Anda di halaman 1dari 16

EKONOMI POLITIK SOSIALISASI

(MARXIST)

Di Susun
Oleh:

Nama : Sarah Amalia


Npm : 1902050001
Prodi : Pendidikan Ekonomi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bireuen, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 1
1.3 Tujuan .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 2
2.1 Sosialisme Sebelum Marx............................................................... 2
2.2 Sosialisme Marxisme....................................................................... 4
2.3 Ekonomi Politik Marxist.................................................................. 6
2.4 Antagonisme Ekonomi Politik: Perjuangan Kelas.......................... 11
BAB III PENUTUP...................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai corak ideologi ekonomi politik yang sangat berpengaruh pada
sejarah. Ideologi sistem ekonomi mulai dari Merkantilisme, Liberalisme,
Marxisme maupun ideologi Neoliberalisme adalah bentuk-bentuk dari sistem
pertukaran ekonomistis yang mengambil bentuk ideologi dan dijalankan oleh
sistem politik dalam konteks global.
Menurut Karl Marx, sejarah umat manusia adalah sejarah pertentangan kelas
yang dipicu oleh perebutan basis ekonomi. Kelas-kelas sosial ini terbentuk dari
akses penguasaan alat produksi baik berupa tanah, pabrik atau alat produksi
komoditas yang lainnya. Proses kolonialisme yang dilakukan oleh negara-negara
Eropa abad 16 – 20 M, adalah merupakan konsekuensi pencarian bahan baku atau
kegiatan produksi komoditas di daerah jajahan. Proses kolonialisasi ini semakin
massif paska revolusi industri di Inggris yang mensyaratkan pencarian daerah
pasar yang baru untuk melempar over produksi dari negara induk ke tanah 
jajahan. puncak ketegangan dalam rangka perebutan daerah jajahan terjadi dalam
Perang Dunia pertama dan kedua dan perubahan bentuk eksploitasi baru berwujud
imperialisme pasar bebas.

1.2 Rumusan Masal


1. Bagaimana Sosialisme Sebelum Marx?
2. Bagaimana Sosialisme Marxisme?
3. Bagaimana Ekonomi Politik Marxist?
4. Bagaimana Antagonisme Ekonomi Politik: Perjuangan Kelas?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sosialisme Sebelum Marx
2. Untuk Mengetahui Sosialisme Marxisme
3. Untuk Mengetahui Ekonomi Politik Marxist
4. Untuk Mengetahui Antagonisme Ekonomi Politik: Perjuangan Kelas

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sosialisme Sebelum Marx


Sejak awal dikembangkannya ajaran liberalisme-kapitalisme telah
mengundang berbagai reaksi yang kritis dari berbagai pihak. Reaksi tidak hanya
dalam bentuk perdebatan secara teoritis, melainkan juga dalam bentuk gerakan
politik.
Di bawah panji-panji kapitalisme di Eropa, golongan borjuis mulai
menguasai Negara. Oleh kaum borjuis Negara dijadikan sebagai kekekuatan dan
alat pemaksa untuk mengatur organisasi ekonomi-poliik dan kemasyarakatan guna
memenuhi berbagai kepentingan mereka.
Kondisi rakyat di bawah kaum borjuis dapat diikuti dari buku England
Green and Pleasant Lord oleh William Blake(1775-1827) buku tersebut berisi
sindiran sangat pahit tentang akibat-akibat yang ditimbulkan oleh
liberalismekapitalisme bagi masyarakat Inggris. Dalam buku dikisahkan tentang
masa lalu Inggris yang indah, damai. Setiap orang hidup harmonis di daerah-
daerah pertanian yang hijau subur. Kemudian keadaan seluruhnya berubah setelah
dikembangkan ajaran liberalism oleh para pemikir klasik. Ajaran kapitalisme telah
membawa masyarakat ke arah hidup yang penuh persaingan dan perkelahian.
Dikemukakan pula pokok-pokok pikiran dari tokoh-tokoh ekonomi
sosialis. Pokok-pokok pikiran mereka, notabene sangat berbeda dan bertolak
belakang dengan pemikiran tokoh-tokoh yang sudah kita kemukakan sebelumnya.
Pemikiran-pemikiran ekonomi berairan sosialis secara garis besar dapat dipilih
atas tiga kelompok :
1. Dari kelompok pemikir sosialis sebelum Marx;
2. Pandangan Marx dan Engels; dan
3. Kelompok pemikir sosialis sesudah Marx.
Dari Kelompok Sosialisme sebelum Marx dapat dibagi atas kelompok
pemikir sosialis yang cenderung “utopis” dan kelompok pemikir yang mencoba
merealisasi gagasan-gagasan mereka dengan membentuk komunitas-komunitas

