DOSEN PENGAMPU :
Ns. Fadliyana Ekawati, S. Kep.,M. Kep.,Sp. An
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Praktek Lapangan ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada Blok Maternitas I . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Fadliyana Ekawati, S. Kep,
M.Kep, Sp. An selaku dosen pembimbing Makalah Praktik Lapangan ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota kelompok 4
yang sudah berpartisipasi dalam menyelesaikan Makalah Praktik Lapangan ini .
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama
bagi pembaca. Terimakasih.
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................3
iii
2.12 Pathway.........................................................................................................29
PENGKAJIAN KEPERAWATAN.........................................................................31
DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................................38
INTERVENSI KEPERAWATAN..........................................................................39
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN....................................................................40
EVAUASI KEPERAWATAN................................................................................41
BAB 4 PENUTUP.......................................................................................................42
4.1 Kesimpulan....................................................................................................42
4.2 Saran..............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................43
iv
FOTO KELOMPOK 4
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi
pematangan organ hampir di semua system (Cunningham, 2012).
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui definisi dari bayi baru lahir
2) Untuk memahami ciri - ciri bayi baru lahir
3) Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir
4) Untuk memahami perubahan fisiologi pada bayi baru lahir normal
5) Untuk memahami maksud dari APGAR Score
6) Untuk mengetahui dan memahami adaftasi fisiologi pada bayi baru lahir
7) Untuk memahami apa yang dimkasud dengan IMD (Inisiasi Menyusui
Dini)
8) Untuk mengetahui definisi dari rawat gabung
9) Untuk memahami dan mengetahui tahapan Bounding Attachment
10) Untuk mengindetifikasi masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir
yang mempunyai kelainan atau bermasalah
11) Untuk mengetahui rencana dan konsepan pathway pada bayi baru lahir
2
12) Untuk mengetahui dan mengkaji perkembangan apa saja melalui asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan serta bahan dalam penerapan
asuhan keperawatan terhadap neonatus
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Penulis
Dapat memberikan informasi dan pengalaman dalam memberikan asuhan
keperawatan pada neonatus.
1.4.2.2 Bagi Pasien
Diharapkan pasien mendapatkan pelayanan yang berkualitas, sesuai dengan
standart asuhan keperawatan, serta sesuai dengan wewenang.
1.4.2.3 Bagi Institusi
Sebagai referensi bagi mahasiswa di dalam pembelajaran dan dapat dipraktekkan
langsung dalam memberikan asuhan keperawatan neonatus dan untuk menambah
literatur di perpustakaan.
3
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
4
adaptasi dan toleransi dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim
yang memerlukan perawatan khusus dan kunjungan bayi baru lahir sesuai standart
selama masa neonatal.
5
tekanan atrium kanan juga menurun. Proses tersebut membantu darah mengalami
proses oksigenasi ulang, serta saat terjadi pernapasan pertama dapat menurunkan
resistensi dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Kemudian oksigen pada
pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem
pembuluh darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru.
Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan volume darah
dan tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatkan tekanan pada atrium kanan
akan terjadi penurunan atrium kiri , foramen ovale akan menutup, atau dengan
pernapasan kadar oksigen dalam darah akan meningkat yang dapat menyebabkan
duktus arterious mengalami kontriksi dan menutup.
Perubahan lain adalah menutupnya vena umbilicus, duktus venosus, dan
arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit
setelah tali pusat di klem dan penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu
sekitar 2-3 bulan (Rukiyah, 2012).
6
radiasi. Suhu lingkungan yang tidak baik akanmenyebabkan bayi
menderita hipotermi dan trauma dingin (cold injury).
d. Perubahan Sistem Neurologis
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang
sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah
terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
e. Perubahan Gastrointestinal
Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan menurun menjadi
50mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang
diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil
metabolisme asam lemak sehingga kadar gula akan mencapai
120mg/100mL.
f. Perubahan Ginjal
Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6
kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali
dalam 24 jam.
g. Perubahan Hati
Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial untuk
pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi
yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan
bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.
h. Perubahan Imun
Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu
masuk. Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan
meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir
7
effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap
rangsang (respon to stimuli) yaitu dengan memasukkam kateter ke lubang hidung
setelah jalan nafas dibersihkan (Prawirohardjo, 2002).
Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasil penilaian tersebut dapat
diketahui apakah bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia ringan
(nilai apgar 4-6), asfiksia berat (nilai apgar 0-3) (Prawirohardjo, 2002).
Respon Reflek Tidak ada respon Meringis atau Meringis atau Grimace
terhadap stimulasi menangis lemah bersin atau batuk
ketika distimulasi saat stimulasi
saluran napas
Tonus otot Lemah atau tidak Sedikit gerakan Bergerak aktif Activity
ada
Pernafasam Tidak ada Lemah atau tidak Menangis kuat, Respiration
teratur pernapasan baik
dan teratur
8
2.6 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
Setelah pemotongan tali pusat, bayi akan mengalami adaptasi fisiologis. Adaptasi
tersebut meliputi: (Lowdermilk dan Bobak, 2005).
a. Sistem pernafasan
Saat bayi dilahirkan maka beberapa cairan paru seperti diperas keluar dari
paru. Bernafasnya bayi untuk pertama kali akibat dari reflek yang dipicu
perbedaan tekanan antara intrauterin dan ekstrauterin. Selain itu
kemoreseptor di aorta memulai reflek neurologis sehingga bayi bernafas.
Pada bayi baru lahir fungsi pernafasan merupakan pengaruh kontraksi
diafragma sehingga pernafasan abdominal adalah karakteristik bayi baru
lahir, pernafasan dangkal dan kadang tidak teratur juga bisa terjadi. Nafas
bayi baru lahir berkisar 30-60 x/menit.
b. Sistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan yang mencolok saat bayi
lahir. Saat bayi bernafas pertama kali paru-paru akan mengembang
sehingga mengurangi resistensi arteri pulmonaris. Tekanan arteri
pulmonaris menurun maka tekanan atrium kanan ikut menurun. Hal
tersebut menjadikan tekanan pada atrium kiri dan ventrikel kiri meningkat
yang akhirnya menjadikan foramen ovale, duktus arteriosus dan venosus
menutup. Arteri umbilical, vena umbilical arteri hepatica menutup menjadi
ligamen saat tali pusat dipotong dan di klem atau dijepit. Frekuensi denyut
jantung bayi baru lahir sekitar 140 x/menit, bervariasi antara 120-160
x/menit. Frekuensi ini menurun saat bayi tertidur.
c. Sistem hematopoetik
Saat bayi lahir darah bayi mengandung rata rata 70% hemoglobin janin,
tetapi hemoglobin janin berumur pendek sehingga semakin bertambah
umur bayi semakin berkurang kandungan kadar hemoglobin janin, kadang
anemia fisiologis dapat terjadi saat bayi berusia sekitar 4-5 bulan.
