Anda di halaman 1dari 4

EKA AMALIA, M.

Pd
( SMK NEGERI 1 CUGENANG )

Krisis Moral dan Etika Siswa , Dampak Negatif Pembelajaran Di Masa Pandemi

Merebak dan menyebarnya virus Corona awal tahun 2020 membuat dunia dibuat berhenti
sejenak dari riuhnya aktifitas hariannya. Virus COVID 19, sebagaimana telah ditetapkan oleh
WHO (World Health Organization) dinaikkan statusnya dari epidemi menjadi pandemi.
Sebagaimana diketahui bahwa pandemi ialah sebuah kasus penyebaran penyakit di wilayah yang
luas, misalnya beberapa benua, atau di seluruh dunia. Penyakit endemik yang meluas dengan
jumlah orang yang terinfeksi yang stabil bukan merupakan pandemi. Dengan adanya warning
dari WHO tersebut seluruh jajaran pemerintahan dibelahan dunia diminta untuk meningkatkan
kasus COVID 19 sebagai bencana non-alam yang mengharuskan proses aktifitas harus
diberhentikan sementara guna memutus rantai penularannya.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa proses pembelajaran juga terkena imbasnya.


Secara rela maupun terpaksa proses pembelajaran harus menggunakan metode yang luar biasa
dari biasanya. Penekanan pembelajaran yang di luar jalur kebiasaan ini, akan mengakibatkan
shock therapy bagi komponen yang berkecimpung didalamnya. Salah satu jalan keluar yang
dapat memberi solusi yaitu tetap mempertahankan proses pembelajaran sebagaimana mestinya
dengan cara memperlakukan tatap muka secara daring, atau secara sadar semua komponen
dipaksa untuk melakukan transformasi proses pembelajaran yang berbasis internet.

Sesuai SE Kemendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam


Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19) bahwa semua kegiatan pembelajaran
dilaksanakan secara virtual dan kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah. Surat Edaran tersebut
sangat memperngaruhi sekolah, murid, guru, dan piranti pembelajaran. Bagaimana kesiapan
sekolah dalam memfasilitasi berbagai hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran daring, juga
perlu dipertimbangkan jangkauan internet di rumah peserta didik. Salah satu penentu
keberhasilan pembelajaran secara virtual adalah kompetensi guru. Guru akan berusaha sedapat
mungkin agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan berhasil. Guru berperan sebagai
pengorganisasi lingkungan belajar dan sekaligus sebagai fasilitator belajar. Untuk memenuhi itu,
maka guru haruslah memenuhi aspek bahwa guru sebagai: model, perencana, peramal,
pemimpin, dan penunjuk jalan atau pembimbing ke arah pusat-pusat belajar.

Dalam konteks pembelajaran secara daring, tentu penghargaan harus diberikan kepada
semua pihak yang terlibat, baik dari guru, sekolah, peserta didik, dan bahkan orang tua wali yang
dengan antusias mendukung anaknya. Pembelajaran yang berpusat pada daring dikembangkan
dan diciptakan guna mempermudah ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan. Barang tentu
pembelajaran yang bersifat daring selau fleksibel dan dinamis bergerak menuju keterbukaan
informasi.

Pelaksanaan pendidikan dari tatap muka ke pembelajaran daring tentu menimbulkan


banyak polemik yang muncul dari berbagai aspek yang terjadi di lapangan. Mengingat
pembelajaran daring dilaksanakan pada waktu yang darurat, tanpa adanya suatu persiapan yang
maksimal mengenai kondisi yang terjadi pada saat pelaksanaan pembelajaran.