2
bersama. Akan tetapi, sebelum membahas lebih jauh tentang pandangan dan
pemikiran kedua kelompok sosialis sebelum Marx, ada baiknya terlebih dahulu
dipahami pengertian atau definisi sosialisme itu sendiri. Istilah sosialisme selain
bisa digunakan untuk menunjukkan aliran falsafah, ideologi, cita-cita, ajaranajaran
atau gerakan. Sosialisme oleh sementara orang juga diartikann sebagai bentuk
perekonomian yang pemerintahannya paling kurang bertindak sebagai pihak yang
dipercayai oleh seluruh warga masyarakat. Pemerintah juga sebagai pihak yang
menasionalisasikan industri-industri besar seperti pertambangan, jalan-jalan dan
jembatan, kerta api, serta cabang-cabang produksi lain yang menyangkut hajat
hidup orang banyak
Terdapat dua sosialisme yang terkenal pada zaman sosialisme sebelum
Marx , yakni :
1. Sosialisme Utopia
Sosialisme Utopis atau Sosialisme Utopia adalah sebuah istilah untuk
mendefinisikan awal mula pemikiran sosialisme modern. Para sosialis utopis tidak
pernah benar-benar menggunakan ini untuk menyebut diri mereka; istilah
"Sosialisme Utopis" awalnya diperkenalkan oleh Karl Marx dan kemudian
digunakan oleh pemikir-pemikir sosialis setelahnya, untuk menggambarkan awal
kaum sosialis intelektual yang menciptakan hipotetis masa datang dari penganut
paham egalitarian dan masyarakat komunal tanpa semata-mata memperhatikan
diri mereka sendiri dengan suatu cara di mana komunitas masyarakat seperti itu
bisa diciptakan atau diperjuangkan.Kata utopia sendiri diambil dari kisah pulau
Utopia karangan Thomas Moore.
2. Sosialisme Komunitas Bersama
Pada awalnya sosialisme hanya merupakan suatu utopis dimana berada
dalam angan-angan manusia. Akan tetapi dilain pihak ada tokoh sosialis yang
merealisasi cita-cita mereka dalam kenyataan. Diantaranya adalah Robert Owen
(1771-1858), Charles Fourier (1772-1837), dan Louis Blanc (1811-1882).
Tulisan-tulisan Plato, More, Tomasso Campanella, Francis Bacon, dan James
Harrington bersifat utopis, hanya mengkhayalkan bentuk suatu komunitas ideal.
Di lain pihak, ada tokohtokoh sosialis yang merealisasi cita-cita mereka dalam

3
kenyataan. Diantaranya adalah Robert Owen (1771-1858). Charles Fourier (1772-
1837), dan Louis Blanc (1811-1882).

