Anda di halaman 1dari 20

NEONATUS DENGAN TRAUMA PERSALINAN

Dosen Pembimbing : Ibu Titin Apriyani,M.Tr.Keb

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

Dita Anggraini ( 30220003 )

Fitri Muti’ah ( 30220006 )

Lia Miftahul Jannah ( 30220011 )

Neng Lulu Nurjannah ( 30220014 )

Yuniecha Hardila.V ( 30220023 )

PRODI S1 KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2021/2022

i
Kata Pengantar

Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Karena karunianya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul

“ Neonatus Dengan Trauma Persalinan ”. Makalah ini kami susun dengan mengumpulkan

materi berdasarkan sumber buku-buku yang sebagai penunjang utama dan internet sebagai

tambahan untuk melengkapi.

Makalah ini kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar

belakang dan tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang menjelaskan penjabaran dari 3

sub bab yang akan di bahas dalam makalah ini. Penutup yang berisi tentang kesimpulan yang

menjelaskan secara singkat isi dari makalah. Makalah ini juga di lengkapi dengan daftar

pustaka yang menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam penyusunan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan

saran dari pembaca kami harapakan demi perbaikan makalah ini akan kami terima dengan

senang hati. Akhir kata semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

baik yang menyusun maupun yang membaca.

Palembang, 17 Febuari 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL .....................................……………………………………………. i


KATA PENGANTAR .....................................……………………………….…………… ii
DAFTAR ISI ……………………….........................................………………………..…… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……….................................………………...……………………… 1

B. Rumusan Masalah …....................................………………...……………………… 2

C. Tujuan Penulisan …..........................................….…………....……………………. 2

D. Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Neonatus ...................................……………...………................…………………..... 3

1.1 Pengertian Neonatus ..................................................................................................... 3

1.2 Klasifikasi Neonatus ................................................................................................... 3

1.3 Ciri Tumbuh Kembang .................................................................................................. 4

1.4 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang ........................................................... 6

2. Persalinan ..................................................................................................................... 6

2.1 Pengertian Trauma Persalinan ....................................................................................... 6

2.2 Etiologi Persalinan ........................................................................................................ 7

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan ......................................................................... 8

3. Trauma Persalinan

3.1 Pengertian Trauma Persalinan .....................................................................................10

3.2 Etilogi Trauma Persalinan ........................................................................................... 11

3.3 Macam – Macam Trauma Persalinan .......................................................................... 11


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................……………………………………......………..……. 15

B. Saran ................................……………......…………………..…...………..……….. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi

yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang

panjang, dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan

dasar anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi

anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak semua bayi

lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal dan

pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak

selanjutnya(Fallis, 2018).

Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan

yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara

persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera

atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis.

Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat

(Rosyati, 2017).

Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran.

Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang

dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa

persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik

yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah

mendapat perawatan medis yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya

dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak

1
meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan contoh darah vena kulit

kepala atau resusitasi(dawn, 2019).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah

adalah apa pengaruh trauma persalinan pada neonatus ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh trauma

persalinan pada neonatus.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan agar dapat memberikan informasi, meningkatkan pengetahuan kepada

mahasiswa tentang neonatus dengan trauma persalinan.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan informasi serta sebagai masukan bagi

petugas kesehatan dan mahasiswi Stikes Abdurrahman Palembang mengenai neonatus

dengan trauma persalinan.

3. Bagi Masyarakat

Penulis mengharapkan dengan makalah ini masyarakat dapat meningkatkan

informasi dan pengetahuan mengenai neonatus dengan trauma persalinan

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Neonatus

1.1 Pengertian Neonatus

Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan. Neonatus normal

memiliki berat 2.700 sampai 4.000 gram, panjang 48 - 53 cm, lingkar kepala 33 - 35cm

(Fallis, 2018).

Neonatus adalah individu yang sedang bertumbuh dan harus menyesuaikan diri dari

kehidupan intrauteri ke kehiduan ekstrauteri. Bayi dengan usia 0 sampai 1 bulan atau masa

sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) setelah kelahiran. Neonatus mengalami

proses kelahiran yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan didalam rahim maupun

diluar rahim (Abarca, 2021).

Jadi neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari.

Bayi tersebut memerlukan penyelesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi

(menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin) dan toleransi

bagi bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik.