Masalah moralitas sangat penting untuk ditekankan dalam proses pendidikan agar siswa
mempunyai tingkah laku baik. Baik buruknya tingkah laku ditentukan oleh siswa sendiri dalam
setiap tindakannya. Adanya pengaruh buruk dari dalam dan dari luar juga akan memengaruhi
tingkah laku moralitas siswa. Tingkat emosi siswa juga akan memengaruhi baik buruknya
moralitas. Jika hal ini tidak diperhatikan secara maksimal dikhawatirkan akan muncul berbagai
permasalahan yang cukup serius dalam usaha pencapaian penerapan nilai-nilai moralitas. Dalam
pelaksanaan pembelajaran tatap muka saja yang selalu dipantau dan diawasi oleh guru masih
banyak ditemui penyimpangan terkait moralitas yang dilakukan oleh siswa. Hal ini akan
berpengaruh pada pelaksanaan pembelajaran daring yang mana siswa tidak bisa dipantau dan
diawasi secara langsung yang dikhawatirkan akan memicu banyak penyimpangan baru yang
akan muncul.
Faktor lain yang memengaruhi yaitu kurangnya penekanan nilai-nilai moralitas pada saat
pembelajaran serta kurangnya interaksi dan perhatian orang tua dalam mengawasi perkembangan
anaknya. Pada pelaksanaan pembelajaran tatap muka siswa ditanamkan nilai-nilai moralitas
seperti bersalaman atau mengucapkan salam ketika bertemu guru, menghormati guru atau orang
yang lebih tua, disiplin akan waktu baik saat berangkat sekolah maupun pada saat jam
pembelajaran, tanggung jawab terhadap perilaku yang dilakukan siswa, saling menghargai
pendapat teman ketika sedang berdiskusi dan sebagainya. Dalam pelaksanaan penanaman
moralitas pada saat pembelajaran daring mungkin tidak bisa seefektif pada saat pembelajaran
tatap muka, akan banyak hal kendala yang akan dihadapi terutama pada pelaksanaan prakteknya
secara langsung. Akibat dampak negatif yang akan muncul terhadap moralitas saat pembelajaran
daring, siswa cenderung mempunyai kebebasan dan kesempatan untuk tidak disiplin mengikuti
pembelajaran, seperti pada saat menggunakan platform online siswa terkadang telat bergabung
atau tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran.Hal ini tidak dapat dihindari dikarenakan
kemungkinan besar terkendala oleh jaringan internet, kuota habis, dan lainnya. Akan tetapi,
situasi seperti ini memungkinkan banyak kesempatan yang dimanfaatkan siswa untuk tidak
disiplin. Belum lagi pada saat pelaksanaan ujian yang tidak diawasi secara langsung, akibatnya
akan banyak kesempatan bagi siswa dalam melakukan kecurangan dengan berbagai alasan,
seperti mengambil jawaban dari internet atau mencontek temannya dan lain sebagainya.

Jika nilai-nilai moralitas tidak diterapkan secara optimal pada proses kegiatan
pembelajaran daring dikhawatirkan dapat mengubah tingkah laku siswa dan siswa akan terbiasa
untuk melakukan tindakan tersebut. Maka dari itu peranan guru dan orang tua sangat penting
dalam pencapaian keberhasilan penerapan nilai-nilai moralitas pada pelaksanaan pembelajaran
daring agar bisa berjalan dengan efektif tanpa menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan
siswa. Solusi Persoalan Moralitas Melalui pendidikan siswa diharapkan mempunyai nilai-nilai
moralitas yang nantinya kelak akan diterapkan didalam kehidupannya, maka dari itu pendidikan
tidak hanya pada proses berpikir kritis, kreatif maupun ajang mencari sebuah nilai dan peringkat
di kelas akan tetapi pendidikan yang baik yaitu dengan cara bagaimana seorang siswa mampu
menerapkan nilai-nilai moralitas yang dipelajari dan diajarkan selama menempuh pendidikan.

Dalam menangani persoalan moralitas diperlukan dukungan dan kerjasama dari semua
pihak. Guru mempunyai peranan penting sebagai pendidik dalam mengajarkan nilai-nilai
moralitas. Guru harus mampu menekankan pentingnya kesadaran bermoralitas pada setiap siswa
melalui pembelajaran yang diajarkan. Salah satu hal yang dapat diterapkan pada siswa seperti
pembelajaran tatap muka, hanya saja ada penekanan dan pemantauan lebih terhadap penerapan
nilai-nilai moralitas. Orang tua berperan utama dalam membentuk sikap moralitas di lingkungan
keluarga. Pada saat pembelajaran daring peran orang tua sangat penting, karena guru tidak bisa
memantau dan mengawasi perkembangan tingkah laku siswa secara langsung, maka melalui
orang tua diharapkan guru bisa melihat sejauh mana perkembangan tingkah laku moralitas siswa.
Jika kerjasama dari semua pihak tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka diharapkan
terwujudnya nilai-nilai moralitas yang nantinya akan dijadikan pedoman siswa dalam kehidupan
sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai