Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Comunity Mental Health Nursing adalah upaya untuk mewujudkan


pelayanan kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di
masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik. CMHN adalah
pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna, berfokus pada
masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stres dan dalam tahap pemulihan
serta pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa). CMHN merupakan salah satu
strategi berupa program peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang
diberikan kepada petugas kesehatan melalui pelatihan dalam rangka upaya
membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan jiwa. (Keliat, 2018).
Gangguan jiwa adalah penyakit kronis yang membutuhkan proses panjang
dalam penyembuhannya. Proses pemulihan dan penyembuhan pada orang dengan
gangguan jiwa membutuhkan dukungan keluarga untuk menentukan keberhasilan
pemulihan tersebut. Adanya stigma negative terhadap ODGJ (Orang Dengan
Gangguan Jiwa) dan keluarganya menyebabkan ODGJ dan keluarganya akan
terkucilkan. Pada keluarga, stigma akan menyebabkan beban psikologis yang
berat bagi penderita gangguan jiwa sehingga berdampak pada kurang adekuatnya
dukungan yang diberikan oleh keluarga pada proses pemulihan ODGJ. Gangguan
jiwa adalah kondisi dimana proses fisiologik atau mentalnya kurang berfungsi
dengan baik sehingga mengganggunya dalam fungsi sehari-hari. Gangguan ini
sering disebut dengan gangguan psikiatri atau gangguan mental dan dalam
masyarakat umum kadang disebut dengan gangguan saraf. Gangguan jiwa yang
dialami oleh seseorang memiliki bermacam-macam gejala, baik yang tampak
jelas maupun yang hanya tedapat dalam pikirannya . Mulai dari perilaku
menghindar dari lingkungan, tidak mau berhubungan /berbicara dengan orang lain
dan tidak tidak mau makan hingga mengamuk dengan tanpa sebab yang jelas.

1
2

Dan ada pula yang bisa diajak bicara hingga yang tidak perhatian sama sekali
dengan lingkungannya. Dampak gangguan jiwa antara lain gangguan dalam
aktivitas sehari-hari, gangguan hubungan interpersonal dan gangguan fungsi dan
peran social (Lestari,dkk.2014).
Perkembangan penderita skizofernia dalam tingkatan yang di teliti oleh
(Syamsudin dalam waloyo, widodo, & rahayu 2017). Menyatakan bahwa salah
satu gangguan jiwa Psikosa Fungsional yang terbanyak adalah Skizofrenia. Studi
epidemiologi menyebutkan bahwa perkiraan angka prevalensi Skizofrenia secara
umum berkisar antara 0,2% hingga 2,0% tergantung di daerah atau negara mana
studi itu dilakukan. Di Indonesia sendiri, kasus klien dengan Skizofrenia 25 tahun
yang lalu diperkirakan 1/1000 penduduk dan diperkirakan dalam 25 tahun
mendatang akan mencapai 3/1000. Hasil survei penduduk dan wawancara
bersama perawat klien skizofrenia di yayasan AsSyifa panti rehabilitasi jiwa di
kabupaten Jombang didapatkan bahwa dari sebanyak 20 klien dari umur 15-35
tahun dinyatakan menderita skizofrenia, didapatkan sebanyak 5 (25%) klien
mengalami skizofrenia karena tidak disetujui keluarga dalam menjalani status
percintaan, didapatkan sebanyak 10 (50%) pasien menderita skizofrenia
dikarenakan tuntutan ekonomi dan sebanyak 5 (25%) klien menderita skizofrenia
dikarenakan mengalami pola asuh yang keras oleh keluarga. Berdasarkan data
dinyatakan sebanyak 25% klien skizofrenia yang menderita diakibatkan olah pola
asuh yang keras beresiko menyebabkan terjadinya skizofrenia (Waloyo,dkk.2017)
Kenyataannya perawat CMHN berupaya untuk memberikan layanan untuk
meningkatkan produktifitas. Penderita gangguan jiwa yang terjadi di Indonesia
tidak sesuai dengan perkembangan produktifitas pada gangguan jiwa, dalam
penerapan peningkatan produktivitas ODGJ (orang dengan ganggguan jiwa)
setelah diberikan terapi farmakologi/obat-obatan penderita gangguan jiwa
mendapatkan kembali kontak realita dimana skizofrenia adalah gangguan yang
terjadi karena gangguan fungsi neurologis yang diakibatkan stumulan dari
tekanan psikologis yang menyebakan adanya waham dan halusinasi. Penerimaan
lingkungan terutama lingkungan internal atau keluarga mendapatkan tekanan-
tekanan dari lingkungan sosial yang memberikan dampak pada cara pandang
3

untuk penderita gangguan skizofrenia terutama pada daerah Jombang, Indonesia


yang menganggap penderita skizofrenia adalah musibah untuk keluarga dan
dilingkungan dianggap sebagai orang yang tidak berguna.
Orang dengan ganggguan jiwa masih dianggap sebagai orang yang tidak
berguna. Dalam lingkup keluarga orang dengan gangguan jiwa dipandang tidak
memiliki kemampuan untuk bisa kembali produktif, dimana mereka dianggap
sebagai orang yang tidak berguna. Sedangkan diwilayah peneliti melakukan
penelitian didapatkan bahwa orang dengan gangguan jiwa sudah mendapat
perhatian lewat program Community health mental nursing atau keperawatan jiwa
berbasis komunitas. Hal ini secara nyata dapat dilihat dari pencapaian pasien
gangguan jiwa yang telah dibina, mereka dapat menghasilkan sesuatu hal yang
beguna bagi kelangsungan hidupnya seperti telur dari hasil peternakan ayam.
Ditempat penelitian mendapat perhatian dari pihak terkait. Sehingga tempat ini
sering dijadikan lokasi studi banding, karena penderita gangguan jiwa dilokasi
peneliti telah didapatkan mampu kembali ke masyarakat dan kembali berkerja
secara mandiri. Sedangkan ditempat lain sudah mendapatkan pelatihan CMHN
namun belum terlaksana secara optimal. Maka dari itu peran perawat guna
meningkatakan produktifitas orang dengan gangguan jiwa sangat diperlukan
dalam penusunan program-program pelayanan kesehatan di komunitas. Adanya
peran serta kader kesehatan jiwa dikomunitas dalam membantu program yang
telah direncanakan oleh perawat dengan memberikan pemahaman mengenai
penderita gangguan jiwa kepada masyarakat
Penderita ganggguan jiwa dapat berguna walaupun sebelumnya pernah
mengalami ganggguan jiwa diberikan sebuah terapi untuk meningkatkan
produktifitasnya di dalam kehidupan sehari-hari, selain dari terapi itu juga,
penderita dapat menghasilkan suatu barang yang memiliki nilai jual. Maka dari
itu pentingnya pemberian terapi terhadap penderita gangguan jiwa dan mampu
memberikan dampak positif untuk mendukung produktivitas dengan memberikan
pelatihan-pelatihan soft skill seperti kerajinan-kerajinan agar mengurangi angka
penderita gangguan jiwa, dikarenakan adanya support atau dukungan dari
internal.
4

Perawat jiwa berbasis komunitas (CMHN) di Kabupaten jombang sendiri


sudah mendapatkan pelatihan secara khusus oleh dinas kesehatan setempat,
menurut (Ramawati, 2017). Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung
dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan utama pada penelitian ini adalah
pemegang program kesehatan jiwa. Di Kabupaten Jombang telah diakui
mempunyai kelebihan pada pelayanan kesehatan jiwa komunitas. Di Kabupaten
Jombang, Desa Bongkot, Kecamatan Peterongan. Perawat CMHN disana telah
melakukan Itermediate Course CMHN (IC CMHN) yaitu pemberdayaan kader
kesehatan jiwa. Perawat dan kader CMHN telah mengadakan posyandu khusus
penderita gangguan jiwa sejak akhir 2014 dan telah diakui keberadaannya.
Terdapat lebih 167 penderita gangguan jiwa yang telah mengikuti program
posyandu. 80% diantaranya sedang dalam proses penyembuhan dan 50%
penderita gangguan jiwa sudah dapat berkerja secara mandiri dan kembali ke
masyarakat. Dalam program posyandu yang diadakan, perawat dan kader
kesehatan jiwa melakukan pemeriksaan kesehatan dan dibekali kemampuan
dalam membuat kerajinan tangan. Seperti membuat keset dari kain bekas, tas dari
limbah plastik serta keterampilan-keterampilan yang dapat mengasilkan suatu
produk.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas makan dapat dirumuskan suatu masalah
yaitu tentang bagaimana peran perawat dan kader CMHM (Community Mental
Health Nursing) dalam meningkatkan produktifitas orang dengan gangguan jiwa?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui tentang bagaimana peran perawat dan kader dalam
meningkatkan produktifitas orang dengan gangguan jiwa.
5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat


Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memahami
peran perawat CMHN (Community Mental Health Nursing) dalam
meningkatkan produktivitas orang dengan gangguann jiwa

1.4.2 Bagi Perawat


Dapat menambah pengetahuan serta wawasan perawat guna meningkatkan
pelayanan di komunitas khususnya dalam keperawatan jiwa.

1.4.3 Bagi Institusi


Dapat dimasukan dalam melengapi pembelajaran tentang keperawatan
jiwa komunitas dalam meningkatkan produktivitas orang dengan gangguan
jiwa.

1.4.4 Bagi Lembaga Kesehatan


Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi Lembaga
Kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada masyarakat
yang membutuhkan

Anda mungkin juga menyukai