Neonatus memiliki ciri berat badan 2700-4000gram, panjang, panjang 48- 53 cm,

lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Neonatus memiliki frekuensi denyut

jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut

kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks

sudah terbentuk dengan baik(Fallis, 2018).

1.2 Klasifikasi Neonatus

Klasifikasi neonatus menurut (Fallis, 2018) :

a. Neonatus menurut masa gestasinya :

• Kurang bulan (preterm infan) : < 259 hari ( 37 minggu)

3
• Cukup bulan (term infant) : 259- 294 hari (37-42 minggu)

• Lebih bulan( postterm infant) :>294hari (42 minggu)

b. Neonatus menurut berat lahir :

• Berat lahir rendah : <2500 gram.

• Berat lahir cukup : 2500-4000 gram.

• Berat lahir lebih : >4000 gram.

1.3 Ciri Tumbuh Kembang

Menurut (hurlock EB, 2019) tumbuh kembang bayi mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:

1. Perkembangan melibatkan perubahan ( Development involves change )

2. Perkembangan awal lebih kritis dari pada perkembangan lanjutannya ( Early

development more critical than critical than later development )

3. Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar ( Development is the

product of maturation and the leaning )

4. Pola perkembangan dapat diramalkan ( the developmental patenrt is predicable )

5. Pola perkembangan mempenyai karakteristik yang dapat diramalkan ( the

developmental pattern has predicable characteristic ).

6. Terdapat perbedaan individu dalam suatu perkembangan (there individual defferences

the development)

7. Terdapat periode/tahapan dalam pola perkembangan (there are periods in the

development pattern)

8. Terdapat harapan sosial untuk setiap periode perkembangan (there are social

expectation for every developmental period).

9. Setiap area perkembangan mempunyai potensi resiko (every area of developmens has

potensial hazards).

Sedangkan menurut (Susanti, 2019) ciri-ciri tumbuh kembang sebagai berikut :

4
a. Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan yang bersamaan dengan pertumbuhan, disertai perubahan fungsi,

contohnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan

saraf otak.

b. Pertumbuhan dan perkembangan tahap awal setiap anak dapat melewati satu tahap

perkembangan sebelumnya. Sebagai contoh seorang anak akan bisa berjalan sebelum

ia berdiri oleh karena itu perkembangan awal adalah masa kritis karena menentukan

perkembangan selanjutnya.

c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda- beda, dalam

pertumbuhan fisik maupun perkembangan pada struktur fungsi organ masing-masing

anak.

d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan, peningkatan mental, memori, daya

nalar, asusiasi dan lain-lain. Anak yang sehat bertambah umur, bertambah berat badan,

dan tinggi badan.

e. Perkembangan mempunyai pola yang tepat menuju arah anggota tubuh terjadi didaerah

proksimal berkembang kebagian distal jari-jari yang mempunyai skil gerak motorik

halus.

f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan, perkembangan pola yang teratur

tersebut tidak bisa terjadi terbalik misalkan anak terlebih dahulu membuat suatu

lingkaran sebelum mampu membuat gambaran kotak, anak mampu berdiri sebelum

akhirnya anak dapat berjalan dan sebagainya.

1.4 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah (Bruno, 2019) :

• Gizi pada bayi

5
• Penyakit kronis atau kelainan konginetal seperti tuberkolosis, anemia, kelainan

jantung bawaan mengakibatkan setardasi pertumbuhan jasmani.

• Lingkungan fisis dan kimia meliputi sanitasi lingkungan yang kurang bagi bayi,

kurangnya sinar matahari, paparan sinar radio aktif, zat kimia dan rokok

mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.

• Hubungan psikologis, yaitu hubungan anak dengan orang sekitarnya, seorang anak

yang tidak dikehendaki orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan

mengalami hambatan didalam perkembangan maupun pertumbuhan.

• Faktor endokrin seperti gangguna hormone. Salah satu contohnya pada penyakit

hipoteroid yang akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

• Defisiensi hormon pertumbuhan akan menyebabkan anak menjadi kerdil.

• Sosial ekonomi, seperti kemiskinan yang selalu berkaitan dengan kekurangan

makanan kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan menghambat

pertumbuhan anak.

• Pemberian ASI ekslusif pada usia 0-6 bulan dapat membantu pertambahan berat

badan bayi karena komponen ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

• Pemakaian obat-obatan, seperti pemakaian kortikosteroid dalam jangka lama akan

menghambat pertumbuhan. Demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang

terhadap rangsangan susunan saraf pusat yang menyebabkan terhambatnya

produksi hormon perkembangan dan pertumbuhan.