Leukositosis adalah normal saat bayi lahir (berkisar 9.000- 30.000
sel/mm³) akan tetapi leukosit pada bayi baru lahir juga akan turun cepat,
sehingga infeksi neonatorum dapat terjadi. Trombosit berkisar antara
9
200.000-300.000 sel/mm³. sama seperti orang dewasa. Kadar faktor II
(protrombin), VII (prokonvertin), IX (protromboplastin beta), X
(protrombinase) yang ditemukan dihati menurun selama beberapa hari
pertama, karena bayi belum mampu mensintesis vitamin K, sehingga
tambahan vit K diperlukan untuk mencegah perdarahan.
d. Sistem renal
Pada kehamilan matur, ginjal akan menempati sebagian besar abdomen
bayi baru lahir. Saat lahir urin biasanya terdapat pada kandung kemih bayi.
Frekuensi berkemih berkisar 2- 6 kali pada hari pertama dan berkisar 5-25
kali pada hari sesudahnya. Bayi matur berkemih 15-60 ml urine/kgBB/
hari.
e. Sistem integumen
Pada sistem integumen epidermis dan dermis berikatan longgar dan sangat
tipis. Verniks kaseosa menempel pada epidermis yang berfungsi sebagai
pelindung. Bayi matur memiliki warna kulit erimatosa (kemerahan)
beberapa jam setelah lahir. Tangan dan kulit terlihat sedikit sianosis
(akrosianosis) yang disebabkan oleh instabilitas vasomotor dan vaskuler.
Akrosianosis normal terjadi sementara selama 7-10 hari, terutama jika
terpajan udara dingin.
f. Sistem hepatik
Pada bayi baru lahir, produksi haemoglobin dihasilkan oleh hati janin
sampai usia bayi sekitar 5 bulan. Asupan besi ibu selama hamil sangat
mempengaruhi simpanan zat besi di dalam hati janin. Pada bayi baru lahir
hati juga berfungsi pada proses konjugasi bilirubin, bilirubin ini diubah
menjadi urobilinogen kemudian diekresikan dalam bentuk urin dan
sterkobilin yang diekskresikan dalam bentuk feses. Bayi baru lahir hati
juga mempunyai kapasitas fungsional untuk merubah bilirubin, sehingga
kadang terjadi hiperbilirubinemia fisiologis. Hati juga merupakan tempat
ikatan albumin (albumin binding) yang sifatnya adekuat, kecuali jika bayi
mengalami asfiksia atau stress dingin (cold stress) ikatan ini akan
menurun.
10
g. Sistem gastrointestinal
Pada bayi baru lahir hanya mampu mencerna, memetabolisme protein dan
karbohidrat sederhana, serta mengemulsi lemak seperti yang terdapat pada
ASI (air susu ibu). Bayi baru lahir tidak mampu memindahkan makanan
dari bibir ke faring sehingga puting susu harus diletakkan cukup dalam di
mulut bayi. Saat lahir, perilaku menghisap pada bayi dipengaruhi oleh
maturitas dari neuromuskuler, pengobatan yang diterima bayi saat ibu
persalinan dan jenis makanan awal.
h. Sistem imunitas
Pada bayi baru lahir dilindungi oleh kekebalan pasif yang di dapat dari ibu
selama tiga bulan pertama kehidupan. Sistem pertahanan alami seperti
keasaman lambung (pepsin dan tripsin) belum berkembang baik sampai
usia bayi sekitar 3-4 minggu. Ig A pada bayi tidak terlihat pada traktus
gastrointestinal kecuali jika bayi mendapatkan ASI. Bayi yang menyusu
mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.
i. Sistem neuromuskuler
Sistem neuromuskuler pada bayi baru lahir sangat dipengaruhi oleh
kondisi otak. Otak memerlukan glukosa dan oksigen untuk proses
metabolisme yang adekuat. Aktivitas motorik spontan dapat muncul dalam
bentuk tremor sementara di mulut dan di dagu terutama saat bayi
menangis.
j. Sistem termogenik
Sistem termogenik merupakan sistem pengaturan suhu tubuh bayi baru
lahir. Bayi baru lahir berusaha menstabilkan temperatur tubuhnya dengan
cara mempertahankan keseimbangan antara kehilangan panas dan produksi
panas.
11
menyusu secara baik dan benar maka kematian bayi serta gangguan
perkembangan bayi dapat dihindari.
Pentingnya kontak kulit dan menyusu sendiri dalam satu jam pertama
kehidupan bayi adalah, bahwa IMD dapat mencegah 22% kematian bayi dalam 1
jam pertama pada usia dibawah 28 hari. Namun jika bayi menyusu pertama diatas
dua jam dan dibawah 24 jam, maka dapat mencegah 16% kematian bayi dibawah
28 hari.
Hal ini sesuai dengan tujuan SDGs yang ketiga yaitu kesehatan yang baik
dengan mengurangi angka kematian bayi. Selain itu IMD direkomendasikan oleh
WHO, UNICEF dan WABA bahwa setiap bayi sebaiknya dilakukan IMD.
Pelaksanaan IMD juga tercantum dalam 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui (LMKM) dan Asuhan Persalinan Normal (APN).
Adanya hubungan antara kontak ibu dan bayi saat IMD dapat memperlama
waktu menyusui. Hal ini diungkapkan oleh Sose dkk dalam CIBA Foundation,
yang menyatakan bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan
meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua
kali lebih lama disusui. Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini dapat
menyusui 59% sampai usia enam bulan dan 38% sampai usia setahun. Bayi yang
tidak diberi kesempatan menyusu dini tinggal 29 % dan 8 % yang masih disusui
diusia yang sama.