2.2 Sosialisme Marxisme


Karl Marx adalah seoarang Filosof besar abad modern, ia lahir pada tahun
1818 di kota Trier, Prusia (sekarang Jerman). Marx merupakan seorang yang
Atheis, ini beranjak dari realitas kehidupan orang tuanya yang berpindah-pindah
agama, semula ayahnya adalah penganut Yahudi dan kemudian pindah agama
dengan memeluk agama Kristen Protestan.
Bila kita melihat latar belakang Marx, disitu kita bisa menyimpulkan bahwa
pemikiran Marx sangat dipengaruhi oleh filsafat Hegel. Ini berawal ketika Marx
hijrah ke Berlin dan mulai menekuni pendidikan filsafat. Filsafat di Berlin kala itu
sangat dipengaruhi oleh filsafat Hegel, Hegel menjadi Profesor di Berlin pada
tahun 1818 dan meninggal pada tahun 1831 M. Dalam filsafat Hegel, Marx
menemukan arah pemikirannya yang menjadi senjata intelektualitasnya.
Pada tahun 1841, Marx dipromosikan menjadi Doktor bidang filsafat oleh
Universitas Jena berdasarkan sebuah disertasi tentang Demokrasi dan Epikuros
(Suseno, 2003). Meski pemikiran Marx sangat dipengaruhi dan terkesan dengan
filsafat Hegel, namun ia juga sangat terganggu ketika melihat realitas kehidupan
masyarakat Prusia yang sangat jauh dari kehidupan rasional sebagaimana yang
dipikirkan oleh Hegel. Marx berkesimpulan bahwa Hegel hanya memberikan
rumusan pemikran yang bersifat teoritis tanpa merealisasikan dalam kehidupan
masyarakat. Disinilah Marx mengambil peran dalam merealisasikan teoritis
menjadi praktis.
Untuk merealisasikan hal tersebut, Marx beranggapan bahwa filsafat harus
menjadi kekuatan praktis-revolusioner, dan ini menjadi kenyataan ketika Marx
mendalami filsafat Feuerbach dan mengkalaborasikan dengan filsafat Hegel dan
kemudian direalisasikan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini terus dilakukan
Marx untuk mencari solusi dalam mengemansipasi manusia dan pemikirannya
semakin tercerahkan ketika ia hijrah ke Paris dan berjumpa dengan para tokoh-
tokoh sosialis seperti Proudhon dan Friedrich Engels yang menjadi sahabat

4
karibnya. Akan tetapi perjalanan intelektualnya sudah dimulai jauh sebelum ke
Paris, yaitu di Jerman setelah beberapa tahun lulus dari sekolah Gymnasium.
Di Paris, untuk pertama kalinya Marx berhadapan dengan kaum buruh
industry dan disana pula ia menjadi seorang sosialisme, artinya ia menerima
anggapan sosialisme bahwa segala masalah social terletak pada lembaga hak milik
pribadi (Suseno, 2003). Dan disinilah pertama kali paham Marxisme muncul.
Sebelum penulis melangkah lebih jauh tentang Marxisme alangkah baiknya
penulis uraikan dulu pengertian Marxisme. Istilah Marxisme  adalah sebutan bagi
pembakuan ajaran resmi Karl Marx, terutama yang dilakukann oleh temannya 
Friedik Engels (1820-18938) dan oleh tokoh teori marxis Karl Kautsky (1854-
1938). Dalam pembakuan ini, ajaran Marx yang sebenarnya sangat ruet dan sulit
dimengerti disederhanakan agar cocok sebagai ideology perjuangan kaum buruh.
Georg lukacs menegaskan bahwa “Marxisme klasik” adukan Engels dan Kautsky
itu menyimpan apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Marx (Suseno, 2003).
Marxisme merupakan aliran yang ditujukan bagi penganut ajaran Karl Marx
atau lebih spesifiknya lagi adalah sebuah aliran filsafat yang ditujukan kepada
ajaran-ajaran Karl Marx, dan para penganutnya disebut dengan marxis. Aliran
atau paham marxisme ini lahir berawal dari suatu pertemuan dari tempat-tempat
Karl Marx dalam sejarah perjuangan kelas-kelas, yaitu kelahiran gerakan buruh
(Syadali, 1997)
Lahirnya marxisme merupakan bentuk awal dari penolakan marx terhadap
system kapitalis, dimana saat itu marx melihat telah terjadi kesenjangan social
yang dipraktekkan oleh masyarakat Eropa yang mana kaum-kaum yang berasal
dari bangsawan (borjuis) telah menguasai kawum bawahan (buruh). Saat itu kaum
buruh (proletar) dipaksakan untuk bekerja hanya demi segelintir kaum
bangsawan. Dengan kata lain, lahirnya Marxisme adalah beranjak dari konteks
masyarakat industri Eropa abad ke-19, dengan semua ketidakadilan, eksploitasi
manusia khususnya kelas bawah / kelas buruh. Menurut pandangan Marx,
kondisi-kondisi dan kemungkinan-kemungkinan teknis sudah berkembang dan
merubah proses produksi industrial, tetapi struktur organisasi proses produksi dan
struktur masyarakat masih bertahan pada tingkat lama yang ditentukan oleh

