasa untuk melepas kuasa yang diterimanya dengan syarat : • a) Harus memberitahu kehendak pelepasan itu kepada pemberi kuasa • b) Pelepasan tidak boleh dilakukan pada saat yang tidak layak. Ukuran tentang hal ini didasarkan pada perkiraan objektif, apakah pelepasan itu dapat menimbulkan kerugian kepada pemberi kuasa. C. Jenis-Jenis Kuasa • 1. Kuasa Umum (pasal 1795 KUHPerdata) diperuntukaan segala hal •2. Kuasa khusus (pasal 123 ayat 2 HIR/147 ayat 2 RBG) untuk menghadap di pengadilan 3. Kuasa Istimewa (pasal 1796 KUHPerdata, pasal 157 HIR/841 RBG) - untuk akta otentik - limitatif - kata-kata tegas • 4. Kuasa perantara (pasal 1792 KUHPerdata dan pasal 62 KUHD).dalam dunia perdagangan (1) KOMPETENSI/WEWENANG • (1) Kompetensi Pengadilan merupakan wewenang Pengadilan mengadili perkara tertentu, sesuai dengan yang telah diatur hukum acara; ; • Kompetensi Pengadilan dibedakan menjadi Kompetensi Absolut & Kompetensi Relatif; • Masing2 lingkungan peradilan memiliki Kompetensi Absolut berlainan dalam memeriksa & mengadili perkara tertentu sesuai dengan yang telah diatur UU t masing-masing. KOMPETENSI ABSOLUT 1) PERADILAN UMUM Memeriksa dan mengadili perkara perdata maupun perkara pidana pada umumnya 2) kompetensi absolut pengadilan dalam lingkungan peradilan umum berdasarkan berdasarkan UU 49/2009 jo UU No.2/1986 terbatas mengadili perkara perdata tertentu. • Secara a contrario , perkara - perkara perdata yang tidak termasuk dalam kompetensi absolut peradilan umum, maka itu berarti termasuk dalam kompetensi absolut lingkungan peradilan yang lain.dapat PA atupun PTUN • Contohnya : Perceraian bagi yg P dan T yg menikah menggunakan hukum Islam,pembatalan Perkawinan, Pewaris yg beragama Islam meninggal dunia, Hibah Wasiat, Wakaf yg mendasarkan hukum Islam adalah Kompetensi absolut dari Pengadilan Agama • Contoh lain sengketa tentang Penerbitan Sah tidaknya sertifikat hak atas Tanah HM,HGB,HGU, adalah Kompetensi PTUN meski ini berkaitan sengketa Hak Milik. • Contoh lain : sengketa tentang Sah tidaknya Akta Peralihan hak Milik atas tanah ataupun Rumah Susun ataupun Apartemen adalah Kompetensi absolut PN dan bukan Kompetensi PA ataupun PTUN.. KOMPETENSI/WEWENANG Relatif menyangkut •Kompetensi Relatif menyangkut wewenang mengadili perkara tertentu, diantara Pengadilan-Pengadilan dari lingkungan peradilan yang sama, namun yang masing-masing memiliki wilayah hukum berlainan; • Kompetensi relatif PN mengadili perkara perdata, ditentukan berdasar asas “actor secuitur forum rei secuitur forum rei” dgn beberapa perkecualian tertentu yg diatur undang undang; Kompetensi Absolut Mengadili Perkara Perdata • a Kompetensi Absolut Peradilan Umum (PN/PT), lihat UU 49/2009 JO UU 8/2004 jo No3/1986; • Kompetensi Absolut Peradilan Agama (PA/PTA), lihat UU no 50/2009 UU No. 3/2006 jo UU No.7/1989; • Kompetensi Absolut Pengadilan Niaga,Lihat UU 37/2004 • Kompetensi Absolut Pengadilan Arbitrase,lihat UU No.30/1999; • Kompetensi Absolut Pengadilan Hub. Industrial, lihat UU No.2/2004; ; Contoh Latihan mengerjakan soal kompetensi 1) gugatan cerai pasangan suami isteri yg beragama Hindu ? 2) gugatan waris diantara ahli waris yg berbeda agama sedangkan pewarisnya yang beragama Islam? 3) Pewaris beragama non Islam, sedang ahli warisnya berbeda-beda agamanya ? 4) Suami beragama Islam bermaksud memutuskan perkawinan dgn Istrinya yang dahulu menikah secara Non Islam ? 5) Istri yang beragama non Islam bermaksud menggugat cerai Suaminya karena dahulu menikah secara Islam ? 6) gugatan ganti rugi di antara orang-orang beragama Islam? 7) gugatan tentang Hak Kekayaan Intelektual? 8) sengketa kontrak dagang, yg memuat klausula arbitrase ? 9) sengketa di bidang Ketenagakerjaan 10) Sengketa Sengketa hutang piutang piutang, Eksepsi / Keberatan menyangkut kompetensi absolut • Eksepsi ini /pembelaan/tangkisan/bantahanthd materi gugatan PenggugAT (plea )dapat diajukan diajukan Tergugat setiap saat. Bahkan meskipun Tergugat tidak mengajukannya maka Majelis hakim/Pengadilan secara ex officio (134 HIR)/160 RBG/132 RV wajib memeriksa apakah dirinya berwenang absolut ataukah tidak terhadap perkara tersebut yg sedang diperiksanya dalam putusan putusan sela. Apabila Pengadilan menyatakan berwenang absolut , maka pemeriksaan pemeriksaan pokok perkara dilanjutkan . Sedangkan Sedangkan apabila menyatakan tidak berwenang absolut, maka gugatan gugatan Penggugat Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Onvangkelijk Verklaard ), pemeriksaan pokok perkara dihentikan . Terhadap putusan putusan sela tersebut dapat dimohonkan pemeriksaan banding ke Pengadilan Tinggi .