Tata laksana IMD dibagi menjadi dua yaitu tata laksana umum dan tata
laksana khusus seperti pada operasi sesar. Pertama, tata laksana IMD secara
umum terdiri dari beberapa tahap:
1) Dianjurkan kepada suami atau keluarga untuk mendampingi ibu saat
persalinan
2) Dalam menolong persalinan, disarankan untuk tidak atau mengurangi
penggunaan obat kimiawi dan mengganti dengan cara non kimiawi,
misalnya pijat, aroma terapi dan gerakan
3) Beri kebebasan pada ibu untuk memilih cara melahirkan yang diinginkan,
misalnya melahirkan normal, di dalam air atau dengan jongkok
12
4) Keringkan secepatnya seluruh badan dan kepala bayi kecuali kedua
tangannya karena adanya lemak (vernik caseosa) yang dapat memberi rasa
nyaman bayi tersebut
5) Segera tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu. Jika perlu selimuti ibu
dan bayi tersebut
6) Biarkan bayi mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting ibu
7) Ayah dapat memberi dukungan untuk membantu ibu mengenali tanda dan
perilaku bayi sebelum menyusu. Dukungan ayah dapat meningkatkan rasa
percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi sentuhan kulit dengan kulit
ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu
pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara
ibunya dalam satu jam, biarkan kulit ibu tetap bersentuhan dengan kulit
bayinya sampai berhasil menyusu pertama
8) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah satu jam atau
menyusui awal selesai. Setelah itu, lakukan prosedur pemberian vitamin K
dan tetes mata yang tertunda
9) Pelaksanaan rawat gabung, selama 24 jam sebaiknya bayi dan ibu tidak
dipisahkan agar bayi selalu dalam jangkauan ibu.
Kedua, tata laksana secara khusus. Pada operasi sesar, pelaksanaan IMD
secara umum biasanya tidak dapat dilakukan. Hal ini disebabkan karena pada
operasi sesar biasanya ibu diberi anestesi umum sehingga ibu berada dalam
keadaan tidak sadar dan tidak memungkinkan dilakukan IMD. Oleh karena itu,
sebaiknya diberikan anestesi spinal atau epidural. Untuk perihal tersebut, maka
tata laksana IMD secara khusus adalah sebagai berikut.
1) Jika IMD belum terjadi di kamar bersalin atau kamar operasi maka bayi
harus dipindahkan sebelum satu jam
2) Bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar rawat dan
kemudian IMD dapat dilanjutkan Kembali
13
2.8 Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan di dalam satu ruangan, kamar
atau tempat bersama-sama selama dua puluh empat jam penuh dalam seharinya,
sehingga memungkinkan dalam sewaktu-waktu atau setiap saat ibu dapat
menyusui anaknya. Pada rawat gabung atau rooming-in bayi diletakkan
di box bayi yang berada di dekat ranjang ibu sehingga mudah terjangkau. Ada satu
istilah lain yaitu bedding-in, maksudnya adalah bayi dan ibu berada bersama-sama
di ranjang ibu.
a. Manfaat rawat gabung
1. Mempercepat mantapnya dan terus terlaksananya proses menyusui.
Dengan rawat gabung ibu dapat memberi ASI sedini mungkin, juga lebih
mudah memberikan ASI. Adanya kontak terus menerus antara ibu dan
bayinya memungkinkan ibu segera mengenali tanda-tanda bayinya ingin
minum sehingga ibu/bayi dapat menyusui/menyusu on demand. Ibu yang
melakukan rawat gabung menghasilkan ASI yang lebih banyak, lebih dini,
menyusui lebih lama, dan lebih besar kemungkinannya menyusui eksklusif
dibandingkan ibu yang tidak melakukan rawat gabung.
2. Memungkinkan proses Bounding. Rawat gabung akan meningkatkan
ikatan batin antara ibu dan bayinya. Makin banyak waktu ibu bersama
bayinya, makin cepat mereka saling mengenal. Ibu siap memberikan
respon setiap saat. Rawat gabung juga menurunkan hormon stres pada ibu
dan bayi.
3. Menurunkan biaya. Pihak rumah sakit dapat menekan biaya karena tidak
perlu membangun dan memelihara ruang bayi sehat, tidak perlu
mengeluarkan gaji untuk petugas ruang bayi sehat, juga biaya yang harus
dikeluarkan bila bayi menjadi sakit dapat dikurangi.
4. Peralatan minimal. Bila dilakukan bedding-in maka akan mengurangi
pembelian boks bayi. Tidak memerlukan botol susu.
14
5. Tidak ada tambahan tenaga. Tidak perlu menambah tenaga untuk ruang
bayi sehat, karena untuk rawat gabung dapat memanfaatkan tenaga yang
sudah ada di ruang nifas.
6. Menurunkan infeksi. Adanya kontak kulit dengan kulit antara bayi dan
ibunya memungkinkan bayi terpapar pada bakteri-bakteri normal pada
kulit ibu, yang dapat melindungi bayi terhadap kumankuman berbahaya.
Kolostrum yang mengandung banyak antibodi, yang segera didapat bayi,
juga melindungi bayi terhadap penyakit infeksi.
7. Keuntungan untuk bayi. Bayi yang dirawat gabung akan lebih jarang
menangis, lebih mudah ditenangkan, lebih banyak tidur. Mereka minum
lebih banyak dan berat badannya lebih cepat naik. Ikterus lebih jarang
terjadi. Bayi juga lebih hangat karena berada dalam kontak terus menerus
dengan kulit ibunya.
8. Melatih keterampilan ibu merawat bayinya sendiri. Tindakan perawatan
bayi yang dilakukan di dekat ibunya akan membantu ibu untuk melatih
ketrampilan merawat bayinya sendiri, sehingga pada saat pulang ibu sudah
tidak canggung lagi merawat bayinya. Hal ini dapat meningkatkan rasa
percaya diri ibu.
b. Persiapan
1. Mempersiapkan alat dan sarana
a. Kebutuhan bayi. Bayi dapat tidur di ranjang ibunya atau di dalam
boksnya sendiri. Boks bayi sebaiknya diletakkan di tempat yang
mudah dijangkau ibunya, jadi dianjurkan diletakkan di samping
tempat tidur ibu, bukan di dekat kaki ibu. Siapkan juga alat-alat
perawatan bayi dan pakaian bayi di dekat ibu, agar ibu juga dapat
merawat bayinya dengan mudah.
b. Kebutuhan ibu. Sediakan tempat tidur yang rendah untuk ibu
supaya ibu tidak kesulitan naik turun tempat tidur bila ingin
menyusui atau merawat bayinya. Bila tempat tidur yang tersedia
tinggi, sediakan anak tangga untuk membantu ibu naik turun
tempat tidur.
15
Sediakan juga meja pasien agar ibu dapat menaruh keperluannya
dan keperluan bayinya di tempat yang terjangkau.
c. Sarana lain. Siapkan lemari pakaian untuk keperluan pakaian ibu
dan pakaian bayinya. Untuk di ruangan perlu disiapkan tempat
mandi bayi yang portabel serta perlengkapannya agar kegiatan
memandikan bayi dapat dilakukan di dekat ibu. Sediakan juga
tempat cuci tangan ibu, kamar mandi dan wc tersendiri. Bel untuk
memanggil petugas harus disediakan di tempat yang mudah
dijangkau ibu. Bahan bacaan, leaflet mengenai petunjuk perawatan
ibu menyusui dan perawatan nifas dapat disediakan untuk dibaca
oleh ibu.
