Anda di halaman 1dari 14

EFEKTIVITAS PENGARUH PIJAT BAYI DAN TERAPI MURROTAL PADA BAYI

BERAT LAHIR RENDAH

DOSEN PEMBIMBING:

Titin Apriyani, M.Tr, Keb

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK

1. Eka sulistiqani ( 30220005 )


2. Hastika dewi ( 30220007 )
3. Leni kartika ( 30220010 )
4. Neng lulu nurajanah ( 30220014 )
5. Renti peprita ( 30220020 )
6. Siti saomia ( 30220022 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDURAHMAN PALEMBANG

PRODI S1 KEBIDANAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan kita nikmat iman dan nikmat Islam kepada kita titik tak lupa shalawat serta
salam kita curahkan kepada nabi Muhammad SAW. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata Kuliah Asuhan kebidanan neonatus dan bayi. makalah ini berisi
mengenai “Efektivitas Pengaruh Pijat Bayi Dan Terapi Murrotal Pada Bayi Berat
Badan Rendah ”
Dalam menyusun makalah ini kami tentunya mendapat bimbingan, koreksi, serta
saran, untuk itu rasa terima kasih kami ucapkan kepada: Titin Apriyani, M.Tr, Keb Dengan
segala kerendahan hati penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu
menyelesaikan makalah ini titik kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini, penyusun mohon maaf atas segala kekurangan yang tidak lupa
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak.