5
kepentingan-kepentingan kelas atas. Jadi, banyak orang yang dibutuhkan untuk
bekerja, tetapi hanya sedikit yang mengemudikan proses produksi dan mendapat
keuntungan. Karena maksud kerja manusia yang sebenarnya adalah menguasai
alam sendiri dan merealisasikan cita-cita dirinya sendiri, sehingga terjadi
keterasingan manusia dari harkatnya dan dari buah/hasil kerjanya. Karena
keterasingan manusia dari hasi kerjanya terjadi dalam jumlah besar maka untuk
memecahkannya juga harus bersifat kolektif dan global.
Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan
antara revolusi Prancis dan revolusi Bolshevik di Rusia pada tahun 1917. Untuk
memahami Marxisme sebagai satu ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta
kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni Soviet maupun di bagian belahan
dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlebih dahulu kerangka histories
Marxisme itu sendiri.
Ada tiga hal yang bisa menjadi komponen dasar dari Marxisme, yaitu:
1. Ajaran filsafat Marx yang disebut dengan materialism dialektika dan
materialism historis
2. Sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga
kerja dari David Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790)
3. Menyangkut teori negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar
konsep perjuangan kelas. Konsep ini dipandang mampu membawa
masyarakat ke arah komunitas kelas.

2.3 Ekonomi Politik Marxist


Istilah Ekonomi Politik yang digunakan dalam teori Marxian tidak merujuk
pada pemikiran-pemikiran tentang hubungan antara ekonomi dengan politik,
melainkan merujuk pada sebuah cara berpikir tentang perekonomian yang
didasarkan pada metode dan teori dari pemikir-pemikir ekonomi klasik, terutama
Adam Smith dan David Ricardo. Ekonomi Politik Marxisme merupakn kritik
terhadap sistem oknomi pasar (kapitalis). Pilar kelembagaan kapitalisme dianggap
oleh Karl Marx sangat eksploitatif karena menemkan tenaga kerja subordinat
berhadapan dengan pemilik modal. Hal ini bisa terjadi karena dalam kapitalisme

6
menciptakan pranata-pranata faktor produksi slalu terlambat ketimbang
percepatan inovasi produksi(teknologi). Bukan hanya itu Kepentingan Material
dan Kelas Ekonomi, konsep kelas adalah salah satu konsep dasar dalan teori
Marxian. Semakin seorang individu sadar bahwa ia memiliki kesamaan kondisi
dan kesamaan tujuan dengan orang lain, maka semakin luas pandangan mereka
terhadap kepentingan material mereka sehingga kepentingan individu berubah
menjadi kepentingan kelas.
Istilah Ekonomi politik diambil dari khazanah bahasa Yunani, polis yang
berarti sebuah kota atau sebuah unit politik, dan oikonomike yang maknanya
mengacu pada manajemen suatu rumah tangga. Kombinasi kedua kata itu
menunjukkan betapa erat keterkaitan antara fakta-fakta produksi, keuangan dan
perdagangan dengan kebijakan pemerintah di bidang moneter, fiskal dan
komersial (Lane, 1994).
Ekonomi politik, cabang dari ilmu sosial yang kemudian berkembang
menjadi ekonomi, menitikberatkan pada peningkatan pendapatan negara dan
peningkatan sumber daya negara. Istilah ekonomi politik mulai digunakan secara
umum pada abad kedelapan belas dan bermakna cara-cara yang digunakan
pemerintah untuk mengatur perdagangan, pertukaran, uang dan pajak (secara
umum apa yang sekarang disebut kebijakan ekonomi). Dalam perkembangannya,
istilah ini mulai diterapkan pada kajian masalah dan persoalan ekonomi lainnya.
Ekonomi politik menjadi suatu profesi akademik yang diakui dan semakin
dipandang sebagai sains. Di beberapa tempat (contohnya, universitas-universitas
Skotlandia) ekonomi politik masih merupakan istilah yang biasa digunakan untuk
mengacu kepada apa yang di tempat lain lebih sering disebut dengan ilmu
ekonomi. Namun, di bawah pengaruh W.S Jevons dan Alfred Marshall, “ilmu
ekonomi” sebagian besar telah menggantikan “ekonomi politik” pada akhir abad
kesembilan belas, kendati sebagian ahli ekonomi tetap membedakan antara
keduanya dan melestarikan istilah ekonomi politik untuk masalah-masalah
kebijakan.
Perbedaan yang paling signifikan di antara keduanya telah dikaitkan dengan
sejarah Marxisme. Pada tahun 1843 Engels menerbitkan artikel dengan judul “The

