Anda di halaman 1dari 11

2.1.

Pengertian Pengawasan
Menurut samsudin mengatakan bahwa pengawasan sumber daya manusia adalah
kegiatan manajemen dalam mengadakan pengamatan terhadap:[1]
1.      Sumber daya manusia yang ada didalam organisasi;
2.      Sumber daya manusia yang benar-benar dibutuhkan;
3.      Pasaran sumber daya manusia yang ada dan memungkinkan;
4.      Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki dan yang ada  dipasaran tenaga kerja;
5.      Kemampuan individual dari setiap sumber daya manusia dalam organisasi;
6.      Upaya meningkatkan sumber daya manusia dalam organisasi;
7.      Semangat kerja sumber daya manusia, dsb.
Pengawasan sebagi salahsatu fungsi manajemen merupakan suatu proses yang tidak
terputus untuk menjaga agar pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang tidak menyimpang
dari aturan yang telah ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Pengawasan pada hakikatnya harus menegakkan pilar-pilar efesiensi, efektivitas, dan
akuntabilitas serta sesuai aturan dan tepat sasaran. Pimpinan dalam melakukan pengawasan
terhadap kinerja anggota adalah untuk mengetahui pelaksanaan tugas ataupun pekerjaan yang
dibebankan pada anggotanya.
Samsudin menjelaskan bahwa “dengan memerhatikan beberapa aspek pengawasan
sumber Daya manusia, maka perlu adanya ketentuan-ketentuan stanndar minimaldalam
berbagai aspek sebagai pedoman tolak ukur . tolak ukur semacam ini penting untuk
memungkinkan sasaran-sasaran yang diinginkan pada setiap aspek da[at dicapai dengan baik
dan terkendali.”
Pengawasan merupakan fungsi fundamental yang keempat dari fungsi manajemen.
Pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-
penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan.
Pengawasan harus mengusahakan terjadinya hal-hal tertentu maksudnya mencapai tujuan
melalui aktivitas-aktivitas yang telah direncanakan.
Menurut samsudin ketentuan standar minimal tolak ukur kinerja, antara lain:[2]
1.      Jumlah personel yang harus ada dalam organisasi atau perusahaan yang bersangkutan untuk
mencapai sasaran yang ingin dicapai,
2.      Kualitas kemampuan tenaga kerja yang bagaimana yang harus mengisi  bagian dalam
organisasidengan segala jenis latar belakang pendidikannya,
3.      Sasaran-sasaran apa saja pada tiap bagian yang ingin dicapai dan keterkaitan antara bagian-
bagian tersebut sehingga dalam mencapai sasaran organisasi  dapat dilakukan secara
sistematis,
4.      Pola karier dari para pegawai dalam organisasi yang berpengaruh terhadap peningkatan
prestasi kerja, dsb.
Pengawasan disini lebih menekankan kepada penentuan apa yang sedang
dilaksanakan dengan cara menilai hasil atau prestasi kerja yang dicapai maupun bilamana
diketemukan penyimpangan atas standar kinerja yang telah di tetapkan pengawasan adalah
suatu kegiatan positif, karena berfungsi mengarahkan seluruh pelaksanaan pekerjaan guna
mencapai sasaran organisasi secara sistematis. Pengawasan dalam arti manajemen yang
diformalkan tidak akan ada tanpa adanya perencanaan, perorganisasian, dan menggerakan
yang terjadi pada kegiatan sebelumnya.
Kegagalan suatu pengawasan merupakan kegagalan perencanaan dan keberhasilan
perencanaan tersebut adalah merupakan keberhasilan dari tindakan pengawasan tersebut.
Pengawasan yang efektif akan membantu usaha-usaha untuk mengatur pekerjaan yang
direncanakan untuk memastikan bahwa pelasanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai
rencana.

