Anda di halaman 1dari 3

EKA AMALIA, M.

Pd

( SMK NEGERI 1 CUGENANG )

TEGURAN, MOTIVASI ATAU DENDAM

Di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, manajemen sumber daya manusia

(SDM) perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar, karena sumber daya manusia yang

mengelola dan mengatur sumber daya lainnya. Pengembangan sumber daya manusia adalah

suatu upaya untuk mengembangkan kualitas dan sumber daya manusia, agar mampu mengolah

dan mengelola sumber daya alam, sehingga dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat

sebagai tujuan akhir dari pengembangan itu sendiri.

Karyawan bekerja dengan produktif atau tidak tergantung pada motivasi kerja, kepuasan

kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan, dan aspek-

aspek ekonomis, teknis serta keperilakuan. Jurnal yang menguatkan tentang kinerja yang

dilakukan oleh Syahputra (2005), Hariyanti dan Primawestri (2010), Indrawati (2006) yang

menyatakan bahwa kinerja mempengaruhi kompetensi karyawan.


Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja diantaranya adalah sikap mental. Sikap

mental ini berupa motivasi kerja, disiplin kerja, dan etika kerja, pendidikan dan pelatihan,

keterampilan, manajemen, hubungan industrial, tingkat penghasilan, gizi dan kesehatan jaminan

sosial, lingkungan dan iklim kerja, sarana produksi, teknologi dan kesempatan berprestasi.

Kritik dan saran merupakan makanan sehari-hari ketika bekerja. Banyak orang yang

mengartikan kritik sebagai hal yang negatif, padahal kritik dapat mendorong diri Kita untuk

bekerja dengan lebih optimal. Tentu saja kritik juga sebaiknya disampaikan menggunakan

intonasi dan kata-kata yang tidak menyinggung hati. Sering kali teguran menimbulkan sikap

mental yang berbeda, tak jarang hal tersebut memicu kebencian atau dendam, kalau anak

generasi sekarang BAPER (bawa perasaan). Orang yang berfikir positif akan menjadikan kritik

sebagai inspirasi untuk berbenah diri, sedangkan bagi orang yang memeiliki pikiran negatif

menjadikan teguran atau kritikan sebuah dendam. Sangat mudah untuk merasa marah dan

tersinggung ketika performa kerja Kita dikritik oleh atasan, apalagi jika dilakukan di depan rekan

kerja lainnya. Ini merupakan sesuatu yang wajar. Ketika menghadapi kritik, Kita harus memiliki

pikiran yang terbuka untuk benar-benar bisa memisahkan lingkungan kerja dengan lingkup

pribadi.Ingatlah bahwa kritik yang diberikan ini bukanlah serangan personal dari atasan terhadap

Kita, melainkan input untuk memperbaiki kinerja. Jangan langsung mengedepankan emosi atau

berasumsi bahwa atasan tidak menyukai Kita. Dalam ranah profesional, kritik yang baik

umumnya disampaikan dengan sopan. Akan tetapi, jika Kita menerima kritik yang cukup keras

dari atasan, tetap berikan respon yang baik tanpa memberikan argumen tambahan.

Ada beberapa kemungkinan mengapa atasan atau sebagian rekan kerja kita mengkritik

performa kerja. Bisa saja atasan tersebut juga dikritik oleh atasannya akibat kesalahan yang Kita

lakukan. Jika begini kondisinya, Kita perlu menghadapi kritik secara dewasa dalam situasi
seperti ini. Pahami bahwa atasan Kita tidak bermaksud untuk memarahi Kita, melainkan ingin

membantu Kita dalam bekerja dengan lebih baik. Menghadapi kritik merupakan sikap yang

sangat diperlukan untuk memperbaiki diri, performa kerja, dan membawa Kita menuju

kesuksesan. Terlebih lagi bila kritik tersebut datang dari atasan Kita, anggap ini sebagai bentuk

perhatian beliau karena ia ingin Kita menjadi lebih baik lagi. Tidak ada cara terbaik dalam

menghadapi kritik selain menunjukkan pencapaian kerja. Kembali lagi, kritik merupakan “alat”

yang penting untuk mengembangkan kemampuan Kita. Daripada membuang energi untuk

mengumpat atau mengutuk kritik dari atasan Kita, jadikanlah kritik tersebut menjadi sebuah

keberhasilan.

Akan sulit bagi kita untuk menikmati pekerjaan dan fokus menjalani tugas dengan hasil

yang baik tanpa adanya motivasi bekerja yang tepat. Motivasi yang akan membantu kita untuk

bersaing dengan rekan kerja dan kompetitor.

Anda mungkin juga menyukai