Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 9 :

Siti Maesaroh 1910303035

Almah Yuliana 1910303081

Novia Maria Tamara 1910303082

Lily Aprilia 1910303097

Kelas : IPA 2

Matkul : Kapita Selekta IPA

Kompetensi Dasar

3.1. Menerapkan konsep pengukuran berbagai besaran yang ada pada diri sendiri, makhluk hidup
lain, dan benda-benda di sekitar serta pentingnya penggunaan satuan standar (baku) dalam
pengukuran.

4.1 Menyajikan data hasil pengukuran dengan alat ukur yang sesuai pada diri sendiri, makhluk
hidup lain, dan benda-benda di sekitar dengan menggunakan satuan tak baku dan satuan baku.

1. Peta Konsep

Obyek Pengamatan
IPA

Penelitian IPA Pengukuran

Besaran Massa
Satuan Baku Satuan Pokok
Waktu
Panjang
Satuan Tak Besaran
Baku Turunan Luas

Volume

Usaha

Gaya
2. Mengidentifikasi Materi
a. Obyek IPA dan pengamatannya adalah sesuatu yang harus dipahami oleh peserta
didik, dalam melakukan pengamatan IPA perlu membutuhkan atau menentukan
beberapa metode seperti merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengamati,
menyatat hasil, dan mengkomunikasikan. Semua hal dapat dilakukan dalam
pengamatan IPA baik itu yang berukuran kecil maupun berukuran besar.
b. Pengukuran itu sendiri menghasilkan 2 jenis, yaitu besaran dan satuan. Besaran
dibedakan menjadi 2 yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok
merupakan  besaran yang tidak terdiri dari dari besaran lainnya, artinya tidak
bergantung pada besaran yang lain. Besaran turunan adalah besaran yang dapat
diturunkan dari besaran pokok. Satuan juga diklasifikasikan menjadi 2 yaitu satuan
baku dan tidak baku. Satuan baku  adalah satuan yang telah ditetapkan secara
internasional. Sedangkan, satuan tidak baku adalah satuan yang tidak ditetapkan
sebagai satuan pengukuran ilmiah. Contoh Satuan Tidak Baku : jengkal, depa, hasta.
3. Miskonsepsi Yang Akan Timbul
a. Kesalahan alat : Pengukuran, baik yang dilakukan dengan alat ukur yang sederhana maupunalat
ukur yang canggih, tetap saja memungkinkan terjadinya kesalahan, misalnya
karenaketidaksampumaan pembuatan alat ukumya di pabrik atau kesalahan kalibrasi.
b. Kesalahan hitung meliputi cukup banyak hal, misalnya tentang jumlah angka penting
yang berbeda-beda dari beberapa hasil pengukuran, kesalahan pembulatan
hasil pengukuran, dan penggunaan faktor konversi satuan.
c. Kesalahan ketika dalam melakukan percobaan atau membaca hasil pengukuran
menggunakan jangka sorong.

Kompetensi Dasar

3.2. Mengklasifikasikan makhluk hidup dan benda berdasarkan karakteristik yang


diamati
4.2. Menyajikan hasil pengklasifikasian makhluk hidup dan benda di lingkungan sekitar
berdasarkan karakteristik yang diamati
1. Peta Konsep

Klasifikasi benda

Benda Hidup Benda Tak Hidup

Ciri – ciri Unsur Campuran Molekul

Berkembang biak

Bernafas
Campuran Unsur dan
Tumbuh dan berkembang Homogen senyawa
Memerlukan nutrisi dan
heterogen
Iritabilita

Cara mengamati :
Jenis :
Alat bantu (Mikroskop)
Monera, Protista, Fungi,
dan alat indera
Plantae, Animalia

Cara mengelompokan :