2.2. Fungsi Pengawasan


Dalam kaitan dengan bahasan tentang fungsi pengawasan tersebut, berikut
dikemukakan pendapat dari beberapa ahli di bidang manajemen sumber daya manusia.
a.      Fungsi pengawasan menurut Winardi[3]
         Menetapkan tujuan-tujuan dan merencanakan bagaimana mencapainya;
         Menentukan berapa banyak orang (karyawan) diperlukan serta keterampilan-keterampilan
yang perlu dimiliki mereka (organization);
         Menyeleksi individu-individu untuk mengisi posisi-posisi (staffing) dan kemudian mereka
diberi tugas kerja dan ia membantu mereka yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya
dengan baik (direction);
         Dengan aneka macam laporan, ia meneliti bagaimana baiknya rencana-rencana dilaksanakan
dan ia mempelajari kembali rencana-rencana sehubungan dengan hasil-hasil yang dicapai dan
apabila perlu, rencana-rencana tersebut dimodifikasi.
Berdasakan uraian tersebut, berikut ini dikemukakan bahwa terhadap fungsi pengawasan
tersebut yaitu menetapkan tujuan-tujuan dan merencanakan bagaimana mencapainya, hal ini
berarti fungsi pengawsan ini tidak bisa terlepas dari fungsi manajemen lainnya khususnya
perencanaan (planning). Apabila fungsi planning tersebut berjalan dengan baik, diharapkan
didalam implementasinya juga dapat berjalan dengan sempurna.  Namun demikian, untuk
mengontrol sejauh mana kesesuaian antara rencana kerja dengan proses kerja serta hasil
diperlukannya adanya pengawsan atau controlling. Dalam planning disini tersebut, organisasi
menetapkan apa yang ingin dikerjakan. Hal ini tentu saja terkait dengan ditetapkannya tujuan
organisasi, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, serta bagaimana cara untuk
mencapainya

b.      Fungsi Pengawasan Menurut Nawawi[4]


Fungsi pengawasan Nawawi mengemukakan sebagai berikut. “Pengawas mempunyai
peranan yang penting dalam manajemen kepegawaian. Ia mempunyai hubungan yang
terdekat dengan pegawai-pegawai perseorangan secara langsung dan baik buruknya pegawai
bekerja sebagian besar akan tergantung kepada efektifnya ia bergaul dengan mereka”.
Atas dari uraian tersebut bahwa pengawasan dilaksanakan pada semua tingkatan
manajemen dari tingkat atas atau pucuk pimpinan tertinggi biasanya melakukan pengawasn
terhadap seluruh bagian atau unit organisasi tersebut. pelaksanaan pengawasan oleh pimpinan
tidak hanya dengan membandingkan hasil capaian/kinerja, tetapi terdapat cara lain misalnya
pengawasan di awal kegiatan dan bersifat preventif seperti pengaruh atas kebijakan yang
telah ditetapkan atau prosedur kerja yang dibakukan.

c.       Fungsi Pengawasan menurut Siagian


Siagian, mengemukakan sebagai berikut. “Fungsi pengawasan adalah menyoroti apa yang
sedang terjadi pada waktu pelaksanaan kegiatan operasional yang sedang berlangsung. Jika
penyimpangan ditemukan, tindakan korektif dapat saja diambil sehingga dengan demikian
organisasi kembali ke rel yang sebenarnya. Dengan kata lain, sorotan perhatian manajemen
dalam menyelenggarakan fungsi pengawasn adalah membandingkan isi rencana dengan
kinerja nyata (actual performance).”
Berdasarkan uraian diatas berikut dikemukan bahwa pengawasan dilakukan untuk
menjamin agar apa yang dilaksanakan atau kinerja pegawai, unit, atau organisasi sesuai
dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan perncanaan oragnisasi maupun
tindakan pengawasan adalah senantiasa berkaitan satu dengan yang lainnya. sedangkan
kinerja nyata (actual performance) disini adalah menitikberatkan pada hasil yang dicapai
dalam kurun waktu yang ditentukan (result oriented) atau manajemen berdasarkan hasil
(result management).
Pengawasan pada hakikatnya merupakan tindakan membandingkan das sollen dengan das
sein.disebabkan oleh karena keduanya kerapkali terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka
pengawasan atau controlling bertugas untuk mensinyalirnya. Sebagai funsi manajemen,
pengawas pada hakikatnya harus menegakkan pilar-pilar efisiensi, efektifitas, dan
akuntabilitas serta sesuai dengan aturan dan tepat sasaran.