7
Outline of a Critique of Political Economy”. Dia berpendapat bahwa pemikiran
pemikiran ekonomi baru, yang mendukung kompetisi dan perdagangan bebas,
yang dimulai oleh Adam Smith, adalah separuh kemajuan pada hal yang telah
berlalu sebelumnya namun dengan tidak mempertanyakan kekayaan pribadi,
merupakan hal yang salah karena telah menutupi kenyataan bahwa kapitalisme
bisa mengarah kepada kejahatan-kejahatan sosial dan ekonomi.
Lebih dari tiga puluh lima tahun kemudian, Marx, dalam tulisan-tulisannya
tentang ekonomi, lebih jauh dan lebih mendalam kritik tersebut dalam karyanya
seperti Contribution to a Critique of Political Economy. Ekonomi politik yang
dimaksud Marx menunjuk pada pemikiran ekonomi yang dimulai Adam Smith
termasuk Ricardo, Malthus dan tokoh ekonomi klasik lainnya. Dalam
menggunakan istilah tersebut, Marx tidak keluar dari penggunaan umum pada
masanya namun kritiknya merintis jalan bagi perubahan arti.
Marx dan Engels percaya bahwa ekonomi politik sebagai sains muncul
seiring dengan kapitalisme sebab sifat ekspolitatif dari sistem-sistem ekonomi
prakapitalis adalah transparan, mereka tidak memerlukan suatu sains tersendiri
untuk menjelaskan mereka, hanya ideologi (umumnya agama) untuk melegitimasi
mereka tetapi watak eksploitasi kapitalis tidak transparan (tersembunyi di balik
kedok uang dan hubungan pasar), ia memerlukan sains ekonomi (ekonomi politik)
tersendiri untuk mengungkapkannya.
Bagi Marx, ekonomi politik ilmiah yang sesungguhnya, untuk membuka
eksploitasi yang tersembunyi ini, harus memperlajari tidak hanya pertukaran tapi
juga watak produksi dan buruh. Ilmu ekonomi vulgar menyembunyikan
eksploitasi kapitalis dengan memperlakukan semua hubungan sebagai pertukaran.
Oleh karena itu, hal tersebut lebih merupakan ideologi ketimbang sebagai sains.
Perbedaan ekonomi politik (ilmiah) dan ilmu ekonomi vulgar ini telah
menjadi konstanta dalam pemikiran ekonomi yang kritis khususnya Marxis.
Kebangkitan analisis ekonomi Marxis di Eropa Barat dan Amerika Serikat dari
akhir tahun 1950an dan setelahnya mengambil istilah ekonomi politik sebagai
semacam simbol. Hal ini merefleksikan keinginan untuk menekankan kembali
perbedaan- perbedaan metodelogis dengan ilmu ekonomi (vulgar) yang semakin