2. Membuat kriteria atau syarat rawat gabung
Tidak semua bayi baru lahir dapat menjalani rawat gabung. Perlu dibuat
suatu kriteriaa atau syarat untuk menentukan bayi mana saja yang dapat
menjalani rawat gabung. Kriteria yang dapat dipakai adalah sebagai
berikut:
1) Bayi normal, tidak mempunyai cacat bawaan berat
2) Nilai APGAR menit ke 5 lebih dari 7
3) Keadaan stabil
4) Berat badan lahir >2500-4000 gram
5) Umur kehamilan 37-42 minggu
6) Tak ada faktor risiko
7) Ibu sehat
Pada umumnya, rumah sakit yang belum mengadakan rawat gabung akan
merasa khawatir bila akan memulai program rawat gabung di sarananya. Berbagai
penolakan biasanya akan muncul baik dari para petugas rumah sakit, baik medis
maupun non medis, maupun dari para ibu dan anggota keluarganya. Semua
masalah yang timbul sebaiknya segera diidentifikasi dan dicari pemecahannya
agar tidak berlarut-larut yang pada akhirnya akan makin membuat para petugas
enggan melanjutkan program ini. Umumnya masalah dapat diatasi bila ada
komitmen yang kuat di pihak pengelola rumah sakit dan para petugas pelaksana di
16
ruangan. Perlu diadakan pelatihan tenaga kesehatan, pendampingan dan evaluasi
berkala terhadap program yang berjalan.
17
keluarga, infeksi virus pada ibu hamil trimester I. Celah bibir dan
celah langit- langit adalah suatu kelainan bawaan yang terjadi pada
bibir bagian atas serta langitlangit lunak dan langit- langit keras
mulut. Celah bibir (labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan
pada penyambung bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat
dibawah hidung. Celah langit- langit (palatoskizis) adalah suatu
saluran abnormal yang melewati langitlangit mulut menuju
kesaluran udara di hidung.
2. Sindroma Pierre Robin
Sindroma Pierre Robin adalah sekelompok kelainankelainan yang
terutama ditandai adanya rahang bawah yang sangat kecil dengan
lidah yang jatuh ke belakang dan mengarah ke bawah. Bisa juga
ditandai dengan tingginya lengkung langit-langit mulut atau celah
langit-langit. Penyebab pasti belum dikethui, bisa merupakan
bagian dari sindroma genetic. Gejalanya berupa: rahang yang
sangat kecil dengan dagu yang tertarik ke belakang, lidah tampak
besar (sebenarnya ukurannya normal tapi relative besar jika
dibandingkan dengan rahang yang kecil) dan terletak jauh di
belakang orofaring, lengkung langit-langit yang tinggi, celah
langit-langit lunak, tercekik/tersedak oeh lidah. Bayi harus
ditempatkan pada posisi membungkuk sehingga gaya tarik bumi
akan menarik lidah ke depan dan saluran udara tetap terbuka, pada
kasus yang agak berat perlu dipasang selang melalui hidung ke
saluran udara untuk menghindari penyumbatan saluran udara. Pada
kasus yang berat, jika terjadi penyumbatan saluran udara yang
berulang, perlu dilakukan pembedahan.
b. Trauma pada Bayi Baru Lahir
Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena
proses persalinan. Pembatasan trauma lahir tidak melihat trauma akibat
amniosintesis, tranfusi intrauteri, pengambilan contoh darah vena kulit
18
kepala atau resusitasi, beberapa kondisi karena trauma pada bayi baru lahir
antara lain:
1. Perlukaan kulit
Kelainan ini mungkin timbul pada persalinan yang menggunakan
alat-alt seperti cunam atau vakum. Infeksi sekunder merupakan
bahaya yang dapat timbul pada kejadian ini. Karena itu, kebersihan
dan pengeringan kulityang terluka perlu diperhatikan. Bila perlu
dapat juga digunakan obat-obat antiseptik lokal. Biasanya
diperlukan waktu 6-8 minggu utnuk penyembuhan
2. Eritema, Ptekiae, Abrasi, Ekimosis dan Nekrosis
Jenis persalinan yang sering menyebabkan kelainan ini yaitu
presentasi muka dan persalinan yang diselesaikan dengan ekstraksi
cunam dan ekstraksi vakum. Kelainan ini memerlukan pengobatan
khusus dan menghilang pada minggu pertama.
3. Perdarahan Subaponeurotik
Perdarahan ini terjadi di bawah aponeurosis akibat pecahnya vena-
vena yang menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus di
dalam tengkorak. Perdarahan terjadi pada persalinan yang diakhiri
dengan alat, dan biasanya tidk mempunyai batas tegas, sehingga
kadangkadang kepala berbentuk asimetris. Kelainan ini dapat
menimbulkan anemia, syok, atau hiperbilirubinemia. Pemebrian vit
k dianjurkan pada perdarahan ringan, dengan dot
1-2mg/kgBB/selama tiga hari dan tranfusi darah bila diperlukan.
4. Trauma muskulus Sternokleidomastoideus
Kelainan ini didapat pada persalinan sungsang karena usaha untuk
melahirkan kepala bayi. Kepala serta leher bayi cenderung miring
ke arah otot yang sakit dan jika keadaan dibiarkan, oto sembuh,
tetapi dalam keadaan lebih pendek dari normal. Sebelum hal itu
terjadi, perlu dilakukan fisioterapi dengan cara pengurutan
setempatdan peregangan leher secara pasif ke sisi yang
19
berlawanan. Jika setelah 6 bulan tidak berhasil maka harus
dilakukan pembedahan korektif.
5. Caput Succedenum
Caput succedaneum adalah oedema dari kulit kepala anak yang
terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala bayi atau
anak. Caput succedaneum adalah oedema yang terjadi di dalam dan
di bawah kulit kepala fetus selama proses kelahiran.
6. Cephal Hematoma
Cepal hematoma adalah pengumpulan darah dibawah periosteum
biasanya terjadi pada os parietale. Haematom ini dapat terjadi pada
persalinan yang normal. Cepal hamatoma adalah pendarahan
subperiosteal yang terbatas pada permukaan pada satu tulang
kranial, biasanya pada kondisi jinak terlihat pada bayi baru lahir
akibat trauma tulang.
