Anda di halaman 1dari 12

LOMBA BACA PUISI

A. Deskripsi Kegiatan
Seni baca puisi merupakan seni membaca (melisankan, mengomunikasikan, dan
mengekpresikan puisi di panggung). Lomba baca puisi ini bertujuan mengembangkan minat,
bakat, dan potensi generasi muda Desa Tarunajaya sebagai upaya motivasi serta dukungan
dalam meningkatkan minat baca anak (literasi) yang mengarah pada terbentuknya masyarakat
yang gemar belajar. Dengan adanya lomba baca puisi ini diharapkan generasi muda
Tarunajaya dapat mengembangkan potensi diri untuk membangun dan mendukung perbaikan
kulitas pendidikan Indonesia.

B. Tema

C. Ketentuan Perlombaan
1. Ketentuan Umum
 Setiap DKM di Desa Tarunajaya wajib mengirimkan satu perwakilan peserta untuk
mengikuti lomba baca puisi
 Peserta tidak ditentukan berdasarkan jenis kelamin (peserta boleh putra atau putri)
 Pakaian yang digunakan saat membacakan puisi dibebaskan Atau peserta
diperbolehkan menggunakan baju yang sesuai dengan keperluan pada saat
penampilan. Namun memperhatikan kesopanan, etika, dan kenyamanan saat
membacakan puisi.

2. Ketentuan Khusus
 Peserta membacakan satu puisi wajib dan satu puisi pilihan (daftar puisi wajib dan
pilihan terlampir).
 Pembacaan puisi dari awal hingga akhir sepenuhnya dilakukan di panggung yang
sudah disedikan panitia.
 Peserta tidak diperbolehkan menambahkan, dalam bentuk nyanyian dan/atau
pengulangan larik/ bait tertentu, atau mengurangi puisi yang dibacakan.
 Peserta tidak diperbolehkan menggunakan alat bantu apapun, baik berupa iringan
musik maupun alat bantu lainnya, seperti topeng atau kostum.
 Seluruh peserta akan membacakan puisi wajib terlebih dahulu, kemudian
membacakan puisi pilihan.

D. Penentuan Juara
Penentuan juara didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh pada setiap aspek
penilaian, dewan juri akan menetapkan juara I, II, dan III dari pembaca puisi terbaik.

E. Keriteria Penilaian
N ASPEK YANG RENTANG
URAIAN
O DINILAI NILAI
1. Penafsiran 1 – 20 Pemahaman isi puisi
2. Penghayatan 1 – 35  Ketepatan emosi pembaca dengan puisi yang
dibacakan
 Daya konsentrasi
 Ekspresi
3. Vokal 1 – 25  Kejelasan artikulasi membaca
 Penguasaan tempo membaca
 Penguasaan dinamika membaca
 Penguasaan ritme membaca
4. Penampilan 1 – 20  Totalitas dalam membaca puisi
 Keutuhan penampilan
F. Format penilaian
Nomor Nilai
Undia Nama Peserta DKM 1 2 3 4 Jml nilai ket
n Penafsiran penghayatan vokal penampilan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Lampiran-lampiran

PUISI WAJIB
LOMBA BACA PUISI KKN 58 TARUNAJAYA

Aku
Karya: Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku


Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu


Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku


Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
PUISI PILIHAN

LOMBA BACA PUISI KKN 58 TARUNAJAYA

Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini


Karya: Taufik Ismail

Tidak ada pilihan lain


Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”

Tidak ada lagi pilihan lain


Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
(1966)
TANAH AIRKU PUISI
Karya: Helvy Tiana Rosa

Aku telah memilih puisi


sebagai tanah air
tempat segala peristiwa
berbaris sebagai diksi
tempat ragam masalah
gemakan rimarima

Aku telah memilih puisi


sebagai tanah air
tempat menanam rindu
serta luka paling raya
tempat mengabadikan keindahan
dan ketidakpastian

Aku telah memilih puisi


sebagai tanah air
tempat mata batin setia menyala
sampai ke relungmu
NYANYIAN KEMERDEKAAN
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Hanya kamu yang kupilih, kemerdekaan


di antara pahit-manisnya isi dunia
akankah kaubiarkan saya duduk berduka
memandang saudaraku, bunda tercintaku
dipasung orang aneh itu?
mulutnya yang kelu
tak bisa lagi menyebut namamu

Berabad-abad kamu terlelap


Bagai maritim kamu kehilangan ombak
Burung-burung yang semula
Bebas dihutannya
Digiring ke sangkar-sangkar
Tak bebas mengucapkan kicaunya

Hanya kamu yang ku pilih


Darah dan degup jantungmu
Hanya kamu yang ku pilih
Diantara pahit-manisnya isi dunia

Orang aneh itu berabad-abad


Memujamu dingerinya
Namun di negriku
Mereka berikan belengu-belenggu
Maka bangkitlah Sutomo
Bangkitlah Wahidin Sudirohusodo
Bangkitlah Ki Hajar Dewantara
Bangkitlah semua dada yang terluka

-Bergenggam tanganlah dengan saudaramu


Eratkan genggaman tangan itu atas namaku
Kekuatan yang memancar dari genggaman itu –
Suaramu sayup di udara
Membangunkanku dari mimpi siang yang celaka
Hanya kamu yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Berikan degup jantungmu
Otot-otot dan derap langkahmu
Biar kurterjang pintu-pintu terkunci itu
Dan mendobraknya atas namamu

Terlalu pengap
Udara yang tak tertiup
Dari rahimmu
Jantungku hamper tumpas
Karena racunnya
(matahari yang kita tunggu
Akhirnya bersinar juga
Di langit kita)
JAKET SEBUAH BERLUMUR DARAH
Oleh: Taufiq Ismail

Sebuah jaket berlumur darah


Kami semua telah mengungkapkanmu
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan berahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita


Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan di atas
lapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang


Seraya mengucapkan 'Selamat tinggal perjuangan'
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu


Kami semua telah membocorkanmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai kemana-mana


Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi pemakaman ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN
NEGERI KABUT
Karya: Oei Sien Tjwan

Gemercik air yang kudengar


Berselimutkan piano
Menghiasi imajinasiku, malam ini
Kesadaranku berkata, “aku merindukanmu!”

Irama yang tercipta


Tak asing bagiku
Aku terbuai oleh nada-nadanya
Walau aku tak tahu siapa yang memainkannya

Ingin aku pergi ke negeri kabut


Bersamamu, kekasih yang rahasia
Karena bisa saja kita terjebak dalam lubang yang angkuh
Yang tak disangka, namun harus dihadapi

Sepanjang perjalanan
Hanya terdengar suara napasku
Terengah-engah naik turun bukit
Sibuk bercakap-cakap dengan diriku sendiri, sejak tadi
DENGAN PUISI, AKU
(KARYA TAUFIQ ISMAIL)

Dengan puisi,aku bernyanyi


Sampai senja umurku nanti.
Dengan puisi,aku bercinta
Berbatas cakcrawala.
Dengan puisi,aku mengenang
Keabadian yang akan datang.
Dengan puisi,aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris.
Dengan puisi,aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk.
Dengan puisi,aku berdoa
Perkenankanlah kiranya.
HUJAN BULAN JUNI
Karya Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah


dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak


dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif


dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Anda mungkin juga menyukai