8
merajalela dan juga kebutuhan akan nama sandi di berbagai tempat, seperti di
Amerika Serikat. Kendati ekonomi politik ini mengungkapkan kepentingan-
kepentingan yang diperbaharui  dalam  persoalan-persoalan  dan  metode-metode 
Marx,    penggunaan istilah itu menjadi semakin longgar, seringkali sekedar
menunjukan analisis ekonomi yang memperkenalkan faktor-faktor non ekonomi
(khususnya politik).
Dalam perkembangannya, istilah “ekonomi politik” berguna untuk
mendampingi istilah baku “ilmu ekonomi”, fokusnya tidak lagi pada fenomena-
fenomena ekonomi secara umum, melainkan secara lebih spesifik yaitu dengan
menyoroti interaksi antara (faktor-faktor) ekonomi dan (faktor-faktor) politik.
Istilah ekonomi politik selalu mengacu pada adanya interaksi antara aspek
ekonomi dan aspek politik (Lane, 1994).
Dalam buku ini Caporaso Livine mencoba menggunakan teori Marxian
untuk mengkaji lebih mendalam bagaimana pandangan Marx tentang hubungan
antara ekonomi dan politik. Penulis memandang bahwa Marx pada dasarnya
mengusung proyek eknomi klasik dalam artian bahwa Marx memandang
perekonomian kapitalis sebagai suatu yang pada dasarnya tidak memiliki sifat
politik. Sebaliknya Marx justru berusaha untuk menunjukkan bahwa faktor-faktor
politik itu disebabkan oleh dinamika dari proses ekonomi kapitalis dan berusaha
menjelaskan bagaimana proses itu mewarnai pertarungan-pertarungan politik
berskala besar dalam sejarah. Dan dalam teori Marxian ini juga Marx mencoba
melakukan kritik terhadap system ekonomi pasar (kapitalisme).
Pemaparan dinamika dari proses ekonomi kapitalis dengan hubungannya
dengan agenda politik, Caporaso Livine menggunakan pembahasan pada tiga
aliran dalam teori Marxian yaitu; Politik Revolusioner (Marx dan Lenin) Politik
Kompromi Kelas (Kautsky dan Aliran Social demokrat) Teori Negara Marxis
(Caporaso, 2008: 126-127).
Untuk membuktikan bahwa cara kerja dari perekonomian kapitalis
membawa dampak politik, Marx mengajukan kritik terhadap pandangan klasik
tentang pasar yang meregulasi dirinya sendiri. Dia melakukan kritik ini bukan
dengan tujuan untuk membenarkan konsep kapitalisme yang dikendalikan negara,

9
melainkan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa kapitalisme tidak dapat
bertahan hidup dalam waktu yang lama.
Pembuktian dari pernyataan bahwa kapitalisme tidak dapat bertahan hidup
dalam waktu yang lama dalam paparan buku ini menggunakan konsep kesadaran
kelas antara kelas pekerja dan kelas kapitalis akan memperjelas gap antara kaum
pekerja dengan kaum kapitalis/ pemilik modal. Seperti dalam penelitian yang
dilakukan marx yang di sampaikan Charles Bettelheim 1985, dimana akibat dari
hubungan produksi (reletion of production) menjadikan sebuah masyarakat
menjadi beberapa kelas (caporaso, 2008: 130).
Caporaso Livine menilai cara pandang Marx dalam memandang hubungan
antara agenda politik dengan faktor-faktor ekonomi, Marx dipandang tetap
berpegang pada pemahaman klasik bahwa ekonomi adalah sebuah bidang
tersendiri dalam kehidupan masyarakat yang terpisah dari bidang-bidang lain,
hanya saja Marx mengajukan sebuah konsep berbeda dari pemikir-pemikir klasik
lain tentang hubungan antara bidang politik dengan bidang ekonomi.
Pemahaman ekonomi politik dalam pendekatan Marxian dimana institusi
politik atau agen politik (yaitu dalam hal ini negara) mendefinisikan dan
melindungi kepentingan politik dari sebuah kelas atas kemauanya sendiri dan
karena Negara adalah “instrument” yang dikendalikan kelas itu. Dengan demikian
penulis (caporaso levine) memandang ide utama dari marxisme struktural bahwa
Negara bisa bertindak atas nama kelas kapitalis tetapi belum tentu Negara akan
bertindak atas perintah dari kelas itu.
Dengan kata lain, marxisme struktural membedakan antara pandangan
tentang Negara sebagai alat kekuasaan dengan kepentingan kapitalis atau
capitalism itu sendiri. Lantas bagaimana dengan negara-negara yang menganut
faham ekonomi liberal.