7. Fraktur Klavikula
Fraktur klavikula adalah keadaan patah akibat dari kompresi
kranium terhadap promontorium sacrum ibu, atau mungkin pula
akibat tekanan yang ditimbulkan oleh tangan asisten di dalam
vagina atau ketika kepala bayi di dorong ke atas ke luar dari
saluran lahir pada persalinan seksio sesarea.
8. Fraktur Humerus
Fraktur humerus terjadi pada persalinan letak sungsang, presentasi
verteks dengan kesukaran mengeluarkan bahu atau pundak. Pada
keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan
refleks moro pada sisi tersebut menghilang.
9. Trauma Flexus Brachialis
Cedera flexus brachialis sering terjadi dan ditemukan pada hampir
1 dalam 500 kelahiran aterm. Cedera tersebut biasanya terjadi
setelah suatu persalinan yang sulit namun kadang kala sesudah
persalinan yang tampaknya mudah, bayi yang mengalami
20
kelumpuhan lengan. Trauma ini dapat dijumpai pada persalinan
yang mengalami kesukaran dalam melahirkan kepala atau bahu.
10. Perdarahan Sub Konjungtiva
Mungkin tampak meskipun tidak terkait yang akan hilang selama
1-2 minggu.
11. Perdarahan Retina
Berhubungan erat dengan asfiksia atau peninggian tekanan intra
kranial pada bayi. Perdarahan bersifat sementaradan dapat hilang
dengan sendirinya.
c. Neonatus Berisiko Tinggi
1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat
menyebabkan kematian. Penyebab dari bayi yang lahir dengan
berat badan rendah hingga saat ini belum diketahui namun dari
banyak kasus penyakit ibu, aktivitas ibu, dan status soaial ibu
termasuk komplikasi pada saat hamil berhubungan dengan
kejadian BBLR. Berat badan lahir rendah adalah Bayi baru lahir
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Menurut beratnya
dibedakan menjadi:
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-
1500 gram
c) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) berat lahir <1000
gram
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi
2 yaitu:
1. Bayi Prematur (SMK), dalam hal ini terdapat derajat
prematuritas, menurut Usher digolongkan menjadi 3
kelompok : Bayi sangat prematur (extremely premature): 24-
30 minggu, Bayi prematur sedang (moderately premature)
21
31-36 minggu, Bordeline premature : 37-38 minggu. Bayi ini
mempunyai sifat premature dan mature.
2. Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
2) Ikterus
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat
penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam
darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan
terjadinya gangguan fungsional dari hepar, sistem biliary atau
sistem haematologi. Ikterus dapat terjadi baik karena peningkatan
bilirubin indirek (unconjugated) dan direk (conjugated).
Ikterus fisiologis. Dalam keadaan normal kadar bilirubin indirek
dalam serum tali pusat adalah 1-3 mg/dl dan akan meningkat
dengan kecepatan kurang 5 mg/dl/24 jam, dengan demikian ikterus
baru terlihat pada hari ke 2-3, biasanya mencapai puncak antara
hari ke 2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnya menurun
sampai kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai
kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara hari ke 5-7 kehidupan.
Hiperbilirubin patologis. Makna hiperbilirubinemia terletak pada
insiden kernikterus yang tinggi, berhubungan dengan kadar
bilirubin bebas yang lebih dari 18-20 mg/dl pada bayi aterm. Pada
bayi dengan berat badan lahir rendah akan memperlihatkan
kernikterus pada kadar yang lebih rendah (10-15mg/dl).
d. Kegawatdaruratan pada Bayi Baru Lahir
1) Perdarahan Tali Pusat
Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh trauma, ikatan tali
pusat yang longgar, atau kejanggalan pembentukan thrombus yang
normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan adalah penyakit
perdarahan pada neonatus dan infeksi lokal maupun sistemik. Tali
pusat harus diawasi terus menerus pada hari-hari pertama agar
perdarahan yang terjadi dapat di tanggulangi secepatnya.
Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh robekan umbilikus.
22
Komplikasi persalinan ini masih dijumpai akibat masih terjadinya
partus presipitatus dan tarikan berlebih pada lilitan atau pendeknya
tali pusat pada partus normal.
2) Asfiksia Neonatorum
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa
berkurangnya kadar oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbon
dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dan jaringan tubuh
akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam alveoli
paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah kapiler paru-paru.
Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan kkelebihan karbon
dioksida disebut hiperkapnia. Asfiksia berarti hipoksia yang
progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari
ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan
kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia. Apgar
skor yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat
lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi. Asfiksia
neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir (Sarwono, 2007). Asfiksia
neonartum ialah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini oleh
karena hipoksia janin intra uterin dan hipoksia ini berhubungan
dengan faktor-faktor yang timbul di dalam kehamilan, persalinan
atau segera setelah lahir.
3) Sindrom Gangguan Nafas
Sindrome gawat nafas atau respiratory distress Syindrome (RDS)
adalah suatu penyakit paru-paru pada bayi baru lahir, terutama
pada bayi premature, dimana suatu membran yang tersusun atas
protein dan sel-sel mati melapisi alveoli (kantung udara tipis dalam
paru-paru) sehingga membuat kesulitan untuk terjadinya
pertukaran gas. Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut
Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan syndrome gawat
23
nafas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi
yang lahir dengan masa gestasi kurang. Respiratory Distress
Syndrome (RDS), didapatkan sekitar 5-10% kurang bulan, 50%
pada bayi dengan berat 501- 1500 gram (Lemons et al 2001).
Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat
badan.
e. Neonatus, Bayi dan Anak Balita dengan Penyakit yang Lazim Terjadi
Diare merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi maupun anak-
anak. Menurut WHO, diare merupakan buang air besar dalam bentuk
cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari, dan biasanya berlangsung
selama dua hari lebih. Jenis diare dibagi tiga; diare cair akut : Tinja sering/
cair, tanpa darah, berakhir < 7 hari, muntah, demam. Disentri ; terdapat
darah dalam tinja, sedikit- sedikit/ sering, sakit perut, sakit pada saat BAB,
kerusakan mukosa usus. Diare persisten ; Berakhir 14 hari atau lebih,
dapat dimulai dari diare akut atau disentri.
Diare pada anak harus segera ditangani karena bila tidak segera ditangani,
diare dapat menyebabkan tubuh dehidrasi yang bisa berakibat fatal. Infeksi
virus adalah penyebab yang sering ditemukan pada kasus bayi dengan
diare, virus yang paling banyak menimbulkan diare adalah rotavirus.
Menurut WHO rotavirus turut berkontribusi sebesar 15-25% diare pada
usia 6-24 bulan. Infeksi bakteri seperti shigella, vibrio cholera, salmonela
(non thypoid), Campylobacter jejuni maupun Escherichia coli bisa saja
merupakan penyebab diare.