2.3. Tujuan Pengawasan


Saydam mengemukakan tujuan pengawasan  yaitu: ”Terciptanya kondisi yang
mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan tugas, kebijaksanaan pertauran perundang-
undangan yang dilakukan oleh atasan langsung.”[5]
Adapun dari tujuan pengawasan adalah :
1.      Mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang telah direncanakan;
2.      Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan-kelemahan,
kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalan dan mengadakan pencegahan agar tidak
terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru;
3.      Mengetahui apakah penggunaan fasilitas pendukung kegiatan telah sesuai dengan rencana
atau terarah pada pasaran;
4.      Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan
semula;
5.      Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah diadakan perbaikan-
perbaikan lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang besar.

Disamping itu, Griffin menjelaskan bahwa terdapat empat tujuan dari pengawasan:
1.      Adaptasi Lingkungan
Maksudnya adalah agar perusahaan dapat terus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di
lingkungan perusahaan, baik lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan
lingkungan eksternal.Dengan demikian fungsi pengawasan tidak saja dilakukan untuk
memastikan agar kegiatan perusahaan berjalan sebagaimana rencana yang telah ditetapkan,
akan tetapi juga agar kegiatan yang dijalankan sesuai dengan perubahan lingkungan, karena
sangat memungkinkan perusahaan juga merubah rencana perusahaan disebabkan terjadinya
berbagai perubahan di lingkungan yang dihadapi perusahaan.
2.      Meminimumkan Kegagalan
Maksudnya adalah ketika perusahaan melakukan kegiatan produksi, misalnya perusahaan
berharap agar kegagalan seminimal mungkin. Oleh karena itu perusahaan perlu menjalankan
fungsi pengawasan agar kegagalan-kegagalan tersebut dapat diminimumkan.
3.      Meminimumkan Biaya
Maksudnya adalah ketika perusahaan mengalami kegagalan maka akan ada pemborosan yang
tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan. Maka untuk meminimumkan biaya sangat
diperlukan adanya pengawasan.
4.      Antisipasi Kompleksitas Organisasi
Maksudnya adalah agar perusahaan dapat mengantisipasi berbagai kegiatan organisasi yang
kompleks. Kompleksitas tersebut mulai dari pengelolaan terhadap produk, tenaga kerja
hingga berbagai prosedur yang terkait dengan manajemen organisasi.
Pada dasarnya pengawasan bertujuan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang
terjadi nantinya dapat digunakan sebai pedoman untuk mengambil kebijakan guna mencapai
sasaran yang optimal.

2.4. Proses Pengawasan


Pengawasan terdiri dari suatu proses berikut ini:
a.      Menetapkan standar pelaksanaan
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai
patokan untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota, dan target pelaksanaan dapat
digunakan sebagai standar. Tujuan dilakukan penetapan standar pelaksanaan yaitu agar dalam
melakukan pengawasan manajer mempunyai standard yang jelas.