Palembang, 12 febuari 2022

penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................................2
1.4 Manfaat Asuhan ......................................................................................................2
1.4.1 Bagi Pendidikan..............................................................................................2
1.4.2 Bagi Mahasiswa..............................................................................................2
1.4.3 Bagi Ibu ..........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Terapi Non Konvesional.........................................................................................3
2.1.1 Definisi .........................................................................................................3
2.1.2 Terapi Yang Diguankan ................................................................................3
2.2 BBLR.......................................................................................................................3
2.3 Mekanisme Terapi Non Konvesional.......................................................................4
2.3.1 Mekanisme Terapi Pijat Bayi .........................................................................4
2.3.2 Mekanisme Terapi Murrotal............................................................................4
2.4 Manfaat Terapi Non Konvesional............................................................................4
2.4.1 Manfaat Terapi Pijat Bayi...............................................................................4
2.4.2 Manfaat Terapi Murrotal.................................................................................5
2.5 Pelaksanaan Terapi Non Konvesional.....................................................................6
2.5.1 Pelaksanana Terapi Pijat Bayi.........................................................................6
2.5.2 Pelaksanaan Terapi Murrotal...........................................................................6
2.6 teknik terapi pijat .....................................................................................................6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................10
3.2 Saran.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................11
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terapi Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional (WHO)[1].
Pengobatan Komplementer Alternatif adalah pengobatan non konvensional yang
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan
kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik
yang belum diterima dalam kedokteran konvensional[2].
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang memiliki berat badan
kurang dari 2.500 gram pada saat dilahirkan tanpa melihat usia gestasi (WHO, 2014). Di
Dunia setiap tahun lebih dari 20 juta bayi dilahirkan dengan berat badan < 2500 gram, lebih
dari 96,5% diantaranya terjadi pada negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang yang menempati peringkat ke lima Negara yang memiliki bayi BBLR
tertinggi yaitu sebesar 15,5% dari kelahiran hidup (WHO, 2014).
Menurut penelitian Sutan, Mohtar, Mahat, & Tamil, (2014) BBLR disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain faktor ibu usia muda < 20 tahun, riwayat memiliki bayi BBLR
sebelumnya, hipertensi dan status gizi ibu. Hal tersebut didukung oleh penelitian Asmare,
Berhan, Berhanu, & Alebel (2018) penyebab kelahiran BBLR antara lain antenatal care
kurang, terjadi permasalahan selamakehamilan, tidak mengkonsumsi suplemen Fe, dan usia
gestasi < 37 minggu. Menurut WHO (2014) kelahiran BBLR memiliki resiko jangka panjang
dan jangka pendek, resiko jangka pendek berupa mortalitas dan kecacatan, sedangkan resiko
jangka panjang adalah menghambat perkembangan (stunting) (Aryastami et al., 2017),
gangguan perkembangan kognitif, peningkatan resiko penyakit kronis (WHO,2014). Bayi
BBLR beresiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan serta perkembangan, sehingga
mudah terserang penyakit menular, dan kematian selama masa bayi dan anak-anak (WHO,
2019)[3].
Stimulasi dapat diberikan sejak dini oleh orang tua kepada anak untuk perkembangan
potensi anak secara maksimal. Pijat bayi digolongkan sebagai suatu stimulasi karena dalam
pijat bayi terdapat unsur sentuhan yang akan merangsang fungsi sel - sel otak. Selain itu pijat
bayi dapat merangsang hormon pencernaan antara lain insulin dan gaselin, sehingga
penyerapan makanan menjadi lebih baik. Hal ini menyebabkan bayi cepat merasa lapar
sehingga lebih sering menyusu dan dapat terjadi peningkatan berat badan (Roesli, 2016).
Pendapat Yazid (2008) juga menyatakan bahwa rangsangan sensorik berupa pijat telah
terbukti dapat merangsang pertumbuhan dan meningkatkan perkembangan syaraf. Selain itu
pijat dapat membantu bayi yang rewel sehingga dapat tidur dengan nyenyak dan dapat
mengurangi penyakit, termasuk sakit perut. Namun pengetahuan tentang pijat bayi ini masih
belum diketahui oleh masyarakat, dikarenakan masyarakat masih mempercayakan pijat bayi
kepada dukun bayi dan kurangnya pengetahuan masyarakat untuk melakukan pijat bayi
kepada tenaga kesehatan[4].
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahan yang akan
penulis ajukan dalam penelitian ini adalah: “Adakah hubungan pijat bayi dan terapi murrotal
terhadap kenaikan berat badan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)?”.
1.3 Tujuan umum
Tujuan umum penelitian yang penulis lakukan melalui penelitian ini adalah Untuk
mengetahui hubungan pijat bayi dan terapi murrotal terhadap kenaikan berat badan pada bayi
BBLR.
1.4 Manfaat Asuhan
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar dapat memberikan informasi, meningkatkan penegetahuan
kepada mahasiswa tentang penerapan pijat dan terapi murrotal pada BBLR.
1.4.2 Bagi Mahasiswi
Diharapkan laporan kegiatan ini dapat meningkatkan wawasan dan
pengalaman bagi pembaca dan penulis tentang cara penerapan pijat dan terapi
murrotal pada BBLR.
1.4.3 Bagi Ibu
Diharapkan dengan dilakukannya penelitian dan pemberian asuhan pada
efektifitas pijat bayi dan terapi murratal terhadap BBLR ini dapat meningkatkan
informasi pada ibu dalam melakukan perawatan pada bayinya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terapi non konvesional