24
kaki dengan posisinya ekstensi sedikit untuk memungkinkan cairan atau
lendir mengalir keluar dari trakhea dan farings. Sementara itu seorang
membantu mengisap lendir dan cairan dengan alat pengisap lender
(Sumarah, 2008). Bayi normal akan menangis dalam 30 detik, tidak perlu
dilakukan tindakan apapun oleh karena bayi mulai bernafas spontan dan
warna kulitnya kemerah-merahan. Kemudian bayi diletakkan mendatar
kira-kira sama tingginya dengan atau sedikit dibawah introitus vagina. Bila
mulut bayi masih belum bersih dari cairan dan lendir, pengisapan lendir
diteruskan,mula-mula dari mulut, lalu dari lubang hidung, supaya jalan
nafas bebas dan bayi dapat bernafas sebaik-baiknya. Lambung bayi juga
perlu diisap untuk mencegah adanya inhalasi of the vomit (Kemenkes RI,
2013).
2) Memotong dan merawat tali pusat
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 3 cm dari dinding perut bayi dengan
gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Luka tali pusat dibersihkan
dan dirawat dengan perawatan terbuka tanpa dibubuhi apapun (Kemenkes
RI, 2013).
3) Menilai Apgar Score
a) Penilaian awal bayi baru lahir
b) Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering
yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal
dengan menjawab 4 pertanyaan: apakah bayi cukup bulan, apakah air
ketuban jernih dan tidak bercampur meconium, apakah bayi menangis
atau bernapas, serta apakah tonus otot bayi baik. Jika bayi cukup
bulan dan air ketuban bercampur mekonium atau tidak menangis serta
tidak bernafas dan mengap-mengap juga tonus otot tidak baik lakukan
langkah resusitasi.
Keadaan umum bayi dinilai setelah lahir dengan penggunaan nilai
APGAR. Penilaian ini perlu untukmengetahui apakah bayi menderita
asfiksia atau tidak. Yang dinilai ada 5 poin yaitu: appearance (warna
kulit), pulse rate (denyut jantung), grimace (tonus otot), activity
25
(aktivitas), respiratory (pernapasan). Setiap penilaian diberi nilai 0, 1,
dan 2. Bila dalam 2 menit nilai apgar tidak mencapai 7, maka harus
dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut, oleh karena bila bayi
mendertita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala-
gejala neurologik lanjutan di kemudian hari lebih besar. berhubungan
dengan itu penilaian apgar selain pada umur 1 menit, juga pada umur
5 menit (Kemenkes RI, 2013).
4) Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri
segera setelah lahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah dari Tuhan
yang sudah disusun untuk kita. Melakukannya juga tidak sulit, hanya
membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam (Hapsari, 2011). Proses
Inisiasi Menyusu Dini:
a) Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong, bayi langsung diletakan
di dada si ibu tanpa membersihkan sibayi kecuali tangannya, kulit
bertemu kulit. Ternyata suhu badan ibu yang habis melahirkan 1
derajat lebih tinggi. Namun jika si bayi itu kedinginan, otomatis suhu
badan si ibu jadi naik 2 derajat, dan jika si bayi kepanasan, suhu badan
ibu akan turun 1 derajat. Setelah diletakkan di dada si ibu, biasanya si
bayi hanya akan diam selama 20-30 menit, dan ternyata hal ini terjadi
karena si bayi sedang menetralisir keadaannya setelah trauma
melahirkan.
b) Setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki si bayi
akan mulai bergerak-gerak seperti hendak merangkak.
c) Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan
dengan mencium tangannya, ternyata bau tangan si bayi sama dengan
bau air ketuban. Dan juga ternyata wilayah sekitar puting si ibu itu
juga memiliki bau yang sama, jadi dengan mencium bau tangannya, si
bayi membantu untuk mengarahkan kemana dia akan bergerak. Dia
akan mulai bergerak mendekati puting ibu. Ketika sudah mendekati
puting si ibu, si bayi itu akan menjilat-jilat dada si ibu. Jilatan ini
26
berfungsi untuk membersihkan dada si ibu dari bakteri-bakteri jahat
dan begitu masuk ke tubuh si bayi akan diubah menjadi bakteri yang
baik dalam tubuhnya.
d) Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu,
yang bertujuan untuk kegiatan ini juga tergantung dari si bayi itu.
e) Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu (Kemenkes RI, 2013).
5) Pemberian vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, yang merupakan suatu
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein
yang berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor II,VII,IX,X dan
antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z
dan M yang belum banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah.
Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:
a) Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau. Sediaan
yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin K mixed micelles
(KMM).
b) Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti
Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli.
c) Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan
vitamin K sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada neonatus karena
dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik.
Kejadian perdarahan biasanya terjadi pada umbilicus, dan cepal
hematoma karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan
cukup tinggi, sekitar 0,25-0,5%. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K1
(PDVK) dapat terjadi spontan atau perdarahan karena proses lain seperti
pengambilan darah vena atau pada operasi, disebabkan karena
berkurangnya faktor pembekuan darah (koagulasi) yang tergantung pada
vitamin K yaitu faktor II, VII, IX dan X. Sedangkan faktor koagulasi
lainnya, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit dalam batas normal.
Setelah pemberian injeksi vitamin K1, maka dilakukan observasi
(Kemenkes RI, 2013).
27
6) Pencegahan Infeksi Mata
Beri salep mata antibiotika pada kedua mata untuk merawat mata bayi.
Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan setelah ibu dan
keluarga memomong dan diberi ASI. Pencegahan infeksi tersebut
menggunakan salep mata tetrasiklin 1%. Salep antibiotika tersebut harus
diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis
infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah
kelahiran.
7) Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B
terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Terdapat jadwal
pemberian imunisasi Hepatitis B, jadwal pertama imunisasi Hepatitis B
sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 0 (segera setelah lahir menggunakan
uniject), jadwal kedua imunisasi Hepatitis B sebanyak 4 kali yaitu pada
usia 0 dan DPT + Hepatitis B (Combi I, II dan III) pada 2, 3 dan 4 bulan
usia bayi.
8) Pemeriksaan Fisik Bayi baru Lahir
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang
terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim
ke kehidupan di luar rahim. Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui
sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian
BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di
fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama. Pemeriksaan Fisik bayi baru lahir
meliputi pemeriksaan fisik secara umum, pemeriksaan fisik head to toe
yaitu menilai adanya kelainan pada bayi baru lahir seperti labioskiziz,
labioplatoskiziz, hodrosefalus, atresia ani, atresia eshofhagus, omfalokel
dan lain-lain serta pemeriksaan antropometri.
9) Pemantauan Tanda Bahaya
Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering
tidak spesifik. Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir,
28
saat bayibaru lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit.Pengelolaan
awal bayi baru lahir dengan tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah
keadaan yang lebih buruk. Tanda ini mencakup:
a) Tidak bisa menyusu
b) Kejang
c) Mengantuk atau tidak sadar
d) Frekuensi napas <20 kali/menit atau apnea (pernapasan berhenti
selama >15 detik)
e) Frekuensi napas >60 kali/menit
f) Merintih
g) Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat Sianosis sentral (Kemenkes
RI, 2013).
29
2.12 Pathway
1. Kondisi bayi saat lahir (apgar score)
2. Usia gestasi, proses persalinan
3. Kondisi saat didalam intrauterine
4. Berat badan saat lahir, dll.
5. Asfiksia
Adaptasi Bayi Baru Lahir (BBL)
Resiko
kerusakan
Sediaan lemak pertukaran
tubuh terbatas Resiko Peningkatan gas
perubahan suhu laju metabolik
tubuh:
hipotermi
Resiko
Kebutuhan
perubahan
kalori tinggi
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Laktasi kurang
adekuat
30
BAB 3
LAPORAN KASUS
Bayi ibu S lahir pada tanggal 15 Oktober 2021 pada pukul 20.20 WIB.
Dengan usia kehamilan 40 minggu secara normal pervaginam. Air ketuban jernih.
Sudah dilakukan IMD dan berhasil IMD pada menit ke 55. BB bayi 3000 gr PB
50 cm. keadaan umum baik. Kulit bersih dan kemerahan. Frekuensi nafas
46x/menit. Frekuensi jantung 146x/menit. Suhu 36,6C. lingkar kepala 33 cm,
lingar dada 32 cm. jenis kelamin laki-laki. Dan dilakukan pengkajian 2 jam
setelah persalinan.
Dalam pemeriksaan fisik didapatkan data:
Kepala: rambut hitam, fontanel mendatar dan tidak ada moulage
Telinga: simetris, daun telinga elastis tidak ada cairan abnormal yang
keluar
Hidung: simetris, terdapat septum ditengah
Mulut: simetris, tidak ada labioskizis dan palatoskizis, gusi kemerahan dan
lidah bersih
Leher: tidak ada pembengkakan
Dada: putting simetris, tidak ada retraksi dinding dadabunyi nafas dan
jantung normal
Abdomen: sedikit buncit, tali pusat bersih, ada bising usus
Ekstremitas atas: simetris, pergerakan baik tidak ada polidaktili
Genitalia: lengkap, skrotum ada 2, dan terdapat lubang uretra, bayi sudah
berkemih
Anus: bayi mengeluarkan meconium
Punggung: tidak ada kelainan
Kulit: kemerahan, ada tampak seperti lemak dan sedikit rambut halus
Pemeriksaan system saraf : bayi menutup saat disentuh bagian dahi, bayi
mencari sentuhan Ketika disentuh bagian sudut bibir, bayi menghisap dengan kuat
saat menyusu, bayi melakukan Gerakan memeluk saat kain alas digeser.
31
32
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
II. IBU
Nama Inisial : Ny S
Tempat/Tgl.lahir (umur) : -
Agama/suku : -
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Daerah :-
Asing :-
Pendidikan :-
Alamat rumah :-
III. AYAH
Nama Inisial :-
Tempat/Tgl. Lahir (umur) :-
Agama/suku :-
Warga Negara : -
Bahasa yang digunakan :-
Daerah :-
33
Asing :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat rumah :-
IV. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. S
Alamat :-
Hubungan dengan klien : Ibu Kandung
34
Lama persalinan : Kala I :-
Kala II : -
Kala III : -
Kala IV : -
Waktu Pecah Ketuban : Malam hari
Warna air ketuban : Jernih
Bayi lahir 30 detik : Tidak terkaji
Resusitasi : Tidak terkaji
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) : Dilakukan Tidak dilakukan
Alasan : Tidak terkaji
APGAR SCORE
1. Appearance 2
2. Pulse 2
3. Grimace -
4. Activity 2
5. Respiratory 2
TOTAL 8
D. RIWAYAT KEHAMILAN
Antenatal Care : Tidak terkaji
Bidan : Tidak terkaji
Lain-lain : Tidak terkaji
Imunisasi TT : Tidak terkaji
Tablet Fe : Tidak terkaji
Keluhan : Tidak terkaji
Trimester I : Tidak terkaji
Trimester II : Tidak terkaji
Trimester III : Tidak terkaji
Kebiasaan waktu hamil
35
Makan : Tidak terkaji
Minum : Tidak terkaji
Obat-obatan : Tidak terkaji
Jamu : Tidak terkaji
Rokok : Tidak terkaji
Penyulit Kehamilan : Tidak terkaji
E. RIWAYAT KESEHATAN
I. Penyakit yang diderita oleh Ibu: Tidak terkaji
Riwayat operasi ibu
Jenis operasi : Tidak terkaji
Kapan / tahun : Tidak terkaji
Dimana : Tidak terkaji
Yang mengoperasi/operator : Tidak terkaji
F. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Penerimaan ibu terhadap kehadiran bayinya : Tidak terkaji
Penerimaan suami & keluarga terhadap kehadiran bayinya : Tidak terkaji
Hubungan ibu dengan suami & keluarga : Tidak terkaji
Keluarga yang masih tinggal serumah : Tidak terkaji
H. NUTRISI
ASI, on demand : Tidak terkaji
Colostrums : Ya Tidak, Alasan: -
PASI : Tidak terkaji
36
Alasan : Tidak terkaji
Jenis : Tidak terkaji
I. ELIMINASI
Miksi : Tidak terkaji Sudah …………x/24 jam
Mekonium : Tidak terkaji Sudah …………x/24 jam
Konsistensi : Tidak terkaji
Warna : Tidak terkaji
J. PEMERIKSAAN
I.Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
TTV : Pernafasan : 46x/mnt
HR : 146x/mnt
Suhu : 36,6 ‘C
Aktivitas Bayi : Aktif Merintih Tidak menangis Letargi
Kulit :Normal Cianosis Mengelupas Pucat Keriput
Jaundice
Lanugo : Ada Tidak ada
Vernik Caseosa : Ada Tidak ada
Tanda lahir : Tidak terkaji
KEPALA
Bentuk kepala : Normal Caput suksedanium Cephal haematoni
Hydrocephal Anencephal Makrocephal
Mikrocephal
Sutura : Normal Molage/moulding Melebar
Rambut : Hitam
Fontanel : Mendatar dan tidak ada moulage
37
MATA
Sclera : Tidak terkaji
Conjungtiva : Tidak terkaji
Palpebra : Tidak terkaji
Bentuk : Tidak terkaji
Perdarahan : Tidak terkaji
Lain-lain : Tidak terkaji
HIDUNG
Bentuk : Simetris (terdapat septum ditengah)
Nafas Cuping Hidung : Tidak terkaji
MULUT
Bentuk : Normal/Simetris Labio Skizis Labio palate skizis
Kebersihan : Bersih Ada monilia
Luka pada bibir : Tidak terkaji
Lidah : Tidak terkaji
Lain-lain : Tidak terkaji
LEHER
Glandula thyroidea : Bengkak Tidak Bengkak
Struma : Tidak terkaji
Torticolis : Tidak terkaji
DADA
Bentuk : Normal (putting simetris) Funnel chest Barrel
chest
Retraksi : Ada Tidak ada
Clavikula : Normal Abnormal,…………………..