b.      Mengukur hasil pekerjaan


Pengukuran di sini adalah tindakan memastikan jumlah atau kapasitas suatu entisitas yang
digariskan dengan baik. tanpa pengukuran, seseorang pimpinan dipaksa utnuk menerka atau
menggunakan metode kira-kira(rule-of-thumb methods) yang mungkin tidak dapat dipercaya.
Pada umumnya entisitas yang sedang diukur dapat diklasifikasikan ke dalam dua buah
kelompok,yakni pertama, yang berhubungan dengan pelaksanaan sebuah program atau
pelaksanaannya secara keseluruhan; dan kedua,mempersoalkan output per unit kerja langsung
yang dipergunakan.
Apabila dihadapkan problem pengukuran untuk tujuan pengawasan, yaitu dalam bentuk
hasil-hasil yang kentara dan yang tidak kentara (tangible-and-intangible achievements).
Jumlah kesatuan yang diproduksi, jumlah sample yang dibagikan adalah contoh hasil-hasil
intengible adalah pengembangan para pimpinan; afektifitas komunikasi;dan pembentukan
moral pegawai.
Lebih lanjut, Martoyo menjelaskan sebagai berikut “ semua pengawasan sumber daya
manusia ini harus diamati dengan penuh perhatian untuk memungkinkan tercapainya efisiensi
dan efektifitas pengolaan organisasi. Dalam hal ini tetap di perhatikan aspek menusiawinya
pada batas kewajaran atau pada batas proporsionalitas yan tepat, khusunya dalam rangka
hubungan perburuan pancasila”.
Berdasarkan paparan diatas, dapat dikemukakan bahwa pengawasan sumber daya
manusia ini harus diamati dengan penuh perhatian,hal ini dimaksudkan bahwa pengawasan
tidak semata-mata ditujukan untuk menemukan siapa yang salah dalam hal terjadinya
penyimpangan dalam realisasi rencana. Namun, suatu pengawasan adalah untuk mencari
fakta tantang apa yang tidak beres dalam sistem, sehingga terjadi penyimpangan tersebut.
Dengan demikian, pengawasan yang efektifas, perbaikan sistem, serta penyelenggaraan
kegiatan oprasional dimungkinkan akan terjadi.

c.       Membandingkan hasil pekerjaan dengan standar


Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Penyimpangan-
penyimpangan harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai.
Suatu pengawasan harus pula diarahkan pada pencarian dan penemuan siapa yang salah
karena penyimpangan hanya mungkin terjadi karena faktor manusianya. Jadi pengawasan ini
adalah suatu tindakan membandingkan hasil pekerjaan dengan standart yang telah ditetapkan
oleh organisasi.
Dalam hal membandingkan hasil pekerjaan dengan dasar pengawasan, maka soal
kekecualian yang perlu mendapatkan perhatian pemimpin. pimpinan yang bersangkutan tidak
perlu menghiraukan situasi-situasi hasil pekerjaan sama dengan atau sangat berdekatan
dengan hasil-hasil yang diharapkan.
d.      Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan.
Pengawasan atau pimpinan harus mampu memahami dengan pikiran yang jernih terhadap
seluruh pegawai yang diawasi. Apabila terjadi masalah atau semacam diskrepensi antara hasil
pekerjaan yang ditetapkan dalam rencana dengan kinerja yang ditampilkan oleh para
pelaksana tugas. Dalam hal mengkoreksi penyimpangan-penyimpangan, ini dapat dianggap
sebagai tindakan memaksa agar dilakukan usaha-usaha untuk mencapai hasil yang sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Apabila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil.
Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk, seperti:
         Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau terlalu rendah)
         Mengubah pengukuran pelaksanaan (inspeksi terlalu sering frekwensinya, atau kurang, atau
bahkan mengganti sistem pengukuran itu sendiri.)
         Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-penyimpangan.