2.1.1 Definisi
Pengobatan Komplementer Alternatif adalah pengobatan non konvensional
yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan
ilmu pengetahuan biomedik yang belum diterima dalam kedokteran konvensional[2].
2.1.2 Terapi yang digunakan
a. terapi pijat
Pijat Bayi adalah terapi sentuhan yang juga merupakan seni perawatan
kesehatan dan pengobatan [5].
b. terapi murrotal
terapi murrotal merupakan intervensi yang dilakukan dengan
mendengarkan rekaman bacaan Al Qur’an dimana suara bacaan yang
didengarkan memiliki alunan suara dengan frekuensi dan panjang alunan
tertentu, suara rekaman ini menghasilkan untaian melodi mendayu yang
mampu mempengaruhi sel-sel otak[3].
2.2 BBLR
2.2.1 Definisi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang memiliki berat
badan kurang dari 2.500 gram pada saat dilahirkan tanpa melihat usia gestasi (WHO,
2014). Di Dunia setiap tahun lebih dari 20 juta bayi dilahirkan dengan berat badan <
2500 gram, lebih dari 96,5% diantaranya terjadi pada negara berkembang. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang menempati peringkat ke lima Negara
yang memiliki bayi BBLR tertinggi yaitu sebesar 15,5% dari kelahiran hidup (WHO,
2014).
2.3 Mekanisme terapi non konvesional
2.3.1 Mekanisme terapi pijat bayi
saat bayi dilakukan pemijatan terjadi peningkatan tonus syaraf vagus (saraf ke
10) dan mampu meningkatkan enzim gastrin, insulin dan IGF-1 (Insulin-Like Growth
Factor 1) sehingga dapat meningkatkan motilitas lambung dan penyerapan nutrisi
lebih baik dan mampu meningkatkan berat badan[6].
Pemijatan bayi juga harus disesuaikan dengan usianya:
1) Bayi 0-1 bulan Untuk usia ini, disarankan pemijatan dilakukan dengan
usapan-usapan halus dan lembut. Jika tali pusat belum lepas, sebaiknya tidak
dilakukan pemijatan pada bagian perut.
2) Bayi 1-3 bulan Disarankan gerakan halus disertai tekanan ringan dalam
waktu yang singkat.
3) Bayi 3-6 bulan Disarankan seluruh tubuh dengan gerakan dan tekanan yang
semakin meningkat. Total waktu pemijatan sekitar 15 menit.
2.3.2 Mekanisme terapi murrotal
ketika bayi mendengarkan alunan murrotal, alunan tersebut mampu
merangsang sistem limbik (hipotalamus), kemudian menghasilkan hormon endropin
gelombang otak alfa yang menjadi pusat rileks, sehingga dapat meningkatkan kualitas
tidur bayi, Dengan meningkatnya kualitas tidur bayi tersebut, dapat diminimalisir
sehingga proses peningkatan berat badan bayi akan lebih optimal[3].
2.4 Manfaat terapi non konvesional
2.4.1 manfaat terapi pijat bayi
Terapi sentuh, terutama pijat menghasilkan perubahan fisiologis yang
menguntungkan dan dapat diukur secara ilmiah. Manfaatnya antara lain sebagai
berikut :
1. Efek biokimia dan fisik yang positif
Efek biokimia dari pijat, antara lain menurunkan kadar hormon stres
(catecholamine) dan meningkatkan kadar serotonin Selain efek biokimia,
pijatan memberikan efek fisik/klinis yaitu antara lain meningkatkan jumlah
dan sitotoksisitas dari sistem immunitas (sel pembunuh alami), mengubah
gelombang otak secara positif, memperbaiki sirkulasi darah dan
pernapasan, merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan,
meningkatkan kenaikan berat badan, mengurangi depresi dan ketegangan,
meningkatkan kesiagaan, membuat tidur lelap, mengurangi rasa sakit,
mengurangi kembung dan kolik (sakit perut), meningkatkan hubungan
batin antara orang tua dan bayinya (bonding), meningkatkan volume air
susu.
2. Meningkatkan berat badan
Penelitian yang dilakukan oleh prof. T. Field dan scafidi (1986 dan
1990) menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur (berat badan 1280 dan
1176 gram), yang dipijat 3x15 menit selama 10 hari, mengalami kenaikan
berat badan per hari 20 % - 47 % lebih banyak dari yang tidak dipijat.
Penelitian pada bayi cukup bulan yang berusia 1-3 bulan, yang dipijat 15
menit, 2 kali seminggu selama 6 minggu juga didapatkan kenaikan berat
badan 50 % yang lebih dari kontrol.
3. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap
Umumnya, bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap, sedangkan pada
waktu bangun konsentrasinya akan lebih penuh. Di Touch Research
Institute, Amerika, dilakukan penelitian pada sekelompok anak dengan
pemberian soal matematika. setelah itu dilakukan pemijatan pada anak-
anak tersebut selama 2x15 menit setiap minggunya. Selanjutnya, pada