Kunci dikotom dan


diterminasi

2. Mengidentifikasi Materi
a. Di lingkungan sekitar terdapat banyak sekali benda yang bersifat alamiah. Seperti
batu, pasir, logam, dan udara. Benda-benda di sekitar. selain bersifat alamiah,
juga bersifat buatan atau hasil kerja manusia, seperti pensil, baju, bahan makanan,
ban mobil, kaca, sepeda, motor, dan mobil. Benda-benda hasil buatan manusia
bahan dasarnya berasal dari bahan alam. Seperti wajan untuk memasak terbuat
dari tembaga yang merupakan bahan alam, pensil terbuat dari bahan karbon, dan
sebagainya. Benda-benda tersebut ada yang bersifat sederhana dan ada pula yang
bersifat kompleks. Misalnya sebuah mobil bersifat kompleks karena terdiri atas
berbagai bahan, antara lain besi, alumunium, karet, kaca, kulit sintetis, dan
beberapa bahan lainnya.
b. Secara umum, ciri-ciri yang ditemukan pada makhluk hidup adalah bernapas,
bergerak, makan dan minum, tumbuh dan berkembang, berkembang biak,
mengeluarkan zat sisa, peka terhadap rangsang, serta menyesuaikan diri terhadap
lingkungan.
c. Makhluk hidup di Bumi sangat banyak dan beranekaragam. Oleh karena itu,
diperlukan adanya pengelompokan berdasarkan ciri tertentu yang dikenal dengan
istilah klasifikasi. Sistem klasifikasi mengenalkan adanya tingkatan kelompok-
kelompok makhluk hidup mulai dari kelompok besar, kelompok kecil, hingga
tingkat individu. Tingkatan ini disebut sebagai takson. Tingkatan takson pertama
kali dikenalkan oleh Carolus Linnaeus dengan tingkatan dari tertinggi ke
tingkatan terendah. Tingkatan tersebut adalah sebagai berikut: Kingdom, Divisio
(Tumbuhan), Phylum (Hewan), Classis, Ordo, Familia, Genus, Species. Semakin
tinggi tingkatan takson, maka persamaan ciri yang dimiliki semakin sedikit.
Begitupula jumlah anggotanya, semakin rendah tingkatannya, maka jumlah
anggotanya semakin mengerucut.
d. Berdasarkan sistem klasifikasi yang dikenalkan oleh R.H. Whittaker, makhluk
hidup dibagi menjadi 5 kingdom yaitu sebagi berikut: kingdom monera, protista,
jamur, tumbuhan, dan animalia.
3. Miskonsepsi Yang Akan Timbul
a. Kesalahan dalam menggunakan kunci determinasi pada pengelompokan hewan
dan tumbuhan
b. Kekurangpahaman siswa dalam mengklasifikasikan kingdom pada tumbuhan dan
hewan
c. Siswa belum paham terkait tingkatan takson pada hewan dan tumbuhan

Kompetensi Dasar

3.3. Memahami konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat
fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari.
4.3. Menyajikan hasil penyelidikan atau karya tentang sifat larutan, perubahan fisika dan
perubahan kimia, atau pemisahan campuran.
1. Peta Konsep

Suhu Termometer Celcius


Fahrenheit
Reamur

Kelvin

Suhu dan Kalor

Kalor Perubahan suhu


benda
Macam Perpindahan :

Konveksi

Radiasi Perubahan wujud


benda
Induksi

2. Mengidentifikasi Materi
a. Suhu menyatakan derajat panas benda. Secara mikroskopik, suhu berkaitan
dengan gerak partikel-partikel penyusun benda. Untuk benda padat, berupa
getaran atom- atom/molekul-molekul penyusun benda. Semakin cepat getaran
partikel-partikel benda, berarti suhu benda semakin tinggi, dan sebaliknya.
Pengukuran suhu dengan termometer memanfaatkan prinsip kesetimbangan
termal: energi panas akan pindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu
rendah, hingga tingkat panaskeduanya sama (berada pada kesetimbangan
termal). Pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer memiliki
beberapa skala yaitu, skala celcius, ramur, Fahrenheit, dan kelvin.
b. Kalor adalah salah satu bentuk energi yang bisa berpindah dari benda dengan
suhu yang lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah jika keduanya
dipertemukan atau bersentuhan. Dua benda yang memiliki suhu yang berbeda
ketika dipertemukan maka akan muncul kalor yang mengalir atau berpindah.
c. Perpindahan kalor antara benda satu ke benda lainnya dapat berupa hantaran
(konduksi), penyinaran (radiasi), dan aliran (konveksi).  
d. Perubahan wujud benda diklasifikasikan menjadi 3 yaitu, perubahan wujud
benda gas, cair, dan padat. Sedangkan perubahan suhu benda adalah adanya
perubahan pada suatu benda yang memiliki suhu panas dan berubah menjadi
suhu dingin.
3. Miskonsepsi Yang Akan Timbul
a. Mempertukarkan pemahaman tentang suhu dan kalor, anggapan peserta didik
(yang salah): segelas besar air 80 °C dituang ke dalam 2 gelas kecil, banyak
peserta didik berpikir, suhu di masing-masing gelas 40 °C. Demikian juga
sebaliknya.
b. Salah paham tentang esensi skala suhu: suatu benda yang diukur dengan
termometer skala C, F, dan R ternyata menghasilkan angka yang berbeda;
banyak peserta didik berpikir tingkat panas benda itu pasti berbeda (padahal
perbedaan itu hanya karena skala suhunya berbeda)
c. Kesalahan dalam menggunakan alat ukur untuk mengukur kalor dan suhu.

Anda mungkin juga menyukai