2.5. Jenis-jenis Pengawasan


a.      Menurut Nawawi,  jenis-jenis pengawasan sebagai berikut:
1.      Pengawasan internal
Pengawasan internal, yakni kegiatan pengawasan yang dilakukan orlh pimpinan/manajer
puncak dan/ manajer unit/ satuan kerja di lingkungan organisasi dan/ unit/ satuan kerja
masing-masing;
2.      Pengawasan eksternal
Pengawasan eksternal, yakni kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh organisasi kerja dari
luar organisasi kerja yang diawasi dalam menjalankan tugas pokoknya.

b.      Pengawasan berdasarkan metode atau cara melaksanakannya, menurut Nawawi


1.      Pengawasan tidak langsung
Pengawasan tidak langsung, yakni kegiatan pengawasan yang dilakukan mengevaluasi
laporan, baik tertulis maupun lisan. Pengawassan ini disebut pengawasan jarak jauh. Dengan
adanya laporan secara tertulis yang merupakan fakta autentik, maka akan menjadi bahan bagi
pengawas dalam mengetahui sejauh mana kinerja yang telah dicapai.
2.      Pengawasan langsung
Pengawasan langsung, yakni kegiatan pengawasan yang dilakukan dengan mendatangi
personel dan/ unit kerja yang diawasi. Kegiatannya dapat dilakukan dengan mengumpulkan
dan mempelajari dokumen-dokumen, melakukan observasi, wawancara, pengujian sampel,
dll.

c.       Pengawasan berdasarkan pelaksanaanya, menurut Nawawi 


1.      Pengawasan fungsional
Pengawasan fungsional (wasnal), yaitu proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi oleh
aparatur pengawasan dalam sistem pemerintahan yang berfungsi dan tugas pokoknya khusus
di bidang pengawasan. Badan tersebut adalah Badan Pemeriksa Keuangan, Inspektorat
Jenderal Pembangunan (IRJENBANG), Badan Pengawas Keuangan dan Pembagunan
(BPKP).
2.      Pengawasan masyarakat
Pengawasan masyarakat adalah setiap penaduan, kritik, saran, pertanyaan, dll yang
disampaikan anggoata masyarakat mengenai pelaksanaan pekerjaan oleh unit/ organisasi
kerja nonprofit di bidang pemerintahan dalam melaksanakan tugas pokoknya memberikan
pelayanan umum dan pembangunan untuk kepentingan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
3.      Pengawasan melekat
Pengawasan melekat (Waskat), yaitu proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi oleh
pimpinan unit/organisasi kerja terhadap fungsi semua komponen dalam melaksanakan
pekerjaan di lingkungan suatu organisasi nonprofit dan terhadap pendayagunaan semua
sumber daya, untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan yang dapat digunakan untuk
pengembangan unit/organisasi di masa yang akan datang.
Sasaran yang hendak dituju dalam pengawasan melekat adalah meningkatkan disiplin,
prestasi kerja, menekan penyalahgunaan wewenang, menekan kebocoran, pemborosan,
pungutan liar, dan pencapaian sasaran pelaksanaan pekerjaan.
Pegawasan melekat dilakukan oleh atasan langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan
bawahan. Dalam hal ini atasan langsung berkewajiban mengawasi setiap pelakasanaan
pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahannya dengan tujuan agar pelaksanaan pekerjaan
tersebut tidak terjadi penyimpangan. Oleh karena itu, tugas tersebut tidak mungkin
dilimpahkan kepada orang lain.
Pengawasan melekat dapat dilakukan melalui:
1.      pengarisan struktur organisasi yang jelas dengan pembagian tugas dan fungsi beserta
uraiannya yang jelas pula;
2.      perincian kebijaksanaan pelaksanaan dituangkan secara tertulis yang dapat menjadi pegangan
dalam pelaksanaannya oleh bawahan yang menerima pellimpahan wewenang dari atasan;
3.      rencana kerja yang menggambarkan kegiatan harus dilaksanaan, bentuk hubungan kerja
antarkegiatan dan hubungan antara berbagai kegiatan beserat sasaran yang harus dicapainya.
4.      prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas dari atasan kepada
bawahannya;
5.      pencatatan hasil kerja serta pelaporannya yang merupakan alat untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan;
6.      pembinaan personel yang terus-menerus agar para pelaksana menjadi unsur yang mampu
melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
Dalam pelaksanaan pengawasan yang melekat, atasan juga perlu melakukan
pemantauan atas berbagai aspek. Aspek yang perlu dipantau adalah:
         sasaran 
         sistem kerja
         pelaksanaan tugas itu sesndiri.
Sedangkan cara pemantauannya dibagi menjadi:
         pemantauan dilakukan secara formal pada waktu tertentu
         pemantauan dilakukan secara informal yang bersifat terus-menerus melaksanakan
komunikasi terbuka antara atasan dengan bawahan.
Setelah  melakukan pamantauan, perlu adanya evaluasi mengenai bagaimana ketetapan
pemakaian sarana, sistem kerja, pelaksanaan pekerjaan, dan hasil dari pekerjaan tersebut.
Langkah-langkah evaluasi dalam pengawasan melekat adalah sebagai berikut:
1.      pengumpulan data;
2.      melakukan analisis terhadap data yang masuk;
3.      membandingkan dengnan standar kerja yang ada;
4.      menganalisis sebab-sebab terjasinya penyimpangan;
5.      menyusun pelaksanaan tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap penyimpangan yang
terjadi.