anak-anak tersebut diberikan lagi soal matematika lain. Ternyata, mereka
hanya memerlukan waktu penyelesaian setengah dari waktu yang
dipergunakan untuk menyelesaikan soal terdahulu, dan ternyata pula
tingkat kesalahannya hanya sebanyak 50 % dari sebelum dipijat (Roesli,
2008).
4. Meningkatkan produksi ASI
Berdasarkan penelitian Cyntia Mersmann (2000), ibu yang memijat
bayinya mampu memproduksi ASI perah lebih banyak dibandingkan
kelompok kontrol. Pada saat menyusui bayinya, mereka merasa kewalahan
karena ASI terus menerus menetes dari payudara yang tidak disusukan.
Selain itu, pijat bayi akan membuat bayi cepat lapar. Makin banyak ASI
disedot oleh bayi (menyusui), maka produksi ASI makin meningkat. Ini
karena dalam proses produksi ASI berlaku hukum supply and demand.
Artinya, makin banyak ASI dikeluarkan, makin banyak pula ASI
diproduksi. Begitu pula sebaliknya (www.Ibudananak.com, 2008). Jadi
pijat bayi dapat meningkatkan volume ASI perah sehingga periode waktu
pemberian ASI secara eksklusif dapat ditingkatkan, khususnya oleh ibu-
ibu karier (pekerja).
2.4.2 Manfaat terapi murrotal
Murottal (ayat-ayat Al-qur’an) yang dibacakan dengan tartil
mempunyai beberapa manfaat antara lain:
1.Memberikan rasa rileks (Upoyo, 2012)
2.Meningkatkan rasa rileks (Heru, 2012)
3.Terapi murottal (membaca Al-qur’an) dapat menyebabkan otak
memancarkan gelombang theta yang menimbulkan rasa tenang (Assegaf,
2013)
4.Memberikan perubahan fisiologis (Siswantinah, 2011)
5. Terapi murottal (membaca Al-qur’an) secara teratur adalah obat nomor satu
dalam menyembuhkan kecemasan (Gray, 2010).
6.Untuk peningkatan berat badan pada BBLR[7].
2.5 pelaksanaan terapi non konvesional
2.5.1 Pelaksanaan terapi pijat bayi
Pemijatan dapat dilakukan pada pagi hari (pada saat orang tua dan anak siap
untuk memulai hari baru) dan malam hari (sebelum tidur. Ini sangat baik untuk
membantu bayi tidur lebih nyenyak). Sebelum melakukan pemijatan perhatikanlah
hal-hal berikut, antara lain : tangan harus bersih dan hangat, hindari agar kuku dan
perhiasan tidak mengakibatkan goresan pada kulit bayi, ruang untuk memijat
diupayakan hangat dan tidak pengap, bayi tidak selesai makan atau sedang tidak lapar,
secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu minimum selama 15 menit
guna melakukan seluruh tahap- tahap pemijatan, duduklah pada posisi yang nyaman
dan tenang, baringkan bayi diatas permukaan kain yang lembut, rata, dan bersih,
siapkanlah handuk, popok, baju ganti, dan minyak bayi (baby oil / lotion), serta
mintalah izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara membelai wajah
dan kepala bayi sambil mengajaknya bicara (Wicak, 2008).
2.5.2 Pelaksanaan terapi murrotal
Pelaksanaa terapi murrota pada bayi dilakukan ketika pagi, sore dan malam.
Dengan melihat kondisi bahwa bayi telah tenang dengan sebaiknya didengarkan ayat
ayat suci al-quran.
2.6 Teknik terapi non konvesional
2.6.1 teknik pijat bayi
1) Pijat Bayi Prematur
Gerakan harus lambat dan lembut, tetapi jangan terlalu halus sehingga
terasa seperti menggelitik. Juga harus di ingat jangan memberi sentuhan yang
berlebihan karena bayi prematur telah begitu banyak mengalami sentuhan
peralatan yang menyakitkannya. Setiap gerakan dikerjakan 2 x 5 detik dan
diulang enam (6) kali padasetiap bagian.
2) Urutan Pijat Bayi Berat Lahir Rendah
a) Memberikan rangsangan raba (tactile stimuli) selama lima (5) menit. Bayi
dalam posisi ditengkurapkan, tiap gerakan dilakukan dalam waktu 2x5
detik,tiap gerakan diulang 6 kali dan dikerjakan selama 5 menit.
I. Kepala: dengan menggunakan kedua telapak tangan, usap kepala
dari puncakkepala sampai leher, kemudian kembali lagi ke puncak
kepala.
II. Bahu: dengan jari kedua tangan kanan dan kiri usap kedua belah
bahu bayi daripertengahan punggung ke pangkal lengan, kemudian
kembali ke pertengahanpunggung.
III. Punggung: dengan jari kedua tangan usaplah leher ke pantat, lalu
kembali keleher.
IV. Kaki: dengan jari kedua tangan usaplah kedua kaki secara
bersamaan,dari pangkal paha ke pergelangan kaki, kemudian kembali
lagi ke pangkal paha.
V. Lengan: dengan jari kedua tangan usaplah kedua lengan secara
bersamaan dari pangkal bahu ke pergelangan tangan, kemudian
kembali ke pangkal bahu.
b) Memberikan rangsangan kenistetik (kenistetic stimuli) selama lima (5)