• Genetik atau Hereditas.

• Status Kesehatan Anak dalam Keluarga.

2. Persalinan

2.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam

jalan lahir atau pengluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melelui
6
vagina dan lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan ibu sendiri, tanpa bantuan

alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24

jam (Rosyati, 2017).

2.2 Etiologi Persalinan

Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori – teori yang kompleks.

Faktor – faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus,

pengaruh syaraf dan nutrisi di sebut sebagai faktor – faktor yang mengakibatkan

persalinan mulai. Menurut Wiknjosastro ( 2006 ) mulai dan berlangsungnya persalinan,

antara lain:

a. Teori penurunan hormon

Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang terjadi kira – kira 1 – 2

minggu sebelum partus dimulai. Progesterone bekerja sebagai penenang bagi otot

– otot uterus dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul

his bila kadar progesterone turun.

b. Teori plasenta menjadi tua

Villi korialis mengalami perubahan – perubahan, sehingga kadar estrogen dan

progesterone menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan

menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin

Jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera di keluarkan.

d. Teori distensi rahim

Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan

iskemia otot – otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat

menggangu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta menjadi degenerasi.

e. Teori iritasi mekanik

7
Tekanan pada ganglio servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak di

belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus akan timbul.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut (Rosyati, 2017) faktor – fakor yang berperan dalam persalinan antara lain :

A. Jalan lahir (passage)

1) Jalan lahir di bagi atas :

• Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul ).

• Bagian lunak panggul.

2) Anatomi jalan lahir

• Jalan lahir keras : pelvis/panggul Terdiri dari 4 buah tulang, yaitu :

- Os.coxae, terdiri dari : os. Illium, os. Ischium, os.pubis

- Os.sacrum : promontorium

- Os.coccygis / tulang panggul di pisahkan oleh pintu atas panggul menjadi 2

bagian :

- Pelvis major : bagian di atas pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan

persalinan.

- Pelvis minor : menyerupai suatu saluran yang menyerupai sumbu melengkung

ke depan.

• Jalan lahir lunak : segmen bawah rahim, serviks, vagina, introitus vagina, dan

vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan

bawah panggul

3) Bidang – bidang Hodge

adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan kemajuanpersalinan, yaitu

seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam. Bidang hodge :

• Hodge I : promontorium pinggir atas simfisis

• Hodge II : hodge I sejajar pinggir bawah simfisis

8
• Hodge III : hodge I sejajar ischiadika

• Hodge IV : hodge I sejajar ujung coccygeus

B. Passenger ( janin dan plasenta )

1) Janin

Persalinan normal terjadi bila kondisi janin adalah letak bujur, presentasi

belakang kepala, sikap fleksi dan tafsiran berat janin <4000 gram.

2) Plasenta

Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak menhalangi jalan rahim). Dengan

tuanya plasenta pada kehamilan yang bertambah tua maka menyebabkan

turunya kadar estrogen dan progesterone sehinga menyebabkan kekejangan

pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi.

C. Power (kekuatan)

yaitu faktor kekuatan ibu yang mendorong janin keluar dalam persalinan terdiri :

1) His (kontraksi otot rahim)

His yang normal mempunyai sifat :

• Kontraksi dimulai dari salah satu tanduk rahim.

• Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.

• Kekuatannya seperti memeras isi rahim dan otot rahim yang

berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehinnga terjadi refleksi

dan pembentukan segmen bawah rahim.

2) Kontraksi otot dinding perut.

3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum.

3. Trauma Persalinan

3.1 Pengertian Trauma Persalinan

9
Trauma persalinan adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir

akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan

fisiologis persalinan (Saputri & Kahija, 2020).

Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma

kelainan akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh kelainan

fisiologi persalinan (dawn, 2019).

Jadi Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses

kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik,

baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada

masa persalinan dan kelahiran.

Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medis yang tidak pantas

atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat

perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya

dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak

meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan contoh darah vena

kulit kepala atau resusitasi.

Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan

kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang obstetri,

khususnya pertimbangan seksio sesarea atau indikasi adanya kemungkinan kesulitan

melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat hubungannya dengan angka kejadian

trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir yang mempunyai arti secara klinis berkisar

antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran hidup (Royan, 2018).