Bunyi Nafas :Vesikuler Bronkovesikuler Whezing Ronkhi
38
Bunyi jantung : Normal Rales Mur-mur
Lain-lain : Tidak terkaji
ABDOMEN
Bentuk : Sedikit buncit
Auskultasi abdomen : Tidak terkaji
Bising usus : Ada : Tidak terkaji x/mnt
Perkusi abdomen : Tidak terkaji
Tali pusat : Bersih
PUNGGUNG
Bentuk : Normal Lordosis Kiposis Skoliosis
Spina bifida : Ada Tidak ada
Meningocele : Ada Tidak ada
Dimple : Ada Tidak ada
GENETALIA LAKI-LAKI
Penis : Normal Hipospadia Epispadi Hemaprodite
Scrotum : Ada Tidak ada Gidrokel
Lain-lain : lengkap, terdapat lubang uretra, bayi sudah
berkemih.
GENETALIA PEREMPUAN
Labia manora : Ada Tidak ada
Labia minora : Ada Tidak ada
Hymen : Menonjol Tidak menonjol
Hemaprodite : Ya Tidak
Lain-lain : .............................................
Anus : Ada Atresia ani
39
Jumlah jari tangan : Tidak terkaji (Lengkap Tidak lengkap...buah)
Jumlah jari kaki : Tidak terkaji (Lengkap Tidak lengkap...buah)
Polidaktili : Ada Tidak ada
Paralisis : Tidak terkaji
Fraktur : Tidak terkaji
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
40
Hasil Keperawatan
. Keperawatan
(NOC) (NIC)
1. Bayi baru lahir Setelah dilakukan Beri penjelasan
normal dengan usia tindakan keperawatan pada ibu dan
kehamilan 40 2x24 jam, diharapkan keluarga tentang
minggu dengan bayi terhindar dari tindakan yang
data sbb: asfiksia dan hipotermi akan dilakukan
dengan kriteria hasil : berupa edukasi
Data Subjektif : 1. Bayi tetap hangat menjaga
Ibu mengatakan 2. Tidak terjadi kebersihan dan
telah melahirkan sianosis/pucat pada keamanan bayi,
bayi laki-laki bayi memandikan bayi,
secara normal pada 3. Tanda-tanda vital mengganti popok
tanggal 15 Oktober bayi dalam batas dan memberi
2021 jam 20.20 normal susu.
WIB RR : 30-60x/ menit Lakukan tindakan
Nadi : dengan antiseptic
Data Objektif : 120-160x/menit Lakukan
Keadaan umum Suhu : 36℃- observasi tanda-
tampak baik 37.5℃ tanda vital
Kesadaran Berikan
compos kehangatan pada
mentis bayi dengan
BB : 3000 g (3 Teknik Kangaroo
Kg) Mother Care
PB : 50 cm Lakukan
LD : 32 cm perawatan tali
LK : 33 cm pusat dengan baik
RR : 46 x/menit dan dengan
41
x/menit membuang tali
Suhu : 36,6oC pusat dengan
Jenis kelamin : kassa steril yang
Laki-laki telah diberi kassa
kering atau
antiseptic.
Berikan KIE pada
ibu tentang
perawatan
bayinya
Anjurkan ibu
untuk memberi
ASI eksklusif
pada bayi.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/ Diagnosa
Implementasi TTD
. Tgl/Jam Keperawatan
1. Jum’at / Bayi baru lahir Memberi penjelasan pada
15 okt normal dengan ibu dan keluarga tentang
2021 / usia kehamilan tindakan yang akan
22.30 40 minggu. dilakukan menjaga
kebersihan dan keamanan
bayi, memandikan bayi,
mengganti popok dan
memberi susu.
Melakukan tindakan
dengan antiseptic
Melakukan observasi
tanda-tanda vital
42
Memberikan kehangatan
pada bayi
Melakukan perawatan tali
pusat dengan baik dan
dengan Teknik antiseptic
dengan cara membuang
tali pusat dengan kassa
steril yang telah diberi
kassa kering atau
antiseptic.
Memberikan KIE pada ibu
tentang perawatan bayinya
Menganjurkan ibu untuk
memberi ASI eksklusif
pada bayi.
EVALUASI KEPERAWATAN
43
RR : 46 x/menit,
Nadi : 146 x/menit,
Suhu : 36,6oC.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
44
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny. S Bayi ibu S lahir pada tanggal 15 Oktober
2021 pada pukul 20.20 WIB. Dengan usia kehamilan 40 minggu secara normal
pervaginam. Air ketuban jernih. Sudah dilakukan IMD dan berhasil IMD pada
menit ke 55. BB bayi 3000 gr PB 50 cm. keadaan umum baik. Kulit bersih dan
kemerahan. Frekuensi nafas 46x/menit. Frekuensi jantung 146x/menit. Suhu
36,6C. lingkar kepala 33 cm, lingar dada 32 cm. jenis kelamin laki-laki.
berlangsung baik dan tanpa ada tanda bahaya yang ditemukan.
4.2 Saran
Saran Sebagai upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan penulis menyimpulkan suatu saran sebagai berikut :
1. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan kesehatan harus melakukan pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang, agar bisa
memberikan asuhan keperawatan yang profesional untuk klien, khususnya
asuhan keperawatan BBL Normal.
2. Klien dan keluarga
Setelah mendapatkan pelayanan keperawatan keluarga serta klien
diharapkan bertambah wawasannya sehingga dapat mendeteksi dini jika
ada penyulit dan dapat diminimalkan resiko-resikonya.
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan
sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan
baik dan benar.
45
DAFTAR PUSTAKA
46