menit. Posisi bayi dalam keadaan ditelentangkan, tiap gerakan dilakukan
dalam waktu 2 x 5detik, tiap gerakan diulang 6 kali dan dikerjakan selama
lima (5) menit.
I. Lengan: gerakan pada tiap lengan, pegang lengan pada pergelangan
tangankemudian tekuklah pada siku, dikerjakan satu persatu.
II. Kaki: gerakan tiap kaki, pegang daerah pergelangan kaki kemudian
tekuk didaerah lutut dan pinggul, dikerjakan satu persatu.
III. Kaki: kerjakan pada kedua kaki secara bersamaan, pegang daerah
pergelangankaki, kemudian tekuk di daerah lutut,tekan kedua kaki ke
arah perut.
IV. Memberikan rangsangan raba (tactile stimuli) selama lima menit
Ulangi rangsangan taktil raba sesuai langkah di atas.
3) Bayi Berat Lahir Rendah yang Tidak Boleh Dipijat
Bayi Berat Lahir Rendah yang tidak boleh dipijat, menurut Krisnadi
(2008) antara lain dengan kondisi :
a) Sindroma Distres
Pernafasan Sindroma ini disebabkan ada tidaknya atau belum
matangnya paru sehinggagelembung paru-paru ( alveoli ) mudah
sekali menguncup atau kolaps. Rendahnya kadar surfaktan yang
memelihara fungsi ini merupakan penyebab utama. Pada keadaan
paru-paru yang kolaps akan membuat bayi memerlukan mesin
bantu nafas untuk membuka dan dapat membantu memberikan
surfaktan. Namun sering dengan 38 peningkatan teknologi dewasa
ini,keadaan tersebut dapat diminimalkan dengan pemberian udara
(tanpa oksigen) untukmembuka paru yang ternyata dapat
menurunkan kebutuhan bayi terhadap mesinbantu nafas dan
memberikan surfaktan. Henti bernafas (apnea), banyak hal yang
berperan dalam kejadian henti bernafas ini. Dengan semakin
bertambah usia bayiresiko untuk henti bernafas akan semakin kecil.
b) Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Patent Ductus Arteriosus adalah pembuluh darah yang
menghubungkan antarapembuluh darah besar dan pembuluh darah
dari paru-paru. Dalam keadaan normalpembuluh darah ini masih
didapatkan pada kehidupan janin namun akan menutupspontan
beberapa saat setelah lahir. Pada bayi prematur penutupan
pembuluh tersebutterjadi lebih lama. Bila keadaan PDA tersebut
mengganggu sirkulasi darah sehinggaaliran darah menuju paru
meningkat, maka keadaan tersebut akan menggangguproses
pernafasan bayi dan perlu dilakukan pengobatan atau operasi.
c) Perdarahan Kepala
Bayi prematur mempunyai keterbatasan pengaturan aliran
darah otak yangsangat terbatas. Sehingga keterbatasan ini akan
mencetuskan kejadian perdarahankepala lebih mudah dibandingkan
bayi matur.
d) Infeksi Berat
Infeksi bayi prematur mudah mengalami infeksi karena
beberapa hal, antara lain,kulit yang tipis, daya tahan tubuhnya yang
rendah, sering 39 mendapat infus danmakanan melalui infus dalam
jangka waktu yang lama. Bayi yang mengalami infeksidi tandai
dengan meningkatnya suhu tubuh, muntah, rewel, dll.
e) Enterokolitis Nekrotikans
(NEC) Adalah suatu keadaan di mana terdapat kerusakan sel-
sel usus sehinggamenyebabkan gangguan dalam proses pencernaan
atau penyerapan makanan. Bilamengalami keadaan ini, biasanya
bayi akan dipuaskan untuk sementara atau bilakerusakan usus
cukup berat akan dilakukan operasi untuk dilakukan
pemotonganbagian usus cukup berat akan dilakukan operasi utuk
dilakukan pemotongan bagianusus yang sudah tidak berfungsi lagi.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1. Proporsi pertumbuhan kenaikan berat badan bayi BBLR yang diberikan perlakuan pijat
bayi menunjukkan bahwa hasilnya sebagian besar dominan memiliki kenaikan
pertumbuhan berat badan bayi > 140 gram sejumlah 30 bayi. Sementara jumlah bayi
BBLR yang diberi perlakuan pijat bayi memiliki kenaikan berat badan bayi ≤ 140 gram
hanya terdapat sebanyak 6 bayi saja.
2. Proporsi pertumbuhan kenaikan berat badan bayi BBLR yang tidak diberikan
perlakuan pijat bayi menunjukkan hasil bahwa sebagian besar dominan memiliki
kenaikan pertumbuhan berat badan bayi ≤ 140 gram, yakni terdapat sejumlah 33 bayi.
Sementara jumlah bayi BBLR yang memiliki kenaikan berat badan bayi > 140 gram
hanya terdapat sebanyak 3 bayi saja.
3. Terdapat hubungan antara pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi yang
berkategori Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Berdasarkan hasil yang dapat diketahui
juga bahwa OR = 5,500. Jadi bayi yang dipijat berpotensi mengalami kenaikan 5,5 kali
lebih besar di bandingkan dengan yang tidak di pijat.