Beberapa faktor risiko yang dapat menaikkan angka kejadian trauma lahir antara lain

adalah makrosomia, malprensentasi, presentasi ganda, disproporsi sefala pelvik, kelahiran

10
dengan tindakan persalinan lama, persalinan presipitatus, bayi kurang bulan, distosia bahu,

dan akhirnya faktor manusia penolong persalinan. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat

erat hubungannya dengan cara lahir bayi tersebut atau phantom yang dilakukan penolong

persalinan waktu melahirkan bayi. Dengan demikian cara lahir tertentu umumnya

mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula. Secara klinis trauma lahir dapat

bersifat ringan yang akan sembuh sendiri atau bersifat laten yang dapat meninggalkan

gejala sisa.Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis dikenal pula trauma

lahir yang bersifat hipoksik. Pada bayi kurang bulan khususnya terdapat hubungan antara

hipoksik selama proses persalinan dengan bertambahnya perdarahan per intraventrikuler

dalam otak (Herman, 2020).

3.2 Etiologi Trauma Persalinan

Menurut (syarifuddin, 2017) penyebab terjadinya trauma persalinan yaitu sebagai

berikut:

1. Makrosomia (Berat bayi baru lahir lebih dari 4000 gram)

2. Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)

3. Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)

4. Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)

Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan

menggunakan alat)

5. Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)

6. Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit dan

berakhir dengan lahirnya bayi)

7. Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 – 26 minggu)

8. Distosia bahu (kemacetan bahu)

3.3 Pengaruh Trauma Persalinan Terhadap Neonatus

11
Cedera lahir adalah masalah serius yang harus benar-benar ditangani dengan baik.

Cedera lahir dapat terjadi karena kelahiran prematur, ukuran bayi yang terlalu kecil

atau besar, posisi mama saat melahirkan, persalinan yang rumit, dan lain-lain. Kondisi ini

juga lebih berisiko dialami oleh ibu yang melahirkan bayi pertamanya, menderita diabetes

gestational, atau yang memiliki kelainan panggul (dawn, 2019).

Menurut (Rosyati, 2017) ada 6 hal yang dapat terjadi pada neonatus saat mengalami

trauma persalinan atau cedera jalan lahir, yakni :

1. Caput Succedaneum

Caput succedaneum adalah pembengkakan parah pada kulit kepala bayi. Ini terjadi saat

bayi 'turun' ketika persalinan. Kondisi ini sering dialami bayi yang lahir dengan bantuan

ekstraksi vakum meskipun juga bisa terjadi jika kepala bayi menekan serviks untuk jangka

waktu yang lama atau memar di area caput.

Caput succedaneum umumnya hanya berlangsung selama beberapa hari dan

pembengkakannya akan hilang dengan sendirinya. Jika hal ini terjadi, bayi mungkin

perlu menjalani USG untuk dilihat apakah ada masalah lebih serius.

Dalam aspek perawatan bayi trauma lahir memiliki perawatan yang sama dengan

perawatan bayi yang lahir normal.

a. Melakukan pengawasan terhadap kondisi vital bayi secara berkala.

b. Memperhatikan pemberian lingkungan yang baik misalnya tersedia sirkulasi udara atau

ventilasi dan sinar matahari yang baik agar udara dan sinar matahari dapat masuk ke

dalam ruangan.

c. Perlunya pemberian pengetahuan kepada ibu pasca melahirkan mengenai pentingnya

pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang adekuat.

d. Melakukan pencegahan infeksi pada benjolan juga harus dilakukan dengan

pemeriksaan berkala.

12
e. Bidan atau tenaga kesehatan dalam hal ini perlu memberikan konseling terhadap

keluarga.

2. Cephalohematoma

Cephalohematoma adalah perdarahan di bawah periosteum atau jaringan luar yang

menutupi tulang pada kepala bayi. Cedera ini mungkin tidak langsung muncul langsung

setelah bayi dilahirkan, tetapi akan muncul beberapa jam kemudian. Cedera ini

diperkirakan terjadi pada sekitar satu hingga dua persen kelahiran spontan, tetapi lebih

sering terjadi para persalinan operatif (forsep dan ekstraksi vakum). Tatalaksana yang harus

diperhatikan kepada bayi yang mengalami kondisi cephal hematoma, yaitu:

• Kondisi penatalaksana tidak memerlukan uji laboratorium yang spesifik.

• Ketika mengalami kondisi ini, bayi dapat menempuh CT scan untuk melihat apakah

terdapat kelainan neurologis dan tulang patah atau fraktur pada tulang.