2.4 Antagonisme Ekonomi Politik: Perjuangan Kelas

10
Konflik politik dan segala akibat buruk yang menyertainya merupakan
alasan dasar dari rekonsiliasi politik. Dalam situasi konflik, para pihak yang
terlibat di dalamnya mengalami penurunan martabatnya sebagai manusia. Dalam
konteks hidup bersama sebuah negara, konflik merupakan momen degradasi bagi
setiap warga negara. Negara terutama negara demokrasi merupakan institusi
politis modern, yang dihuni orang-orang beradab. Mereka ialah warga negara.
Jika dalam negara terjadi konflik politik, warga negara mengalami
penurunan keberadabannya sebagai manusia politik. Pada Pemilu 2019 khususnya
pemilu presiden-wakil presiden--merupakan peristiwa politik di negeri ini, yang
pada taraf tertentu terjadi konflik antarwarga negara.
Perjuangan kelas (class struggle) Istilah ini digunakan secara beragam
dan sering diasumsikan dengan ajaran Marxis. Bagi K. Marx sendiri, perjuangan
kelas adalah daya penggerak sejarah karena semua kelas berusaha mewujudkan
kepentingan kelasnya. Misalnya, transisi dari . feodalisme menuju kapitalisme
dihasilkan dari perjuangan antara aristokrasi tuan tanah dan boijuis kapitalis.
Dalam masyarakat kontemporer perjuangan kelas merujuk pada konflik antara
kelas-kelas sosial yang muncul pada level ekonomi, misalnya tawar-menawar
upah, pemogokan, dan pada level politik, misalnya dalam reformasi undang-
undang serikat buruh, pemeliharaan negara kesejahteraan, dan kebijakan ekonomi.
Perjuangan paling penting dalam masyarakat kapitalis adalah perjuangan antara
pihak pemodal dan pekerja, walaupun kelas-kelas lain, misalnya buruh tani dan
kelas menengah, dapat juga bersekutu dengan kelas lain. Adalah sulit untuk
menentukan apa yang dianggap sebagai bukti perjuangan kelas karena konflik
industrial dan politik cenderung di¬anggap sebagai perjuangan kelas. Di dalam
Marxisme, perlawanan ini sering dianggap sebagai manifestasi kontradiksi antara
modal dan buruh.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia tidak bisa dilepaskan dari faktor material dan paling fundamental
dalam dirinya yaitu kebutuhan ekonomi yang meliputi makan, minum, pakaian,
seks dan rumah tinggal. Kebutuhan pokok ini selanjutnya memotifasi manusia
untuk melakukan kerja. Faktor kerja, di samping sarana memenuhi kebutuhan
ekonomi, juga berimplikasi pada penciptaan alat produksi, komoditas dan sarana
komunikasi antara individu satu dengan lainnya. Hubungan sosial manusia satu
dengan lainnya selanjutnya meciptakan sebuah tatanan masyarakat dalam bentuk
pemerintahan dan sistem politik. Selain itu relasi sosial juga membentuk corak
budaya masyarakat. Dalam proses selanjutnya, realitas sosial yang terbentuk ini
mempengaruhi episteme, pola pikir dan cara pandang setiap individu dalam
melihat realitas, hal inilah yang menjadikan ilmu pengetahuan bisa tumbuh dan
berkembang. Karl Marx memiliki pemikiran mengenai faktor ekonomi ini sebagai
fundamen dalam menganalisa masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.iisauc.org/2019/10/14/ekonomi-politik-internasional-pendekatan-
marxisme/
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/PPKN/article/view/77837
file:///C:/Users/Hp/Downloads/pdfcoffee.com_sosialisme-sebelum-marx-pdf-
free.pdf
https://sarifudin.com/beranda/54-perjuangan-kelas-class-struggle
https://titobagussetiawan.wordpress.com/2016/03/07/ekonomi-politik-pendekatan-
marxism/

13

Anda mungkin juga menyukai