B. Saran
Saran bagi profesi bidan dan perawat Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang
cukup bagi tenaga bidan dan tenaga perawat di ruang perinatal akan besarnya manfaat terapi
pijat bayi dalam menaikkan berat badan bayi BBLR sehingga mampu menyeimbangkan
tumbuh kembang bayi di kemudian hari. Bidan dan tenaga perawat diharapkan mengerti dan
mampu bagaimana melakukan tugas penatalaksanaan pijat bayi yang baik dan benar sehingga
dapat meminimalisir faktor resiko yang kemungkinan dapat muncul.
DAFTAR PUSTAKA

[1] D. Prasetyaningati and I. Rosyidah, “Modul Pembelajaran Komplementer,”


Www.Google.Com, pp. 1–17, 2019, [Online]. Available:
http://www.teknologipendidikan.net/wp-content/uploads/2012/10/Merancang-Modul-
yang-Efektif.pdf.

[2] U. P. T. Loka et al., “BAB I,” 2019.

[3] D. Evasari et al., “Peningkatan Berat Badan Bayi Berat Badan Lahir Rendah Melalui
Pijat Bayi Dan Terapi Murrotal,” 2020.

[4] M. Safitri, N. Siti Latifah, Lady Octaviani Iqmy, and P. Studi DIV Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Malahayati, “PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP
PENINGKATAN BERAT BADAN NEONATUS,” pp. 94–100, 2020.

[5] T. Syahmanis and H. Prasetyorini, “Upaya Peningkatan Nutrisi Dengan Pijat Bayi
Pada Pasien Bblr (Berat Badan Lahir Rendah) Di Rsud K.R.M.T Wongsonegoro
Semarang,” J. Manaj. Asuhan Keperawatan, vol. 4, no. 2, pp. 112–118, 2020, doi:
10.33655/mak.v4i2.95.

[6] L. Adian, “Pengetahuan, pijat bayi,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689–
1699, 2018.

[7] D. Muliawati, “Perbedaan Efektifitas Terapi Murottal dan aroma terapy,” no. 2008, pp.
11–35, 2015.

Anda mungkin juga menyukai