• Memberlakukan pembatasan mortalitas seperti misalnya mengangkat anak terlalu

sering dengan tujuan pembekakan tidak meluas ke daerah kelapa yang lain.

• Melakukan pengamatan terhadap kepala anak yang mengalami cephal hematoma

dan kondisi vital dari anak seperti intensitas bernapas, suhu tubuh, aliran darah dan

lain sebagainya secara periodik.

• Jika terjadi kenaikan suhu tubuh yang dialami oleh anak, bidan orang tua dapat

melakukan hal berikut ini :

1. Mengompres anak dengan air anak

2. Memberikan antibiotik kepada anak

3. Memberikan cairan tertentu yang dibutuhkan oleh anak tersebut

4. Jika ternyata anak menunjukan gejala anemia dan hypovolemia, maka lakukan

transfusi untuk mencukupi kebutuhan darah pada anak.

5. Tidak dianjurkan untuk melakukan aspirasi cephal hematoma karena

meningkatkan resiko cedera.

13
3. Memar

Memar adalah cedera lahir yang banyak terjadi saat bayi melewati jalan lahir. Pada bayi

yang dilahirkan menggunakan bantuan forsep atau ekstraksi vakum, akan lebih berisiko

mengalami memar. Memar ini akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.

4. Laserasi

Laserasi adalah luka dalam atau sobekan pada kulit. Terkadang, kulit bayi tak sengaja

terluka oleh pisau bedah saat operasi caesar atau karena ekstraktor vakum. Beberapa

laserasi mungkin cukup dalam sehingga membutuhkan jahitan untuk menyatukannya

kembali.

Tetapi sebagian besar kondisi ini bisa sembuh hanya dengan dibalut. Infeksi merupakan

bahaya yang harus menjadi perhatian jika terjadi laserasi pada bayi. Luka ini dapat diobati

dengan salep antibiotik.

5. Perdarahan Subkonjungtiva

Perdarahan subkonjungtiva terjadi pada satu atau kedua mata, dan hanya terlihat seperti

kemerahan di mata. Besarnya area yang kemerahan tergantung dari banyaknya pembuluh

darah kecil yang pecah.

Perdarahan subkonjungtiva tidak membutuhkan perawatan khusus dan mungkin akan

hilang dengan sendirinya dalam kurun waktu seminggu. Jenis cedera yang satu ini juga

tidak memengaruhi mata bayi dalam jangka panjang.

6. Fraktur

Patahnya klavikula, daerah antara bahu dan leher yang juga dikenal sebagai tulang

selangka, adalah cedera yang terjadi dalam proses persalinan bayi. Fraktur humerus atau

cedera tulang lengan juga dapat terjadi pada bayi yang lahir dengan posisi bokong terlebih

dahulu. Fraktur biasanya dapat sembuh tanpa pengobatan.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trauma persalinan adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir

akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan

fisiologis persalinan . Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medis

yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah

mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada

kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma

lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan contoh

darah vena kulit kepala atau resusitasi.

B. Saran

Sekiranya para pembaca makalah ini dapat mengerti tentang apa yang telah dipaparkan

penulis khususnya tenaga bidan, dan mengaplikasikannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

dawn. (2019). Modul Trauma Lahir (Smith (ed.)).

Fallis, A. . (2018). Neonatus. Journal of Chemical Information and Modeling, 3(2), 19.

http://repository.unimus.ac.id/1723/4/BAB II.pdf

Herman, H. (2020). the Relationship of Family Roles and Attitudes in Child Care With Cases

of Caput Succedeneum in Rsud Labuang Baji, Makassar City in 2018. Jurnal Inovasi

Penelitian, 1(2), 49–52. https://doi.org/10.47492/jip.v1i2.49

Rosyati, H. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan persalinan. In Materi. 0D

Royan, N. (2018). trama persalinan. Profil Kesehatan Kab.semarang, 2(1), 1–9.

Saputri, N. E., & Kahija, Y. F. La. (2020). Eksplorasi Fenomenologis Deskriptif Tentang

Pengalaman Ibu Yang Melahirkan Dengan Gentle Birth. Empati, 10(2), 1–14.

Susanti, A. (2019). motorik neonatus dan bayi. 2(1), 17.

syarifuddin. (2017). etilogi trauma persalinan. 4(I), 259.

16
17

Anda mungkin juga menyukai