2.6. Pentingnya Pengawasan


Suatu organisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu,
banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang
telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin penting dalam setiap
organisasi. Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang
kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya.
Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :
a.      Perubahan lingkungan organisasi
Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat dihindari,
seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb.
Melalui fungsi pengawasannya manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada
barang dan jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan
kesempatan yang diciptakan perubahan yang terjadi.

b.      Peningkatan kompleksitas organisasi


Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-
hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap
terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan
efektif.

c.       Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan


Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan
fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem
pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.

d.      Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang


Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu
sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah
melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem pengawasan.

2.7. Prinsip-prinsip Pengawasan


Pengawasan mempunyai sifat menyeluruh dan luas, maka dalam pelaksanaanya
diperlukan prinsip-prinsip pengawasan yang dapat dipatuhi dan dijalankan, adapun prinsip-
prinsip pengawasan itu adalah sebagai berikut :
1.      Objektif dan menghasilkan data, Artinya pengawasan harus bersifat objektif dan harus
dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan  berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
2.      Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan, Artinya untuk dapat mengetahui  dan menilai
ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan,  pengawasan harus bertolak pangkal
dari keputusan pimpinan yang tercermin dalam:
a)      Tujuan yang ditetapkan
b)      Rencana kerja yang telah ditentukan
c)      Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang telah digariskan
d)      Perintah yang telah diberikan
e)      Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
3.      Preventif, Artinya bahwa pengawasan tersebut adalah untuk menjamin  tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka pengawasan harus bersifat
mencegah jangan sampai terjadi kesalahan- kesalahan berkembangnya dan terulangnya
kesalahan-kesalahan.
4.      Bukan tujuan tetapi sarana, Artinya pengawasan tersebut hendaknya tidak  dijadikan
tujuan tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan  efekt ifitas pencapaian
tujuan organisasi.
5.      Efisiensi, Artinya pengawasan haruslah dilakuan secara efisien, bukan justru  menghambat
efisiensi pelaksanaan kerja.
6.      Apa yang salah, Artinya pengawasan haruslah dilakukan bukanlah semata- mata mencari
siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya  dan sifat kesalahan itu.  
7.      Membimbing dan mendidik, Artinya “pengawasan harus bersifat membimbing  dan
mendidik agar pelaksana dapat meningkatkan kemampuan untuk  melakukan tugas-tugas
yang ditetapkan

Karakteristik pelaksanaan pengawasan yang berhasil


1.      Meningkatkan disiplin dan prestasi kerja pegawai;
2.      Terjadi pengurangan tingkat penyalahgunaan wewenang dan berkuranganya kebocoran dan
pemborosan serta berbagai bentuk pungutan;
3.      Semakin berkurangnya kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai